• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PENJUALAN BERAS CAMPURAN DI PASAR TERMINAL SUNGGUMINASA GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PENJUALAN BERAS CAMPURAN DI PASAR TERMINAL SUNGGUMINASA GOWA"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

i

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PENJUALAN BERAS CAMPURAN DI PASAR

TERMINAL SUNGGUMINASA GOWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Mazlizah Mustaming 105251100817

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/2021 M

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Mazlizah Mustaming 105251100817

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/2021 M

(3)

iii

(4)
(5)

v

(6)
(7)

vii ABSTRAK

Mazlizah Mustaming. 105251100817. 2021. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penjualan Beras Campuran Dipasar Terminal Sungguminasa Gowa. Dibimbing oleh Saidin Mansyur dan Hasanuddin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktik jual beli beras campuran menurut Tinjauan Hukum Islam di Pasar Terminal Sungguminasa Gowa. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Adapun sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui metode wawancara (interview) terhadap penjual dan konsumen beras di Pasar Terminal Sungguminasa Gowa. Dokumentasi yang digunakan berupa dokumen yang berasal dari dokumentasi Pasar Terminal Sungguminasa Gowa.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Tinjauan Hukum islam terhadap praktik penjualan beras campuran di Pasar Terminal Sungguminasa Gowa, dapat ditarik kesimpulan bahwa beras campuran adalah beras kualitas super dicampur dengan beras kualitas buruk, sehingga mendapatkan beras dengan kualitas yang layak jual. Secara fisik beras campuran tidak jauh berbeda penampilannya dengan beras berkualitas pada umumnya. Di Pasar Terminal Sungguminasa Gowa, pada praktiknya para penjual beras berbuat curang yakni dengan mencampur beras berkualitas super dengan beras kualitas buruk, menjual beras campuran tersebut dengan harga tinggi, setara dengan harga beras super pada umumnya sehingga para pedagang mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Menurut Tinjauan Hukum Islam, praktik jual beli beras campuran haram dilakukan karena mengandung penipuan yang dapat merugikan salah satu pihak.

Penipuan yang berupa tadlis/Gharar kualitas dalam jual beli beras campuran adalah termasuk yang memudharatkan orang lain atau masyarakat secara umum.

Oleh karena itu semua bentuk tadlis/Gharar (penipuan) dikategorikan memakan harta milik orang lain secara batil dan dzalim, maka hukumnya haram.

Kata Kunci : Penjualan Beras Campuran, Jual Beli Gharar

(8)

This study aims to determine the practice of buying and selling mixed rice according to the Islamic Law Review at the Sungguminasa Gowa Terminal Market. This type of research is qualitative research. The data sources in this study were obtained through interviews with sellers and consumers of rice at the Sungguminasa Gowa Terminal Market. The documentation used is in the form of documents originating from the documentation of the Gowa Sungguminasa Terminal Market.

Based on the results of the study, it can be concluded that the Islamic Law Review on the practice of selling mixed rice at the Terminal Market of Sungguminasa Gowa, it can be concluded that mixed rice is super quality rice mixed with poor quality rice, so that it gets rice of decent quality to sell. Physically, mixed rice is not much different in appearance from quality rice in general. At the Gowa Sungguminasa Terminal Market, in practice the rice sellers cheated by mixing super quality rice with poor quality rice, selling the mixed rice at a high price, equivalent to the price of super rice in general so that the traders get bigger profits. According to the Islamic Law Review, the practice of buying and selling mixed rice is haram because it contains fraud that can harm one party. Fraud in the form of quality tadlis/Gharar in the sale and purchase of mixed rice is one that harms other people or society in general. Therefore, all forms of tadlis/gharar (fraud) are categorized as consuming other people's property in a vanity and dzalim, then the law is haram.

Keywords: Mixed Rice Sales, Buying And Selling Of Gharar

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga sampai saat ini penulis diberikan hidayah, rahmat, serta karunia-Nya dalam menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penjualan Beras Campuran Di Pasar Terminal Sungguminasa Gowa”. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan para keluaga, sahabat serta para pengikut beliau.

Tiada jalan tanpa rintangan, tiada puncak tanpa tanjakan, tiada kesuksesan tanpa perjuangan. Dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah akhirnya sampai pada titik akhir penyelesaian skripsi. Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Terima kasih untuk kedua orang tua saya tercinta, Mustaming dan Sarimbua serta kakak-kakak saya yang berada di perantauan sana yang senantiasa memberikan supportnya dalam segala hal dan keluarga besar saya yang tiada henti hentinya mendoakan, memberikan dukungan selama saya menempuh pendidikan. Ucapan terima kasih juga yang tak terhingga, peneliti hanturkan kepada :

1. Prof.Dr.H. Ambo Asse, M.Ag. Selaku Rektor Unismuh Makassar.

2. Dr. Amira Mawardi, S.Ag.,M.Si Selaku Dekan Fakultas Agama Islam.

3. Dr.Ir.H. Muchlis Mappangaja,MP. Selaku Ketua Prodi Hukum Ekonomi Syariah dan Sekertaris Prodi, dan para dosen Prodi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Saidin Mansyur, S.S.,M.Hum dan Hasanuddin. SE.Sy.,ME selaku pembimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Pimpinan dan seluruh pengurus Pasar Terminal Sungguminasa Gowa yang sudah bersedia dengan baik memberikan informasi informasi yang berkaitan dengan penelitian penulis.

(10)

dukungannya, serta keluarga HES 017 A yang sudah memberikan dukungan dan semangat serta menjadi tempatku berkeluh kesah.

7. Dan semua pihak yang sudah mendoakan dan membantu proses pengerjaan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi orang-orang yang membacanya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari skripsi ini, oleh karena itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak.

Semoga kedepannya bisa menjadi bahan pelajaran agar bisa menjadi lebih baik lagi. Hanya kepada Allah tempat berlindung dan hanya kepada Allah penulis serahkan segalanya.

Makassar, 23 Juli 2021

Mazlizah Mustaming

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...i

HALAMAN JUDUL ...ii

PENGESAHAN SKRIPSI ...iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ...iv

HALAMAN PERSETUJUAN ...v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR GAMBAR ...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perdagangan ...7

1. Pengertian Perdaganagan ...7

2. Sistem Perdagangan Dalam Islam ...8

3. Prinsip-prinsip Dalam Perdagangan ...10

4. Dasar Hukum Perdagangan ...13

(12)

3. Rukun Dan Syarat Dalam Penjualan ...20

C. Gharar ...22

1. Pengertian Gharar ...22

2. Dasar Hukum Gharar ...22

3. Macam-macam Gharar ...24

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitan ...30

B. Lokasi Dan Objek Penelitian ...30

C. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus ...30

D. Sumber Data ...31

E. Instrument Penelitian ...32

F. Teknik Pengumpulan Data ...32

G. Teknik Analisis Data ...33

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum ...35

B. Praktik Penjualan Beras Campuran di Pasar ...40

C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penjualan Beras Campuran ...47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...55

B. Saran ...56

(13)

xiii

DAFTAR PUSTAKA ...57 RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN

(14)
(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Beras adalah salah satu makanan pokok masyarakat Indonesia, sehingga dijadikannya objek perdagangan. Pada praktek jual beli tidak sedikit dari para penjual yang mencampurkan barang dagangannya agar barang yang dijual dapat laku semua dan mendapat keuntungan yang berlipat. Salah satu barang yang biasa dicampurkan yaitu beras. Beras adalah padi yang terkelupas kulitnya, yang menjadi nasi setelah ditanak. Beras juga merupakan hasil tumpukan (gilingan) padi, dan telah bersih dari sekam. Dimasak untuk menjadi nasi.1

Beras merupakan bahan makanan pokok sebagian penduduk Indonesia.

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan beras pun meningkat.

