• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah selaku pembuat kebijakan publik dan beberapa instansi kesehatan, seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan selaku penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional dan Dinas Kesehatan Kota Medan terhadap perbaikan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam kepesertaan Penerima Bantuan Iuran (PBI)

2. Sebagai bahan masukan kepada Puskesmas Medan Sunggal terhadap gambaran hubungan karakteristik peserta JKN PBI dengan perilaku merokok di wilayah kerjanya.

3. Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya bidang ilmu Administrasi dan Kebijakan Kesehatan dan bisa menjadi referensi bagi pengembangan penelitian selanjutnya.

2.1.1 Pengertian Perilaku Kesehatan

Skinner (1938) dalam Notoadmodjo, (2005) mendefinisikan perilaku sebagai respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses: respons, sehingga teori ini disebut dengan teori Organisme Stimulus “S-O-R”. selanjutnya, teori Skinner menjelaskan ada 2 jenis respon yaitu:

a. Respondent respons atau refleksif, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus0 tertentu yang disebut dengan elicting stimuli, karena menimbulkan reaksi-reaksi yang relative tetap.

b. Operant respons atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain.

Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respons.

Maka berdasarkan teori ini dapat disimpulkan, bahwa perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan.Dengan kata lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

2.1.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Dari batasan Skiner dalam Notoadmojo (2003), perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu :

1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (Health Mantainance)

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Aspek pemeliharaan keesehatan terdiri dari tiga aspek yaitu :

a. Perilaku pencegahan dan penyembuhan penyakit bila sakit serta pemulihan kesehatan bila telah sembuh dari sakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila keadaan seseorang dalam keadaan sehat. Maksudnya orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan bahkan mendatangkan kesehatan.

2. Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan, atau Perilaku Pencarian Pengobatan (Health Seeking Behavior)

Perilaku pencarian pengobatan adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit. Tindakan/perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

3. Perilaku Kesehatan Lingkungan

Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial budaya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Atau perilaku kesehatan lingkungan merupakan bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga ataupun masyarakat. Misalnya bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah dan sebagainya.

Klasifikasi lain perilaku kesehatan menurut Becker, 1979 dibagi menjadi : 1. Perilaku Hidup Sehat

Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berakaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

Perilaku ini mencakup antara lain : makan dengan menu seimbang (appropriate diet), olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat yang cukup, mengendalikan stress, dan perilaku atau gaya hidup yang positif.

2. Perilaku Sakit (illness behaviour)

Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan peyakitnya dan sebagainya.

3. Perilaku Peran Sakit (the sick role behavior)

Perilaku peran sakit segala aktivitas individu yang menderita sakit untuk memperoleh kesembuhan. Dari segi sosiologi, orang sakit mempunyai peran

yang meliputi hak dan kewajiban orang sakit. Perilaku peran orang sakit meliputi hal berikut: Tindakan untuk memperoleh kesembuhan

a. Mengenal atau mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan atau penyembuhan penyakit yang layak.

b. Mengetahui hak (misalnyam memperoleh perawatan, pelayanan kesehatan dan kewajiban orang sakit)

2.1.3 Domain Perilaku

Pada dasarnya stimulus bagi beberapa orang sama, namun respons tiap orang berbeda-beda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut dengan determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Determinan atau faktor internal adalah karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaaan seperti : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, persepsi, minat, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal yakni lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan mewarnai perilaku seseorang.

Dari uraian diatas dirumuskan bahwa perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama antara berbagai faktor. Dalam perkembangannya, teori Bloom dimodifikas untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakuakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang (overt behavior). Secara garis besar terdapat 6 tingkat pengetahuan seseorang yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan misalnya apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk), dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi secara benar.

c. Aplikasi (application)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondiri real (sebenarnya) .

d. Analisis (analysis)

Adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen- komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain.

e. Sintesis (synthesis)

Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian- bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak.

Menurut Arikunto (2010), kategori pengetahuan dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu:

1) Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76% - 100%

dari seluruh pertanyaan

2) Cukup : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 60% - 75%

dari seluruh pertanyaan

3) Kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar ≤ 60%

dari seluruh pertanyaan 2. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek.Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial

(Notoadmodjo, 2003). Newcomb juga menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksaanaan motif tertentu. Jadi jelas bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.

a. Komponen Pokok Sikap

Menurut Allport (1945) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu:

1) Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek 2) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek 3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen di atas secara bersama- sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, peranan pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi sangatlah penting. Sebagai contoh, seorang ibu mendengar (tahu) penyakit polio (penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya keluarganya, terutama anaknya tidak menderita polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat (kecenderungan bertindak) untuk mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Ibu ini mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit polio.

b. Tingkatan Sikap

Sikap juga terdiri dari beberapa tingkatan yaitu:

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).

2) Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3) Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya orang lain.

Menurut Gunarsa serta Charles Abraham dan Eamon Shanley dalam Sihombing (2014),faktor yang mempengaruhi pernyataan seseorang adalah latar belakang individu yang berbeda-beda seperti berikut ini:

1. Umur

Semua tingkatan umur memberikan persepsi berbeda-beda terhadap pelayanan kesehatan.

2. Pendidikan

Pendidikan dan pengetahuan seseorang yang kurang, membutuhkan lebih banyak perhatian khusus. Setiap orang akan memperhatikan aspek yang berbeda dari objek yang ditemui sesuai dengan pengalaman masa lalu, keahlian, dan minatnya masing-masing.

3. Pekerjaan

Masyarakat memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda dan tingkat penghasilan yang berbeda juga. Biasanya, masyarakat yang berpenghasilan rendah dan berpendidikan formal rendah menimbulkan sikap masa bodoh, pengingkaran, dan rasa takut yang tidak mendasar.

4. Jenis kelamin

Laki-laki lebih cenderung dapat mengendalikan emosinya dan berpikir lebih kritis daripada perempuan, sehingga dapat memengaruhi persepsinya.

2.2 Rokok

Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan/ atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanamana Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109, 2012). Rokok merupakan salah satu pembunuh berbahaya di dunia. Namun masih banyak orang yang belum memahami tentang betapa besar bahaya merokok itu.

Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak yang rapi, siap dipakai, dan mudah diperjualbelikan seperti permen. Khusus untuk kasus di Indonesia, tidak terlampau sulit untuk menemukan rokok dan orang yang merokok. Penjual rokok bisa ditemukan dimana saja bahkan di tengah jalan bisa ditemukan para penjual rokok. Selain itu hampir di setiap sudut bisa ditemukan orang dengan lintingan rokok di jemari, mulai dari mal-mal kelas elit sampai di gang- gang sempit, dari kelas atas sampai kelas bawah bisa disaksikan orang merokok yang asyik dengan dirinya sendiri.

2.2.1 Kandungan Rokok

Bahan utama dalam pembuatan rokok yaitu tembakau. Nikotin merupakan zat yang terkandung dalam daun tembakau. Setiap kali seseorang menghirup bahan-bahan yang mengandung nikotin, zat ini akan masuk ke dalam tubuh dan bersemayam dalam otak. Setiap satu batang rokok mengandung sedikitnya 10 miligram nikotin. Nikotin inilah yang akan membuat seseorang menjadi kecanduan merokok (Wirawan, 2014).

Menurut Gondodiputro tahun 2007, bahan utama rokok adalah tembakau, dimana tembakau mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada tembakau adalah tar, nikotin, dan CO. Selain itu, dalam sebatang tembakau juga mengandung bahan-bahan kimia yang juga sama beracun. Zat-zat beracun yang terdapat dalam tembakau antara lain :

1. Karbon Monoksida (CO) adalah unsur yang dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari unsur zat arang dan karbon. Gas CO yang dihasilkan

sebatang tembakau dapat mencapai 3% - 6% dan gas ini dapat dihisap oleh siapa saja. Seseorang yang merokok hanya akan menghisap sepertiga bagian saja yaitu arus tengah sedangkan arus pinggir akan tetap berada diluar. Setelah itu perokok tidak akan menelan semua asap tetapi akan disemburkan keluar.

2. Nikotin adalah suatu zat yang memiliki efek adiktif dan psikoaktif sehingga perokok akan merasakan kenikmatan, kecemasan berkurang, toleransi dan keterikatan. Banyaknya nikotin yang terkandung dalam rokok adalah sebesar 0,5–3 nanogram dan semua diserap sehingga didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram nikotin setiap 1 mlnya. Nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik.

3. Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua dan hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Kadar tar dalam tembakau antara 0,5 – 35 mg/ batang. Tar merupakan suatu zat karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas dan paru-paru.

4. Cadmium adalah zat yang dapat meracuni jaringan tubuh terutama ginjal.

5. Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna terdiri dari nitrogen dan hydrogen, zat ini mempunyai bau yang tajam dan sangat merangsang.

Karena kerasnya racun yang terdapat pada amoniak sehingga jika masuk sedikit saja kedalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.

6. HCN (Asam Sianida) merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar, dan sangat efesien untuk menghalangi pernafasan dan merusak saluran pernafasan.

7. Nitrous Oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna dan bila terhisap dapat menghilangkan rasa sakit. Nitrous Oxide ini mulanya digunakan dokter sebagai pembius saat melakukan operasi.

8. Formaldehyde adalah sejenis gas yang mempunyai bau tajam, gas ini tergolong sebagai pembasmi hama. Gas ini juga sangat beracun terhadap semua organisme hidup.

