• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu : 1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pustaka bagi para pembaca khususnya dalam hal pegembangan ilmu

2. Secara praktis

Menambah wawasan penulis untuk berfikir kritis dan sistematis dalam menghadapi permasalahan yang terjadi dan sebagai alat dalam mengimplementasikan teori-teori ilmu ekonomi khususya terkait dengan ekonomi syariah (Islam) yang diperoleh selama kuliah, sehingga hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi utuk pengembangan penelitian selanjutnya.

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Perdagangan

1. Pengertian Perdagangan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “dagang” berarti pekerjaan yang berhubungan degan menjual dan membeli barang untuk memperoleh keuntungan, sedangkan kata “perdagangan” diartikan sebagai perihal berdagang, urusan berdagang, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan dagang.13

Pada masa awal sebelum uang ditemukan, tukar menukar barang dinamakan barter yaitu menukar barang dengan barang. Pada masa modern perdagangan dilakukan dengan penukaran uang. Setiap barang dinilai dengan sejumlah uang.

Pembeli akan menukar barang atau jasa dengan sejumlah uang yang diinginkan penjual. Dan aktivitas perdagangan ini merupakan kegiatan utama dalam sistem ekonomi yang diterjemahkan sebagai sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barangdan jasa. 14

Salah satu bidang ekonomi yang penting berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan adalah bidang dagang atau perdagangan, yaitu bidang kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan distribusi barang atau jasa kebutuhan masyarakat dengan imbalan. Kegiatan dagang atau perdagangan mengubungkan pihak produsen sebagai pelaku usaha dengan masyarakat sebagai konsumen, sehingga masyarakat dapat memperoleh kebutuhannya dan pelaku usaha dapat memperoleh keuntungan ekonomis. Dengan pemahaman tersebut dapat dikatakan bahwa

13 Dapertemen pendidikan nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi keempat, (Jakarta: gramedia, pustaka utama, 2008), h. 285

14 Wikipwdia homepage

kegiatan perdagangan ini berkaitan dengan masyarakat umum, kegiatan perdagangan menjadi masalah bersama, masalah pembangunan bangsa dan Negara. Sebagai masalah bangsa dan Negara, perdagangan dilaksanakan sesuai dengan asas-asas ekonomi, salah satunya yaitu asas demokrasi ekonomi.15

Menyimak pengertian perdagangan di atas dapat disimpulkan bahwa perdagangan adalah kegiatan transaksi atas barang dan jasa, yaitu transaksi yang bertujuan mengalihkan hak untuk memperoleh imbalan atau kompensasi. Jadi dalam pengertian perdagangan ada kegiatan berupa transaksi, transaksi itu berkaitan dengan pengalihan hak atas barang atau jasa dari salah satu pihak kepada pihak lain, yang diikuti dengan pemberian imbalan atau kompensasi.

Kompensasi dapat berupa uang, barang, atau jasa lainnya.

2. Sistem Perdagangan Dalam Islam

Allah menciptakan manusia dengan suatu sifat saling membutuhkan antara satu dengan lainnya. Tidak ada seorangpun yang dapat menguasai seluruh apa yang diinginkan. Tetapi manusia hanya dapat mencapai sebagian yang dihajatkan itu. Dia mesti memerlukan apa yang menjadi kebutuhan orang lain.Untuk itu Allah memberikan inspirasi (ilham) kepada mereka untuk mengadakan pertukaran perdagangan dan semua yang kiranya bermanfaat dengan cara jual-beli dan semua cara perhubungan. Sehingga hidup manusia dapat berdiri dengan lurus dan irama hidup ini berjalan dengan baik dan produktif.16

15 Muhammad Nejjatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi Dalam Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 60

16 Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, Bab IV point 4.2, bagian Muamalah

9

Dalam pandangan Islam Perdangan merupakan aspek kehidupan yang dikelompokkan kedalam masalah muamalah, yakni masalah yang berkenaan dengan hubungan yang bersifat horizontal dalam kehidupan manusia. Meskipun demikian, sektor ini mendapatkan penekanan khusus dalam ekonomi Islam, karena keterkaitannya secara langsung dengan sektor riil. Sistim ekonomi Islam memang lebih mengutamakan sektor riil dibandingkan dengan sektor moneter, dan transaksi jual beli memastikan keterkaitan kedua sektor yang dimaksud.17

Islam memang menghalalkan usaha perdagangan, perniagaan atau jual beli.

