BAB I PENDAHULUAN
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diproleh dari penelitian ini yaitu manfaat teoritis dan praktisi, adapun manfaatnya sebagai berikut:
1) Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmiah atau referensi bagi semua pihak yang membutuhkan informasi menegenai konvergensi Media Massa terhadap keberlangsungan perusahaan Media Massa.
b. Hasil penelitian diharapkan memeberikan kontribusi terhadap pengembangan pengetahuan dan wawasan bagi pembaca khususnya dalam program ilmu komunikasi.
2) Manfaat praktisi
1) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan mengenai konvergensi media massa dan strategi survive lewat konvergensi pada industri media massa maupun dalam lingkup yang lebih luas.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna kepada masyarakat dan pihak-pihak lain termaksuk industri media massa sebagai bahan pertimbangan dalam menghadapi dan memahami bagaimana strategi survive lewat konvergensi.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan penulis adalah sebagai dasar dalam penyusunan penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui hasil yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, sekaligus sebagai perbandingan dan gambaran yang dapat mendukung kegiatan penelitian berikutnya yang sejenis. Berikut ini adalah rincian terkait dengan penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan dengan penelitian penulis saat ini:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nurliah (2018) dengan judul “Konvergensi dan kompetisi media massa dalam memenangkan pasar di Era media digital di Makassar”. Hasil penelitian menunjukkan bahawa (1) Media tradisional memanfaatkan internet (media baru), (2) Konvergensi yang mengintegrasikan tiga fitur unik yakni kemampuan multimedia berdasarkan platform digital, (3) Kualitas interaktif media online dan penataan firutur-fitur media massa konvensional mengatasi merosotnya jumblah pembaca, (4) Menambah platform cetak dengan media online melalui situs berita online, (5) Sedikit banyak mampu menaikan jumlah pembaca pada media konvensional Koran karena distribusi berita tak lagi hanya mengandalkan Koran tetapi juga media online. (Nurliah, 2018:112) 2. Penelitian yang dilakukan oleh Woro Harkandi Kencana (2013) yang
berjudul “Konvergensi media analisis institusional komunikasi bisnis
pada Transmedia grup” hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Transmedia grup melakukan konvergensi media untuk memenuhi kebutuhan pasar dan perkembangan teknologi, (2) Menghadapi persaingan yang ketat dalam dunia industri media, (3) Melakukan inovasi-inovasi pada bentuk konvergensi terutama secara konten dan secara teknologi, (5) Jika media grup tidak melakukan konvergensi media maka industri ini akan tertinggal jauh daru media lain. (Kencana, 2013:1)
3. Penelitian yang dilakukan oleh Annissa Derviana dan Rana Akbar Fitriawan dengan judul “konvergensi pada media massa studi: deskriptif kualitatif mengenai konvergensi media Republika” di mana hasil penelitian menunjukkan (1) platform di RMM ini terdiri dari Koran republika, (2) Republika Onlineepaper, majalah digital, media sosial, dan aplikasi digital. (3) Republika melakukan konvergensi karena terjadinya transformasi teknologi yang mendorong media untuk masuk ke ranah digital, (5) Tuntutan industri pun membuat Republika harus menyajikan kontennya tidak hanya dalam bentuk tulisannya namun juga dalam bentuk foto, dan video. (Derviana et al., 2019:409)
Perbandingan penelitian terdahulu dengan penelitian Konvergensi Media Massa Studi Survive pada Harian Berita Kota Makassar
Tabel 1. Penelitian terdahulu
No. Judul penelitian Hasil penelitian Perbedaan penelitian 1. Konvergensi dan
(nurliah:2018) fitur unik yakni
Media massa sudah beberapa kali mengalami perubahan, transformasi dan bahkan bermetamorfosis. Sebagai media komunikasi yang biasanya ditimbulkan akibat hubungan timbal balik yang rumit antara berbagai kebutuhan yang dirasakan, tekanan persaingan politik serta berbagai inovasi sosial dan teknologi. (Iskandar, 2018:59)
Perkembangan teknologi komunikasi (massa) bermula dari mesin cetak yang menghasilkan surat kabar, buku, majalah, teknik fotografi yang menghasilkan film,
teknologi gelombang elektromagnetik yang melahirkan radio dan televisi, terakhir teknologi berbasis internet yang kemudia mempopulerkan istilah media baru (new media). Kehadirannya akhirnya dapat mengubah media konvensional ini secara drastis dan dramatis dalam perjalanan perkembangan media massa.
