• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Bank Syariah

a. Pengertian Bank Secara Umum

Kata bank dari kata banque dalam bahasa Prancis, dan dari bonco dalam bahasa Italia, yang berarti peti/lemari atau bangku. Kata peti atau lemari yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang dan sebagainya.Mahmud Nuhung (2014:37)

Menurut Pierson bahwa “bank adalah badan yang menerima kredit”

sementara G.M Verrjin Stuart mengatakan “bank merupakan badan usaha yang wujudnya memuaskan keperluan orang akan kredit baik dengan uang yang diterimanya dari orang lain maupun dengan jalan mengeluarkan uang baru sebagai uang kertas atau uang logam”. Moh.Ramly Faud & M.Rustan D.M (2005 :14).

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud denga BANK adalah”badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.Kasmir (2014 :24)

Ditinjau dari segi imbalan atau jasa atas penggunaan dana, baik simpanan maupun pinjaman, (Susilo, dkk, 2000) bank dapat dibedakan menjadi :

a. Bank konvensional, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun penyaluran dana, memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana bank untuk suatu periode tertentu.

Contohnya : BCA (Bank Central Asia), BRI (Bank Rakyat Indonesia), Mandiri, BNI (Bank Negara Indonesia), dll.

b. Bank syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, bank penghimpunan dana dalam rangka penyaluran dana memberikan atau mengenakan imbalan atas dasar perinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.

Contohnya : Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar, Bank Bukopin Syariah, Bank BNI Syariah, Bank BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, dll.

b. Pengertian Syariah

Kosa kata syariah dalam bahasa Arab memiliki arti jalan yang ditempuh atau garis yang sseharusnya dilalui. Dari sisi terminologi, syariah bermakna pokok-pokok aturan hukum yang digariskan oleh ALLAH Swt untuk dipatuhi dan dilalui oleh sseorang muslim dalam menjalani segala aktivitas hidupnya (ibadah) di dunia. Semua aktivitas kehidupan seperti bekerja, memasak, makan, belajar, sholat dan lain sebagainya adalah merupakan ibadah

sepanjang diniatkan untuk mencari rida ALLAH SWT. Sri Nurharati-Wasilah (2014:16).

Ketentuan syariah bersifat konprehensif dan universal. Konprehensif, berarti mencakup seluruh aspek kehidupan manuasia dengan ALLAH SWT.

Didalamnya meliputi ibadah mahdah dan ibadah muamalah. Ibadah mahdah mengatur mengenai hubungan antara manusia dengan ALLAH SWT seperti shalat, puasa, haji dan lainnya. Sedangkan ibadah mumalah mengatur mengenai hubungan antara sesama manusia serta antara manusia dengan makhuk atau ciptaan ALLAH SWT lainnya termasuk alam semesta. Hukum asalah ibadah muhdhah adalah bahwa segala sesuatu dilarang untuk dikerjakan, kecuali dibolehkan dalam Al-Qur‟an atau dicontohkan Nabi Muhammad SAW melalui AS-Sunnah. Sebaliknya hukum asal ibadah muamalah adalah bahwa segala sesuatu dibolehkan untuk dikerjakan, kecuali ada larangan dalam Al-Qur‟an atau As-Sunnah.

Aturan mengenai ibadah muamalah, meliputi :

1. Hukum keluarga (ahwalus madaniyah) yang mengatur hubungan suami istri, anak dan keturunan termasuk sistem waris.

2. Hukum privat (ahkamul madaniyah) yaitu hukum-hukum yang berhubungan dengan hak manusia satu sama lain dengan tukar menukar kebendaan dan manfaat, seperti jual beli, perserikatan dagang, sewa menyewa, utang-piutang.

3. Hukum pidana (ahkamul jinaiyah), hukum secara (ahkamul murafaat) yang berhubungan dengan peradila, persaksian, bukti-bukti, sumpah dan sebagainya.

4. Hukum perundang-undangan (ahkamul dusturiyah) yaitu hukum yang berhubungan dengan azas dan cara pembuatan undang-undang.

