BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.9 Uji Iritasi
Sebagian besar zat yang terkandung dalam pewarna rambut merupakan iritan kulit. Uji keamanan produk kosmetika dilakukan pada panel manusia untuk
menetapkan apakah produk kosmetika itu memberikan efek toksik atau tidak (Ditjen POM, 1985).
Untuk mencegah terjadinya reaksi iritasi terhadap produk pewarna rambut, perlu dilakukan uji iritasi terhadap sukarelawan. Uji iritasi ini dapat dilakukan dengan mengoleskan sediaan pewarna rambut pada lengan bawah bagian dalam atau bagian belakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam untuk kemudian diamati apakah terjadi reaksi iritasi (Scott, dkk., 1976).
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental di Laboratorium Fitokimia dan Laboratorium Farmasetika Dasar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, meliputi pengumpulan sampel, identifikasi sampel, pengolahan sampel, pembuatan ekstrak, pembuatan formula, dan evaluasi sediaan.
3.1 Alat- alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca listrik, blender, spatula, batang pengaduk, cotton buds, kertas perkamen, gunting, tisu gulung, rotary evaporator, lemari pengering, waterbath, dan alat – alat gelas yang diperlukan.
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit kayu jambu mete, pirogalol, tembaga (II) sulfat, xanthan gum, air, shampoo dan rambut uban.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pengumpulan sampel
Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah kulit kayu jambu mete (Anacardium occidentale L.) yang diambil dari Desa Hamparan Perak, Kelurahan Dusun IV, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
3.3.2 Identifikasi sampel
Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanese (MEDA) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
3.3.3 Pengolahan sampel
Sebanyak 2,5 kg kulit kayu jambu mete (Anacardium occidentale L.) disortasi, dipotong kecil-kecil, kemudian dikeringkan di lemari pengering hingga kering dan rapuh. Ditimbang berat keringnya yaitu 950 gram, lalu kulit kayu diserbukkan sampai halus dengan menggunakan blender dan disimpan dalam wadah tertutup rapat.
3.3.4 Pembuatan ekstrak kulit kayu jambu mete
Ekstraksi kulit kayu jambu mete (Anacardium occidentale L.) dilakukan secara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%.
Cara kerja:
Sebanyak 500 gram serbuk simplisia kulit kayu jambu mete dimasukkan ke dalam bejana kemudian ditambah dengan etanol 96% sebanyak 3,75 L , ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil sesekali diaduk.
Setelah 5 hari campuran tersebut diserkai, diperas, kemudian ampasnya dicuci dengan etanol 96% sebanyak 1,25 L, filtrat dimasukkan dalam bejana dan disimpan di tempat yang terlindung dari cahaya selama 2 hari, kemudian dienap tuangkan (Ditjen POM, 1979). Seluruh maserat digabung dan dipekatkan dengan
bantuan alat rotary evaporator pada temperatur tidak lebih dari 40°C dan sisa pelarut ekstrak dikentalkan dengan waterbath sehingga diperoleh ekstrak kental.
3.4 Pembuatan Formula
3.4.1 Orientasi perbedaan konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat terhadap perubahan warna rambut uban
Formula yang dipilih berdasarkan formula standar yang terdapat pada Formularium Kosmetika Indonesia (1985) seperti pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Formula standard
Komposisi Coklat muda Coklat tua Hitam
Serbuk inai 30 83 73
Pirogalol 5 10 15
Tembaga (II) Sufat 5 7 12
Dari tabel formula standar diatas, maka dibuat formula orientasi untuk menentukan konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat yang akan digunakan dalam formula sediaan pewarna rambut yang dibuat, dengan catatan bahwa konsentrasi pirogalol tidak lebih dari 5% (Ditjen POM, 1985) seperti pada Tabel 3.2 berikut:
Prosedur orientasi :
Dua ikat rambut uban masing-masing direndam di dalam pewarna rambut dengan variasi konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat selama 4 jam kemudian di cuci lalu diamati warna yang dihasilkan.
Orientasi diatas menunjukkan bahwa warna yang dihasilkan pada formula I (konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 5%, pirogalol 1% dan tembaga (II) sulfat 1%) sudah memberikan warna hitam, sehingga dipilih formula I untuk diformulasikan ke dalam sediaan pewarna rambut dengan penambahan xanthan gum 0,5 % sebagai pengental.