Setidaknya kemajuan teknologi ini memicu dua perubahan mendasar dalam lingkungan media massa. Yang pertama, perubahan proses jurnalistik, termaksud digitalisasi. Dan yang kedua perubahan bentuk dan format atau platform organisasi media. (Anisti.Surianto Dharma Adhi,M.Kom, 2021)
Bahwa jika sebelumnya setiap jenis media massa berdiri sendiri atau memiliki organisasi dan manajemen mandiri. Saat ini mereka tergabung dalam kesatuan yang dikenal dengan konvergensi. Itulah mengapa tidak heran bila sekarang hampir semua media cetak yang tadinya berstatus media konvensional berubah arah ke arah bentuk berita online, e-paper, dan live streaming. (Iskandar, 2018:10)
World Association of Newpapers (WAN) menemukan enam tren efek internet terhadap jurnalisme. 1) Peningkatan jurnalisme partisipatif atau internet terhadap jurnalisme. 2) Munculnya riset tentang audiens tentang pola penggunaan media. 3) Penyebaran informasi (berita) yang dibuat sendiri secara online dan prangkat telepon saluler. 4) Penataan kembali newsroom yang lebih fokus kepada audiens. 5) Pengembangan bentuk baru tantang narasi atau storytelling yang disesuaikan dengan audiens dan saluran yang baru. 6) Audiens yang fokus pada penyesuaian berita dan juga penyesuaian berita pada multimedia. (Iskandar, 2018:10)
Menurut John V. Pavlik dalam dunia digital, jurnalisme modern mengalami 5 perubahan yaitu. 1) Pengumpulan dan pelaporan berita. 2) Pengumpulan informasi, pengindeksan, dan pengembangannya, khususnya konten untuk multimedia. 3) Proses, produksi, dan editorial. 4) Distribusi dan penerbitan. 5) Penampilan tata letak, dan akses. (Iskandar, 2018:11)
C. Komunikasi Media Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, seperti surat kabar, majalah, radio atau televisi, jadi komunikasi massa bukan komunikasi dengan massa (orang banyak) namun komunikasi media massa dapat juga sebagai pengantar informasi kepada khalayak.
Bagaimana sebuah media berita menggunakan media massa dalam menyampaikan suatu informasi baik audio visual ataupun verbal. Menurut Wright mendifenisiskan komunikasi massa dalam tiga komunikasi massa di arahkan kepada audiens yang relativ besar, heterogen dan anonim.(Wahyuni, 2014)
1) Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering di jadwalkan untuk mencapai sebanyak mungkin anggota audiens, secara serempak dan sifatnya sementara. 2) Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang komplek yang mungkin membutuhkan biyaya yang besar.
Dalam hal ini pula beberapa fungsi dari komunikasi massa menurut Devito.
Fungsi dari komunikasi massa adalah: menghibur, meyakinkan, mengubah, menginformasikan, menciptakan rasa kebersamaan. Seperti yang dikutip oleh Wilbur Schramm (Wahyuni, 2014) dikatakan bahwa untuk berlangsungnya suatu kegiatan komunikasi minimal diperlukan tiga komponen yaitu short message
Distination atau komunikator pesan komunikan apabila salah satu dari ketiga komponen tersebut tidak ada maka komunikasi tidak dapat berlangsung Namun demikian selain ketiga komponen tersebut masih dapat komponen lainnya yang berfungsi sebagai pelengkap artinya jika komponen tersebut akan berpengaruh terhadap komponen lainnya oleh karena itu komponen-komponen utama komunikator pesan komunikan mutlak harus ada pada proses komunikasi baik untuk komunikasi antar personal kelompok maupun komunikasi massa.(Wahyuni, 2014)
Beberapa ciri lingkungan media Baru adalah sebagai berikut teknologi yang dahulu berbeda dan terpisah seperti percetakan dan penyerang sekarang bergabung kita sedang bergeser dari kelangkaan media menuju media yang berlimpah mengalami pergeseran dari kepuasan Mas Aliens kolektif menuju kepuasan grup atau individu kita sedang mengalami pergeseran dari media satu arah kepada media internet namun perkembangan teknologi menyebabkan definisi.(Wahyuni, 2014)