Tingkat konsumsi beras masyarakat Indonesia pada tahun 2014 mencapai 28 juta ton pertahun. Hal ini yang mendorong pemerintah untuk mengurangi kerawanan pangan. Usaha untuk meningkatkan produksi beras dilakukan dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi.2

Salah satu cara pemerintah mensejahterahkan masyarakat yaitu dengan memberikan beras kepada warga yang kurang mampu (raskin). Hal ini dilakukan setiap sebulan sekali, agar semua lapisan masyarakat dapat merasakan makanan yang layak untuk dimakan. Karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang berkodrat hidup dalam bermasyarakat. Disadari atau

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 2002), h. 138

2 Wildan Yatim, Kamus Biologi, Cet. 3, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012), h. 128

(16)

tidak untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, manusia selalu berhubungan Antara satu sama lain. Maka dari itu perlu adanya aktivitas yang dilakukan seseorang dengan yang lain atau beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya masing-masing.3

Dalam rangka memeuhi hajat hidup yang bersifat materiil, seseorang mengadaka ikatan yang berupa perjanjian atau akad. Seperti jual beli, sewa menyewa, syirkah, dan sebagainya, yang semuanya itu tercakup dalam mu’amalah. Jual beli merupakan akad yang umum digunakan oleh masyarakat, karena dalam setiap pemenuhan kebutuhan, masyarakat tidak dapat berpaling untuk meninggalkan akad tersebut.4

Jual beli juga termasuk praktik penting yang sering digunakan dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Islam telah mengatur secara rinci tentang aturan jual beli agar terhindar dari perbuatan yang dapat merugikan orang lain. Dalam aktifitas jual beli, pihak yang melakukan jual beli harus bersikap jujur dan adil. Aspek yang berkaitan dengan penipuan dan ketidakjujuran merupakan hal yang bertentangan dengan aturan jual beli, sehingga menyebabkan salah seorang pembeli maupun penjual akan mengalami kerugian. 5 Berbicara mengenai transaksi jual beli, apakah praktek jual beli sudah sesuai dengan syari’ah islam atau belum. Maka, hal ini dilakukan agar dalam menggeluti dunia usaha itu dapat mengetahui hal-hal yang dapat mengakibatkan jual beli itu sah atau tidak. Dalam ajaran islam hubungan manusia dalam masyarakat, agar

3 http//www.Liputan6.Com

4 Ahmad Azhar Basyir, Azas-Azas Hukum Mu’amalah, (Yagyakarta: Fakultas Hukum, UUI, 1993), h. 7

5 Dimyaudin Djuwaini, Pengantar Fiqh Mu’amalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 69

(17)

3

tidak saling merugikan harus dilakukan atas dasar pertimbangan yang mendatangkan manfaat dan menghindarkan mudharat. Oleh karena itu, setiap praktek mu’amalah harus dijalankan dengan memelihara nilai keadilan dan menghindarkan unsur penganiayaan serta unsur gharar.6

Bai’ (menjual sesuatu) dihalalkan, dibenarkan agama, asalkan memenuhi syarat-syarat yang diperlukan. Hukum ini disepakati oleh para ahli Ijma’ (Ulama Mujtahidin) tak ada khilaf padanya. Pengalihan hak individual terhadap kekayaan yang dimilikinya kepada orang lain hanya dapat dilakukan melalui pengalihan kepemilikan yang dibenarkan oleh agama. Konsep penting dalam ialam yang mendasari pengalihan hak kepemilikan individu tersebut adalah ridha atau ikhlas, dan salah satu syarat penting untuk mencapai tingkat ridha atau ikhlas yang dimaksud adalah perilaku yang jujur.7

Perdagangan dapat dikelompokkan sebagai salah satu cara peralihan kekayaan individual. Sebagaima Firman Allah SWT. Dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang kerelaan Antara kedua belah pihak yaitu dijelaskan dalam QS.An-Nisa’/04:29

ٍَۡع ًة َزبَجِت ٌَ ُٕۡكَت ٌَۡا ٰۤ َّلَِا ِم ِطبَبۡنبِب ۡىُكٍََُۡب ۡىُكـَنا َٕ ۡيَا ا ُٰٕۤۡهُكۡبَت َلَ ا َُُٕۡيٰا ٌٍَِۡرَّنا بٌََُّٓبـٌٰٰۤ

ۡىُك ُِّۡي ٍضا َسَت ۡىُكَسُفـََۡا ا ُٰٕۤۡهُتۡقَت َلَ َٔ ۚ

ًىٍۡ ِِ َز ۡىُكِب ٌَبَك َ هللّٰ ٌَِّا ؕ

ا Terjemahnya :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

6 Muhammad Nejjatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi Dalam Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 58-60

7 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqh Islam, (Semarang:

Pustaka Rizki Putra, 1997), h. 378

(18)

berlaku dengan suka sama suka diantara kamu dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.”8 Ayat tersebut menjelaskan bahwa dengan kalimat janganlah kalian mengambil harta orang lain dengan cara haram dalam jual beli, (jangan pula) dengan riba, judi, merampas dan penipuan. Akan tetapi dibolehkan bagi kalian untuk mengambil harta milik selainmu dengan cara dagang yang lahir dari keridhaan dan keikhlasan hati Antara dua belah pihak dan dalam koridor syar’i.

Tijarah adalah usaha memperoleh untung lewat jual beli. Taradhi (saling rela) adalah kesepakatan yang sama-sama muncul Antara kedua pihak pelaku transaksi, perdagangan tanpa ada unsur penipuan.9

Islam sangat melarang segala bentuk penipuan, untuk itu islam sangat menuntut suatu perdagangan yang dilakukan secara jujur dan amanah. Islam juga menuntut pemeluknya untuk menjadi orang yang jujur dan amanah. Orang yang melakukan penipuan dan kelicikan tidak dianggap sebagai umat islam, meskipun dari liannya keluar pernyataan bahwa dirinya seorang muslim.10

Ketidakjujuran adalah bentuk kecurangan yang paling buruk. Orang yang tidak jujur akan selalu berusaha melakukan penipuan pada orang lain, kapan dan dimana saja kesempatan itu terbuka bagi dirinya. Dapat pula dikategorikan sebagai ghisyah, yaitu mencampurkan barang-barang yang jelek kedalam barang- barang dengan kualitas baik, sehigga pembeli akan kesulitan untuk mengetahui secara tepat kualitas dari suatu barag yang diperdagangkan tersebut. Dengan

8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an), h. 46

9 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2011), Vol.I

10 Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syari’ah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 32.

(19)

5

demikian penjual akan mendapatkan harga yang tinggi namun dengan kualitas barang yang jelek.11

Beras memiliki banyak kualitas, dari kualitas yang paling baik sampai dengan kualitas yang jelek. Pada saat membeli beras biasanya disesuaikan dengan kebutuhan, kebiasaan, dan anggaran yang dimiliki. Namun meskipu pada saat akan membeli sudah melihat sampelnya, pada kenyataannya saat beras diterima dan diteliti terdapat perbedaan pada beras. Orang yang biasa membeli beras dengan kualitas yang sama maka dia akan bias merasaka perbedaan pada beras tersebut. Maka jika terdapat perbedaan pada beras dia akan megetahui perbedaan tersebut.12

Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba meneliti bagaimana praktik penjualan beras campuran di Pasar Terminal Sungguminasa Gowa dengan Skripsi yang berjudul: “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penjualan Beras Campuran di Pasar Terminal Sungguminasa Gowa”

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah Antara lain :

1. Bagaimanakah praktik penjualan beras campuran di Pasar Terminal Sugguminasa Gowa?

2. Bagaimanakah tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan penjualan beras campuran di Pasar Terminal Sungguminasa Gowa?

11 Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syari’ah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.59

12 Mustaq Ahmad, Etika Bisis Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Alkautsar, 2006), h. 136

(20)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan diatas, maka adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui praktik penjualan beras campuran di Pasar Terminal Sungguminasa Gowa

2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap pejualan beras campuran di Pasar Terminal Sungguminasa Gowa

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu : 1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pustaka bagi para pembaca khususnya dalam hal pegembangan ilmu

2. Secara praktis

Menambah wawasan penulis untuk berfikir kritis dan sistematis dalam menghadapi permasalahan yang terjadi dan sebagai alat dalam mengimplementasikan teori-teori ilmu ekonomi khususya terkait dengan ekonomi syariah (Islam) yang diperoleh selama kuliah, sehingga hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi utuk pengembangan penelitian selanjutnya.