Namun tentu saja untuk orang yang menjalankan usaha perdagangan secara Islam, dituntut menggunakan tata cara khusus, ada aturan mainnya yang mengatur bagaimana seharusnya seorang Muslim berusaha di bidang perdagangan agar mendapatkan berkah dan ridha Allah SWT di dunia dan akhirat.

Aturan main perdagangan Islam, menjelaskan berbagai hal yang harus dilakukan oleh para pedagang Muslim dalam melaksanakan jual beli. Dan diharapkan dengan menggunakan dan mematuhi etika perdagangan Islam tersebut, suatu usaha perdagangan dan seorang Muslim akan maju dan berkembang pesat lantaran selalu mendapat berkah Allah SWT di dunia dan di akhirat. Perdagangan dalam Islam menjamin, baik pedagang maupun pembeli, masing-masing akan saling mendapat keuntungan.

Watak ini menjadi karakteristik dasar yang menjadi titik utama pembeda antara kegiatan perdagangan Islam dengan perdagangan lainnya, yaitu

17 Assauri Sofjan, Manajemen Produksi dan Operasi ( Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008), h. 5-9.

perdagangan yang dilakukan atas dasar prinsip kejujuran, yang didasarkan pada sistem nilai yang bersumber dari agama Islam, dan karenanya didalamnya tidak dikenal apa yang disebut zero sum game, dalam pengertian keuntungan seseorang diperoleh atas kerugian orang lain. Dengan kejujuran dan aspek spiritual yang senantiasa melekat pada praktek-praktek pelaksanaannya, usaha perdagangan yang terjadi akan mendatangkan keuntungan kepada semua pihak yang terlibat.

Perdagangan yang dilakukan dengan cara yang tidak jujur, mengandung unsur penipuan (gharar), yang karena itu ada pihak yang dirugikan, dan praktek-praktek lain sejenis jelas merupakan hal-hal yang dilarang dalam Islam.

3. Prinsip-prinsip dalam perdagangan

Pada prinsipnya berusaha dan berikhtiar mencari rezeki itu adalah wajib, namun agama tidak mewajibkan memilih suatu bidang usaha dan pekerjaan, setiap orang dapat memilih usaha dan pekerjaan sesuai dengan bakat, keterampilan dan faktor-faktor lingkungan masing-masing. Salah satu bidang pekerjaan yang boleh dipilih ialah berdagang sepanjang tuntunan syari‟at Allah SWT dan Rasulnya.18

Prinsip dasar perdagangan Islam adalah adanya unsur kebebasan dalam melakukan transaksi tukar-menukar, tetapi kegiatan tersebut tetap di sertai dengan harapan di perolehnya keridhaan Allah SWT. Islam memberikan ajaran kapan seorang muslim dapat melakukan transaksi bagaimana mekanisme transaksi dan komoditas barang maupun jasa apa saja yang dapat diperjual belikan di pasar muslim. Islam mengatur bagaimana seorang pedagang

18 Sohari Sahrani, Fikih Muamalah, (Cilegon: Ghalia Indonesia, 2011), h. 88.

11

mengharmonisasikan aktivitas perdagangan dengan kewajiban beribadah.19 Pada umumnya usaha dan keuntungan ekonomi yang dilaksanakan dan diperoleh untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang, dianggap sebagai suatu keharusan oleh hukum Islam.20 Perilaku menghalalkan segala macam cara untuk mencapai tujuan merupakan perilaku menyimpang (anomie) manusia. Perilaku ini membawa implikasi pada rusaknya tatanan sosial ekonomi, politik dan lingkungan hidup yang semuanya berujung pada rusaknya tatanan hidup manusia itu sendiri.21

Dalam perdagangan seseorang dituntut untuk selalu mengedepankan kemaslahatan bersama tanpa menguntungkan satu pihak saja. Berikut prinsip- prinsip yang yang harus dimiliki seseorang dalam berdagang:

a. Shidiq (Jujur)

Seorang pedagang wajib berlaku jujur dalam melakukan usaha jual beli.

Jujur dalam arti luas. Tidak berbohong, tidak menipu, tidak mengada-ngada fakta, tidak bekhianat, serta tidak pernah ingkar janji dan lain sebagainya.