Komunikasi massa mempunyai beberapa perbedaan dengan komunikasi tatap muka menurut Denis perbedaan terjadi dalam hal konsekuensi menggunakan media konservasi memiliki wilayah luas dan beragam pengaruh sosial dan kultur sedangkan menurut Elizabeth ada empat tanda pokok dari komunikasi massa benda secara teknis komunikasi massa dibandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal tanda langsung bersifat sejarah bersifat terbuka mempunyai pabrik yang terbesar secara geografis. (Wahyuni, 2014)
Di samping adanya perbedaan antara komunikasi massa dan komunikasi interpersonal terdapat pola hubungan antara komunikasi yang saya dengan
komunikasi interpersonal menurut dan pohon merupakan variabel intervening antara media massa dan perubahan perilaku sedangkan inverter las menemukan bahwa antara saluran media massa dan interpersonal saling melengkapi kemudian antara komunikasi dari media massa pada efek sosialisasi dari media massa.(Wahyuni, 2014)
Dengan mengikuti formula Lasswel dapat dipahami bahwa dalam proses komunikasi media massa terdapat 5 unsur yang disebut komponen atau unsur dalam komunikasi yaitu:
1) Who (siapa): komunikator, orang yang menyampaikan pesan dalam proses komunikasi massa, bisa perorangan atau mewakili suatu lembaga, organisasi maupun instansi. Segala masalah yang bersangkutan dengan unsur “siapa” memerlukan analisis kontrol (kontrol analysis) yaitu analisis yang merupakan sup devisi dari riset lapangan.
2) Says what (apa yang dikatakan): pernyataan umum, dapat berupa suatu ide, informasi, opini pesan dan sikap, yang sangat erat, kaitannya dengan masalah analisis pesan.
3) In which channel (melalui saluran apa): media komunikasi atau saluran yang digunakan untuk melaksanakan kegitan komunikasi. dalam hal ini dapat digunakan primary technique, secondery, technique, direct comunicacion atau indirect communication, Dalam dasar-dasar retorika, komunikasi dan informasi.(Wahyuni, 2014).
4) To whom (kepada siapa): komunikan atau audiens yang menjadi sasaran komnikasi. Kepada siapa pernyataan tersebut ditunjukkan, berkaitan
dengan masalah penerima pesan. Dalam hal ini diperlukan adaknya analisis khalayak audience analisis.
5) With what effect (dengan efek apa): hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan umum itu pada sasaran yang dituju. Berkaitan dengan efek ini diperlukan adanya analisis efek.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa khalayak yang dituju oleh Komunikasi Massa adalah Massa atau sejumlah besar khalayak karena banyaknya jumlah khalayak karena banyaknya serta sifatnya yang anonim dan heterogen, Maka sangat penting bagi media untuk memperhatikan khalayak.
Hal-hal tersebut ada pesan-pesan media massa yang diminati oleh seluruh khalayak, Ada pula yang hanya diminati oleh kelompok tertentu Misalnya kelompok usia anak remaja dewasa, agama kelompok etnis dan sebagainya dengan demikian harus ditentukan strategi komunikasi dalam menyusun suatu acara atau rubik tertentu untuk mencapai sasaran khalayak target audiens atau sasaran kelompok target Group.
Dalam strategi komunikasi massa diperlukan analisis yang sama karena banyaknya dan kompleksnya kelayak yang ditinjau proses pembagian suatu Kayak misalnya kalau pemirsa televisi dapat dikategorikan ke dalam kelompok-kelompok kecil usia antara 60 tahun kelompok ibu rumah tangga usia 20 sampai 40 tahun atau remaja usia antara 13 sampai 18 tahun begitu pula media baca atau koran digital. Pembagian ini oleh para akademisi dinamakan demasifikasi sedangkan oleh kalangan industri diberi nama segmentasi khalaya.(Nasrullah, 2019)
Melalui demasifikas, pengiklan dapat mengarahkan himbauan mereka kepada kelompok tertentu menjadi sasarannya. Khalayak merupakan terminology yang jauh lebih kompleks untuk dipahami. Kompleksitas ini tak lain karena khalayak bukanlah benda dan bukanlah penerima konten dengan apa adanya saja.
