• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

2. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat mengenai ketentuan-ketentuan syariah Islam yang berlaku pada Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar .

2. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat mengenai perhitungan bagi hasil dan jasa tabungan yang digunakan pada Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar.

3. Sebagai bahan masukan kepada Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perhitungan bagi hasil dan jasa tabungan yang telah sesuai maupun yang bertentangan dengan prinsip syariah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Bagi Hasil

1. Pengertian Bagi Hasil

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara penghasilan hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah. Lebih jauh prinsip mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar baik untuk produk pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan. Muhammad (2014:27).

Bagi hasil menurut terminologi asing (bahasa inggris) dikenal dengan profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan sebagai laba. Secara defenisi profit sharing diartikan sebagai distribusi beberapa bagian dari laba kepada para pegawai dari suatu perusahaan. Pendapatan bagi hasil ini pada lembaga keuangan syariah berlaku untuk produk penghimpunan dana dan penyertaan modal. Baik penyertaan menyeluruh maupun sebagian atau bentuk korporasi (kerjasama). Keuntungan yang dibagi hasilkan harus dibagi secara proporsional antara shahibul mal dengan mudharib sesuai dengan proporsi yang disepakati ketika akad.

2. Jenis Bagi Hasil

Mudharabah

1) Pengertian Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata adhdharby fl ardhi yaitu bepergian untuk urusan dagang disedut juga qiradh yang berasal dari kata alqhardu yang berarti potongan, karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungan.Sri Nurhayati-Wasilah (2014:128).

PSAK 105 mendefeninisikan mudharabah sebagai akad kerjasama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (pemilik dana/shahibul mall) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana/mudharib) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian financial hanya ditangung oleh pemilik dana. PSAK 105 par 18 memberikan beberapa contoh bentuk kelalaian pengelola dana, yaitu : persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak terpenuhi, tidak terdapat kondisi diluar kemampuan (fource majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam akad, atau merupakan hasil keputusan dari institusi yang berwenang. Sri Nurhayati-Wasilah (2014:128).

Akad mudharabah merupakan suatu transaksi investasi yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam akad mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana. Oleh karena kepercayaan merupakan unsur terpenting, maka mudharabah dalam istilah bahasa inggris disebut trust financing. Pemilik

dana yang merupakan investor disebut beneficial ownership atau sleeping partnetr, dan pengelola dana disebut managing trustee atau labour partner.

2) Jenis-Jenis Mudharabah

Dalam PSAK, mudharabah diklasifikasikan ke dalam tiga jenis yaitu mudharabah muthalaqah, mudharabah muqayyadah, dan mudharabah musyarakah.

1. Mudharabah Muthalaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Mudharabah ini disebut juga investasi tdak terikat.

2. Mudharabah Muqayyadah adalah mudharabah di mana pemiliki dana memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana, lokasi cara, dan/objek investasi atau sektor usaha.

3. Mudharabah Musytarakah adalah mudharabah di mana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi.

3) Dasar Syariah

a. Sumber Hukum Mudhrabah

Munurut Ijmak Ulama, mudharabah hukumnya jaiz (boleh). Hal ini dapat diambil dari kisah Rasulullah yang perna melakukan mudharabah dengan Siti Khadijah. Siti Khadijah bertindak sebagai pemilik dana dan Rasulullah sebagai pengelola dana. Dari kisah ini kita lihat akad mudharabah telah terjadi pada masa Rasulullah sebelum diangkat menjadi Rasul. Mudharabah telah diperaktikkan secara luas oleh orang-orang sebelum masa Islam dan beberapa sahabat Nabi

Muhammad SAW. Jenis bisnis ini sangat bermanfaat dan sangat selaras dengan prinsip dasar ajaran syariah, oleh karena itu akad ini diperbolehkan secara syariah.

1. Al-Quran

“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT.” (QS 62:10)

“...Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya dan hendaklah iya bertaqwa kepada Allah Tuhannya....”(QS 2:283)

2. As-Sunnah

Dari Shalih bin Suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkataan : jual beli secarah tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampuradukkan gandum dengan jerawut untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah).

“Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada pengelola dananya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan ini dilanggar, ia (pengelola dana) harus menanggung risikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbar didengar Rasulullah SAW, beliau membenarkannya.” (HR Thabarani dari Ibnu Abbas.

b. Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Mudharabah

Rukun mudharabah ada 4 yaitu :

1. Pelaku, terdiri atas :pemilik dana dan pengelola dana 2. Objek Mudharabah, berupa : modal dan kinerja 3. Ijab kabul/Serah Terima

4. Nisbah keuntungan

Ketentuan syariah, adalah sebagai berikut :

1. Pelaku, pelaku harus cakap hukum dan baligh, pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama muslim atau dengan nonmuslim, dan pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia boleh mengawasi.

2. Objek Mudharabah (modal dan kinerja) merupakan konsekuensi logis dengan dilakukannya akad mudharabah.

a. Modal

1. Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya (dinilai sebesar nilai wajar).

2. Harus jelas jumlah dan jenisnya.

3. Modal harus tunai dan tidak utang.

4. Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehinngga dapat dibedakan dari keuntungannya.

5. Pengelola dana tidak diperkenankan untuk memudharabahkan kembali modal mudharabah.

6. Apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana, pengelola dana tidak diperbolehkan untuk meminjamkan modal kepada orang lain dan apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana, dan

7. Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri, selama tidak dilarang secara syariah.

b. Kerja.

1. Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, managemen skill, dan lain-lain.

2. Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh pemilik dana.

3. pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah.

4. Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam kontrak, dalam hal pemilik dana tdak melakukan kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan.

5. Pengelola dana sudah menerima modal dan sudah bekerja maka pengelola dana berhak mendapatkan imbalan/ganti rugi/upah.

3. Ijab Kabul adalah pernyataan atau ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis,

melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.

4. Nisbah Keuntungan, nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan, mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah atas keuntungan yang diperoleh, dimana perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, dan pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan menyatakan nilai nominal tertentu karena dapat menimbulkan riba.

Apabila terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik dana kecuali ada kelainan atau pelanggaran kontrak oleh pengelola dana, cara menyelesaikannya adalah sebagai berikut :

a. Diambil terlebih dahulu dari keuntungan karena keuntungan merupakan pelindung modal.

b. Bila kerugian melebihi keuntungan, maka harus diambil dari pokok modal.

c. Berakhirnya Akad Mudharabah

Lamanya kerjasama dalam mudharabah tidak tentu dan tidak terbatas, tetapi semua pihak berhak untuk menentukan jangka waktu kontrak kerja sama dengan memberitahukan pihak lainnya. Namun, akad mudharabah dapat berakhir karena hal-hal sebagai berikut (Sabbiq, 2008) :

1. Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya, maka mudharabah berakhir pada waktu yang telah ditentukan.

2. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri.

3. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal.

4. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad.

5. Modal sudah tidak ada.

4) Prinsip Pembagian Hasil Usaha (Psak 105 Par 11)

Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan karena yang dibagi hanya keuntungan saja (profit) , tidak termasuk kerugiannya (loss). Sehingga untuk pebahasan selanjutnya, akan digunakan istilah prinsip bagi hasil seperti yang digunakan dalam Undang-Undang No.10 tahun 1998, karena apabila usaha tersebut gagal maka kerugian tidak dibagi antara pemilik dana dan pengelola dana, tetapi haeus ditanggung sendiri oleh pemilik dana.

Untuk menghindari perselisihan dalam hal biaya yang dikeluarkan oleh pengelola dana, dalam akad harus disepakati biaya-biaya apa saja yang dapat dikurangkan dari pendapatan.

1. Berdasarkan prinsip bagi laba (profit sharing), maka nisbah pemilik dana : pengelola dana = 30:70

2. Berdasarkan bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto/laba kotor bukan pendapatan usaha dengan nisbah pemilik dana : pengelola dana = 10:90

5) Bagi Hasil Untuk Akad Mudharabah Musytarakah (Psak 105 Par 34)

Ketentuan bagi hasil untuk akad jenis ini dapat dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu :

1. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai nisbah yang disepakati, selanjutnya bgian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing; atau

2. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai musytarik) tersebut dibagi antara pengelola dana dengan pemilik dan sesuai dengan nisbah yang disepakati. Contoh : jika terjadi kerugian atas investasi, maka kerugian dibagi sesuai dengan porsi modal para musytarik.

B. Jasa Tabungan 1. Pengertian Jasa

Jasa ialah setiap tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun. Jasa adalah sesuatu yang diproduksi dan dikomsumsi secara simultan.