(21)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Perdagangan

1. Pengertian Perdagangan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “dagang” berarti pekerjaan yang berhubungan degan menjual dan membeli barang untuk memperoleh keuntungan, sedangkan kata “perdagangan” diartikan sebagai perihal berdagang, urusan berdagang, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan dagang.13

Pada masa awal sebelum uang ditemukan, tukar menukar barang dinamakan barter yaitu menukar barang dengan barang. Pada masa modern perdagangan dilakukan dengan penukaran uang. Setiap barang dinilai dengan sejumlah uang.

Pembeli akan menukar barang atau jasa dengan sejumlah uang yang diinginkan penjual. Dan aktivitas perdagangan ini merupakan kegiatan utama dalam sistem ekonomi yang diterjemahkan sebagai sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barangdan jasa. 14

Salah satu bidang ekonomi yang penting berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan adalah bidang dagang atau perdagangan, yaitu bidang kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan distribusi barang atau jasa kebutuhan masyarakat dengan imbalan. Kegiatan dagang atau perdagangan mengubungkan pihak produsen sebagai pelaku usaha dengan masyarakat sebagai konsumen, sehingga masyarakat dapat memperoleh kebutuhannya dan pelaku usaha dapat memperoleh keuntungan ekonomis. Dengan pemahaman tersebut dapat dikatakan bahwa

13 Dapertemen pendidikan nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi keempat, (Jakarta: gramedia, pustaka utama, 2008), h. 285

14 Wikipwdia homepage

(22)

kegiatan perdagangan ini berkaitan dengan masyarakat umum, kegiatan perdagangan menjadi masalah bersama, masalah pembangunan bangsa dan Negara. Sebagai masalah bangsa dan Negara, perdagangan dilaksanakan sesuai dengan asas-asas ekonomi, salah satunya yaitu asas demokrasi ekonomi.15

Menyimak pengertian perdagangan di atas dapat disimpulkan bahwa perdagangan adalah kegiatan transaksi atas barang dan jasa, yaitu transaksi yang bertujuan mengalihkan hak untuk memperoleh imbalan atau kompensasi. Jadi dalam pengertian perdagangan ada kegiatan berupa transaksi, transaksi itu berkaitan dengan pengalihan hak atas barang atau jasa dari salah satu pihak kepada pihak lain, yang diikuti dengan pemberian imbalan atau kompensasi.

Kompensasi dapat berupa uang, barang, atau jasa lainnya.

2. Sistem Perdagangan Dalam Islam

Allah menciptakan manusia dengan suatu sifat saling membutuhkan antara satu dengan lainnya. Tidak ada seorangpun yang dapat menguasai seluruh apa yang diinginkan. Tetapi manusia hanya dapat mencapai sebagian yang dihajatkan itu. Dia mesti memerlukan apa yang menjadi kebutuhan orang lain.Untuk itu Allah memberikan inspirasi (ilham) kepada mereka untuk mengadakan pertukaran perdagangan dan semua yang kiranya bermanfaat dengan cara jual-beli dan semua cara perhubungan. Sehingga hidup manusia dapat berdiri dengan lurus dan irama hidup ini berjalan dengan baik dan produktif.16

15 Muhammad Nejjatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi Dalam Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 60

16 Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, Bab IV point 4.2, bagian Muamalah

(23)

9

Dalam pandangan Islam Perdangan merupakan aspek kehidupan yang dikelompokkan kedalam masalah muamalah, yakni masalah yang berkenaan dengan hubungan yang bersifat horizontal dalam kehidupan manusia. Meskipun demikian, sektor ini mendapatkan penekanan khusus dalam ekonomi Islam, karena keterkaitannya secara langsung dengan sektor riil. Sistim ekonomi Islam memang lebih mengutamakan sektor riil dibandingkan dengan sektor moneter, dan transaksi jual beli memastikan keterkaitan kedua sektor yang dimaksud.17

Islam memang menghalalkan usaha perdagangan, perniagaan atau jual beli.

Namun tentu saja untuk orang yang menjalankan usaha perdagangan secara Islam, dituntut menggunakan tata cara khusus, ada aturan mainnya yang mengatur bagaimana seharusnya seorang Muslim berusaha di bidang perdagangan agar mendapatkan berkah dan ridha Allah SWT di dunia dan akhirat.

Aturan main perdagangan Islam, menjelaskan berbagai hal yang harus dilakukan oleh para pedagang Muslim dalam melaksanakan jual beli. Dan diharapkan dengan menggunakan dan mematuhi etika perdagangan Islam tersebut, suatu usaha perdagangan dan seorang Muslim akan maju dan berkembang pesat lantaran selalu mendapat berkah Allah SWT di dunia dan di akhirat. Perdagangan dalam Islam menjamin, baik pedagang maupun pembeli, masing-masing akan saling mendapat keuntungan.

Watak ini menjadi karakteristik dasar yang menjadi titik utama pembeda antara kegiatan perdagangan Islam dengan perdagangan lainnya, yaitu

17 Assauri Sofjan, Manajemen Produksi dan Operasi ( Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008), h. 5-9.

(24)

perdagangan yang dilakukan atas dasar prinsip kejujuran, yang didasarkan pada sistem nilai yang bersumber dari agama Islam, dan karenanya didalamnya tidak dikenal apa yang disebut zero sum game, dalam pengertian keuntungan seseorang diperoleh atas kerugian orang lain. Dengan kejujuran dan aspek spiritual yang senantiasa melekat pada praktek-praktek pelaksanaannya, usaha perdagangan yang terjadi akan mendatangkan keuntungan kepada semua pihak yang terlibat.

Perdagangan yang dilakukan dengan cara yang tidak jujur, mengandung unsur penipuan (gharar), yang karena itu ada pihak yang dirugikan, dan praktek-praktek lain sejenis jelas merupakan hal-hal yang dilarang dalam Islam.

3. Prinsip-prinsip dalam perdagangan

Pada prinsipnya berusaha dan berikhtiar mencari rezeki itu adalah wajib, namun agama tidak mewajibkan memilih suatu bidang usaha dan pekerjaan, setiap orang dapat memilih usaha dan pekerjaan sesuai dengan bakat, keterampilan dan faktor-faktor lingkungan masing-masing. Salah satu bidang pekerjaan yang boleh dipilih ialah berdagang sepanjang tuntunan syari‟at Allah SWT dan Rasulnya.18

Prinsip dasar perdagangan Islam adalah adanya unsur kebebasan dalam melakukan transaksi tukar-menukar, tetapi kegiatan tersebut tetap di sertai dengan harapan di perolehnya keridhaan Allah SWT. Islam memberikan ajaran kapan seorang muslim dapat melakukan transaksi bagaimana mekanisme transaksi dan komoditas barang maupun jasa apa saja yang dapat diperjual belikan di pasar muslim. Islam mengatur bagaimana seorang pedagang

18 Sohari Sahrani, Fikih Muamalah, (Cilegon: Ghalia Indonesia, 2011), h. 88.

(25)

11

mengharmonisasikan aktivitas perdagangan dengan kewajiban beribadah.19 Pada umumnya usaha dan keuntungan ekonomi yang dilaksanakan dan diperoleh untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang, dianggap sebagai suatu keharusan oleh hukum Islam.20 Perilaku menghalalkan segala macam cara untuk mencapai tujuan merupakan perilaku menyimpang (anomie) manusia. Perilaku ini membawa implikasi pada rusaknya tatanan sosial ekonomi, politik dan lingkungan hidup yang semuanya berujung pada rusaknya tatanan hidup manusia itu sendiri.21

Dalam perdagangan seseorang dituntut untuk selalu mengedepankan kemaslahatan bersama tanpa menguntungkan satu pihak saja. Berikut prinsip- prinsip yang yang harus dimiliki seseorang dalam berdagang:

a. Shidiq (Jujur)

Seorang pedagang wajib berlaku jujur dalam melakukan usaha jual beli.

Jujur dalam arti luas. Tidak berbohong, tidak menipu, tidak mengada-ngada fakta, tidak bekhianat, serta tidak pernah ingkar janji dan lain sebagainya.