Khalayak melibatkan pengertian manusia itu sendiri yang tidak sekedar dilihat dalam bentuk jumlah atau angka-angka, akan tetapi ada berbagai aspek seperti pesikologi, sosial, politik, dan sebagainya yang setiap orang berbeda walau dalam satu kelompok atau komunitas.(Nasrullah, 2019)
Dalam Encyclopedia of Jurnalism konsep khalayak merupakan kajian yang lebih awal dari teori-teori tentang komunikasi yang berkembang. Konsep ini bukan mendekati retorikanya aristoteles tentang “pathos” Dalam bidang jurnalisme secara khusus dan juga kajian media massa secara umum khalayak berasal dari bahasa Latin yang berarti mendengar karena itu karakter khalayak kemudian berkembang berdasarkan teknologi media itu sendiri keberadaan khalayak kemudian dipengaruhi pada awalnya oleh teknologi tuliskan, kemudian terampil oleh teknologi percetakan dan bertransformasi akibat teknologi yang semakin baru yakni hadirnya komunikasi elektronik teknologi tulisan dan percetakan menjadi dasar sifat alami dari komunikasi itu sendiri hadirnya pembicara pendengar tentu memilibatkan Apa yang disebut sebagai penulis pembaca. (Nasrullah, 2019)
Secara sederhana disebutkan bahwa teori tentang khalayak media secara garis besar dimulai dari sebuah proposisi tentang bagaimana mendefinisikan karakteristik dari media itu sendiri yang secara kenyataannya khalayak itu bersifat remote, teratomisasi (anggota yang secara fisik terpisah-pisah dan tidak mengenal
satu dengan yang lainnya), tidak diketahui oleh pembuat pesan dalam komunikasi massa dan timbul umpan balik ( feedback ) dari khalayak itu sendiri bersifat tipis parsial dan struktur (Nasrullah, 2019).
D. Strategi Survive pada Media
Konvergensi dapat dikatan sebagai proses penyatuan berbagai bidang. Meski bukan barang baru, dewasa ini konvergensi banyak dibicarakan dan dianggap akan menjadi sebuah tren komunikasi massa di masa depan.(Sarwono, 2015)
Konvergensi media seperti majalah melakukan strategi sepeti melalui website portal berita, unggahan konten dimedia sosial dan edisi majalah elektronik melalui google play book. Media massa konvensional seperti halnya majalah cenderung satu arah sementara itu interaktif yang personal sudah menjadi tradisi, interaktifitas yang disajikan pada media baru telah memungkinkan adopsi teknologi membuat segalanya bisa diakses seacara luas dan tidak hanya bergerak pada satu arah saja, akibatnya komsumsi satu arah yang telah diterapkan telah berubah menjadi komsumsi terintergrasi pada area kelompok sosial dan media massa, sehingga fungsi sosial ini terpenuhi oleh media baru atau online.
Khususnya pada portal berita menyusun strategi dengan menggunakan WordPress sebagai mesin content managemen sistem portal berita. Melalui portal berita, batasan, waktu, ruang dan jangkauan menjadi hilang seperti media konvensioal yang menditribusikan Koran dan majalah. Dengan kontent management sistem portal berita dibuat diluncurkan dan dikelolah dan memungkinkan jurnalis mengirimkan berita, fotografer mengunggah foto berita, editor melakukan penyuntingan dan redaktur pelaksanaan mempublikasikan artikel
secara online dan mengunggah gambar, dan sistem kemudia akan menyimpan berbagai unggahan dalam kode dan file yang disimpan dalam sebuah basis data.
(Hutomo, 2020:34)
Media sosial yang dikenal pada tahun 1978, pada saat sistem papan bulletin atau bulletin board sistem yaitu sistem papan ini memungkinkan pengguna (user) bisa berhubungan dengan orang lain dengan mengguakan surat elektornik ataupun mengunggah dan mengunduh menggunakan jaringan internet. Dan berbagai kemunculan situs jejaring sosial muncul untuk menghubungkan orang–orang dari berbagai latar belakang yang bisa bebas mengakses informasi atau berita yang diakses dijejaring sosial atau media sosial seperti aplikasi Facebook, Instagram, Youtube yang aplikasi dapat mengases video. Semua itulah cara media dalam menjalankan strategi survive pada media konvergensi agar dapat bersaing terutama pada media cetak yang harus mempersiapkan berbgai platform untuk terus mempertahankan eksitensi media.(Hutomo, 2020:34)
E. Pengertian Media Online
Menurut definisi Asep Syamsul M. Romli, media oline atau disebut juga cybermedia (media siber), internet media (media internet), dan new media (media baru) dapat diartikan sebagai media yang tersaji secara online disitus web (website) internet.(Romli, 2018)
Pedoman pemberitaan media siber (PPMS) yang dikeluarkan dewan pers mengartikan media siber sebagai “segala bentuk media yang menggunakan wahana internet dan melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta memenuhi persyaratan undang-undang pers dan standar perusahaan pers ditetapkan Dewan pers”.