Seseorang harus bersikap jujur karena berbagai tindakan tidak jujur selain merupakan perbuatan yang jelas-jelas berdosa, jika biasa dilakukan dalam berdagang juga akan mewarnal dan berpengaruh negatif kepada kehidupan pribadi dan keluarga pedagang itu sendiri. Bahkan lebih jauh lagi, sikap dan tindakan yang seperti itu akan mewarnai dan mempengaruhi kehidupan bermasyarakat.

19 Mohamad Hidayat, The Syari’ah Economic (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010), h. 308.

20 Muhammad Nejatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi dalam Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1996), h. 15.

21Muhammad, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam,(Palangka Raya: Graha Ilmu, 2007), h. 89.

b. Amanah (Bertanggung Jawab)

Setiap pedagang harus bertanggung jawab atas usaha dan pekerjaan dan atau jabatan sebagai pedagang yang telah dipilihnya tersebut. Tanggung jawab di sini artinya, mau dan mampu menjaga amanah (kepercayaan) masyarakatyang memang secara otomatis terbeban di pundaknya.

c. Tidak Menipu

Perbuatan menipu merupakan salah satu penyakit yang merusak hubungan antar manusia. Perbuatan ini akan mengakibatkan hilangnya rasa saling mempercayai antara satu sama lain. Jika hal ini terjadi kepercayaan memang sudah tidak ada lagi di antara masyarakat karena sudah diliputi rasa egois dan dendam antar masyarakat, bahkan rasa saling tolong menolong sudah tidak ada lagi akibat perbuatan bohong.22

d. Menepati Janji

Seorang pedagang juga dituntut untuk selalu menepati janjinya, baik kepada para pembeli maupun di antara sesama pedagang, terlebih lagi tentu saja, harus dapat menepati janjinya kepada Allah SWT. Janji yang harus ditepati oleh para pedagang kepada para pembeli misalnya; tepat waktu pengiriman, menyerahkan barang yang kualitasnya, kuantitasnya, warna, ukuran dan atau spesifikasinya sesuai dengan perjanjian semula, memberi layanan puma jual, garansi dan lain sebagainya. Sedangkan janji yang harus ditepati kepada sesama para pedagang misalnya; pembayaran dengan jumlah dan waktu yang tepat.

22 https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-menipu-dalam-islam

13

e. Murah Hati

Islam menganjurkan agar para pedagang selalu bermurah hati dalam melaksanakan jual beli. Murah hati dalam pengertian; ramah tamah, sopan santun, murah senyum, suka mengalah, namun tetap penuh tanggungjawab.

f. Tidak Melupakan Akhirat

Jual beli adalah perdagangan dunia, sedangkan melaksanakan kewajiban Syariat Islam adalah perdagangan akhirat. Keuntungan akhirat pasti lebih utama ketimbang keuntungan dunia. Maka para pedagang Muslim sekali-kali tidak boleh terlalu menyibukkan dirinya semata-mata untuk mencari keuntungan materi dengan meninggalkan keuntungan akhirat. Sehingga jika datang waktu shalat, mereka wajib melaksanakannya sebelum habis waktunya. Alangkah baiknya, jika mereka bergegas bersama-sama melaksanakan shalat berjamaah, ketika adzan telah dikumandangkan. Begitu pula dengan pelaksanaan kewajiban memenuhi rukun Islam yang lain. Sekali-kali seorang pedagang Muslim hendaknya tidak melalaikan kewajiban agamanya dengan alasan kesibukan perdagangan.

4. Dasar Hukum Perdagangan a. Al-Qur’an

Sebagaimana yang diketahui bahwa al-Qur’an adalah sumber nilai sumber dari segala sumber untuk pegangan hidup umat Islam. Adapun pandangan Al-Qur’an mengenai perdaganagan yang terbaik adalah terdapat pada ayat-ayat Al-Qur’an sebagai berikut :

1) Di jelaskan bahwa dilarang memakan harta dengan cara bathil dan keharusan melakukan perdagangan yang didasarkan pada kerelaan. Hal tersebut dijelaskan di dalam QS an-Nisa/04:29:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.

dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.23

Ayat ini menjelaskan perniagaan atau transaksitransaksi dalam mu’amalah yang dilakukan secara batil. Ayat ini mengindikasikan bahwa Allah SWT melarang kaum muslimin untuk memakan harta orang lain secara batil. Secara batil dalam konteks ini mempunyai arti yang sangat luas, diantaranya melakukan transaksi ekonomi yang bertentangan dengan syara’ seperti halnya melakukan transaksi berbasis riba (bunga), transaksi yang bersifat spekulatif (maisir, judi), ataupun transaksi yang mengandung unsur gharar (adanya risiko dalam transaksi) serta hal-hal lain yang biasa dipersamakan dengan itu.24

Ayat ini mengandung 3 hukum: 1. Harta seseorang terkena ketetapan wajib dari Allah dan dia tidak boleh menahannya. 2. Sesuatu yang dia berikan dalam rangka mencari keridhaan allah bukan suatu

23 Departemen Agama R. I, Al-Quran Dan Terjemahanya, (Jakarta:Yayasan Penterjemah/

Penafsir Al-Quran), h. 83

24 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqih Muamalah, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008), h. 72.

