• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1... PENDAHULUAN

1.4. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini dapat berguna sebagai informasi bagaimana karakteristik pada kejadian trauma mata pada anak di RSUP H.

Adam Malik Medan

2. Data – data yang diperoleh pada penelitian ini dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya

3. Pengalaman penelitian

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi mata

Mata adalah organ fotosensitif yang sangat berkembang dan rumit, yang memungkinkan analisis cermat dari bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan objek. Mata terletak dalam struktur bertulang yang protektif di tengkorak, yaitu rongga orbita. Setiap mata terdiri atas sebuah bola mata fibrosa yang kuat untuk mempertahankan bentuknya, suatu sistem lensa untuk memfokuskan bayangan, selapis sel fotosensitif, dan suatu sistem sel dan saraf yang berfungsi mengumpulkan, memproses, dan meneruskan informasi visual ke otak.11

Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan

1. Lapisan fibrosa (sklera, kornea)

Sklera merupakan jaringan ikat protektif yang kuat disebelah luar, yang membentuk bagian putih mata

Kornea, lapisan luar anterior yang transparan tempat lewatnya berkas-berkas cahaya ke interior mata.12

2. Lapisan vaskulosa (khoroid, badan siliar, iris)

Koroid merupakan lapisan tengah dibawah sklera yang sangat berpigmen dan mengandung banyak pembuluh darah untuk memberi makan retina, lapisan koroid disebelah anterior mengalami spesialisasi menjadi badan siliaris dan iris.12

3. Lapisan nervosa (retina)

Retina, lapisan paling dalam dibawah koroid, yang terdiri dari sebuah lapisan berpigmen disebelah luar dan sebuah lapisan jaringan saraf

dibagian dalam. Retina memiliki fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls listrik, yaitu sel batang dan sel kerucut.12

Gambar 2.1 Anatomi mata.10

Bagian dalam mata terdiri dari dua ruang yang terpisahkan oleh lensa, ruang anterior berisi aqueous humor (dihasilkan sekitar 5 ml/hari oleh jaringan kapiler didalam badan siliaris) dan ruang posterior berisi vitreous humor.12

Gambar 2.2 Pembentukan dan aliran cairan pada mata13.

Gambar 2.3 anatomi badan siliraris13.

Iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk struktur seperti cincin (otot sirkuler untuk miosis dan otot radialis untuk midriasi) yang berfungsi untuk mengatur banyak jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara mengatur

ukuran pupil (lubang bundar dibagian tengah iris tempat masuknya cahaya) dan berfungsi menentukan warna mata.13

Akomodasi dikendalikan oleh saraf parasimpatis. Otot siliaris dikendalikan hampir seluruhnya oleh sinyal saraf parasimpatis ditransmisikan ke mata melalui saraf kranial ketiga dari saraf ketiga nukleus di batang otak.

Stimulasi kontraksi saraf parasimpatis pada otot siliaris, yang merenggangkan ligamen lensa, sehingga memungkinkan lensa menjadi lebih tebal dan meningkatkan daya biasnya . Dengan peningkatan bias ini, listrik mata berfokus pada objek dekat dibandingkan dengan ketika mata memiliki daya bias yang lebih kecil. Akibatnya, sebagai objek yang jauh bergerak ke arah mata, jumlah impuls parasimpatis yang masuk otot siliaris harus semakin meningkat pada mata untuk focus. 13

Gambar 2.4 Mekanisme akomodasi mata.13

2.2 Trauma mata

Trauma mata adalah suatu kejadian yang umum sering terjadi di masyarakat, terutama pada anak-anak. Meskipun dapat dicegah, trauma mata ini dapat menyebabkan kebutaan, bahkan kematian pada penderitanya. Trauma mata pada anak dapat mempengaruhi sosio ekonomi dan psikologi dikemudian hari.