3.4.2 Orientasi pengamatan perubahan warna rambut uban dengan berbagai perlakuan
Setelah didapatkan konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat yang akan digunakan, selanjutnya dilakukan lagi orientasi terhadap rambut uban dengan penambahan masing-masing bahan dalam sediaan pewarna rambut sebagai berikut:
a. Rambut uban
b. Rambut uban direndam dalam zat warna kulit kayu jambu mete 5%
c. Rambut uban direndam dalam pirogalol 1%
d. Rambut uban direndam dalam tembaga (II) sulfat 1%
e. Rambut uban direndam dalam xanthan gum 0,5%
f. Rambut uban direndam dalam pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1%
g. Rambut uban direndam dalam pirogalol 1% + xanthan gum 0,5%
h. Rambut uban direndam dalam zat warna kulit kayu jambu mete 5% +
i. Rambut uban direndam dalam zat warna kulit kayu jambu mete 5% + xanthan gum 0,5%
j. Rambut uban direndam dalam zat warna kulit kayu jambu mete 5% + tembaga (II) sulfat 1%
k. Rambut uban direndam dalam zat warna kulit kayu jambu mete 5% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 0,5%
l. Rambut uban direndam dalam pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 0,5%
m. Rambut uban direndam dalam zat warna kulit kayu jambu mete 5% + pirogalol 1% + xanthan gum 0,5%
n. Rambut uban direndam dalam zat warna kulit kayu jambu mete 5% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1%
o. Rambut uban direndam dalam zat warna kulit kayu jambu mete 5% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1 % + xanthan gum 0,5%
3.4.3 Formula pewarna rambut dengan berbagai konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete
Dari hasil orientasi yang dilakukan, kemudian dibuat formula pewarna rambut dengan variasi konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete seperti pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Formula pewarna rambut
Komposisi Formula (%)
Formula A = Konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 2,5%, pirogalol 1%,
Formula B = Konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 5%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1%, dan xanthan gum 0,5%.
Formula C = Konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 7,5%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1%, dan xanthan gum 0,5%.
Formula D = Konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 10%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1%, dan xanthan gum 0,5%.
3.4.3.1 Prosedur pembuatan pewarna rambut
Pirogalol dicampurkan dengan tembaga (II) sulfat, zat warna kulit kayu jambu mete dan xanthan gum ke dalam lumpang, digerus homogen, ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga 100 ml, kemudian dipindahkan massa ke dalam gelas beker.
3.4.3.2 Pewarnaan terhadap rambut uban
Empat ikat rambut uban dipotong dan dicuci dengan shampoo, dimasukkan ke dalam campuran bahan pewarna rambut, dilakukan perendaman selama 1-4 jam, satu ikat rambut diambil setiap jamnya untuk kemudian dicuci, dikeringkan, dan dipisahkan serta diamati warna yang terbentuk setiap 1 jam selama 4 jam.
3.5 Evaluasi
3.5.1 Pengamatan warna rambut secara visual
Pengamatan ini dilakukan terhadap masing-masing formula untuk tiap kali perendaman. Dari hasil percobaan yang dilakukan, ditentukan waktu perendaman yang optimal, yaitu dengan membandingkan hasil pewarnaan setelah 1 sampai 4
pewarnaannya dan warna tersebut diklasifikasikan menurut Natural Color Levels seperti pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Natural Colours Levels (Dalton, 1985).
Keterangan:
Blonde = Pirang; Brown = Coklat; Black = Hitam; Light = Terang; Medium = Sedang; Dark = Gelap
3.5.2 Pengamatan stabilitas warna
Setelah dilakukan perendaman rambut uban didalam sediaan, dilakukan uji pengamatan stabilitas warna terhadap pencucian dan pemaparan sinar matahari.
3.5.2.1 Stabilitas warna terhadap pencucian
Uban yang telah diberi pewarna dengan perendaman selama 4 jam pada konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 5%, dicuci dengan menggunakan shampoo dan dikeringkan. Pencucian ini dilakukan sebanyak 15 kali pencucian, kemudian diamati apakah terjadi perubahan warna rambut setelah pencucian.
3.5.2.2 Stabilitas warna terhadap sinar matahari
Uban yang telah diberi pewarna dengan perendaman selama 4 jam pada konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 5%, dicuci bersih dibiarkan terkena sinar matahari langsung selama 5 jam mulai dari pukul 10.00-15.00 WIB, setelah itu diamati perubahan warnanya.