2. Pengertian Tabungan

Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat di lakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek/bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.Muhammad (2014: 35)

Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah nomor 21 tahunn 2008, tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi‟ah atau investasi dana berdasarkan mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syariat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Mahmud Nuhung(2014:52).

Tabungan syariah merupakan produk investasi yang menarik dan menguntungkan, dana investasi kami olah sesuai prinsip syariah dan professional serta memberikan imbal hasil kompetitif sesuai nisbah yang disepakati :

Table 2.1 Tabungan Syariah

Fitur Manfaat Syariat Dan Ketentuan

1.Imbal hasil yang hasil dibayar setiap bulan.

Website bank sulselbar. : www.sulselbar.com

3. Jenis Tabungan Akad Mudharabah

a. Pengertian akad mudharabah

Akad mudharabah merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam akad mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana. Oleh karena kepercayaan merupakan unsur terpenting maka mudharabah dalam dalam istilah bahasa inggris disebut trust financing. Pemilik dana yang merupakan investor disebut beneficial ownership atau sleeping partner. Nurhayati dan Wasilah (2008:12).

Mudharabah adalah teransaksi penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengeola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

Tabungan al-mudharabah adalah salah satu jenis simpanan berdasarkan prinsip mudharabah al-muthalaqah dan diperuntukkan untuk nasabah yang menginginkan dananya di investasikan secara syariah.Dana tersebut di investasikan secara produktif dalam bentuk pembiayaan kepada berbagai jenis usaha dari usaha kecil dan manengah sampai pada tingkat korporat secara professional tanpa melupakan

prinsip syariah. Atas investasi dana tersebut, akan diberikan bagi hasil sesuai nisbah yang telah disepakati bersamaantara bank dan nasabah.

Perjanjian antara pemilik modal (uang dan barang ) dengan pengusaha mudharabah merupakan hubungan berserikat antara dua pihak yaitu pemilik dana atau harta dan pihak yang memiliki keahlian atau pengalaman. Pemilik modal tidak dibenarkan ikut dalam pengelolaan usaha tetapi diperbolehkan membuat usulan dan melakukan pengawasan. Apabila usaha yang yang dibiayai mengalami kerugian , maka kerugian sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal, kecuali apabila kerugian tersebut karena penyelewengan atau penyalahgunaan pengusaha.

Pola komsumsi dan pola simpanan yang diajarkan oleh islam memungkinkan umat islam mempunyai kelebihan pendapatan Yang harus diproduktifkan dalam bentuk investasi. Maka bank islam menawarkan tabungan investasi yang disebut dengan simpana mudharabah (simpana bagi hasil atas usaha bank). Untuk dapat membagikan usaha bank kepada penyimpan mudharabah, bank syariah menawarkan jasa-jasa perbankan kepada masyarakat sebagaimana dikemukakan oleh Machmud dan Rukmana (2010: 28-29) dalam berikut ini :

1. Pembiayaan untuk berbagai kegiatan investasi atas dasar bagi hasil terdiri dari :pembiayaan investasi bagi hasil al mudharabah , pembiayaan investasi bagi hasil al musyarakah. Dari pembiayaan investasi tersebut, bank akan memperoleh pendapatan berupa bagi hasil usaha.

2. Pembiayaan untuk berbagai kegiatan perdagangan terdiri dari : a.

pembiayaan perdaganaganal-batu bithaman ajil. Dari pembiayaan perdagangan tersebut,bank akan memperoleh pendapatan-pendapatan make-up atau margin keuntungan.

3. Pembiayaan pengadaan barang untuk disewakan atau untuk disewabelikan dalam bentuk a. sewa guna usaha atau disebut dengan ijarah, b. sewa beli atau disebut baiu takjiri. Di Indonesia, al ijarah dan al baui takjiri tidak dapat dilakukan oleh bank. Namun demikian, penyewaan fasilitas tempat penyewaan harta dapat dikategorikan sebagai al-ijarah. Dari kegiatan usaha al-ijarah , bank akan memperoleh pendapatan berupa sewa.

4. Pemberian pinjaman tunai untuk kebijakan (al-qhardul hasan) tanpa dikenakan biaya apapun kecuali biaya administrasi berupa segala yang diperlukan untuk sahnya perjanjian utang. Sepertia biaya materai, biaya akte notaries, biaya studi kelayakan dan sebagainya. Dari pemberian pinjaman al-qardhul hasan, akan menerima kembali biaya-biaya administrasi.