Seseorang harus bersikap jujur karena berbagai tindakan tidak jujur selain merupakan perbuatan yang jelas-jelas berdosa, jika biasa dilakukan dalam berdagang juga akan mewarnal dan berpengaruh negatif kepada kehidupan pribadi dan keluarga pedagang itu sendiri. Bahkan lebih jauh lagi, sikap dan tindakan yang seperti itu akan mewarnai dan mempengaruhi kehidupan bermasyarakat.

19 Mohamad Hidayat, The Syari’ah Economic (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010), h. 308.

20 Muhammad Nejatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi dalam Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1996), h. 15.

21Muhammad, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam,(Palangka Raya: Graha Ilmu, 2007), h. 89.

(26)

b. Amanah (Bertanggung Jawab)

Setiap pedagang harus bertanggung jawab atas usaha dan pekerjaan dan atau jabatan sebagai pedagang yang telah dipilihnya tersebut. Tanggung jawab di sini artinya, mau dan mampu menjaga amanah (kepercayaan) masyarakatyang memang secara otomatis terbeban di pundaknya.

c. Tidak Menipu

Perbuatan menipu merupakan salah satu penyakit yang merusak hubungan antar manusia. Perbuatan ini akan mengakibatkan hilangnya rasa saling mempercayai antara satu sama lain. Jika hal ini terjadi kepercayaan memang sudah tidak ada lagi di antara masyarakat karena sudah diliputi rasa egois dan dendam antar masyarakat, bahkan rasa saling tolong menolong sudah tidak ada lagi akibat perbuatan bohong.22

d. Menepati Janji

Seorang pedagang juga dituntut untuk selalu menepati janjinya, baik kepada para pembeli maupun di antara sesama pedagang, terlebih lagi tentu saja, harus dapat menepati janjinya kepada Allah SWT. Janji yang harus ditepati oleh para pedagang kepada para pembeli misalnya; tepat waktu pengiriman, menyerahkan barang yang kualitasnya, kuantitasnya, warna, ukuran dan atau spesifikasinya sesuai dengan perjanjian semula, memberi layanan puma jual, garansi dan lain sebagainya. Sedangkan janji yang harus ditepati kepada sesama para pedagang misalnya; pembayaran dengan jumlah dan waktu yang tepat.

22 https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-menipu-dalam-islam

(27)

13

e. Murah Hati

Islam menganjurkan agar para pedagang selalu bermurah hati dalam melaksanakan jual beli. Murah hati dalam pengertian; ramah tamah, sopan santun, murah senyum, suka mengalah, namun tetap penuh tanggungjawab.

f. Tidak Melupakan Akhirat

Jual beli adalah perdagangan dunia, sedangkan melaksanakan kewajiban Syariat Islam adalah perdagangan akhirat. Keuntungan akhirat pasti lebih utama ketimbang keuntungan dunia. Maka para pedagang Muslim sekali-kali tidak boleh terlalu menyibukkan dirinya semata-mata untuk mencari keuntungan materi dengan meninggalkan keuntungan akhirat. Sehingga jika datang waktu shalat, mereka wajib melaksanakannya sebelum habis waktunya. Alangkah baiknya, jika mereka bergegas bersama-sama melaksanakan shalat berjamaah, ketika adzan telah dikumandangkan. Begitu pula dengan pelaksanaan kewajiban memenuhi rukun Islam yang lain. Sekali- kali seorang pedagang Muslim hendaknya tidak melalaikan kewajiban agamanya dengan alasan kesibukan perdagangan.

4. Dasar Hukum Perdagangan a. Al-Qur’an

Sebagaimana yang diketahui bahwa al-Qur’an adalah sumber nilai sumber dari segala sumber untuk pegangan hidup umat Islam. Adapun pandangan Al-Qur’an mengenai perdaganagan yang terbaik adalah terdapat pada ayat-ayat Al-Qur’an sebagai berikut :

(28)

1) Di jelaskan bahwa dilarang memakan harta dengan cara bathil dan keharusan melakukan perdagangan yang didasarkan pada kerelaan. Hal tersebut dijelaskan di dalam QS an-Nisa/04:29:

ُكَت ٌَۡا ٰۤ َّلَِا ِم ِطبَبۡنبِب ۡىُكٍََُۡب ۡىُكـَنا َٕ ۡيَا ا ُٰٕۤۡهُكۡبَت َلَ ا َُُٕۡيٰا ٌٍَِۡرَّنا بٌََُّٓبـٌٰٰۤ

ٍَۡع ًة َزبَجِت ٌَ ٕۡ

ۡىُك ُِّۡي ٍضا َسَت ۡىُكَسُفـََۡا ا ُٰٕۤۡهُتۡقَت َلَ َٔ

بًًٍۡ ِِ َز ۡىُكِب ٌَبَك َ هللّٰ ٌَِّا ؕ

Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.

dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.23

Ayat ini menjelaskan perniagaan atau transaksitransaksi dalam mu’amalah yang dilakukan secara batil. Ayat ini mengindikasikan bahwa Allah SWT melarang kaum muslimin untuk memakan harta orang lain secara batil. Secara batil dalam konteks ini mempunyai arti yang sangat luas, diantaranya melakukan transaksi ekonomi yang bertentangan dengan syara’ seperti halnya melakukan transaksi berbasis riba (bunga), transaksi yang bersifat spekulatif (maisir, judi), ataupun transaksi yang mengandung unsur gharar (adanya risiko dalam transaksi) serta hal-hal lain yang biasa dipersamakan dengan itu.24

Ayat ini mengandung 3 hukum: 1. Harta seseorang terkena ketetapan wajib dari Allah dan dia tidak boleh menahannya. 2. Sesuatu yang dia berikan dalam rangka mencari keridhaan allah bukan suatu

23 Departemen Agama R. I, Al-Quran Dan Terjemahanya, (Jakarta:Yayasan Penterjemah/

Penafsir Al-Quran), h. 83

24 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqih Muamalah, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008), h. 72.

(29)

15

kewajiban baginya. 3.Sesuatu yang dia berikan dalam rangka mendapat keridhaan sesama. Imam syafi‟i berdalil dengan ayat ini untuk berpendapat bahwa jual beli hanya sah dengan adanya penerimaan (qabul), karena hal itu menunjukkan redaksi suka sama suka, yang berbeda dengan al-Mu’athah, karena ada kalanya hal itu tidak menunjukkan kerelaan secara pasti. Mayoritas ulama (malik, abu hanifah, dan ahmad) berbeda pendapat mengenai masalah ini. Mereka berpendapat bahwa ucapan menunjukkan kerelaan, demikian pula tindakan menunjukkan keputusan dalam kondisi tertentu. Oleh karena itu, mereka menilai sah pembelian al-mu’thah. Diantara mereka juga ada yang menyatakan sah pula dalam pembelian sesuatu yang remeh dan segala sesuatu yang dianggap orang sebagai penjualan.ini adalah pandangan kehatihatian dari para pengikut madzhab.25

2) Tidak curang, sejauh dengan dorongan untuk bersikap jujur dan benar, Islam sangat mencela timbulnya kecurangan dalam praktik bisnis, sehingga menimbulkan bahaya dan kerugian kepada orang lain. Seperti mengurangi timbangan dan takaran, sejalan dengan perintah menyempurnakan takaran dan timbanga. Allah sangat mengecam orang yang berlaku curang, tersebut dijelaskan dalam QS Al-Mutaffifin/83:1- 3:

25 Syaikh ahmad bin musthafa al-farran, Tafsir Imam Syafi‟I, Surah Annisa‟-Surah Ibrahim, Terj. Fedrian Hasmand, dkk, (Jakarta: PT Niaga Swadaya, 2008), cet. 1, h. 125-126.

(30)

ٍٍََِْۙفِّفَطًُْهِّن ٌمٌْ َٔ

- ٌََۖ ُْٕف َْٕتْسٌَ ِسبَُّنا ىَهَع ا ُْٕنبَتْكا اَذِا ٌٍَِْرَّنا ١ -

ُْٕنبَك اَذِا َٔ ٢ َْٔا ْىُْ

ٌََۗ ْٔ ُسِسْخٌُ ْىُْ َُْٕ َش َّٔ

- ٣

Terjemahnya:

Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, “(yaitu) orang- orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, “Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.26

Azab yang sangat keras bagi orang-orang yang mencurangi takaran dan timbangan, yaitu orang-orang yang apabila membeli takaran atau timbangan dari manusia, mereka memenuhi untuk diri mereka. Sebaliknya, apabila mereka menjual takaran atau timbangan kepada orang lain, mereka mengurangi takaran dan timbangan.