3.5.3 Uji biologis (uji iritasi)
Sukarelawan yang dijadikan sebagai panel dalam uji iritasi pada formula pewarnaan rambut adalah orang terdekat dan sering berada di sekitar pengujian sehingga lebih mudah diawasi dan diamati bila ada reaksi yang terjadi pada kulit yang sedang diuji dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM, 1985):
1. Wanita berbadan sehat, 2. Usia antara 20-30 tahun,
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi, dan 4. Bersedia menjadi relawan
Prosedur kerja:
Kulit sukarelawan yang akan diuji dibersihkan dan dilingkari dengan spidol (diameter 3 cm) pada bagian belakang telinganya, kemudian pewarna rambut yang telah disiapkan dioleskan dengan menggunakan cotton buds pada tempat yang akan diuji dengan diameter 2 cm, lalu dibiarkan selama 24 jam dengan diamati setiap 4 jam sekali apakah terjadi eritema, papula, vesikula, dan edema. Bila terjadi eritema diberi tanda +, terjadi eritema dan papula diberi tanda ++, terjadi eritema, papula dan vesikula diberi tanda +++, terjadi edema dan vesikula diberi tanda ++++, dan bila tidak terjadi reaksi diberi tanda 0 (Scott, dkk., 1976; Ditjen POM, 1985).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Sampel
Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense, Laboratorium Herbarium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara. Dapat dilihat di Lampiran 2 halaman 49.
4.2 Hasil orientasi perbedaan konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat terhadap perubahan warna rambut uban
Konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat ditentukan berdasarkan hasil orientasi seperti Gambar 3.1 berikut:
a b
Gambar 4.1 Hasil orientasi perbedaan konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat terhadap perubahan warna rambut uban
Keterangan:
a = Zat warna kulit kayu jambu mete 5% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1%
b = Zat warna kulit kayu jambu mete 5% + pirogalol 2% + tembaga (II) sulfat 2%
Gambar 4.1a menunjukkan bahwa rambut uban dalam formula yang mengandung zat warna kulit kayu jambu mete 5%, pirogalol 1%, dan tembaga (II) sulfat 1% dapat mengubah warna rambut dari warna putih menjadi hitam, rambut uban dalam formula yang mengandung zat warna kulit kayu jambu mete 5%,
pirogalol 2% dan tembaga (II) sulfat 2% juga mengubah rambut uban berwarna putih menjadi hitam, seperti pada gambar 4.1b. Konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat yang akan digunakan dalam formula pewarna rambut adalah 1% karena pada konsentrasi tersebut sudah memberikan warna hitam.
4.3. Hasil orientasi pengamatan perubahan warna rambut uban dengan berbagai perlakuan
Rambut uban yang digunakan berwarna putih (Gambar 4.2a). Hasil perendaman rambut uban dalam zat warna kulit kayu jambu mete 5% terjadi perubahan warna yaitu dari putih menjadi pirang sedang (Gambar 4.2b), dalam pirogalol 1% berwarna pirang sedang (Gambar 4.2c), dalam tembaga (II) sulfat 1% berwarna biru muda (Gambar 4.2d), dalam xanthan gum 0,5% rambut uban tetap putih (Gambar 4.2e), dalam pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% berwarna hitam sedang (Gambar 4.2f), dalam pirogalol 1% + xanthan gum 0,5% berwarna pirang sedang (Gambar 4.2g), dalam zat warna kulit kayu jambu mete 5% + pirogalol 1% berwarna pirang terang (Gambar 4.2h), dalam zat warna kulit kayu jambu mete 5% + xanthan gum 0,5% berwarna pirang sedang (Gambar 4.2i), dalam zat warna kulit kayu jambu mete 5% + tembaga (II) sulfat 1% bewarna pirang gelap (Gambar 4.2j), dalam zat warna kulit kayu jambu mete 5% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 0,5% berwarna pirang gelap (Gambar 4.2k), dalam pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% +xanthan gum 0,5% berwarna hitam sedang (Gambar 4.2l), dalam zat warna kulit kayu jambu mete 5% + pirogalol 1% + xanthan gum 0,5% berwarna pirang terang (Gambar 4.2m), dalam zat warna kulit kayu jambu mete 5% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1%
pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 0,5% berwarna hitam (Gambar 4.2o).
