BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif observasional yang retrospektif dengan menggunakan catatan rekam medis di RSUP H. Adam Malik Medan.
4.2 Definisi Operasional
Trauma mata adalah : cedera yang mengenai mata yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata.
Cara ukur : Observasi
Alat ukur : Check list
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 1. Jenis – jenis trauma mata : cedera pada mata yang dibagi berdasarkan penyebab yang mengenai matanya, seperti bahan kimia, benda tajam, benda tumpul, elektrik.
2. Penyebab trauma mata : benda – benda ataupun bahan kimia yang bisa menyebabkan trauma mata
3. Gambaran klinis Trauma Mata : gambaran atau gejala yang didapati pada pasien trauma mata
4.3 Pemilihan Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian rekam medis dan dilakukan pada jam kerja di RSUP H. Adam Malik Medan.
4.4 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah pasien trauma mata yang datang ke poliklinik rawat jalan dan tercatat pada rekam medis di rumah sakit H.Adam Malik Medan periode 2014-2015
4.5 Sampel Penelitian
Besar sampel ditentukan dengan metode total sampling yaitu semua subjek yang datang berusia < 16 tahun selama periode 2014-2015
4.6 Kriteria Inklusi Dan Eksklusi Kriteria Inklusi
• Semua penderita trauma mata dan trauma kepala yang berusia <16 tahun yang berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan.
Kriteria Eksklusi
• Data rekam medis yang tidak lengkap 4.7 Identifikasi Variabel
1.Variabel terikat adalah : - pasien trauma mata 2. Variabel bebas adalah : - jenis trauma mata
- mata yang terlibat - sosio –demografi 4.8 Cara Kerja
Data penderita trauma mata diambil dari bagian rekam medik RSUP.H. Adam Malik Medan selama 2 tahun ( periode 2014-2015). Data dikumpulkan meliputi umur, jenis kelamin, mata yang terkena, jenis trauma, dan gambaran klinis pasien trauma mata
4.9 Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam tabulasi data.
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang terletak di Jalan Bunga Lau nomor 17 Medan, dari bulan Agustus sampai November 2016.
5.1.2. Karakteristik Sampel
Pada penelitian ini, karakteristik sampel yang ada dapat dibedakan menjadi umur, jenis kelamin, jenis trauma mata , dan mata yang terkena trauma
Tabel 5.1. Karakteristik pasien Trauma Mata berdasarkan usia
Umur Jumlah Persentase
1 – 7 9 28.1%
8 – 15 23 71.9%
Total 32 100%
Dari Tabel 5.1. dapat diketahui bahwa mayoritas sampel berusia 8 – 15 tahun dengan jumlah 23 orang ( 71.9% ), sedangkan sampel paling sedikit berusia 1 – 7 tahun ( 28.1% ).
Tabel 5.2. Karakteristik pasien Trauma Mata berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 26 81.3%
Perempuan 6 18.7%
Total 32 100%
Dari Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa Trauma Mata lebih banyak didapati pada Laki-laki dengan jumlah 26 orang ( 81.3% ), sedangkan pada Perempuan sebanyak 6 orang ( 18.7% ).
Tabel 5.3. Karakteristik pasien Trauma Mata berdasarkan jenis trauma
Jenis Trauma Jumlah Persentase
Trauma Tumpul 17 53.1%
Berdasarkan Tabel 5.3. dapat diketahui bahwa Trauma Tumpul paling banyak dijumpai sebanyak 17 kasus (53.1%), sedangkan Trauma Tembus Bola Mata sebanyak 14 kasus (43.8%), Trauma Kimiawi sebanyak 1 kasus (3.1%), dan tidak ada dijumpai kasus Trauma Radiasi (0%).
Tabel 5.4. Karakteristik Trauma Mata berdasarkan mata yang terlibat Mata Yang Terlibat Jumlah Persentase
Mata Kanan 17 53.1%
5.1.3. Gambaran Klinis Trauma Mata
Pada penelitian ini dapat mengetahui berbagai gejala klinis yang dapat terjadi pada jenis-jenis trauma mata. Gejala klinis yang dibedakan adalah mata merah, gangguan penglihatan, kebutaan, dan bengkak pada mata.
Tabel 5.5. Gejala klinis pada jenis Trauma Mata
Jenis didapati Nyeri pada Mata dengan Trauma Tumpul yang terbanyak yaitu 17 kasus.
Lalu pada gejala klinis yang lainnya yaitu bengkak pada bagian mata hanya terjadi pada kasus Trauma Tumpul sebanyak 14 kasus. Gejala lainnya yaitu gangguan penglihatan dan buta. Pada gangguan penglihatan didapati paling banyak ditemukan pada Trauma Mata Tumpul sebanyak 13 kasus, sedangkan kebutaan paling banyak didapati pada jenis Trauma Tembus Bola Mata sebanyak 7 kasus.