Pengawasan yang extra ketat haruslah diterapkan pada anak-anak agar dapat terhindar dari trauma yang tidak diinginkan.3

Trauma mata dapat digolonggkan menjadi 15:

 Trauma tumpul

 Trauma tembus bola mata

 Trauma kimia

 Trauma radiasi

 Trauma akibat gigitan serangga

Trauma pada mata dapat mengenai jaringan mata, seperti14 : - Kelopak

- Konjungtiva - Kornea - Uvea - Lensa - Retina

- Papil saraf optik - Orbita

2.2.1 Trauma tumpul

A. Trauma tumpul pada mata

Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras tumpul atau benda yang tidak keras yang tumpul, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun lambat.15

B. Hematoma palpebra

Hematoma palpebra merupakan kelainan yang disebabkan pecahnya pembuluh darah sehingga terjadi pembengkakan atau penimbunan darah dibawah kulit kelopak.14

Hematoma kelopak merupakan kelainan yang disebabkan trauma tumpul pada kelopak, salah satu contohnya adalah pukulan tinju yang mengenai kelopak mata. Keadaan ini memberikan bentuk yang menakutkan pada pasien, dapat menjadi tidak berbahaya maupun sangat berbahaya disebabkan keras atau tidaknya trauma yang terjadi.14

Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak mata, maka ini disebut sebagai hematoma kaca mata. Hematoma kaca mata merupakan keadaan yang sangat gawat. Hematoma kacamata disebabkan pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Pada pecahnya a.oftalmika maka darah memasuki kedua rongga orbita melalui fisura orbita. Akibat darah tidak dapat menjalar lanjut karena dibatasi septum orbita kelopak maka akan terbentuk gambaran hitam pada kelopak seperti seseorang menggunakan kacamata.14

Pada hematoma kelopak yang dini, dapat diberi kompres dingin untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi rasa sakit. Bila hematoma yang telah berlangsung lama, untuk memudahkan absorbsi darah diberikan kompres air hangat.16

C. Trauma tumpul konjungtiva

Jaringan konjungtiva yang bersifal lendir dapat menjadi kemotik pada setiap kelainan termasuk akibat trauma tumpul. Bila konjungtiva terpajan dunia luar secara langsung tanpa mengedip, hal ini dapat menyebabkan edema konjungtiva. Edema konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak menutup sehingga bertambah rangsangan terhadap konjungtivanya. Pada edema konjungtiva dapat diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan didalam selaput lendir konjungtiva. Pada edem konjungtiva yang berat dapat dilakukan insisi sehingga cairan konjungtiva kemotik keluar melalui insisi tersebut.14

D. Hematoma subkonjungtiva

Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat dibawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera.

Pecahnya pembuluh darah ini bisa akibat dari batuk rejan, trauma tumpul basis kranii (hematoma kaca mata) atau pada keadaan pembuluh darah yang mudah pecah. Pembulu darah akan rentan dan mudah pecah pada usia lanjut, hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis, dan anemia. Bila perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan tidak terdapat robekan dibawah jaringan konjungtiva atau sklera. Pemeriksaan funduskopi perlu dilakukan pada setiap penderita dengan perdarahan subkonjungtiva akibat trauma tumpul. Pengobatan pertama pada hematoma subkonjungtiva adalah dengan kompres hangat.

Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorbsi dengan sendirinya dalam 1 – 2 minggu tanpa diobati.14

E. Trauma tumpul pada kornea - Edema kornea

Trauma mata yang keras atau cepat dapat menyebabkan edema kornea.