15

kewajiban baginya. 3.Sesuatu yang dia berikan dalam rangka mendapat keridhaan sesama. Imam syafi‟i berdalil dengan ayat ini untuk berpendapat bahwa jual beli hanya sah dengan adanya penerimaan (qabul), karena hal itu menunjukkan redaksi suka sama suka, yang berbeda dengan al-Mu’athah, karena ada kalanya hal itu tidak menunjukkan kerelaan secara pasti. Mayoritas ulama (malik, abu hanifah, dan ahmad) berbeda pendapat mengenai masalah ini. Mereka berpendapat bahwa ucapan menunjukkan kerelaan, demikian pula tindakan menunjukkan keputusan dalam kondisi tertentu. Oleh karena itu, mereka menilai sah pembelian al-mu’thah. Diantara mereka juga ada yang menyatakan sah pula dalam pembelian sesuatu yang remeh dan segala sesuatu yang dianggap orang sebagai penjualan.ini adalah pandangan kehatihatian dari para pengikut madzhab.25

2) Tidak curang, sejauh dengan dorongan untuk bersikap jujur dan benar, Islam sangat mencela timbulnya kecurangan dalam praktik bisnis, sehingga menimbulkan bahaya dan kerugian kepada orang lain. Seperti mengurangi timbangan dan takaran, sejalan dengan perintah menyempurnakan takaran dan timbanga. Allah sangat mengecam orang yang berlaku curang, tersebut dijelaskan dalam QS Al-Mutaffifin/83:1-3:

25 Syaikh ahmad bin musthafa al-farran, Tafsir Imam Syafi‟I, Surah Annisa‟-Surah Ibrahim, Terj. Fedrian Hasmand, dkk, (Jakarta: PT Niaga Swadaya, 2008), cet. 1, h. 125-126.

ٍٍََِْۙفِّفَطًُْهِّن ٌمٌْ َٔ

Kecelakaan besarlah bagi orang yang curang, “(yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang-orang lain mereka minta dipenuhi, “Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.26

Azab yang sangat keras bagi orang-orang yang mencurangi takaran dan timbangan, yaitu orang-orang yang apabila membeli takaran atau timbangan dari manusia, mereka memenuhi untuk diri mereka. Sebaliknya, apabila mereka menjual takaran atau timbangan kepada orang lain, mereka mengurangi takaran dan timbangan.

Tentunya ia lebih layak dengan ancaman itu daripada orang-orang yang mengurangi takaran dan timbangan. Apakah orang-orang yang mengurangi takaran dan timbangan itu tidak meyakini bahwa Allah akan membangkitkan mereka dan menghisab mereka atas perbuatan mereka. Kebangkitan mereka akan terjadi pada hari yang sangat mencekam. Hari ketika manusia berdiri dihadapan Allah, lalu Dia menghisab mereka atas semua perbuatan, baik sedikit maupun banyak, dan ketika itu mereka tunduk kepada Allah, Rabb semesta alam.27

26 Departemen Agama R. I, Al-Quran Dan Terjemahanya, (Jakarta:Yayasan Penterjemah/

Penafsir Al-Quran), h. 587

27 Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alusy Syaikh, Tafsir Al-Muyassar, (Penerbit An-Naba Cet IV 2015), h. 745.