Media online bisa dikatakan sebagai media “generasi ketiga “setelah media cetak (printed media) Koran, tabloid, radio, televisi dan film. Media online merupakan produk jurnalistik online atau cyber journalis yang didefenisiskan sebagai pelaporan fakta atau peristiwa yang diproduksi dan didistribusikan melalui internet.
Dalam prespektif studi media atau komunikasi media massa ,media online menjadi kajian teori “media baru “ (new media), yaitu istilah yang mengacu pada permintaan akses ke konten (isi/informasi) kapan saja, di mana saja, pada setiap perangkat digital serta umpan balik pengguna interaktif, partisipasi kreatif, dan pembentukan komunitas sekitar konten media, juga aspek generasi. (Romli, 2018)
New media merupakan penyederhanaan istilah (simplifikasi) terhadap bentuk media di luar lima media massa konvensional televisi, radio, majalah, koran, dan film. Sifat new media adalah cair (fluids), konektivitas individual, dan menjadi sarana untuk membagi peran control dan kebebasan (buku jurnalistik online oleh Asep syamsul M.romli).
New media dan media online yang menawarkan speed and space, di mana new media membuka peluang bagi kehadiran informasi-informasi yang tidak dapat ditemukan dalam bentuk hard copy media konvensional, format multimedia yang ditawarkan juga lebih inovatif dan lebih menarik. Dengan kehadiran new media yang menciptakan digitalisasi informasi, yang memungkinkan akselerasi penyebar luasan informasi dan mempermudah penciptaan ruang public yang fleksibel dan cepat terhadap akses ke media.(Anisti.Surianto Dharma Adhi,M.Kom, 2021)
Munculnya media baru dalam komunikasi membawa dampak pada komunikasi media Massa. Internet tidak hanya berkaitan dengan produksi media dan dengan distribusi pesan, tetapi juga dapat disetarakan dengan pengolahan pertukaran dan penyimpanan. Media baru merupakan lembaga komunikasi public juga private dan diatur (atau tidak) dengan layak. Kinerja mereka tidak seteratur media massa yang professional dan biokratis setidaknya media baru ini bebas dari kontrol, dalam hal ini (Wahyuni, 2014) merumuskan perubahan utama yang berkaitan dengan munculnya media baru : 1) Digitalisasi dan konvergensi atas segala aspek media. 2) Interaksi dan konektivitas jaringan yang semakin meningkat.
3) Mobilitas dan delokasi yang mengirim dan menerima. 4) Adaptasi terhadap peran publikasi dan khalayak. 5) Munculnya beragam bentuk baru pintu media. 6) Pemisahan dan rangkaian dari lembaga media.(Wahyuni, 2014)
F. Teori Konvergensi Media
Konvergensi media diartikan sebagai proses penggabungan banyak platform media menjadi satu titik jaringan yang terintergrasi. Menurut Grant dan Wilkinson (2010), konvergensi media membuat khalayak menjadi lebih memiliki banyak pilihan media dengan konten yang semakin beragam. (Sucin & Utami, 2020:238)
Jenis konvergensi lainya adalah konvergensi operasional. Hal ini terjadi ketika memiliki beberapa properti media menggabungkan media-medianya dalam satu sistem. Konvergensi macam inilah yang berpotensi menjadi tren. Keuntungan sistem ini jelas, konvergensi oprasional akan menghemat banyak uang, dengan menggabungkan sifat-sifatnya.(Sarwono, 2015)
Jenis terakhir adalah konvergensi alat (device convergence). Konvergensi ini menggabungkan beberpa peralatan ke dalam satu mekanisme. Misalnya, dalam satu telpon genggam terdapat MP3 player, kamera, dan koneksi internet. Konvergensi inilah yang sebenar diyakini oleh banyak media massa, sutar kabar, dan majalah yang memiliki edisi online, tayangan televis yang dapat diunggah di internet, serta film dan buku yang dapat disaksikan dalam versi digital.(Sarwono, 2015)