5. Fasilitas-fasilitas perbankan umumnya yang tidak bertentangan dengan syariah seperti penitipan dana dalam rekening lancer (current account), dalam bentuk giro wadiah yang diberi bonus dan jasa lainnya untuk mempperoleh balas jasa (fee) seperti : pemberian jaminan (al-khafalah), pengalihan tagihan (al-hiwalah), pelayanan khusus (al-jualah),

pembukaan L/C (al-wakalah), dan lain-lain. Dari pemakaian fasilitas-fasilitas tersebut bank akan memperoleh pendapatan.

Manfaat tabungan mudharabah adalah keamanan dan terjaminnya dana tabungan nasabah, bagi hasil yang kompetitif yang diberikan setiap setiap bulan secara langsung kerekening tabungan mudharabah.tujuan dan manfaat tabungan mudharabah bagi bank 1).

Sumber pendanaan bank baik dalam rupiah maupun valuta asing. 2).

Salah satu sumber pendapatan dalam bentuk jasa (fee based income) dari aktivitas lanjutan pemanfaatan rekening tabungan oleh nasabah.

Sedangkan bagi nasabah adalah 1). Kemudahan dalam pengelolaan likuiditas baik dalam hal setoran, penarikan, transfer dan pembayaran transaksi yang fleksibel. 2). Dapat memproleh bonus atau bagi hasil.

Analisis dan identifikasi risiko :

a. Risiko liquiditas yang disebabkan oleh fluktuasi dana yang ada di rekening tabungan relative tinggi dibandingkan deposito.

b. Risiko displacement (commercial displacement risk) yang disebabkan oleh adanya potensi nasabah memindahkan dananya yang didorong oleh tingkat bonus atau bagi hasil riil yang lebih rendah dari tingkat suku bunga.

c. Risiko pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar untuk tabungan dalam valuta asing.

b. Sifat-sifat tabungan mudharabah

1. Tabungan mudharabah (TABAH) adalah simpanan pihak ketiga ke bank syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai dengan perjanjian.

2. Dalam hal ini bank syariah bertindak sebagai mudharib dan deposan sebagai shahib al mal.

3. Bank sebagai mudharib akan membagi keuntungan kepada shahib al mal sesuai dengan nisbah yang telah disetujui bersama. Pembagian keuntungan dapat dilakukan setiap bulan berdasarkan saldo minimal yang mengendap selama periode tersebut.

Dalam memperhitungkan bagi hasil tabungan mudharabah tersebut hal-hal perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Hasil perhitungan bagi hasil dalam angka satuan bulat tanpa mengurangi hak nasabah.

2. Pembulatan keatas untuk nasabah 3. Pembulatan kebawah untuk bank

4. Hasil perhitungan pajak dibulatkan keatas sampai puluhan terdekat.

Dalam hal pembayaran bagi hasil, bank syariah menggunakan metode end of month, yaitu :

1. Pembayaran bagi hasil tabungan mudharabah dilakukan secara bulanan.

2. Bagi hasil bulanan pertama dihitung secara proporsional hari efektif termasuk tanggal tutup buku, tetapi tidak termasuk tanggal pembukaan tabungan.

3. Bagi hasil bulan terakhir dihitung secara proporsional hari efektif, tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah bagi hasil tutup buku bulan terakhir.

4. Jumlah hari sebulan adalah jumlah hari kalender bulan yang bersangkutan (28 hari, 29 hari, 30 hari dan 31 hari )

5. Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diafiliasikan ke rekening lainnya sesuai dengan permintaan nasabah.

C. Bank Syariah

a. Pengertian Bank Secara Umum

Kata bank dari kata banque dalam bahasa Prancis, dan dari bonco dalam bahasa Italia, yang berarti peti/lemari atau bangku. Kata peti atau lemari yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang dan sebagainya.Mahmud Nuhung (2014:37)

Menurut Pierson bahwa “bank adalah badan yang menerima kredit”

sementara G.M Verrjin Stuart mengatakan “bank merupakan badan usaha yang wujudnya memuaskan keperluan orang akan kredit baik dengan uang yang diterimanya dari orang lain maupun dengan jalan mengeluarkan uang baru sebagai uang kertas atau uang logam”. Moh.Ramly Faud & M.Rustan D.M (2005 :14).

