• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat Penelitian

Dalam dokumen UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 (Halaman 20-0)

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil guna dari kulit kayu jambu mete. Selain itu juga dapat memberikan informasi bahwa kulit kayu jambu mete dapat digunakan sebagai pewarna rambut yang relatif aman.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi, morfologi tumbuhan, habitat dan daerah tumbuh, sistematika tumbuhan, nama asing, penggunaan tumbuhan serta kandungan senyawa kimia.

2.1.1 Morfologi tumbuhan

Pohon tinggi 8-12 m, memiliki cabang dan ranting yang banyak. Batang melengkung, berkayu, bergetah, percabangan mulai dari bagian pangkalnya (Dalimartha, 2000) batang berwarna putih kotor (Sherley, 2008). Daun tunggal, bertangkai, panjang 4-22,5 cm, lebar 2,5-15 cm. Helaian daun berbentuk bulat telur sungsang, tepi rata, pangkal runcing, ujung membulat dengan lekukan kecil di bagian tengah, pertulangan menyirip, berwarna hijau (Dalimartha, 2000).

Bunga majemuk, bentuk malai, terletak di ketiak daun dan di ujung cabang, mempunyai daun pelindung berbentuk bulat telur dengan panjang 4-55 mm dan berwarna hijau muda. Mahkota bunga berbentuk runcing, saat masih muda berwarna putih setelah tua berwarna merah (Sherley, 2008). Bunga berumah satu memiliki bunga betina dan bunga jantan (Dalimartha, 2000). Setiap malai rata-rata menghasilkan 5-6 buah yang terdiri dari dua bagian, yaitu buah semu yang merupakan tangkai bunga yang membesar (Mahedalswara, 1994).

Buahnya buah batu, keras, melengkung. Tangkai buahnya lama kelamaan akan menggelembung menjadi buah semu yang lunak, seperti buah peer, berwarna kuning, kadang-kadang bernoda merah, rasanya manis agak sepat, banyak

mengandung air, dan berserat. Biji bulat panjang, melengkung, pipih, warnanya cokelat tua (Dalimartha, 2000). Akarnya berupa akar tunggang dan berwarna cokelat (Sherley, 2008).

2.1.2 Habitat dan daerah tumbuh

Jambu mete atau jambu monyet berasal dari Brazil, tersebar di daerah tropik dan ditemukan pada ketinggian antara 1-1.200 m di atas permukaan laut.

Jambu mete akan berbuah lebih baik di daerah beriklim kering dengan curah hujan kurang dari 500 mm per tahun. Tanaman ini dapat tumbuh di segala macam tanah, asalkan jangan di tanah lempung yang pekat dan tergenang air. Tanaman

Jenis : Anacardium occidentale L.

Di luar negeri orang menyebutnya Cashew (Inggris), cajou, anacardier (Perancis), kasoy (Tagalog), mamuang, himmaphan, yaruang (Thailand), dao lon hot, cay dieu (Vietnam), hijli-badam, kaju (India dan Pakistan) (Dalimartha,

Penyebaran jambu mete di Indonesia sangat luas sehingga tumbuhan ini mempunyai banyak nama daerah misalnya: jambu erang, jambu monyet (Sumatera), jambu mede, jambu mete, jambu siki (Jawa), buwah monyet, jambu jipang, jambu dwipa, nyambu monyet, jambu parang, jampu sempal (Kalimantan), jambu dare, jambu sereng (Sulawesi), kanoke, masapana, buwa yakis, buwa jaki (Maluku) (Dalimartha, 2000).

2.1.4 Penggunaan tumbuhan

Tanaman asal Brazil ini, memiliki buah yang tergolong unik. Buah Jambu Monyet merupakan tangkai buah yang mengalami penggelembungan dan menjadi buah semu yang lunak. Biji bulat panjang, melengkung pipih dan berwarna coklat tua. Biji inilah yang sering disebut kacang mete. Kulit kayu berbau lemah, rasanya kelat dan lama-kelamaan menimbulkan rasa tebal di lidah (Dalimartha, 2000).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli di lingkungan Departemen Pertanian diketahui bahwa bagian tanaman jambu mete dapat dimanfaatkan. Kulit batangnya bisa digunakan sebagai bahan penyamak kulit atau obat penyembuh sariawan. Daun mudanya bisa dimakan sebagai lalapan karena mengandung hormon dan vitamin C. Daging buahnya bisa dibuat manisan, selai atau dirujak dan airnya untuk bahan baku pembuatan cider (anggur), cuka atau jelly karena mengandung 88% air; 0,2% protein; 0,1% lemak dan 11,5%

karbohidrat serta vitamin C (Mahedalswara, 1994).