5. Hukum internasional (ahkamul dauliyah) yaitu hukum yang mengatur hubungan negara Islam dengan cara non-Islam dalam bidang-bidang perdamaian, keamanan, prekonomian, kebudayaan, dan lain-lain.

6. Hukum ekonomi dan keuangan (ahkamul iqtishadiyah maaliyah), yaitu hukum-hukum yang mengatur sumber-sumber keuangan dan pengeluarannya, hak-hak fakir miskin, dan hubungan keuangan antara pemerintah dan warga negaranya.

c. Pengertian Bank Syariah

Pengertian bank syariah menurut Arifin (2002;18) adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memeberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Mahmud Nuhung (2014:37).

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan bank Syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank islamdengan bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Quran dan Hadis Nabi SAW. Atau dengan kata lain bank islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokonya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu

lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Muhammad (2014:2).

Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang beroperasi untuk memperlancar kegiatan ekonomi di sector riil melalui kegiatan usaha (seperti investasi, perdagangan, dll) yang sesuai dengan hokum syariah menurut ajaran islam antara bank dan pelanggannya dan pendanaan dan/atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lain yang sesuai denagn nilai-nilai makro dan mikro islam. Nilai makro meliputi niali keadilan („adl), menguntungkan bagi masyarakat (maslahah), sistem zakat, bebas dari riba atau bunga, bebas dari kegiatan-kegiatan spekulatif dan tidak produktif (maysir), bebas dari ketentuan dan kondisi yang tidak jelas (gahrar), dan bebas dari cacat dan melanggar hokum transaksi (bathil).Sedangkan nilai mikro yang harus tertanam dalam praktek bank syariah meliputi sifat terpuji yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu jujur (shiddiq), mengulurkan tangan (tabligh), dapat dipercaya (amanah) serta kompeten dan professional (fhatonah). Selain itu, dimensi keberhasilan bank-bank islam termasuk sukses di dunia (yang berorientasi jangka) dan di akhirat (yang berorientasi jangka panjang), diamana memperhatikan kemurnian sumber, ketepatan proses dan manfaat dari hasil.

Di dalam menjalankan operasinya, funsi bank syariah terdiri dari : 1. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana yang

dipercayakan oleh pemegang rekening investasi/deposan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi bank.

2. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimilki oleh pemilik dana/shahabul maal sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh pemilik dana (dalam hal ini bank bertindak sebagai manajer investasi).

3. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

4. Sebagai pengelola funsi social seperti pengelolaan dana zakat dan penerimaan serta penyaluran dana kebajikan (fungsi optimal).

Didirikannya perbankan dengan sistem bagi hasil didasarkan pada dua alasan utama, yaitu : (1). Adanya pandangan bahwa bunga (interest) pada bank konvensional hukumnya haram karena termasuk dalam kategori riba yang dilarang agama islam, (2). Dari aspek ekonomi, penyerahan risiko usaha terhadap salah satu pihak dinilai nmelanggar norma keaadilan.

Kecendrungan masyarakat menggunakan sistem bunga (interest) lebih bertujuan untuk mengoptimalkan pemenuhan kepentingan pribadi, sehingga kurang mempertimbangkan dampak sosial yang ditimbulkannya.

Berbeda dengan sistem bagi hasil, sistem ini berorientasi pemenuhan kemaslahatan hidup umat manusia. Adapun perbedaan bunga dan bagi hasil dapat dijelaskan lebih jauh pada tabel berikut :

Tabel 2.2 Perbedaan Bunga Dan Bagi Hasil

Bunga Bagi Hasil

Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung.

Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.

Besarnya presentase berdasarkan pada jumlah modal yang dipinjamkan.

Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.

Pembayaran bunga tetap seperti dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.

Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan.

Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.

Julah pembayaran bunga tidak meningkat, sekalipun jumlah keuntungan berlipat.

Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.

Eksistensi bunga diragukan oleh semua agama termasuk agaa islam.

Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.

Sumber : Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (2008 : 20-21).

D. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar

Dokumen terkait