Tentunya ia lebih layak dengan ancaman itu daripada orang-orang yang mengurangi takaran dan timbangan. Apakah orang-orang yang mengurangi takaran dan timbangan itu tidak meyakini bahwa Allah akan membangkitkan mereka dan menghisab mereka atas perbuatan mereka. Kebangkitan mereka akan terjadi pada hari yang sangat mencekam. Hari ketika manusia berdiri dihadapan Allah, lalu Dia menghisab mereka atas semua perbuatan, baik sedikit maupun banyak, dan ketika itu mereka tunduk kepada Allah, Rabb semesta alam.27

26 Departemen Agama R. I, Al-Quran Dan Terjemahanya, (Jakarta:Yayasan Penterjemah/

Penafsir Al-Quran), h. 587

27 Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alusy Syaikh, Tafsir Al-Muyassar, (Penerbit An-Naba Cet IV 2015), h. 745.

(31)

17

b. Al-Hadist

Di dalam hadits juga banyak berbicara mengenai perdaganagan/jual beli di antaranya adalah sebagai berikut :

؟ ُبٍَْطَأ ِبْسَكْنا ُّيَأ : َمِئُس َىَّهَس َٔ ٍَِّْهَع ُ َّللّٰ ىَّهَص ًَِّبَُّنا ٌََّأ ٍعِفا َز ٍِْب َتَعبَف ِز ٍَْع ٍزٔ ُسْبَي ٍعٍَْب ُّمُك َٔ ِِِدٍَِب ِمُج َّسنا ُمًََع : َلبَق

Artinya:

Dari rifa’ah, ia berkata rasulullah saw bersabda, sesungguhnya para pedagang akan di bangkitkan pada hari kiamat kelak sebagai orang yang banyak melakukan kajahatan, kecuali orang yang bertakwa kepada Allah berbuat baik dan jujur (dalam perkataannya). 28

c. Ijma’

Ulama Sepakat Bahwa Jual Beli Di Perbolehkan Dengan Alasan Bahwa Manusia Tidak Akan Mampu Mencukupi Kebutuhan Dirinya Tanpa Bantuan Orang Lain.

B. Penjualan

1. Pengertian Penjualan

Secara umum defenisi penjualan dapat diartikan sebagai suatu usaha atau langkah kongkrit yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk baik itu berupa barang atau jasa, dari produsen kepada konsumen sebagai sasarannya.

Tujuan utama penjualan yaitu mendatangkan keuntungan atau laba dari produk atau barang yang dihasilkan produsen dengan pengelolaan yang baik.Selain untuk mendapatkan keuntungan penjualan juga harus memperhatikan konsep penjualan dalam islam agar tidak bertentangan dengan pandangan islam.

28 Muhammad Nashiruddin, Shahih Sunan Ibnu Majah, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2007).

Jilid -2, Cet Ke-1, h. 297-298.

(32)

Berikut ini adalah penjualan menurut pendapat para ahli:

a. Menurut Henry Simamora dalam buku “akuntansi basis pengambilan keputusan bisnis” menyatakan bahwa “penjualan adalah pendapatan lazimdalam perusahaan dan merupakan jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas barang dan jasa”.

b. Menurut chairul maron dalam buku “sistem akuntansi persahaan dagang”menyatakan bahwa:“penjualan artinya penjualan barang dagangan sebagaiusaha pokok perusahaan yang biasanya dilakukan secara teratur”.

c. Menurut winardi penjualan adalah proses dimana sang penjual memuaskansegala kebuthan dan keinginan pembeli agar dicapai manfaat bagi sangpenjual maupun sang pembeli yang berkelanjutan dan menguntungkan kedua belah pihak.

d. Menurut william G. Nickels penjualan adalah interaksi antar individu,saling bertemu muka yang ditujukan untk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain.

2. Faktor Mempengaruhi Penjualan

Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi suatu penjualan sebagai berikut:

a. Kondisi dan kemampuan penjual

Transaksi jual beli merupakan pemindahan hak milik secara komersial atas barang dan jasa, pada prinsipnya melibatkan dua pihak yaitu penjual

(33)

19

sebagai pihak pertama dan pembeli sebagai pihak kedua. Disini penjual harus dapat meyakinkan kepada pembelinya agar dapat mencapai sasaran penjualan yang diharapkan. Untuk maksud tersebut penjual harus memahami beberapa masalah penting yang sangat berkaitan, yaitu jenis dan karakteristik barang atau produk yang akan ditawarkan, harga produk, syarat penjualan seperti pembayaran, penghantaran dan pelayanannya.

b. Kondisi pasar

Pasar sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualan. Adapun faktor kondisi pasar yang harus diperhatikan adalah, jenis pasarnya, apakah itu pasar konsumen, pasar penjual atau pasar industri, kemudian faktor lainnya adalah kelompok pembeli atau segmen pasarnya, daya belinya, frekuensi pembeliannya, keinginannya dan kebutuhannya.

c. Modal

Akan lebih sulit bagi penjual untk menjual barangnya apabila barang yang dijual itu belum dikenal oleh pembeli atau apabila lokasi pembeli jauh dari tempat penjual. Dalam keadaan seperti ini, penjual harus memperkenalkan dahulu atau membawa barangnya ke tempat pembeli.

Untuk melaksanakan maksud tersebut diperlukan adanya saran serta usaha tersebut seperti alat transportasi, tempat peraga baik di luar maupun didalam perusahaan. Usaha promosi dan sebagainya ini dapat dilakuakan apabila penjual memiliki sejumlah modal yang diperlukan.

(34)

d. Kondisi organisasi perusahaan

Pada perusahaan besar biasanya masalah penjual ditangani oleh bagian penjualan yang dipegang olehorang-orang tertentu/ ahli dibidang penjulan, lain halnya dengan perusahaan kecil masalah-masalah penjualan ditangani orang-orang yang juga melakukan fungsi lain. Hal ini disebabkan oleh tenaga kerjanya yang lebih sedikit. Sistem organisasinya juga lebih sederhana masalah-masalah yang dihadapinya juga tidak sekompleks perusahaan besar biasa.

e. Faktor lain

Faktor-faktor yang sering mempengaruhi penjualan yaitu periklanan, peragaan, kampanye, dan pemberian hadiah. Namun untuk melaksanakannya dana yang tidak sedikit.

3. Rukun Dan Syarat Dalam Penjualan

Berikut ini beberapa ketentuan penting yang harus ada dalam rukun dan syarat dalam penjualan. Berikut adalah rukun dalam jual beli, apabila salah satu dari rukun tidak terpenuhi maka jual beli dikatakan tidak sah, yaitu:29

a. Harus ada pihak penjual dan pembeli b. Ada barang dan jasa yang diperjualbelikan

c. Harga yang dapat diukur dengan uang atau barang lainnya d. Serah terima (akad)

Berikut syarat-syarat dalam penjualan, yaitu:

a. Kesepakatan bersama

29 https://www.99.co/id/panduan/syarat-jual-beli

(35)

21

Berikut ini ada tiga pendapat dari para ulama mengenai kesepakatan bersama:

1) Kesepakatan bersama hanya dapat diungkapkan melalui kata-kata yang kita ketahui sebagai ijab kabul.

2) Kesepakatan bersama harus diungkapkan melalui kata-kata dan dapat diungkapkan melalui tindakan yang telah biasa dilakukan.

Selain melalui kata-kata, syarat jual beli dapat dipenuhi melalui sikap yang menandakan kesepakatan. Contohnya Anda membeli air minum botolan dan penjual tidak berbicara apa-apa selama transaksi. Jual beli ini tetap sah dalam Islam.