Daging buahnya bisa dimakan karena mengandung 5% air; 20% protein;

45% lemak (minyak); 26% tepung karbohidrat; 1,5% serat kasar dan 1,5%

mineral. Melalui proses pemerasan, daging buah mete bisa menghasilkan minyak nabati yang tidak banyak mengandung asam lemak jenuh (Mahedalswara, 1994).

2.1.5 Kandungan kimia tumbuhan

Kulit kayu mengandung tanin yang cukup banyak zat samak, asam galat, dan ginkol katekin. Buah mengandung protein, lemak, vitamin (A, B dan C), kalsium, fosfor, besi dan belerang (Dalimartha, 2000). Daun jambu mete mengandung senyawa flavonoid, terpenoid/steroid, tanin dan glikosida (Jayalakshmi, 2011).

Gambar 2.1 Struktur dasar tanin (Robinson, 1995).

2.2 Pirogalol

Pirogalol mempunyai struktur kimia seperti pada Gambar 2.2 berikut :

Gambar 2.2 Struktur kimia pirogalol (Sweetman, 2009).

Pemerian : Padatan hablur putih atau hablur tidak berwarna dengan berat molekul 126,1

Suhu lebur : 133oC Rumus Molekul : C6H3(OH)3

Nama Kimia : 1,2,3- Trihidroksibenzena (Ditjen POM, 1995).

Pirogalol bersifat sebagai reduktor (mudah teroksidasi). Dalam bentuk larutan akan menjadi warna gelap jika terkena udara. Jika pemakaiannya dicampur dengan zat warna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, pirogalol berfungsi sebagai zat pembangkit warna dan dikombinasikan dengan pewarna logam lain.

Ini bertujuan untuk mendapatkan keuntungan agar zat warna dapat menempel lebih kuat lagi pada rambut dibandingkan pada saat sebelum dicampur. Pirogalol diizinkan digunakan sebagai zat pembangkit warna dengan batas kadar 5% (Ditjen POM, 1985).

2.3 Tembaga (II) Sulfat

Tembaga (II) sulfat merupakan senyawa logam yang dapat digunakan sebagai pewarna pada rambut.

Pemerian : Berbentuk serbuk atau granul berwarna biru, transparan dengan berat molekul 249,68 (Ditjen POM,1995).

Kelarutan : 1 g larut dalam 3 ml air; dalam 0,5 ml air panas; 1 g dalam 500 ml alkohol; 1 g dalam 3 ml gliserol (Sweetman, 2009).

Tembaga (II) sulfat termasuk ke dalam zat warna senyawa logam. Daya lekat zat warna senyawa logam umumnya tidak sekuat zat warna nabati, karena itu jika digunakan langsung harus dilakukan tiap hari hingga terbangkit corak warna yang dikehendaki (Ditjen POM, 1985).

2.4 Xanthan Gum

Xanthan gum adalah gom hasil fermentasi karbohidrat oleh Xanthomonas campestris yang dimurnikan. Merupakan garam natrium, kalium, atau kalsium dari suatu polisakarida dengan bobot molekul besar yang mengandung D-glukosa,

manosa, dan asam glukoronat. Berupa serbuk putih atau putih kekuningan, larut dalam air dan memberikan viskositas yang tinggi dalam larutan (Sweetman, 2009). Struktur kimia xanthan gum dapat dilihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Struktur kimia xanthan gum (Rowe, dkk., 2009).

Xanthan gum banyak digunakan dalam formulasi sediaan oral dan topikal, kosmetik, dan makanan sebagai bahan pensuspensi serta bahan pengemulsi. Gom ini tidak toksik, dapat tercampurkan, dan memiliki stabilitas serta viskositas yang baik pada rentang pH dan temperatur yang luas (Rowe, dkk., 2009).

2.5 Ekstraksi

Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Hasil ekstraksi disebut dengan ekstrak, yaitu sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan.

Simplisia yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah bahan alamiah

berupa bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM, 2000). Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu:

A. Cara dingin 1. Maserasi

Maserasi adalah salah satu metode ekstraksi yang dilakukan dengan cara merendam sampel di dalam pelarut cair. Pembuatan maserasi kecuali dinyatakan lain, dilakukan sebagai berikut. Dimasukkan 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam sebuah bejana, dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil diaduk, diserkai, diperas, dicuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan di tempat sejuk terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Dienap tuangkan atau disaring (Ditjen POM, 1979).