17

b. Al-Hadist

Di dalam hadits juga banyak berbicara mengenai perdaganagan/jual beli di antaranya adalah sebagai berikut :

؟ ُبٍَْطَأ ِبْسَكْنا ُّيَأ : َمِئُس َىَّهَس َٔ ٍَِّْهَع ُ َّللّٰ ىَّهَص ًَِّبَُّنا ٌََّأ ٍعِفا َز ٍِْب َتَعبَف ِز ٍَْع ٍزٔ ُسْبَي ٍعٍَْب ُّمُك َٔ ِِِدٍَِب ِمُج َّسنا ُمًََع : َلبَق

Artinya:

Dari rifa’ah, ia berkata rasulullah saw bersabda, sesungguhnya para pedagang akan di bangkitkan pada hari kiamat kelak sebagai orang yang banyak melakukan kajahatan, kecuali orang yang bertakwa kepada Allah berbuat baik dan jujur (dalam perkataannya). 28

c. Ijma’

Ulama Sepakat Bahwa Jual Beli Di Perbolehkan Dengan Alasan Bahwa Manusia Tidak Akan Mampu Mencukupi Kebutuhan Dirinya Tanpa Bantuan Orang Lain.

B. Penjualan

1. Pengertian Penjualan

Secara umum defenisi penjualan dapat diartikan sebagai suatu usaha atau langkah kongkrit yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk baik itu berupa barang atau jasa, dari produsen kepada konsumen sebagai sasarannya.

Tujuan utama penjualan yaitu mendatangkan keuntungan atau laba dari produk atau barang yang dihasilkan produsen dengan pengelolaan yang baik.Selain untuk mendapatkan keuntungan penjualan juga harus memperhatikan konsep penjualan dalam islam agar tidak bertentangan dengan pandangan islam.

28 Muhammad Nashiruddin, Shahih Sunan Ibnu Majah, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2007).

Jilid -2, Cet Ke-1, h. 297-298.

Berikut ini adalah penjualan menurut pendapat para ahli:

a. Menurut Henry Simamora dalam buku “akuntansi basis pengambilan keputusan bisnis” menyatakan bahwa “penjualan adalah pendapatan lazimdalam perusahaan dan merupakan jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas barang dan jasa”.

b. Menurut chairul maron dalam buku “sistem akuntansi persahaan dagang”menyatakan bahwa:“penjualan artinya penjualan barang dagangan sebagaiusaha pokok perusahaan yang biasanya dilakukan secara teratur”.

c. Menurut winardi penjualan adalah proses dimana sang penjual memuaskansegala kebuthan dan keinginan pembeli agar dicapai manfaat bagi sangpenjual maupun sang pembeli yang berkelanjutan dan menguntungkan kedua belah pihak.

d. Menurut william G. Nickels penjualan adalah interaksi antar individu,saling bertemu muka yang ditujukan untk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain.

2. Faktor Mempengaruhi Penjualan

Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi suatu penjualan sebagai berikut:

a. Kondisi dan kemampuan penjual

Transaksi jual beli merupakan pemindahan hak milik secara komersial atas barang dan jasa, pada prinsipnya melibatkan dua pihak yaitu penjual

19

sebagai pihak pertama dan pembeli sebagai pihak kedua. Disini penjual harus dapat meyakinkan kepada pembelinya agar dapat mencapai sasaran penjualan yang diharapkan. Untuk maksud tersebut penjual harus memahami beberapa masalah penting yang sangat berkaitan, yaitu jenis dan karakteristik barang atau produk yang akan ditawarkan, harga produk, syarat penjualan seperti pembayaran, penghantaran dan pelayanannya.

b. Kondisi pasar

Pasar sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualan. Adapun faktor kondisi pasar yang harus diperhatikan adalah, jenis pasarnya, apakah itu pasar konsumen, pasar penjual atau pasar industri, kemudian faktor lainnya adalah kelompok pembeli atau segmen pasarnya, daya belinya, frekuensi pembeliannya, keinginannya dan kebutuhannya.

c. Modal

Akan lebih sulit bagi penjual untk menjual barangnya apabila barang yang dijual itu belum dikenal oleh pembeli atau apabila lokasi pembeli jauh dari tempat penjual. Dalam keadaan seperti ini, penjual harus memperkenalkan dahulu atau membawa barangnya ke tempat pembeli.

Untuk melaksanakan maksud tersebut diperlukan adanya saran serta usaha tersebut seperti alat transportasi, tempat peraga baik di luar maupun didalam perusahaan. Usaha promosi dan sebagainya ini dapat dilakuakan apabila penjual memiliki sejumlah modal yang diperlukan.

d. Kondisi organisasi perusahaan

Pada perusahaan besar biasanya masalah penjual ditangani oleh bagian penjualan yang dipegang olehorang-orang tertentu/ ahli dibidang penjulan, lain halnya dengan perusahaan kecil masalah-masalah penjualan ditangani orang-orang yang juga melakukan fungsi lain. Hal ini disebabkan oleh tenaga kerjanya yang lebih sedikit. Sistem organisasinya juga lebih sederhana masalah-masalah yang dihadapinya juga tidak sekompleks perusahaan besar biasa.

e. Faktor lain

Faktor-faktor yang sering mempengaruhi penjualan yaitu periklanan, peragaan, kampanye, dan pemberian hadiah. Namun untuk melaksanakannya dana yang tidak sedikit.