9. Fenol adalah campuran dari Kristal yang dihasilkan dari beberapa zat organik seperti kayu dan arang.Zat ini beracun dan berbahaya karena fenol ini terikat ke protein sehingga menghalangi aktivitas enzim.

10. Asetol adalah hasil pemanasan aldehid dan mudah menguap dengan alkohol.

11. H2S (Asam Sulfida) adalah sejenis gas yang beracun yang mudah terbakar dengan bau yang keras, zat ini menghalangi oksidasi enzim.

12. Piridin adalah sejenis gas yang tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.

13. Metil Klorida adalah zat senyawa organik yang beracun.

14. Methanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar. Jika meminum atau menghisap methanol mengakibatkan kebutaan bahkan kematian.

15. Polycylic Aromatic Hydrocarbonas (PAH) senyawa ini merupakan senyawa reaktif yang cenderung bersifat ganotoksik. Senyawa ini merupakan penyebab tumor.

16.Volatik Nitrosamine merupakan jenis asap tembakau yang diklasifikasikan sebagai karsinogen yang potensional (Gondodiputro,2007).

2.2.2 Dampak Rokok Bagi Kesehatan

Bahaya merokok bagi kesehatan telah dibicarakan dan diakui secara luas.

Para ahli dari WHO bahwa di Negara dengan kebiasaan merokok yang telah meluas, maka kebiasaan itu mengakibatkan terjadinya 80%-90% kematian akibat kanker paru, 75% dari kematian akibat bronitis, 40% akibat kanker kandung kencing, dan 25% kematian akibat penyakit jantung iskemik serta 18% kematian pada “stroke” . Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan kurang lebih 25 jenis penyakit dari berbagai organ tubuh manusia. Penyakit tersebut, antara lain: kanker paru, bronkitis kronik, emfisema, kanker mulut tenggorokan, pancreas dan kandung kencing, penyakit pembuluh darah ulkus peptikum dan penyakit yang menunjukkan asosiatif negatif (Aditama, 2017).

Seorang ahli kesehatan di Inggris menyatakan dari 1000 orang pemuda yang merokok setidaknya sebungkus sehari, maka satu orang akan meninggal karena dibunuh, 6 orang meninggal karena kecelakaan lalu lintas dan 250 orang akan meninggal akibat berbagai penyakit yang terjadi karena kebiasaan merokok.

Besarnya bahaya merokok sebenarnya bukan tidak disadari oleh para perokok karena pada setiap bungkus rokok terdapat peringatan wajib dari pemerintah yang berbunyi, “Merokok Membunuhmu.” Bahkan mulai tahun 2014 pada setiap bungkus rokok wajib dicantumkan peringatan berupa gambar kanker mulut, kanker paru dan bronkitis akut, kanker tenggorokan, merokok membahayakan anak, serta gambar tengkorak. Namun, sering kali kuatnya ketergantungan terhadap rokok membuat orang tidak mau berhenti mengisapnya, sampai sudah terlambat ketika seorang perokok mengidap salah satu penyakit akibat merokok tersebut (Salma,2014). Menurut Aditama (2017) terdapat beberapa penyakit yang dapat ditimbulkan akibat kebiasaan merokok yaitu:

1. Kanker Paru

Di Amerika Serikat sekitar 80%-90% kasus kanker paru pada laki-laki dan 70% pada perempuan diakibatkan oleh kebiasaan merokok. Hal ini karena asap rokok akan masuk secara inhalasi ke dalam paru-paru. Zat dari asap rokok ini akan merangsang sel di paru- paru menjadi tumbuh abnormal.

Diperkirakan 1 dari 10 perokok sedang dan 1 dari 5 perokok berat akan meninggal akibat kanker paru.

2. Kanker Kandung Kemih

Kanker kandung kemih terjadi pada sekitar 40% perokok. Studi ilmiah menemukan kadar tinggi dari senyawa 2-naphthylamine dalam rokok menjadi karsinogenik yang mengarah pada kanker kandung kemih.

3. Kanker Payudara

Perempuan yang merokok lebih beresiko mengembangkan kanker payudara. Hasil studi menunjukkan perempuan yang mulai merokok pada usia 20 tahun dan 5 tahun sebelum dia hamil pertama kali, beresiko lebih besar terkena kanker payudara.

4. Kanker Serviks

Sekitar 30% keatian akibat kanker serviks disebabkan oleh merokok. Hal ini karena perempuan yang merokok lebih rentan terkena infeksi oleh virus menular seksual.

5. Kanker Mulut

Tembakau adalah penyebab utama kanker mulut. Diketahui perokok 6 kali lebih besar mengalami kanker mulut dibandingkan dengan orang yang tidak merokok, dan orang yang merokok tembakau tanpa asap beresiko 50 kali lipat lebih besar.