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai penyarian sempurna, umumnya dilakukan di temperatur ruangan. Proses ini terdiri dari tahapan pelembaban bahan, tahap pendiaman antara, dan tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan esktrak), yang terus menerus sampai ekstrak yang diinginkan habis tersari (Ditjen POM, 2000).

B. Cara panas 1. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

2. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Kelebihan metode ini adalah sampel terekstraksi dengan sempurna, proses ekstraksi lebih cepat dan pelarut yang digunakan sedikit. Kelemahan dari metode ini adalah sampel yang digunakan harus tahan panas.

3. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.

4. Infundasi

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air mendidih, temperatur terukur 90°C selama waktu tertentu (15 menit).

5. Dekok

Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air mendidih, temperatur terukur 90°C selama waktu tertentu (30 menit) (Ditjen POM, 2000).

2.6 Rambut

Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang, juga sebagai lambang kecantikan bagi wanita dan kejantanan/keperkasaan bagi pria. Walaupun begitu rambut pada manusia tidak hanya tumbuh di kepala saja, tetapi juga di seluruh tubuh manusia kecuali pada telapak tangan dan telapak kaki (Putro, 1998).

2.6.1 Anatomi Rambut

Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian rambut seperti yang terlihat pada Gambar 2.4 berikut :

Gambar 2.4 Anatomi rambut (Putro, 1998).

Menurut Bariqina dan Ideawati (2001), rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian rambut yang terdiri dari tiga bagian sebagai berikut:

a. Ujung rambut

Pada rambut yang baru tumbuh serta sama sekali belum/tidak pernah dipotong mempunyai ujung rambut yang runcing.

b. Batang rambut

Batang rambut adalah bagian rambut yang terdapat di atas permukaan kulit berupa benang-benang halus yang terdiri dari zat tanduk atau keratin.

Gambar 2.5 Anatomi batang rambut ( Putro, 1998).

Pada potongan melintang batang rambut, dapat dibedakan menjadi tiga lapisan yang tersusun dari :

1. Kutikula

Kutikula merupakan lapisan yang mendasari fisis rambut dan merupakan lapisan paling luar yang terdiri atas sel-sel keratin tipis yang saling bertautan. Kutikula berfungsi sebagai pelindung rambut dari kekeringan dan pemasukan benda asing dari luar. Kutikula dapat rusak akibat adanya pengaruh luar baik berupa rangsangan mekanis maupun kimiawi (Putro, 1998).

2. Korteks

Korteks merupakan lapisan yang merupakan rambut sejati dan banyak mengandung serabut-serabut polipeptida yang berdekatan dan banyak mengandung pigmen rambut dan rongga udara. Struktur korteks inilah yang sebenarnya menentukan jenis rambut apakah lurus, ikal atau keriting (Putro, 1998).

3. Sumsum rambut (Medula)

Sumsum rambut terletak pada lapisan paling dalam dari batang rambut yang dibentuk oleh zat tanduk/keratin yang tersusun sangat renggang dan membentuk semacam jala/anyaman sehingga terdapat rongga-rongga yang berisi udara (Bariqina dan Ideawati, 2001).

c. Akar Rambut

Akar rambut adalah bagian rambut yang tertanam di dalam kulit. Bagian-bagian dari akar rambut adalah sebagai berikut:

1. Kantong rambut (Folikel)

Kantong rambut merupakan suatu saluran yang menyerupai tabung, dan berfungsi untuk melindung akar rambut, mulai dari permukaan kulit sampai di bagian terbawah umbi rambut.

2. Papil rambut

Papil rambut adalah bulatan kecil yang bentuknya melengkung, terletak dibagian terbawah dari folikel rambut dan menjorok masuk ke dalam umbi rambut. Papil rambut bertugas membuat atau memproduksi bermacam-macam zat yang diperlukan untuk pertumbuhan rambut. Misalnya zat melanosit yang membentuk melanin (zat pigmen/zat warna rambut) (Bariqina dan Ideawati, 2001).