Edema kornea dapat meberikan keluhan berupa penglihatan kabur dan terlihatnya

pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat keruh dengan uji plasedo yang positif. Pengobatan yang diberikan adalah larutan hipertonik seperti NaCL 5% atau larutan garam hipertonik 2 – 8%, glukosa 40%

dan larutan albumin. Bila terjadi peninggian tekanan bola mata maka dapat diberikan asetozolamida. Dapat diberikan lensa kontak lembek untuk menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki tajam penglihatan.14

- Erosi kornea

Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair, fotofobia dan penglihatan akan terganggu oleh media yang keruh.14

Pada kornea akan terlihat adanya defek epitel kornea yang bila diberi fuorosein akan berwarna hijau. Pada erosi kornea perlu diperhatikan adanya infeksi yang akan timbul.14

Anestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan menghilangkan rasa sakit yang sangat. Anestesi topikal diberikan dengan hati-hati karena dapat menambah kerusakan epitel. Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegah terjadinya infeksi dapat diberikan antibiotika spektrum luas seperti neosporin, kloramfenikol dan sufasetamid tetes. Akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme siliar maka dapat diberikan sikloplegik aksi-pendek seperti tropikamida. Untuk mengurangi rangsangan cahaya dan membuat rasa nyaman pada pasien, maka bisa diberikan bebat tekan pada pasien minimal 24 jam.14

- Erosi kornea rekuren

Erosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membran basal atau tukak metaherpetik. Epitel akan sukar menutup dikarenakan terjadinya

pelepasan membran basal epitel kornea sebagai tempat duduknya sel basal epitel kornea. Pengobatan terutama bertujuan melumas permukaan kornea sehingga regenerasi epitel tidak cepat terlepas untuk membentuk membran basal kornea.

Pemberian siklopegik bertujuan untuk mengurangi rasa sakit ataupun untuk mengurangi gejala radang uvea yang mungkn timbul. Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk tetes dan mata ditutup untuk mempercepat pertumbuhan epitel baru dan mencegah infeksi skunder. Dapat digunakan lensa kontak lembek pada pasien dengan erosi rekuren pada kornea dengan maksud untuk mempertahankan epitel berada ditempatnya.14

F. Trauma tumpul uvea - Iridoplegia

Kelumpuhan otot sfingter pupil yang bisa diakibatkan karena trauma tumpul pada uvea sehingga menyebabkan pupil menjadi lebar atau midriasis.

Pasien akan sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi dan merasakan silau karena gangguan pengaturan masuknya cahaya ke pupil. Pupil terlihat tidak sama besar atau anisokoria dan bentuk pupil dapat menjadi ireguler. Pupil biasanya tidak bereaksi terhadap sinar. Penanganan pada pasien dengan iridoplegia post trauma sebaiknya diberikan istirahat untuk mencegah terjadinnya kelelahan sfingter dan pemberian roboransia.14

- Iridodialisis

Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk pupil menjadi berubah. Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya.

Pada iridodialisis akan terlihat pupil lonjong, dan biasanya terjadi bersama-sama dengan terbentuknya hifema. Bila keluhan demikian, maka pada pasien sebaiknya dilakukan pembedahan dengan melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas.14

G. Hifema

Hifema adalah darah di dalam bilik mata depan yang dapat terjadi akibat trauma tumpul sehingga merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Pasien

akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun dan bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul dibagian bawah bilik mata depan dan dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Zat besi di dalam bola ata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan ptisis bulbi dan kebutaan. Penanganan awal pada pasien hifema yaiu dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang ditinggikan 30 derajat pada kepala, diberi koagulansia dan mata ditutup. Pada pasien yang gelisah dapat diberikan obat penenang. Bila terjadi glaukoma dapat diberikan Asetazolamida.

Parasentesis atau pengeluaran darah dari bilik mata depan dilakukan pada pasien dengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma skunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau setelah 5 hari tidak terliaht tanda-tanda hifema berkurang.14

H. Trauma tumpul pada lensa - Subluksasi Lensa

Subluksasi Lensa adalah lensa yang berpindah tempat akibat putusnya sebagian zonula zinn ataupun dapat terjadi spontan karena trauma atau zonula zinn yang rapuh (sindrom Marphan). Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Gambaran pada iris berupa iridodonesis. Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada, maka lensa akan menjadi cembung dan mata akan menjadi lebih miopi. Lensa yang cembung akan membuat iris terdorong ke depan sehingga bisa mengakibatkan terjadinya glaukoma sekunder.14