3. Rukun Dan Syarat Dalam Penjualan

Berikut ini beberapa ketentuan penting yang harus ada dalam rukun dan syarat dalam penjualan. Berikut adalah rukun dalam jual beli, apabila salah satu dari rukun tidak terpenuhi maka jual beli dikatakan tidak sah, yaitu:29

a. Harus ada pihak penjual dan pembeli b. Ada barang dan jasa yang diperjualbelikan

c. Harga yang dapat diukur dengan uang atau barang lainnya d. Serah terima (akad)

Berikut syarat-syarat dalam penjualan, yaitu:

a. Kesepakatan bersama

29 https://www.99.co/id/panduan/syarat-jual-beli

21

Berikut ini ada tiga pendapat dari para ulama mengenai kesepakatan bersama:

1) Kesepakatan bersama hanya dapat diungkapkan melalui kata-kata yang kita ketahui sebagai ijab kabul.

2) Kesepakatan bersama harus diungkapkan melalui kata-kata dan dapat diungkapkan melalui tindakan yang telah biasa dilakukan.

Selain melalui kata-kata, syarat jual beli dapat dipenuhi melalui sikap yang menandakan kesepakatan. Contohnya Anda membeli air minum botolan dan penjual tidak berbicara apa-apa selama transaksi. Jual beli ini tetap sah dalam Islam.

3) Kesepakatan bersama dapat dicapai oleh apa pun yang menunjukannya, baik itu melalui kata-kata atau sikap.

b. Akal sehat

c. Barang yang diperjualbelikan harus dimiliki penjual

d. Pihak penjual harus bisa menyerahkan barang pada pembeli e. Harga barang harus diketahui

f. Barang harus diketahui

Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa Islam sangat rinci dalam mengatur hukum jual beli, karena jual beli adalah hubungan antara manusia yang jika salah satu tersakiti maka akan menimbulkan rasa kebencian, sedangkan Islam menghendaki adanya saling bersaudara dan tidak saling membenci satu sama lain.

Maka dengan adanya syarat dalam objek jual beli dapat menambah hubungan yang baik antar manusia.

C. Gharar

1. Pengertian Gharar

Gharar menurut etimologi adalah bahaya. Namun, makna asli gharar adalah sesuatu yang secara zhahir bagus tetapi secara batin tercela. Bai‟ulgharar (jual beli gharar) adalah tertipu, dalam bentuk kata objek.30 Gharar artinya keraguan, tipuan, atau tindakan yang bertujuan merugikan pihak lain.31 Nilai gharar (penipuan) itu berbeda-beda. Jika unsur gharar tidak dapat diketahui hakikatnya sangat besar, maka keharaman dan dosanya juga lebih besar.32

Jual beli gharar adalah jual beli barang atau transaksi sesuatu yang tidak jelas ukurannya, jenisnya atau sifatnya.33 Jual beli gharar berarti mengandung unsur-unsur penipuan, baik karena ketidakjelasan dalam objek jual beli ini adalah haram. Alasan haramnya adalah tidak pasti dalam objek, baik barang atau uang atau cara transaksinya itu sendiri. Karena larangan dalam hal ini langsung menyentuh essensi jual belinya, maka disamping haram hukumnya transaksi itu tidak sah.34

2. Dasar Hukum Gharar

Di dalam Al-Qur’an tidak ada nash secara khusus yang mengatakan tentang hukum gharar, tetapi secara umum dapat dimasukkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah sebagai berikut:

30 Sohari Sahrani, Ruf‟ah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor: ghalia Indonesia, 2011), h.

100.

31 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqih Muamalat), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 147.

32 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, juz 5,Ter. Abdul Hayyie al-kattani, dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2007), h. 38.

33 Abdul Hakim bin Amir Abdal, Al-Masail Masalah-Masalah Agama, Jilid. 6, (Jakarta:

Darus Sunnah Pres, 2013), cet. 4, h. 51.

Darus Sunnah Pres, 2013), cet. 4, h. 51.

Dokumen terkait