Tabel 5.6. Prevalensi Mata Merah pada Trauma Mata
Jenis Trauma Mata Merah
Jumlah Persentase
Tabel 5.7. Prevalensi Nyeri pada Mata pada Trauma Mata
Jenis Trauma Nyeri Pada Mata
Jumlah Persentase
Pada gambaran klinis berikutnya adalah Nyeri pada Mata. Pada Tabel 5.7 dijumpai Trauma Tumpul mengalami gambaran klinis nyeri pada mata yang terbanyak yaitu 17 kasus (53.1%). Dan Trauma Tembus Bola Mata hanya 14 kasus (43.8%) dan Trauma Kimiawi 1 kasus (3.1%)
Tabel 5.8. Prevalensi Bengkak pada Mata pada Trauma Mata
Jenis Trauma Bengkak Pada Mata
Jumlah Persentase Tumpul dengan angka kejadian sebanyak 14 kasus (100%)
Tabel 5.9. Prevalensi Gangguan Penglihatan pada Trauma Mata
Jenis Trauma Gangguan Penglihatan
Jumlah Persentase
Tabel 5.9 membahas tentang Gangguan Penglihatan pada Trauma Mata.
Pada gangguan penglihatan paling banyak terjadi pada kasus Trauma Tumpul sebanyak 13 kasus (61.9%).
Tabel 5.10. Prevalensi Buta pada Trauma Mata Tembus Bola Mata sebanyak 7 kasus (63.6)% dan pada Trauma Tumpul 4 kasus (36.4%)
Tabel 5.11. Mata yang terlibat kebutaan
Jenis Trauma Kebutaan kebutaan pada 1 mata saja dan 1 kasus yang mengenai kedua mata. Pada Trauma Tembus Bola Mata didapati 7 kasus yang terjadi pada 1 mata saja dan tidak ada kasus pada kedua mata. Pada Trauma Kimiawi tidak didapati adanya kasus kebutaan pada mata.
5.2. Pembahasan
Trauma okuli merupakan salah satu penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan pada satu mata yang dapat dicegah.23 Trauma okuli dapat dibagi menjadi trauma tajam, trauma tumpul, trauma kimia, trauma termal, trauma fisik, extraocular foreign body, dan trauma tembus berdasarkan mekanisme trauma. Trauma okuli dapat terjadi diberbagai tempat, di rumah tangga, di tempat kerja, maupun di jalan raya.23-24
Penyebab terjadinya trauma okular pada populasi anak berbeda dengan pada orang dewasa. Trauma okular yang terjadi pada anak yang lebih kecil biasanya disebabkan saat bermain dengan anak yang lain. Sedangkan pada anak yang lebih tua dan remaja banyak disebabkan oleh kegiatan olah raga.25 Penyebab lain trauma okular termasuk peluru senjata mainan, tongkat, dan benturan dengan benda tetap.27 Kejadian trauma okular pada anak-anak dapat dihindari dengan pengawasan orang dewasa dan penggunaan alat pelindung mata saat berolah raga.26 Pada penelitian ini trauma tumpul merupakan kasus trauma mata yang terbanyak yaitu dengan penyebab jatuh dan terkena barang sekitarnya, adapun penyebab lainnya alat tulis, mainan anak, dan lain-lain.
Menurut American Academy of Ophthalmology, perbandingan gender pada angka trauma mata adalah 3 atau 4 banding 1, dengan anak yang berusia 8 sampai 15 tahun merupakan kelompok usia terbanyak mengalami trauma mata yang berat dibandingkan dengan kelompok usia yang lainnya.26 Sama halnya dengan penelitian yang saya lakukan yaitu angka kejadian Trauma mata lebih banyak terjadi pada kelompok usia 8-15 tahun yaitu sebanyak 23 kasus (71.9%) sedangkan pada kelompok umur 1-7 hanya terdapat 9 kasus (28.1%). Hal ini dikarenakan anak laki-laki memiliki perilaku lebih agresif dibandingkan dengan anak perempuan. Anak-anak lebih rentan terhadap cedera mata karena mereka belum matang keterampilan, akal sehat terbatas, kecenderungan untuk meniru orang dewasa tanpa memahami risiko, kurangnya emosional kontrol, ketidaktahuan, dan rasa ingin tahu yang alami.26
Pada penelitian ini peneliti mencoba mencari angka kejadian yang terjadi pada anak-anak oleh karena Trauma Mata. Terdapat 32 kasus yang tercatat pada tahun 2014-2015 dengan angka kejadian sebanyak 26 pada anak laki-laki dan 6 kasus pada perempuan, yang di antaranya terjadi pada umur 1-7 tahun sebanyak 9 kasus dan 23 kasus pada kelompok umur 8-15 tahun. Kenyataan ini sesuai dengan penelitian lain di Australia, Madison, dan Baltimore yang menyatakan bahwa laki-laki lebih banyak mengalami trauma okuli dibandingkan perempuan.28
Pada penelitian ini juga dibahas tentang jenis trauma yang terkena. Pada penelitian ini didapati bahwa Trauma Tumpul yang menjadi kasus terbanyak terjadi, yaitu sebanyak 17 kasus (53.1%) sedangkan Trauma Tembus Bola Mata sebanyak 14 kasus (43.8%), dan Trauma Kimiawi sebanyak 1 kasus (3.1%).
Kenyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nirmalan dan Badrinath dalam penelitiannya di India menyatakan bahwa jenis trauma yang paling banyak terjadi adalah trauma tumpul masing-masing sebesar 54% dan 46.94%. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Vats, yang melakukan penelitian di Rural South Indian mendapatkan bahwa trauma okuli yang paling sering terjadi adalah Extraocular Foreign Body sebesar 37.5%, diikuti oleh trauma tumpul sebesar 29.2%.24,29
Trauma okuli umumnya mengenai satu mata tetapi keterlibatan kedua mata dapat pula terjadi. Penelian ini mendapatkan mata kanan (53.1%) lebih banyak daripada mata kiri (37.5%) maupun kedua mata (9.4%). Pada penelitian sebelumnya melaporkan 72,2% trauma okuli mengenai mata kanan. Hal ini mungkin disebabkan oleh kebanyakan penderita menggunakan tangan kanan untuk melakukan aktivitas.23
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat di ambil kesimpulan :
Hasil distribusi frekuensi berdasarkan usia ditemukan lebih banyak pada kelompok usia 8-15 tahun
Hasil distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin lebih banyak didapati pada laki-laki.
Hasil distribusi frekuensi berdasarkan jenis trauma lebih banyak terjadi kasus Trauma Tumpul yaitu sebanyak diikuti dengan Trauma Tembus Bola Mata, dan Trauma Kimiawi.
Hasil distribusi frekuensi berdasarkan Mata yang terlibat lebih banyak terjadi pada mata sebelah kanan, diikuti pada mata kiri, dan kedua mata.
Hasil distribusi frekuensi berdasarkan Gambaran Klinis paling banyak terjadi pada Nyeri pada mata diikuti Mata merah, Gangguan penglihatan, Bengkak pada mata, dan yang terakhir kebutaan.
6.2 Saran
1. Bagi Rumah Sakit dan Sarana Kesehatan Lainnya
Pada penelitian ini tidak terlalu banyak dijumpai pasien yang menglalami Trauma Mata, oleh karena itu pihak sarana kesehatan seperti rumah sakit dan lainnya harus tetap memberi edukasi yang baik bagi orang tua agar anaknya terhindar dari Trauma Mata
Rumah sakit serta instansi kesehatan lainnya juga diharapkan untuk meningkatkan lagi kualitas Rekam Medik untuk penelitian selanjutnya
2. Bagi masyarakat luas
Masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan dari anak-anaknya, terutama dengan memperhatikan lingkungan tempat tinggal dan bermain anak
Bagi orang tua yang anaknya telah terkena trauma mata agar lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap anaknya
3. Bagi peneliti selanjutnya
Pada penelitian ini peneliti hanya melihat angka kejadian serta beberapa karakteristik pada pasien Trauma Mata yang terjadi pada anak melalui data yang diperoleh dari data rekam medik. Pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan alat ukur lainnya seperti kuesioner, microfilament, dan lain sebagainya sebagai acuan serta menambah variabel-variabel lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Apuranto, H. Luka akibat benda tumpul dalam : Buku ajar ilmu kedokteran forensik dan medikolegal. Surabaya : Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
2010. p. 36-38.
2. Asbury, T. Trauma mata dalam : Oftalmologi umum edisi XVII. Jakarta.
Widya Medika. 2008; 373 - 80
3. Khun, F. Piramici, JD. in : Emergency management of trauma ocular, Departement of Opthalmology University of Pecs. Hungary. 2002. p. 71 - 86.
4. Wijana, N. Ilmu penyakit mata. Jakarta: ECG. 1993. 312-26.
5. Parver, L. Eye trauma in : The Neglected Disorder. Arch Ophthalmol.
United States. 1986 ;104 :1452-3.
6. Negrel, AD. Thylefors, B. The global impact of eye injuries. Ophthalmic Epidemiol. Geneva, Switzerland. 1998 ; 5 : 143-69.
7. Scribano, P. Nance, M. Reilly, P. Pediatric nonpowder firearm injuries in : Outcomes in an urban paediatric setting 5th edition. Paediatrics. 1997. 100 : 1-3.