Penanganan pada subluksasi lensa adalah dengan pembedahan. Bila tidak terjadi penyulit seperti glaukoma dan uveitis, maka dapat diberi kaca mata koreksi yang sesuai.14

- Luksasi Lensa Anterior

Yaitu bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma sehingga lensa masuk ke dalam bilik mata depan. Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak. Muncul gejala-gejala glaukoma kongestif akut

yang disebabkan karena lensa terletak di bilik mata depan yang mengakibatkan terjadinya gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata. Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa didalam bilik mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar.14

Penanganan pada Luksasi lensa anterior sebaiknya pasien segera dilakukan pembedahan untuk mengambil lensa. Pemberian asetazolamida dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan bola mata.14

- Luksasi Lensa Posterior

Yaitu bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma sehingga lensa jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam didataran bawah fundus okuli. Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangnya karena lensa mengganggu kampus. Mata menunjukan gejala afakia, bilik mata depan dalam dan iris tremulans. Penanganan yaitu dengan melakukan ekstraksi lensa.

Bila terjadi penyulit maka diatasi penyulitnya.14 I. Trauma tumpul retina dan koroid - Edem Retina

Edem Retina adalah terjadinya sembab pada daerah retina yang bisa diakibatkan oleh trauma tumpul. Edema retina akan memberikan warna retina lebih abu-abu akibat sukarnya melihat jaringan koroid melalui retina yang sembab. Pada edema retina akibat trauma tumpul mengakibatkan edema makula sehingga tidak terdapat cherry red spot. Penglihatan pasien akan menurun.14

Penanganan yaitu dengan menyuruh pasien istirahat. Penglihatan akan normal kembali setelah beberapa waktu, akan tetapi dapat juga penglihatan berkurang akibat tertimbunya daerah makula oleh sel pigmen epitel.14

- Ablasi Retina

Yaitu terlepasnya retina dari koroid yang bisa disebabkan karena trauma.

Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina. Seperti

adanya retinitis sanata, miopia dan proses degenerasi retina lainnya. Pada pasien akan terdapat keluhan ketajaman penglihatan menurun, terlihat adanya selaput yang seperti tabir pada pandangannya. Pada pemeriksaan fundus kopi akan terlihat retina berwarna abu-abu dengan pembuluh darah yang terangkat dan berkelok-kelok. Ablasi retina ditangani dengan melakukan pembedahan oleh dokter mata.14

J. Trauma koroid - Ruptur Koroid

Ruptur biasanya terletak pada polus posterior bola mata dan melingkar konsentris di sekitar apil saraf optik, biasanya terjadi perdarahan subretina akibat dari ruptur koroid.Bila ruptur koroid terletak atau mengenai daerah makula lutea maka akan terjadi penurunan ketajaman penglihatan.14

K. Trauma tumpul saraf optik - Avulsi papil saraf optik

Saraf optik terlepas dari pangkalnya didalam bola mata yang bisa diakibatkan karena trauma tumpul. Penderita akan mengalami penurunan tajam penglihatan yang sangat drastis dan dapat terjadi kebutaan. Penderita perlu dirujuk untuk menilai kelainan fungsi retina dan saraf optiknya.14

- Optik neuropati traumatik

Trauma tumpul dapat mengakibatkan kompresi pada serat optik, demikian pula perdarahan dan edema sekitar saraf optik. Terdapat reaksi defek aferen pupil tanpa adanya kelainan nyata pada retina. Tanda lain yang dapat ditemukan adalah gangguan penglihatan warna dan lapangan pandang. Pengobatan adalah dengan merawat pasien pada waktu akut dengan memberi steroid. Bila penglihatan memburuk setelah steroid maka perlu di pertimbangkan untuk pembedahan.14