Efek komunikasi Massa yang dilakukan oleh penyiar podcast dalam mendistribusikan konten dikaitkan dengan teori menurut Liliweri yaitu: 1) Efek kognitif, dalam hal ini penyiar podcast berupaya mengubah pandangan pendengar bahwa acara dengan tema horror selalu dikemas dalam suasana yang menegangkan dan mencekam hingga akhir namun dengan pengemasan cerita yang berbeda oleh penyiar podcast membuat pandangan dan pengetahuan pendengar mulai beralih. 2) Efek afektif, pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari pendengar dalam hal ini emosi yang berusaha diberikan oleh penyiar kepada pendengar adalah rasa senang, menghibur namun tidak menghilangkan suasana horror dalam cerita dengan penambahan efek back sound dalam podcast. 3) Efek konatif, efek ini merujuk pada perilaku nyata seperti tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku, dalam hal ini kebiasaan berperilaku pendengar adalah menjadi rutin mengikuti setiap episode podcast baik dari Youtube.(Tyas Wahyuning Widi, 2019)
Kehadiran konvergensi media berpengaruh pada perubahan proses produksi dalam sebuah media, yang mebuat adanya suatu proses kerjasama untuk mengelola dan menyatukan beberapa platform tersebut agar tercipta suatu sistem yang
terintergrasi secara digital. Kehadiran konvergensi juga mengubah konsumsi media masyarakat, penyebaran informasi, hingga literasi media. (Tyas Wahyuning Widi, 2019)
Dalam buku Understanding Media Convergence Grant dan Wilkinso menyebutkan bahawa konvergensi media meliputi lima dimensi dasar, yaitu:
1. Konvergensi teknologi
Konvergensi teknologi menjadi penyebab utama lahirnya konvergensi media itu sendiri. Perkembangan teknologi memberikan ruang bagi manusia untuk terus melakukan inovasi terhadap teknologi. Oleh sebab itu, konvergensi media selalu beriringan dengan perkembangan teknologi yang selalu dinamis.(Tyas Wahyuning Widi, 2019)
Dalam pemahaman teknologi, kegiatan konvergensi adalah teknologi yang saling berkonvergensi dikualifikasikan secara umum sebagai teknologi atau komunikasi (comunication), komuterisasi (computing), dan isi atau muatan (conten). Konvergensi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) meliputi integrasi perangkat keras dan perangkat lunak teknologi informasi kedalam sistem telekomunikasi, digitalisasi jaringan dan peningktan jaringan internet.(Budhijanto, 2010:272)
2. Konten multimedia
Konten multimedia menjadi elemen penting dalam konvergensi media karena media konvensional yang sebelumnya berdiri sendiri akan mencoba meramba pada bentuk digital. Hal ini dimaksukan agar cakupan publikasinya semakin luas. Media tersebut membutuhkan konten yang
berbentuk multimedia untuk bahan publikasinya. Dengan begitu, konten dalam sebuah media digital akan terlihat lebih banyak dan bervariasi, mulai dari teks, gambar, bahkan video.
3. Kepemilikan
Kepemilikan media akan mengerucut hanya pada satu orang atau dibawa satu naungan kepemilikan. Hak ini bisa berarti bahwa salah satu perusahan media dengan modal besar membeli media lain dan kemudian menjadi satu bagian dari perusahan media dibawah naungannya, atau bisa juga berarti bahwa dibawa satu perushaan media memiliki banyak anak perusahaan, seperti media cetak yang juga memiliki media online.
4. Kolaborasi
Hal ini merupakan suatu dimensi yang fokus pada konten, di mana konten dari beberpa platform dapat saling dibagi ke platform media yang lain.
Kerjasama ini memungkinkan masing-masing platform mendapatkan keuntungan. Kolaborasi membantu media yang mungkin tidak bisa melakukan produksi untuk dapat menampilkan konten yang sama setelah terjadi kolaborasi.
5. Koordinasi
Hal ini diartikan bahawa dalam suatau perusahan media terjadi kordinasi antara pekerja kordinasi lintas devisi yang saling bekerjasama, terlepas dari tuntutan bahwa seorang pekerja harus memiliki kemampuan multitasking untuk bisa mengerjakan semua hal. Namun, koordinasi tetap dibutukan karena masing-masing devisi sebetulnya saling membutuhkan dan tidak bisa berdiri
Hal ini diartikan bahawa dalam suatau perusahan media terjadi kordinasi antara pekerja kordinasi lintas devisi yang saling bekerjasama, terlepas dari tuntutan bahwa seorang pekerja harus memiliki kemampuan multitasking untuk bisa mengerjakan semua hal. Namun, koordinasi tetap dibutukan karena masing-masing devisi sebetulnya saling membutuhkan dan tidak bisa berdiri