3. Umbi rambut (Matriks)

Matriks adalah ujung akar rambut terbawah yang melebar. Struktur bagian akar rambut ini berbeda dengan struktur batang dan akar rambut diatasnya. Pada umbi rambut melekat otot penegak rambut yang menyebabkan rambut halus berdiri bila ada suatu rangsangan dari luar tubuh (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2.6.2 Struktur rambut

Rambut dapat berwujud tebal atau kasar, halus atau tipis, dan normal atau sedang. Keadaan atau wujud rambut yang dapat dilihat, misalnya rambut tersebut lurus, berombak, atau keriting. Rambut lurus akan kelihatan lurus, tidak bergelombang, dan tidak keriting. Rambut berombak memperlihatkan gelombang yang besar pada rambut karena dikeriting dengan gelombang yang besar atau rambut bergelombang asli. Rambut keriting adalah rambut yang berbentuk

keriting kecil atau sedang karena hasil pengeritingan atau keriting asli (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2.6.3 Jenis-jenis rambut

a. Jenis rambut menurut morfologinya, yaitu:

1. Rambut velus

Rambut velus adalah rambut yang sangat halus dengan pigmen sedikit.

Rambut ini terdapat di seluruh tubuh kecuali pada bibir, telapak tangan dan kaki.

2. Rambut terminal

Rambut terminal adalah rambut yang kasar dan tebal serta berpigmen banyak. Terdapat pada bagian tubuh tertentu, seperti kepala, alis, bulu mata, dan ketiak (Putro, 1998).

b. Jenis rambut menurut sifatnya, yaitu:

1. Rambut berminyak

Jenis rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang bekerja secara berlebihan sehingga rambut selalu berminyak. Rambut berminyak kelihatan mengkilap, tebal, dan lengket.

2. Rambut normal

Rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang memproduksi minyak secara cukup. Rambut normal lebih mudah pemeliharaannya serta tidak terlalu kaku sehingga mudah dibentuk menjadi berbagai jenis model rambut.

3. Rambut kering

Jenis rambut ini tampak kering, mengembang, dan mudah rapuh. Hal ini karena kandungan minyak pada kelenjar lemaknya sedikit sekali akibat kurang

c. Jenis rambut berdasarkan teksturnya, yaitu:

Tekstur rambut adalah sifat-sifat rambut yang dapat ditentukan dengan penglihatan, perabaan atau pegangan. Pengertian ini meliputi sifat-sifat rambut sebagai berikut:

1. Kelebatan rambut

Secara praktis kelebatan rambut dapat ditentukan dengan melihat banyaknya batang rambut yang tumbuh dikulit kepala.

2. Tebal halusnya rambut

Tebal halusnya rambut ditentukan oleh banyaknya zat tanduk dalam kulit rambut. Pada umumnya, rambut yang berwarna hitam dan coklat lebih tebal daripada rambut merah atau pirang.

3. Kasar licinnya permukaan rambut

Kasar licinnya permukaan rambut ditentukan melalui perabaan.

Permukaan rambut dikatakan lebih kasar jika sisik-sisik selaput rambut tidak teratur rapat satu dengan yang lainnya.

4. Kekuatan rambut

Sifat ini tergantung pada banyaknya dan kualitas zat tanduk dalam rambut.

Kekuatan rambut dapat diketahui dengan cara meregangkan rambut sampai putus dibandingkan dengan daya yang diperlukan untuk memutuskan rambut.

5. Daya serap rambut

Selaput rambut yang sisik-sisiknya terbuka dan zat tanduk yang keadaannya kurang baik akan meningkatkan daya serap rambut. Rambut di puncak memiliki daya serap terbaik (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2.6.4 Fisiologi rambut

2.6.4.1 Pertumbuhan rambut

Rambut dapat tumbuh dan bertambah panjang. Hal ini disebabkan karena sel-sel daerah matrix/umbi rambut secara terus menerus membelah. Rambut mengalami proses pertumbuhan menjadi dewasa dan bertambah panjang lalu rontok dan kemudian terjadi pergantian rambut baru. Inilah yang dinamakan siklus pertumbuhan rambut (Rostamailis, dkk., 2008).

Pertumbuhan rambut mengalami pergantian melalui 3 fase, yaitu:

1. Fase anagen (fase pertumbuhan)

Fase anagen adalah fase pertumbuhan rambut ketika papil rambut terus membentuk sel rambut secara mitosis. Fase anagen berlangsung 2-5 tahun.

2. Fase katagen (fase istirahat)

Fase ini berlangsung hanya beberapa minggu. Selama fase istirahat, rambut berhenti tumbuh, umbi rambut mengkerut dan menjauhkan diri dari papil rambut, membentuk bonggol rambut, tetapi rambut belum rontok.

3. Fase telogen (fase kerontokan)

Fase ini berlangsung lebih kurang 100 hari. Ketika rambut baru sudah cukup panjang dan akan keluar dari kulit, rambut lama akan terdesak dan rontok.