2.2.2 Trauma tembus pada mata

Trauma tembus pada mata dapat diakibatkan oleh benda tajam atau benda asing lainya yang mengakibatkan terjadinya robekan jaringan-jarinagan mata secara berurutan, misalnya mulai dari palpebra, kornea, uvea sampai mengenai lensa. Trauma mata juga dapat menyebabkan robekan pada konjungtiva saja, jika robekan tidak melebihi 1cm, maka tidak perlu pembedahan. Akan tetapi jika robekan lebih dari 1cm, diperlukan tindakan penjahitan untuk mencegah granuloma.14,15

Benda tajam seperti pisau akan menyebabkan luka laserasi yang jelas pada mata. Berbeda dengan kerusakan akibat benda asing yang terbang, beratnya kerusakan ditentukan oleh energi kinetiknya. Contohnya pada peluru pistol angin yang besar dan memiliki kecepatan tidak terlalu besar tetapi memiliki energi kinetik yang tinggi dan menyebabkan kerusakan pada mata yang cukup parah.17

Perdarahan yang timbul 24 jam setelah trauma, menunjukkan adanya fraktur dari dasar tengkorak. Sebagian besar cedera tembus menyebabkan penurunan penglihatan yang mencolok, tetapi cedera akibat partikel kecil berkecepatan tinggi mungkin hanya menimbulkan nyeri ringan dan kekaburan penglihatan. Tanda – tanda lainnya adalah kemosis hemoragik laserasi konjungtiva, kamera anterior yang dangkal dengan atau tanpa dilatasi pupil yang eksenrtrik, hifema, atau perdarahan korpus vitreus.3

Trauma tembus bola mata dapat dengan atau tanpa masuknya benda asing intraocular. Trauma tembus dapat berbentuk perforasi sclera dengan perdarahan badan kaca. Dapat juga perforasi sclera ini disertai dengan prolaps badan siliar.18

Bila trauma yang disebabkan benda tajam atau benda asing lainya masuk kedalam bola mata maka akan mengakibatkan tanda-tanda bola mata tembus seperti14 :

- Tajam penglihatan yang menurun - Tekanan bola mata yang rendah

- Bilik mata dangkal

- Bentuk dan letak pupil yang berubah

- Terlihat adanya ruptur pada kornea atau sklera

- Terdapat jaringan yang prolaps, seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca atau retina

- Konjungtivis kemotis

Penatalaksanaan diberikan antibiotik topikal, mata ditutup, dan segera dikirim pada dokter mata untuk dilakukan pembedahan. Diberikan antibiotik secara sistemik melalui oral atau intravena, anti tetanus profilaktik, analgetik dan sedatif bila perlu steroid lokal dan bebat tidak boleh diberikan. Pengeluaran benda asing setidaknya dilakukan di rumah sakit yang memadai.19

Adanya benda asing intraokuler dapat mengakibatkan endoftalmitis, panoftalmitis, ablasi retina, perdarahan intraokuler dan ptisis bulbi.19 Pasien yang terkena trauma tembus mata harus diberitahu agar tidak menekan atau memegang mata yang terkena trauma. Mata yang terkena trauma sebaiknya dilakukan pemeriksaan radiography, dan CT-scan jika diperlukan untuk melihat letak trauma yang terjadi.21

2.2.3 Trauma radiasi elektromagnetik - Trauma Sinar Inframerah

Sinar inframerah dapat mengakibatkan kerusakan pada lensa, iris dan kapsul disekitar lensa. Hal ini terjadi karena sinar yang terkumpul dan ditangkap oleh mata selama satu menit tanpa henti akan mengakibatkan pupil melebar dan terjadi kenaikan suhu lensa sebanyak 9 derajat selsius, sehingga mengakibatkan katarak dan eksfoliasi pada kapsul lensa. Sinar inframerah yang sering didapatkan adalah dari sinar matahari dan dari tempat pekerjaan pemanggangan. Seseorang yang sering terpajan dengan sinar ini dapat terkena keratitis superfisial, katarak kortikal anterior posterior dan koagulasi pada koroid. Biasanya terjadi penurunan tajam penglihatan, penglihatan kabur dan mata terasa panas.14