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud denga BANK adalah”badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.Kasmir (2014 :24)

Ditinjau dari segi imbalan atau jasa atas penggunaan dana, baik simpanan maupun pinjaman, (Susilo, dkk, 2000) bank dapat dibedakan menjadi :

a. Bank konvensional, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun penyaluran dana, memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana bank untuk suatu periode tertentu.

Contohnya : BCA (Bank Central Asia), BRI (Bank Rakyat Indonesia), Mandiri, BNI (Bank Negara Indonesia), dll.

b. Bank syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, bank penghimpunan dana dalam rangka penyaluran dana memberikan atau mengenakan imbalan atas dasar perinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.

Contohnya : Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar, Bank Bukopin Syariah, Bank BNI Syariah, Bank BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, dll.

b. Pengertian Syariah

Kosa kata syariah dalam bahasa Arab memiliki arti jalan yang ditempuh atau garis yang sseharusnya dilalui. Dari sisi terminologi, syariah bermakna pokok-pokok aturan hukum yang digariskan oleh ALLAH Swt untuk dipatuhi dan dilalui oleh sseorang muslim dalam menjalani segala aktivitas hidupnya (ibadah) di dunia. Semua aktivitas kehidupan seperti bekerja, memasak, makan, belajar, sholat dan lain sebagainya adalah merupakan ibadah

sepanjang diniatkan untuk mencari rida ALLAH SWT. Sri Nurharati-Wasilah (2014:16).

Ketentuan syariah bersifat konprehensif dan universal. Konprehensif, berarti mencakup seluruh aspek kehidupan manuasia dengan ALLAH SWT.

Didalamnya meliputi ibadah mahdah dan ibadah muamalah. Ibadah mahdah mengatur mengenai hubungan antara manusia dengan ALLAH SWT seperti shalat, puasa, haji dan lainnya. Sedangkan ibadah mumalah mengatur mengenai hubungan antara sesama manusia serta antara manusia dengan makhuk atau ciptaan ALLAH SWT lainnya termasuk alam semesta. Hukum asalah ibadah muhdhah adalah bahwa segala sesuatu dilarang untuk dikerjakan, kecuali dibolehkan dalam Al-Qur‟an atau dicontohkan Nabi Muhammad SAW melalui AS-Sunnah. Sebaliknya hukum asal ibadah muamalah adalah bahwa segala sesuatu dibolehkan untuk dikerjakan, kecuali ada larangan dalam Al-Qur‟an atau As-Sunnah.

Aturan mengenai ibadah muamalah, meliputi :

1. Hukum keluarga (ahwalus madaniyah) yang mengatur hubungan suami istri, anak dan keturunan termasuk sistem waris.

2. Hukum privat (ahkamul madaniyah) yaitu hukum-hukum yang berhubungan dengan hak manusia satu sama lain dengan tukar menukar kebendaan dan manfaat, seperti jual beli, perserikatan dagang, sewa menyewa, utang-piutang.

3. Hukum pidana (ahkamul jinaiyah), hukum secara (ahkamul murafaat) yang berhubungan dengan peradila, persaksian, bukti-bukti, sumpah dan sebagainya.

4. Hukum perundang-undangan (ahkamul dusturiyah) yaitu hukum yang berhubungan dengan azas dan cara pembuatan undang-undang.

5. Hukum internasional (ahkamul dauliyah) yaitu hukum yang mengatur hubungan negara Islam dengan cara non-Islam dalam bidang-bidang perdamaian, keamanan, prekonomian, kebudayaan, dan lain-lain.

6. Hukum ekonomi dan keuangan (ahkamul iqtishadiyah maaliyah), yaitu hukum-hukum yang mengatur sumber-sumber keuangan dan pengeluarannya, hak-hak fakir miskin, dan hubungan keuangan antara pemerintah dan warga negaranya.

c. Pengertian Bank Syariah

Pengertian bank syariah menurut Arifin (2002;18) adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memeberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Mahmud Nuhung (2014:37).

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan bank Syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank islamdengan bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Quran dan Hadis Nabi

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan bank Syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank islamdengan bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Quran dan Hadis Nabi

Dokumen terkait