6. Serangan Jantung

Nikotin dalam asap rokok menyebabkan jantung bekerja lebih cepat dan meningkatkan tekanan darah. Sedangkan karbon-monoksida mengambil oksigen dalam darah lebih banyak, yang membuat jantung memompa darah lebih banyak pula. Jika jantung bekerja terlalu keras, ditambah tekanan darah tinggi, maka bisa menyebabkan serangan jantung.

7. Stroke

Gangguan akibat rokok juga berimbas pada pembuluh darah yang melayani otak. Penyempitan dan bendungan pembuluh darah otak

menyebabkan seseorang beresiko menderita stroke. Meskipun stroke tidak membunuh, penyakit ini beresiko menimbulkan kecacatan atau kelumpuhan jangka panjang.

8. Gangguan Janin

Merokok berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi dan janin dalam kandungan, termasuk infertilitas (kemandulan), keguguran, kematian janin, bayi lahir berberat badan rendah, dan sindrom kematian mendadak bayi.

9. Gangguan medis lainnya

Beberapa gangguan medis juga bisa disebabkan oleh rokok seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), memperburuk asma dan radang saluran napas, katarak, menjadi lebih sering sakit-sakitan, menimbulkan noda di gigi dan gusi, menyebabkan gangguan pada penciuman dan pengecapan, menurunkan stamina berolahraga, merusak penampilan, serta mengakibatkan penuaan dini.

2.2.3 Belanja Rokok

Koordinator Teknis Sentra Advokasi Lingkungan Bebas Rokok (SALBR) FKM Universitas Airlangga Surabaya menambahkan, nilai kerugian dari penyakit akibat rokok mencapai Rp125 triliun hingga Rp130 triliun. Sehingga hampir Rp 100 triliun ditanggung pembayar pajak lainnya dan rakyat miskin banyak yang menjadi korban akibat penyakit itu. Kebutuhan masyarakat Indonesia adalah, 72 persen kebutuhan pokok atau beras 11,5%, rokok 11%, ikan, daging, susu, dan sejenisnya; pendidikan 3,2 persen; dan kesehatan 2,3 persen. “Artinya, ikan, daging, susu, pendidikan, dan kesehatan masih kalah penting daripada rokok.

Hasil kajian Badan Litbangkes tahun 2013 menunjukkan telah terjadi

kenaikan kematian prematur akibat penyakit terkait tembakau dari 190.260 tahun 2010 menjadi 240.618 kematian tahun 2013, serta kenaikan penderita penyakit akibat konsumsi tembakau dari 384.058 orang tahun 2010 menjadi 962.403 orang tahun 2013. Kondisi tersebut berdampak pula terhadap peningkatan total kumulatif kerugian ekonomi secara makro akibat penggunaan tembakau. Jika dinilai dengan uang, kerugian ekonomi naik dari 245,41 trilyun rupiah tahun 2010 menjadi 378,75 trilyun rupiah tahun 2013 (Kemenkes RI, 2014).

2.3 Perilaku Merokok

Menurut Sitepoe (2001), merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa.

Amstrong (1991) mengatakan bahwa perilaku merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali ke luar.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perilaku merokok adalah suatu aktivitas membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali ke luar yang dapat terhisap oleh orang disekitarnya.

Tomkins dalam American Journal of Public Health membedakan empat jenis umum perilaku merokok yaitu:

1. Kebiasaan merokok

Dalam jenis kebiasaan merokok, individu awalnya mungkin merokok untuk mengurangi efek negatif atau untuk menambah efek positif padahal individu tersebut sudah lama berhenti merokok. Dia mungkin tidak menyadari bahwa rokok ada di mulutnya. Dia merokok seolah- olah itu

membuatnya merasa baik atau lebih baik, namun faktanya tidak. Seperti sama sekali tidak ada perasaan aneh untuk merokok. Itulah yang disebut dengan kebiasaan merokok.

2. Afektif positif perilaku merokok

Disini dibedakan lagi menjadi dua subtipe, yaitu merokok sebagai stimulan untuk mempengaruhi afektif positif dari kegembiraan dan merokok sebagai relaksasi untuk mempengaruhi afektif positif dari kenikmatan.

Merokok sebagai relaksasi terjadi pada orang-orang yang dalam keadaan sangat santai seperti saat selesai makan dan di tengah- tengah percakapan yang menyenangkan. Jenis stimulan dalam merokok terjadi setiap kali merokok memberikan dampak kegembiraan seperti ketika anak muda merokok untuk membangun maskulinitas atau menyambut masa dewasa dengan menentang orang tuanya.

3. Afektif negatif perilaku merokok

Jenis yang ketiga ini diberi nama dengan merokok sedatif atau sebagai penenang. Dalam hal ini seseorang merokok terutama untuk mengurasi

Jenis yang ketiga ini diberi nama dengan merokok sedatif atau sebagai penenang. Dalam hal ini seseorang merokok terutama untuk mengurasi

Dokumen terkait