Tidak ada pengobatan terhadap akibat buruk yang telah terjadi, kecuali mencegah sering terpapar oleh sinar infra merah ini. Pemberian steroid sistemik dimaksudkan untuk mencegah terbentuknya jaringan parut pada makula dan untuk mengurangi gejala radang yang timbul.14

-. Trauma Sinar Ultra Violet

Sinar ultra violet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat, mempunyai panjang gelombang antara 350 – 295 nM. Sinar ultra violet banyak dipakai pada saat bekerja las dan menatap sinar matahari. Sinar ultra violet akan segera merusak sel epitel kornea, kerusakan ini akan segera baik kembali setelah beberapa waktu dan tidak memberikan gangguan tajam penglihatan yang menetap.14

Biasanya pasien akan memberikan keluhan 4 – 6 jam post trauma, pasien akan merasakan mata sangat sakit, terasa seperti ada pasir, fotofobia, blefarospasme dan konjungtiva kemotik. Kornea akan menunjukan adanya infiltrat pada permukaanya yang kadang-kadang disertai dengan kornea yang keruh. Pupil akan terlihat miosis.16

Pengobatan yang diberikan adalah binocular patch dan pemberian 1 – 2 tetes dari cyclopentolate 1% untuk menghilangkan rasa ketidaknyamanan yang di akibatkan spasme otot siliar. Semua pasien akan membaik dalam selang waktu 24-28 jam tanpa komplikasi. Anastesia disarankan tidak diberikan, karena akan memperlambat penyembuhan dari epitel kornea.21

- Trauma Sinar Ionisasi dan Sinar X 21

Sinar Ionisasi dibedakan dalam bentuk:

- Sinar alfa yang dapat diabaikan

- Sinar beta yang dapat menembus 1 cm jaringan - Sinar gamma

- Sinar X

Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan kerusakan pada kornea yang dapat bersifat permanen. Katarak akibat pemecahan sel epitel yang tidak normal dan rusaknya retina dengan gambaran dilatasi kapiler, perdarahan, mikroaneuris mata dan eksudat. Atrofi sel goblet pada konjungtiva juga dapat terjadi dan mengganggu fungsi air mata.18

Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika topikal, steroid sistemik dan sikloplegik. Bila terjadi simblefaron pada konjungtiva dilakukan tindakan pembedahan.18

2.2.4 Trauma kimiawi

Trauma Kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian dan peperangan yang memakai bahan kimia. Taruma kimia pada mata memerlukan tindakan segera, irigasi pada daerah mata yang terkena bahan kimia harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya penyulit yang berat. Pembilasan dapat dilakukan dengan memakai garam fisiologik atau air bersih lainya selama 15 – 30 menit.14 Komplikasi yang dapat terjadi berupa kehilangan cairan mata, luka pada jaringan kornea dan konjungtiva, terjadi adhesi antara tarsal dan bulba konjungtiva (symblepharon), obstruksi saluran air mata, dan infeksi pada mata.

Pemeriksaan silt-lamp sangat di perlukan untuk menilai keparahan trauma mata.21 - Trauma Asam14

Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi pengendapan ataupun penggumpalan bahan protein permukaan. Biasanya akan terjadi kerusakan pada bagian superfisisal saja, tetapi bahan asam kuat dapat bereaksi yang mengakibatkan trauma menjadi lebih dalam. Pasien akan merasakan mata terasa pedih, seperti kering, seperti ada pasir dan ketajaman mata biasanya menurun.

Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang terkena secara perlahan-lahan dan selama mungkin dengan air bersih atau garam fisiologik

minimal selama 15 menit. Antibiotika topikal untuk mencegah infeksi sikloplegik bila terjadi ulkus kornea atau kerusakan lebih dalam.

Prognosis baik bila konsentrasi asam tidak terlalu tinggi dan hanya terjadi kerusakan superfisisal saja.

Prognosis baik bila konsentrasi asam tidak terlalu tinggi dan hanya terjadi kerusakan superfisisal saja.

Dokumen terkait