Pada akhir fase ini, folikel rambut beralih ke fase anagen secara spontan (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.7 Rambut Uban

Rambut uban tidak tumbuh dengan sendirinya. Batang rambut menerima

oksigen mengakibatkan susunan rambut menjadi tidak baik dan mempengaruhi pembentukan melanin rambut sehingga terbentuk rambut uban. Munculnya uban dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Yang termasuk faktor eksternal ialah antara lain gaya hidup. Perokok aktif cenderung lebih banyak mengalami perubahan warna rambut atau beruban lebih cepat dibandingkan yang tidak merokok. Faktor lainnya yang dapat menyebabkan uban dini ialah penggunaan minyak dan cat rambut yang tidak hanya mengenai rambut, tetapi juga meresap ke dalam pori-pori kulit kepala. Zat-zat kimia yang terkandung dalam minyak dan cat rambut memengaruhi kesehatan rambut dan produksi pigmen melanin sehingga mempercepat terjadinya uban. Sebagai faktor internal yaitu faktor genetik yang merupakan penyebab yang paling umum munculnya uban pada usia muda.

Terjadinya uban dini diatur secara genetik; jika orang tua mengalami uban dini, kemungkinan besar hal ini akan menurun pada anak-anaknya (Sinaga, dkk., 2012).

2.8 Pewarnaan Rambut

Warna rambut manusia bermacam-macam, tergantung pada jenis pigmen yang terdapat di dalam korteks rambut. Ketika usia semakin lanjut maka warna rambut semakin memutih, karena mulai kehilangan pigmen yang disebabkan oleh menurunnya fungsi melanosit dan menurunnya aktivitas tirosin (Putro, 1998).

Menurut Ditjen POM (1985), Pewarnaan rambut dapat dilakukan dengan berbagai cara, menggunakan berbagai jenis zat warna baik zat warna alam maupun sintetik.

Pewarnaan rambut dapat dibedakan menjadi:

1. Pewarnaan berdasarkan daya lekat zat warna.

2. Pewarnaan berdasarkan proses sistem pewarnaan (Ditjen POM, 1985).

2.8.1 Pewarnaan berdasarkan daya lekat zat warna 2.8.1.1 Pewarna rambut temporer

Pewarna rambut temporer bertahan pada rambut untuk waktu yang singkat, hanya sampai pada pencucian berikutnya. Pewarna ini melapisi kutikula rambut tetapi tidak berpenetrasi ke dalam korteks rambut karena molekul-molekulnya terlalu besar (Dalton, 1985).

Jenis sediaan pewarna rambut yang digunakan untuk pewarnaan rambut temporer meliputi bilasan warna, sampo warna termasuk juga kombinasinya dengan bilasan warna, krayon rambut, dan semprot pewarnaan rambut (Ditjen POM, 1985).

2.8.1.2 Pewarna rambut semipermanen

Pewarna rambut semipermanen adalah pewarna rambut yang memiliki daya lekat tidak terlalu lama, daya lekatnya ada yang 4-6 minggu, ada juga 6-8 minggu. Pewarnaan rambut ini masih dapat tahan terhadap keramas, tetapi jika berulang dikeramas, zat warnanya akan luntur juga (Ditjen POM, 1985).

Tujuan pemberian pewarna semipermanen selain untuk menyegarkan warna rambut yang kusam, dapat pula digunakan saat pewarnaan permanen untuk mempertahankan kemilau rambut. Oleh sebab itu, rambut putih yang dicat hitam dengan jenis zat yang bersifat semipermanen ini secara perlahan-lahan, setelah 4-6 minggu, akan menguning kecoklatan dan akhirnya rambut akan kembali menjadi

2.8.1.3 Pewarna rambut permanen

Pewarna rambut permanen berpenetrasi ke dalam kutikula dan terdeposit pada korteks rambut. Pewarna rambut jenis ini memiliki daya lekat yang jauh lebih lama sehingga tidak luntur karena keramas dengan sampo dan dapat bertahan 3-4 bulan (Ditjen POM, 1985).

Pewarnaan rambut permanen ini mempunyai daya lekat jauh lebih lama dan akan tetap melekat pada rambut hingga pertumbuhan rambut selanjutnya dan rambut yang kena cat dipotong, dilunturkan dengan proses pemucatan rambut atau dilunturkan menggunakan penghilang cat rambut (BPOM, 2008).