3) Kesepakatan bersama dapat dicapai oleh apa pun yang menunjukannya, baik itu melalui kata-kata atau sikap.

b. Akal sehat

c. Barang yang diperjualbelikan harus dimiliki penjual

d. Pihak penjual harus bisa menyerahkan barang pada pembeli e. Harga barang harus diketahui

f. Barang harus diketahui

Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa Islam sangat rinci dalam mengatur hukum jual beli, karena jual beli adalah hubungan antara manusia yang jika salah satu tersakiti maka akan menimbulkan rasa kebencian, sedangkan Islam menghendaki adanya saling bersaudara dan tidak saling membenci satu sama lain.

Maka dengan adanya syarat dalam objek jual beli dapat menambah hubungan yang baik antar manusia.

(36)

C. Gharar

1. Pengertian Gharar

Gharar menurut etimologi adalah bahaya. Namun, makna asli gharar adalah sesuatu yang secara zhahir bagus tetapi secara batin tercela. Bai‟ulgharar (jual beli gharar) adalah tertipu, dalam bentuk kata objek.30 Gharar artinya keraguan, tipuan, atau tindakan yang bertujuan merugikan pihak lain.31 Nilai gharar (penipuan) itu berbeda-beda. Jika unsur gharar tidak dapat diketahui hakikatnya sangat besar, maka keharaman dan dosanya juga lebih besar.32

Jual beli gharar adalah jual beli barang atau transaksi sesuatu yang tidak jelas ukurannya, jenisnya atau sifatnya.33 Jual beli gharar berarti mengandung unsur-unsur penipuan, baik karena ketidakjelasan dalam objek jual beli ini adalah haram. Alasan haramnya adalah tidak pasti dalam objek, baik barang atau uang atau cara transaksinya itu sendiri. Karena larangan dalam hal ini langsung menyentuh essensi jual belinya, maka disamping haram hukumnya transaksi itu tidak sah.34

2. Dasar Hukum Gharar

Di dalam Al-Qur’an tidak ada nash secara khusus yang mengatakan tentang hukum gharar, tetapi secara umum dapat dimasukkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah sebagai berikut:

30 Sohari Sahrani, Ruf‟ah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor: ghalia Indonesia, 2011), h.

100.

31 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqih Muamalat), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 147.

32 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, juz 5,Ter. Abdul Hayyie al-kattani, dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2007), h. 38.

33 Abdul Hakim bin Amir Abdal, Al-Masail Masalah-Masalah Agama, Jilid. 6, (Jakarta:

Darus Sunnah Pres, 2013), cet. 4, h. 51.

34 Amir Syaifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, Ed.1, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet.3, h.201.

(37)

23

a. Al-Qur’an

Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah/2:188, yaitu:

َٔ ِم ِطبَبۡنبِب ۡىُكٍََُۡب ۡىُكـَنا َٕ ۡيَا ا ُٕۡٓۡهُكۡبَت َلَ َٔ

ٍۡ ِّي بًقٌۡ ِسَف ا ُٕۡهُکۡبَتِن ِوبَّکـُحۡنا ىَنِا ۡٓبَِٓب ا ُٕۡنۡدُت

ٌَ ًَُٕۡهۡعَت ۡىُتـََۡا َٔ ِىۡثِ ۡلَبِب ِسبَُّنا ِلا َٕ ۡيَا

Terjemahnya:

Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.35 Kata al-bathil merupakan derivasi dari kata al-butlaan yang berarti curang atau merugikan. Menurut M. Quraish Shihab makna batil dalam ayat ini adalah segala sesuatu yang tidak hak, tidak dibenarkan oleh hukum, serta tidak sejalan dengan tuntunan Ilahi walaupun dilakukan atas dasar kerelaan yang berinteraksi.36

Musthafa al-Maraghi dalam tafsirnya Al-Maraghi menyatakan bahwa, memakan harta dengan cara yang batil adalah mengambil tanpa keridhaan dari pemilik harta atau menafkahkan harta bukan pada hakiki yang bermanfaat, maka termasuk dalam hal ini adalah lotre, penipuan di dalam jual-beli, riba dan menafkahkan harta pada jalan yang diharamkan, serta pemborosan dengan mengeluarkan harta untuk hal-hal yang tidak dibenarkan oleh akal. Harta yang haram biasanya menjadi pangkal

35 Departemen Agama R. I, Al-Quran Dan Terjemahanya, Yayasan Penterjemah/ Penafsir Al-Quran, Pelita, Jakarta, h. 69.

36 M. Quraish Shihab, (Jakarta: Lentera Hati, 2011), Vol.1. h, 498

(38)

persengketaan di dalam transaksi antara orang yang memakan harta itu menjadi miliknya.37

b. Hadits Nabi Muhammad SAW

ٌز َسَغ ََُِّّأَف ِءبًَْنا ًِف َكًََّسنا أِ ُسَتّْ شَتَلَ

Artinya:

...Janganlah kamu membeli ikan di dalam air karena jual beli seperti itu termasuk gharar alias nipu.38

Harganya pun ditentukan dari penaksiran pembeli tanpa perhitungan yang jelas mengenai takaran maupun timbangan sebagai ukurannya.Penjualan dengan sistem perkiraan pembeli terhadap isi kolam jelas mengandung unsur penipuan. Tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan prasangka satu sama lain. Meskipun tidak menggunakan ukuran yang jelas dalam penentuan harga jual, mereka tetap melakukan negosiasi guna menemukan titik temu harga kesepakatan. Setelah keduanya sepakat dengan harga jualnya, maka terjadilah akad untuk jual beli ikan gurami di antara kedua belah pihak.

3. Macam-Macam Gharar

Praktek jual beli yang tidak memenuhi syarat hukumnya batal. Syariat telah berbicara panjang lebar mengenai berbagai macam jual beli yang di dalamnya terdapat ketidakjelasan, yaitu sebagai berikut:

37 A. Musthafa al-Maraghi, Terj. Tafsir al-Maraghi, Juz V, Semarang:Toha Putra, 1989, Cet. I, h. 24-25.

38 Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad, terj. Hamzah Fachrudin (Jakarta:

Pustaka Azzam, 2007), h. 1046.

(39)

25

a. Dharbatul-ghaish “selaman penyelam‟. Jual beli ini dilakukan oleh penyelam sebagai penjual dan pembeli. Sebelum penjual menyelam sudah melakukan kesepakatan pada orang lain (pembeli) tentang hasil penyelaman. Jika penyelam tidak mendapatkan sesuatu setelah dia menyelam maka pembeli wajib membayar dan jika penyelam mendapatkan hasil penyelaman maka harus menyerahkkan hasil tersebut kepada pembeli, meskipun nilainya mencapai beberapa kali lipat dari kesepakatan.

b. Bai‟ul-hashah “jual beli kerikil‟. Dulu orang-orang jahiliah melakukan akad atas tanah yang tidak tertentu luasnya. Mereka melemparkan kerikil hingga terjatuh di sebuah tempat. Dan tempat yang dicapai oleh kerikil itu adalah batas luas tanah yang dijual. Atau mereka menjual sesuatu yang tidak diketahui bendanya. Mereka melemparkan kerikil pada barang-barang yang ada. Dan barang yang terkena kerikil adalah benda yang dijual.

c. Ba‟iul-musalamah “jual beli senyentuhan‟, yaitu jual beli yang dilakukan dengan cara hanya menyentuh barang tanpa mengetahui keadaan, jika pembeli menyentuh barang maka harus membelinya tanpa adanya hak khiyar.

d. Bai‟ul-munabadzah “jual beli melempar‟, yaitu jual beli dengan cara melempar barang pada yang lainnya dan barang yang dilempar tersebut harus dibeli atau dibayar oleh pembeli. Meskipun pembeli tidak melihat

(40)

sebelumnya dan tidak suka. Pada jual beli ini pembeli juga tidak mempunyai hak khiyar.

e. Bai‟ul-muhaqalah “jual beli hasil ladang‟, yaitu jual beli hasil pertanian yang masih di ladang yang sudah matang namun masih ditangkainnya.

f. Bai‟ul-muzabanah “jual beli yang perkiraan‟, yaitu jual beli kurma yang matang dan anggur yang masih di pohonnya dengan buah yang sudah dipetik, dengan perkiraan dan penaksiran).

g. Bai‟ul-mukhadharah “jual beli belum umur‟, yaitu jual beli buah yang masih hijau, belum tampak tanda-tanda kematangannya.

h. Jual beli barang yang sulit diserahkan, diantaranya:

1) Bai‟ul-nitaj “jual beli hasil‟, yaitu akad jual beli atas anak binatang yang masih dalam kandungan si induk.