8. Takvam , J. Midefart, A. Survey of eye injuries in Norwegian children in : Acta Ophthalmol. 1993. 71 : 500-505.
9. Aldy, F. Prevalensi kebutaan akibat trauma mata di kabupaten Tapanuli Selatan. Medan. 2009.
10. Netter, FH. bola mata dalam : Atlas anatomi manusia. edisi ke 5. singapore : elsevier. 2013. p. 87.
11. Mescher, AL. Mata dan telinga : organ perasa khusus dalam : Histologi dasar Junquiera teks & atlas. edisi ke 12. jakarta : ECG. 2009. p. 403-404 12. Sherwood, L. Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit
Buku kedokteran EGC, 2001. p. 161-163.
13. Guyton, AC. Hall, JE. The eye: 1 optics of vision in : Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology 13th Edition. jackson, Mississipi:
Elsevier. 2015. p. 639 - 645.
14. Ilyas, S. Yulianti, SR. Trauma mata dalam : Ilmu Penyakit Mata. edisi ke 5.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2015. p. 279 - 297.
15. Vaughan, DG. Asbury, T. Eva, PR. oftalmology umum. Jakarta: Widya
American Academy of Opthalmology. 1993. p. 82 - 87.
18. Leisegang, TJ. SLento, GL. Fundamental and principles of othalmology. in Basic and clinical science cours. international opthalmology. section 2.
USA. AAO; 2002-223. p. 30-70.
19. Radjiman, T. ilmu penyakit mata. penerbit airlangga. Surabaya. 1984. p. 1-8.
20. Hassan, R. Alatas, H. Trauma mata dalam : Ilmu kesehatan anak edisi ke 4.
Jakarta : fakultas kedokteran universitas indonesia. 2007. p. 900.
21. McPhee, SJ. Papadakis, MA. Ocular Trauma. In: Current Medical Diagnosis & Treatment 48th edition. United States of America. 2009. P.
165-166.
22. Cockherham GC, Goodrich GL, Weichel ED, Orcutt JC, Rizzo JF, Bowe KS, et al. Eye and Visual Function in Traumatic Brain Injury. J Reha Rese
& Dev [internet]. 2009 [cited 2016 Jun23];46(6). Available from:
http://www.rehab.research.va.gov/jour/09/46/6/Cockerham.html
23. Wong TY, Klein BEK, Klein R. The Prevalence and 5-year Incidence of Ocular Trauma. Ophthalmology 2000; 107: 2196–2202.
24. Nirmalan PK, Katz J, Tielsch JM, Robin AL, Thulasiraj RD, Krishnadas R, et al. Ocular Trauma in a Rural South Indian Population. Ophthalmology Phillips PH, Wiggins RE. Pediatric ophthalmology and strabismus: Ocular Trauma in Childhood section 6. Singapore: American Academy of Ophthalmology; 2011-2012. p 404-11.
27. Lawrence M. Levine, MD : Pediatric ocular trauma and shaken infant syndrome Pediatr Clin N Am 50 .2003. p 137– 148.
28. Katz J, Tielsch JM. Lifetime prevalence of ocular injuries from the Baltimore Eye Surgery. Arch Ophthalmol 1993; 111: 1564–8.
29. Badrinath SS. Ocular trauma. Indian J ophthalmol 1987; 35: 110–1.
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
umurkelompok
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
matamerah * traumatumpul Crosstabulation
buta * traumatembus Crosstabulation
gangguanpenglihatan terganggu 13 8 21
buta 4 7 11
Total 17 15 32
gangguanpenglihatan * traumatembus Crosstabulation Count
traumatembus
Total
ya tidak
gangguanpenglihatan terganggu 7 14 21
buta 7 4 11
Total 14 18 32
gangguanpenglihatan * traumakimia Crosstabulation Count
traumakimia
Total
ya tidak
gangguanpenglihatan terganggu 1 20 21
buta 0 11 11
Total 1 31 32
bengkakpadamata * traumatumpul Crosstabulation Count
traumatumpul
Total
ya tidak
bengkakpadamata ya 14 0 14
tidak 3 15 18
Total 17 15 32
bengkakpadamata * traumatembus Crosstabulation Count
traumatembus
Total
ya tidak
bengkakpadamata ya 0 14 14
tidak 14 4 18
Total 14 18 32
bengkakpadamata * traumakimia Crosstabulation Count
traumakimia
Total
ya tidak
bengkakpadamata ya 0 14 14
tidak 1 17 18
Total 1 31 32
nyeripadamata * traumatumpul Crosstabulation Count
traumatumpul
Total
ya tidak
nyeripadamata ya 17 15 32
Total 17 15 32
nyeripadamata * traumatembus Crosstabulation Count
traumatembus
Total
ya tidak
nyeripadamata ya 14 18 32
Total 14 18 32
nyeripadamata * traumakimia Crosstabulation Count
traumakimia
Total
ya tidak
nyeripadamata ya 1 31 32
Total 1 31 32