Pewarna permanen terdapat dalam berbagai bentuk dan macam, seperti krim, jeli, dan cairan. Bahan pewarna ini meliputi campuran zat warna nabati dengan zat warna senyawa logam, zat warna derivat fenol seperti pirogalol, dan zat warna amino seperti orto atau para diaminobenzen, aminohidroksibenzen, dan meta disubstitusi fenilendiamin. Pewarna ini berguna untuk menutupi warna rambut putih, rambut beruban, serta rambut dengan warna asli untuk mendapatkan warna-warna yang mendekati warna asli menurut selera atau zaman (Bariqina dan Ideawati, 2001).

Susunan rambut atau berbagai macam tebal rambut akan mempengaruhi daya penyerapan cat. Pada umumnya, rambut halus lebih cepat dan lebih mudah menyerap cat dibanding rambut kasar dan tebal. Keadaan rambut yang kurang sehat, misalnya kutikula terbuka, akan cepat menyerap cat warna dalam jumlah yang lebih besar sehingga mengakibatkan warna tidak merata. Jenis rambut dengan kutikula yang sangat padat atau rapat dapat menolak peresapan pewarna

secara cepat sehingga memerlukan waktu olah yang lebih lama (Bariqina dan Ideawati, 2001).

Di dalam proses pewarnaan rambut, yang perlu diperhatikan adalah jangan langsung mengeramasi rambut yang baru saja diberi warna karena dapat mengakibatkan berkurangnya kemilau rambut dan bahkan dapat menghilangkan warna rambut tersebut. Penggunaan sampo dan conditioner jenis tertentu sangat baik untuk rambut yang telah diwarnai (Bariqina dan Ideawati, 2001).

Mekanisme penempatan zat warna dari ketiga jenis pewarna rambut di atas yang diilustrasikan pada sehelai rambut dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut:

a b c

Gambar 2.6 Deposit zat warna pada proses pewarnaan rambut (Mitsui, 1997).

Keterangan:

a = pewarna rambut temporer b = pewarna rambut semipermanen c = pewarna rambut permanen

2.8.2 Pewarnaan berdasarkan proses sistem pewarnaan

Berdasarkan proses sistem pewarnaan, pewarna rambut dibagi 2 golongan, yaitu pewarna rambut langsung dan pewarna rambut tidak langsung (Ditjen POM, 1985).

2.8.2.1 Pewarna rambut langsung

Sediaan pewarna rambut langsung telah menggunakan zat warna, sehingga dapat langsung digunakan dalam pewarnaan rambut tanpa terlebih dahulu harus dibangkitkan dengan pembangkit warna, pewarna rambut langsung terdiri dari:

1. Pewarna rambut langsung dengan zat warna alam 2. Pewarna rambut langsung dengan zat warna sintetik

Zat warna alam meliputi bahan warna nabati, ekstrak, sari komponen warna bahan nabati. Sedangkan zat warna sintetik berdasarkan pola warna komponen warna bahan nabati (Ditjen POM, 1985).

2.8.2.2 Pewarna rambut tidak langsung

Pewarna rambut tidak langsung disajikan dalam dua komponen yaitu masing-masing berisi komponen zat warna dan komponen pembangkit warna.

Pewarna rambut tidak langsung terdiri dari:

1. Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna senyawa logam 2. Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna oksidatif.

Dalam hal ini peranan pewarna rambut ditentukan oleh jenis senyawa logam dan jenis pembangkit warnanya. Jenis senyawa logam yang digunakan misalnya tembaga (II) sulfat, zat pembangkitnya misalnya pirogalol (Ditjen POM, 1985).

2.9 Uji Iritasi

Sebagian besar zat yang terkandung dalam pewarna rambut merupakan iritan kulit. Uji keamanan produk kosmetika dilakukan pada panel manusia untuk

menetapkan apakah produk kosmetika itu memberikan efek toksik atau tidak (Ditjen POM, 1985).

Untuk mencegah terjadinya reaksi iritasi terhadap produk pewarna rambut, perlu dilakukan uji iritasi terhadap sukarelawan. Uji iritasi ini dapat dilakukan dengan mengoleskan sediaan pewarna rambut pada lengan bawah bagian dalam atau bagian belakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam untuk kemudian

Untuk mencegah terjadinya reaksi iritasi terhadap produk pewarna rambut, perlu dilakukan uji iritasi terhadap sukarelawan. Uji iritasi ini dapat dilakukan dengan mengoleskan sediaan pewarna rambut pada lengan bawah bagian dalam atau bagian belakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam untuk kemudian

Dalam dokumen UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 (Halaman 20-0)

Dokumen terkait