2) Jual beli binatang yang kabur

3) Bai‟ul-habalil-haabalah “jual beli anak binatang yang akan dikandung oleh janin yang masih dalam perut induknya‟, yaitu seekor kambing betina melahirkan anak yang ada dalam perutnya, kemudian jual belinya dilakukan pada saat anak yang telah dilahirkan itu bunting.39

4) Menjual madhaamiin yaitu sesuatu yang masih berada dalam punuk pejantan (sperma).

i. Jual beli terhadap ketidakjelasan jenis barang, seperti pedagang yang berkata “Saya jual kepadamu apa yang ada dalam lengan bajuku”.

39 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Juz. 5, Ter. Mujahidin Muhayan, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2010), h. 60-61.

(41)

27

j. Jual beli terhadap ketidakjelasan ukuran baranag, seperti jual beli kedelai dan kulitnya. Hal ini tidak diperbolehkan sebab, biji kedelai ada yang berukuran kecil dan ada yang besar, kadang tidak berisi biji, dan ada yang berisi namun bijinya berubah.

k. Jual beli terhadap ketidakjelasan harga barang, seperti “Saya jual kepadamu dengan harga hari ini, atau dengan harga yang dijual oleh orang-orang, atau dengan harga yang dikatakan si fulan”.

l. Jual beli terhadap ketidakjelasan waktu, seperti “Saya jual kepadamu sampai Zaid datang, atau Amir meninggal.

m. Bai‟atain fi ba‟iah (dua jual beli dalam satu jual beli), yaitu menjual sebuah barang dagangan dengan salah satu harga dari dua harga yang berbeda. Contoh “Saya jual baju ini dengan harga sepuluh dengan kontan dan dua puluh dengan kredit”.

n. Jual beli sesuatu yang tidak bisa diharapkan keselamatannya, seperti orang yang sedang sakit dalam perlombaan.40

o. Jual beli barang yang abstrak. Contoh jual beli buah-buahan dari pohon yang belum berbuah.

p. Jual beli barang milik orang lain bukan milik sendiri.

q. Jual beli barang sebelum diterima. Maksudnya kepemilikan barang dalam praktek ini belum sempurna, sehingga ada kemungkinan rusak. Contoh

“Saya telah membeli tas dari si fulan, kemudian tas itu akan saya jual kepadamu”.

40 Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam, Juz 5, Ter. Abdul Hayyie alKattani, dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 166.

(42)

r. Jual beli piutang sebelum sempurna diterima, hukum jual beli tersebut sebagai berikut:

1) Jika kepemilikan atas piutang telah berkekuatan hukum tetap, seperti denda barang yang rusak dan jaminan utang, piutang boleh diperjual belikan kepada orang yang berkewajiban untuk melunasinya seblum diterima.

2) Jika piutang belum berkekuatan hukum tetap. Tidak boleh dijual karena penjual tidak mempunyai kepemilikan atas piutang.

s. Jual beli yang dilakukan orang buta, hal ini hukumnya tidak sah karena jual beli barang yang belum dilihat akan menjadi sempurna setelah pembeli melihatnya.

t. Jual beli barang yang tidak diketahui kadarnya, seperti “Saya jual kepadamu sebagian dari setumpuk barang”.

u. Jual beli barang dengan cara ditangguhkan. Misalnya pembayaran setelah barang diberikan karena pembayaran merupakan nilai tukar dalam akad jual beli.

v. Jual beli bersyarat. Seperti “Saya jual sepatuku bila awal bulan datang”.41 Adapun dua hal yang dikecualikan dari jual beli yang tidak jelas, yaitu:

1) Sesuatu yang melekat pada barang yang dijual sehingga apabila dipisahkan maka penjualannya tidak sah. Misalnya fondasi rumah yang melekat pada rumah.

41 Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟i, Juz 1, Ter. Muhammad Afifi, Abdul Hafiz, (Jakara:

Almahira, 2010), hal.644-652.

(43)

29

2) Sesuatu yang biasanya ditoleransi, baik karena jumlahnya yang sedikit maupun karena kesulitan untuk memisahkan atau menentukannya.

Misalnya masuk ke tempat pemandian umum dengan ongkos, padahal waktu dan banyaknya air yang digunakan berbeda antara satu dengan yang lain.42

Berdasarkan uraian diatas agama Islam sangat detail dalam mengatur adanya jual beli. Hal ini dilakukan agar tidak menyakiti salah satu pihak yang melakukan transaksi, terutama pada obyek yang dijadikan jual beli. Islam melarang adanya ketidakjelasan pada obyek barang yang dijadikan jual beli, jika terdapat cacat pada barang harus dijelaskan kepada pembeli agar tidak merasa dirugikan dan terjalinnya persaudaraan yang baik antar sesama umat.

42 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Juz. 5, Ter. Mujahidin Muhayan, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2010), hal. 60.

(44)

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (kualitatif), yaitu suatu prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang di amati.43

Melalui metode penelitian kualitatif ini, peneliti akan memecahkan masalah yang berkenaan dengan pelaksanaan sistem penjualan yang digunakan pada penjualan beras campuran di pasar Terminal Sungguminasa Gowa, berdasarkan data yang penulis peroleh.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di pasar Terminal Sungguminasa Gowa yang terletak di Bonto-Bontoa, Kec. Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Sedangkan objek dari penelitian ini adalah para penjual beras yang ada di Pasar Terminal Sungguminasa Gowa.

C. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus 1. Fokus penelitian

Adapun yang menjadi fokus dari penelitian ini yaitu:

a. Pelaksanaan penjualan Beras Campuran di Pasar Terminal Sungguminasa Gowa

b. Hukum Islam

43 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Roskadarya, 2005), h. 12

(45)

31

2. Deskripsi Fokus

Adapun deskripsi dari Fokus Penelitian ini yaitu:

a. Pelaksanaan penjualan Beras Campuran yang dimaksud adalah bagaimana penjual mencampurkan beras yang dijualnya dengan beda kualitas dengan kata lain, penjual mencampurkan beras dari kualitas buruk dan dicampurkan dengan beras kualitas sedang kemudian di jual dengan harga yang setara dengan beras yang berkualitas bagus.

b. Hukum Islam terhadap penjualan Beras Campuran Ini yaitu adanya pelaksanaan penjualan yang tidak sesuai dengan Hukum Islam yang dimana dalam pelaksanaan penjualannya terdapat kecurangan yang merugikan salah satu pihak.

D. Sumber Data

Adapun yang menjadi sumber data dari penelitian ini yaitu:

1. Data primer, adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugasnya) dari sumber pertamanya.44 Data primer di peroleh dari lokasi yang secara langsung melalui observasi dan wawancara dangan pedagang beras di pasar Terminal Sungguminasa Gowa.

2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber- sumber yang telah ada. data tersebut diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu yang berbentuk tulisan.45 Data sekunder tersebut tersedia dalam bentuk laporan-laporan yang tertulis, peta dan dokumen resmi lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

44 Sumadi Suryabrata, metode penelitian (Jakarta : Rajawali, 1987), h. 93.

45 Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya (Jakarta : Ghalia IKAPI, 2002), h. 82.

(46)

E. Instrumen Penelitian

Instrument peneilitian menurut Suharsimi Arikunto merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto dalam edisi sebelumnya adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam artian lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah.

Adapun yang menjadi Instrumen dari Penelitian ini yaitu:

1. Pedoman Observasi 2. Pedoman wawancara 3. Pedoman dokumentasi F. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan suatu proses pengamatan yang komplek, dimana peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Observasi merupakan alat pengumpulan data, yakni dengan melihat dan mendengarkan.46 Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung serta ikut terjun langsung ke lapangan dan mencatat kejadian-kejadian yang berkaitan dengan sistem penimbangan yang benar berdasarkan ketentuan hukum Islam. Untuk mengumpulkan data, maka peneliti menyiapkan instrument lembar observasi.

2. Wawancara

Upaya memperoleh informasi atau data yang digunakan dengan bertanya langsung kepada responden. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara secara

46 S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistic-Kualitatif, (Bandung : Tarsito, 1992), h. 66

(47)

33

bebas, dalam arti responden diberi kebebasan menjawab. Akan tetapi, tetap dalam batas-batas tertentu agar tidak menyimpang dari panduan wawancara yang disusun. Oleh sebab itu, pedoman wawancara perlu disiapkan sebelum wawancara.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Metode dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data melengkapi dan memperkuat data yang diperoleh. dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi segala bentuk arsip yang terkumpul saat penelitian sedang berlangsung, baik itu data secara lisan, tertulis, maupun gambar atau foto.

G. Teknik Analisis Data

Dalam rangka menjawab rumusan masalah yang ditetapkan penulis, maka analisis data yang menjadi acuan dalam penelitian ini mengacu pada beberapa tahapan yang dijelaskan miles dan huberman, yaitu:

1. Pengumpulan data baik melalui observasi langsung di lapangan kemudian wawancara mendalam terhadap informan yang compatible terhadap penelitian untuk menunjang penelitian yang dilakukan agar memperoleh data sesuai dengan yang diharapkan.

2. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dari catatan-catatan yang diperoleh dari pengumpulan data.

(48)

3. Penyajian data adalah kegiatan mengumpulan informasi dalam bentuk teks naratif yang bertujuan untuk mempertajam pemahaman penelitian terhadap informasi yang dipilih kemudian disajikan dalam uraian penjelasan.

4. Pada tahap akhir adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan dilakukan secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan data yang didapatkan. Dimana dalam analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu dengan menelaah sistem penjualan beras yang benar berdasarkan ketentuan hukum Islam.

(49)

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum

1. Sejarah Singkat Pasar

Untuk mengetahui sejarah pasar Terminal Sungguminasa Gowa ini kita dapat menyimak penuturan dari Bapak Zainuddin Langke selaku kepala pasar yang terpilih.

“Pasar Terminal Sungguminasa Gowa berdiri pada tahun 1985 dengan kondisi pasar yang belum memiliki nama dan masih berada dipinggir jalan raya dengan kata lain belum berbentuk pasar yang seperti sekarang ini. Dan masih dihubungkan dengan jembatan kayu tua yang sederhana. Pasar ini berdiri dengan begitu saja sebagai tempat perkumpulan para pedagang dan pembeli dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.”47

Pembangunan pasar ini tidak langsung, dengan kata lain pasar ini dibangun secara bertahap dari yang dulu hanya dengan tempat seadanya. Kemudian dengan penuturan Bapak Zainuddin Langke selanjutnya menjelaskan bahwa:

“Pada tahun 1990 pemerintah mendirikan tempat sebagai pasar tradisional yang layak untuk masyarakat. Dan pada tahun 1993 barulah pemerintah membangunkan bangunan permanen walaupun belum semegah dan sebesar dengan pasar yang sekarang ini. Seiring berjalannya waktu dengan kondisi ekonomi yang sudah semakin pesat akhirnya pada tahun 2010 pemerintah pun memperluas wilayah pasar, dengan demikian juga membuka lapangan pekerjaan bagi para pedagang pun semakin luas. Dan kondisi pasar yang demikian tersebut berlanjut hingga saat ini.”48

Pasar Terminal Sungguminasa Gowa merupakan salah satu pasar yang terkenal di Sungguminasa. Pasar ini sangat ramai di pagi hari kerena banyaknya penjual yang menawarkan sayuran dan buah-buahan yang masih fresh. Harganya juga sangat terjangkau dibandingkan dengan tempat lainnya karena langsung

47 Zainuddin Langke, Kepala Pasar Terminal Sungguminasa Gowa, Hasil Wawancara, Jum’at, 26 Februari 2021, Pasar Terminal Sungguminasa Gowa.

48 Zainuddin Langke, Kepala Pasar Terminal Sungguminasa Gowa, Hasil Wawancara, Jum’at, 26 Februari 2021, Pasar Terminal Sungguminasa Gowa.

(50)

dibeli dari pemasoknya. Pasar ini sudah menjadi pilihan terbaik bagi warga Sungguminasa karena segala jenis kebutuhan ada di Pasar ini dari kebutuhan rumah tangga hingga kebutuhan pribadi pun ada semua begitupun dengan bahan mentah sampai bahan siap saji pun terdapat di Pasar ini.

2. Keadaan Fisik Dan Geografis Pasar

Dalam sebuah wawancara bersama Bapak Zainuddin Langke, beliau juga menjelaskan tentang bagaimana keadaan fisik dan geografis dari Pasar Terminal Sungguminasa Gowa ini.

“Luas pasar + 3 hektar, letak pasar berada pada Kelurahan Bonto-Bontoa Kecamatan Sumba Opu Kabupaten Gowa tepatnya pada jalan Usman Salengke dan jalan Swadaya. Jumlah penjual yang terdaftar berdasarkan data yang ada, untuk Kios sekitar + 1.104 dengan 965 Los dan jumlah penjual lapak yaitu + 1.000 namun untuk aktifitas keseharian terkadang dibawah dari jumlah tersebut dikarenakan penjual yang ada tidak datang secara bersamaan dengan kata lain ada penjual yang datang namun dengan waktu yang bersamaan ada juga yang pulang.”49

Selain luas pasar dan jumlah penjual maupun pembeli yang ada didalam pasar, beliau juga menjelaskan tentang bagaimna keadaan pasar dan dari mana saja penjual di pasar ini berasal.

“Pasar ini merupakan pasar induk, dimana tempat berinteraksi semua pedagang baik dari Kabupaten Gowa itu sendiri maupun dari luar daerah.

Seperti Takalar, Jeneponto, Bantaeng dan bahkan dari daerah yang paling jauh pun separti Luwu berada di pasar ini. Pasar ini adalah pasar induk yang melayani transaksi antar pedagang yang terkecil sampai pedagang yang melakukan pengiriman barang keluar pulau, dengan kata lain pasar ini adalah pusat dari pergerakan barang dari wilayah Gowa dan Makassar yang dikirim ke luar Pulau. Pengiriman barang terbesar terdapat di wilayah Kabupaten Gowa itu sendiri dan Wilayah Makassar. Pengiriman barang tersebut sampai pada Papua, Kalimantan, Sulawesi Barat dan bahkan sampai ke nusa Tenggara. Pasar ini juga adalah pasar dengan aktifitas non stop 24 jam perharinya. Dan pasar ini merupakan pasar terbesar yang ada di

49 Zainuddin Langke, Kepala Pasar Terminal Sungguminasa Gowa, Hasil Wawancara, Jum’at, 26 Februari 2021, Pasar Terminal Sungguminasa Gowa.

Referensi

Dokumen terkait

Menyerahkan copy data Badan Usaha dan data Asli Isian Kualifikasi.

(8) Diisi dengan nomor dan tanggal pengesahan dari Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Tekstil dan Aneka, Departemen Perindustrian DIREKTUR JENDERAL, ttd ANWAR SUPRIJADI

Di dalam pembahasan mengenai aspek gerakan kasar dan gerakan halus, buku ini akan memberikan contoh perangsangan dan kemampuan yang dapat dikuasai anak pada usia

Penelitian dan perancangan ini merupakan usaha untuk menghasilkan konsep rancang yang menggabungkan ruang-ruang pada tempat tinggal dulu dan kini agar dapat memecahkan kedua

Wawancara dengan DP. Pasien Skizofrenia Panti Rehabilitasi Cacat Mental dan Sakit Jiwa Nurussalam Sayung Demak.. Perempuan berusia paruh baya ini diantarkan oleh

Adapun ahli media terdiri dari 2 dosen UIN Raden Intan Lampungyaitu bapak Iip Suganda, M.Pd, beliau merupakan salah seorang ahli desain grafis pada setiap even-even di

Untuk itu dalam rangka pengujian kredibiltas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau

terserap pada waktu kesetimbangan pada variasi massa adsorben dan suhu adsorpsi secara batch menggunakan kurva kalibrasi atau persamaan linieritas larutan standar