Diperoleh hasil pewarnaan rambut uban dengan berbagai perlakuan menunjukkan bahwa perendaman rambut uban dalam zat warna kulit kayu jambu mete menghasilkan warna pirang sedang seperti pada Gambar 4.2b. Penambahan zat warna logam dan pembangkit warna (tembaga (II) sulfat dan pirogalol) dapat menghasilkan warna hitam terang yang dapat dilihat pada Gambar 4.2o.
Penggunaan zat warna senyawa logam dan pembangkit warna akan menghasilkan warna yang lebih kuat (Ditjen POM RI, 1985).
a b c d
e f g h
i j k l
m n o
Gambar 4.2 Orientasi penambahan bahan dan campuran bahan terhadap perubahan warna rambut uban
Keterangan:
a. Rambut uban
b. Rambut uban direndam dalam zat warna kulit kayu jambu mete 5%
c. Rambut uban direndam dalam pirogalol 1%
d. Rambut uban direndam dalam tembaga (II) sulfat 1%
e. Rambut uban direndam dalam xanthan gum 0,5%
f. Rambut uban direndam dalam pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1%
g. Rambut uban direndam dalam pirogalol 1% + xanthan gum 0,5%
h. Rambut uban direndam dalam zat warna kulit kayu jambu mete 5% + tembaga (II) sulfat 1% +xanthan gum 0,5%
m. Rambut uban direndam dalam zat warna kulit kayu jambu mete 5% + pirogalol 1% + xanthan gum 0,5%
n. Rambut uban direndam dalam zat warna kulit kayu jambu mete 5% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1%
o. Rambut uban direndam dalam zat warna kulit kayu jambu mete 5% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 0,5%
4.4 Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Zat Warna Kulit Kayu Jambu Mete dan Waktu Perendaman Terhadap Perubahan Warna Rambut Uban 4.4.1 Pengaruh perbedaan konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete
terhadap perubahan warna rambut uban
Hasil perendaman rambut uban yang dilakukan selama 4 jam dalam pewarna rambut dari masing-masing formula yang dibuat memberikan perubahan warna pada rambut uban seperti pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Data hasil pengamatan secara visual pengaruh konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete terhadap perubahan warna rambut uban
Variasi konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete dapat memberikan perbedaan warna rambut uban yang dihasilkan dari proses perendaman dalam waktu yang sama. Perendaman rambut uban dalam sediaan pewarna rambut dengan beberapa variasi konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete. Pewarnaan dengan formula A (konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 2,5 %) memberikan warna coklat sedang. Pewarnaan dengan formula B (konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 5%) memberikan warna hitam gelap. Pewarnaan dengan formula C (konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 7,5%) memberikan warna hitam terang. Pewarnaan dengan formula D (konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 10%) memberikan warna hitam terang.
No. Konsentrasi (%) Warna
1 2,5 Coklat sedang
2 5 Hitam gelap
3 7,5 Hitam terang
4 10 Hitam terang
A B C D
Gambar 4.3 Pengaruh konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete terhadap perubahan warna rambut uban dengan lama perendaman 4 jam Keterangan:
A = Konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 2,5%
B = Konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 5%
C = Konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 7,5%
D = Konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 10%
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa perbedaan konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete mempengaruhi warna yang dihasilkan, dan warna yang dihasilkan sudah hitam pada konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 5%.
4.4.2 Pengaruh waktu perendaman terhadap hasil pewarnaan rambut uban
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap percobaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa lamanya waktu perendaman mempengaruhi hasil pewarnaan rambut uban seperti terlihat pada Gambar 4.4 dibawah ini yang di ambil dari formula B dengan konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 5%.
Perendaman rambut uban dalam sediaan pewarna rambut dilakukan selama 1-4 jam. Penentuan waktu perendaman ini berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa pewarnaan rambut uban terjadi secara bertahap hingga mencapai pewarnaan maksimal pada perendaman selama 4 jam yang dapat mengubah
Perendaman selama 1 jam mengubah warna putih menjadi warna hitam sedang, Perendaman selama 2 jam mengubah warna putih menjadi warna hitam sedang, dan pada perendaman 3-4 jam mengubah warna putih menjadi warna hitam gelap.
i ii iii iv
Gambar 4.4 Pengaruh waktu perendaman terhadap hasil pewarnaan rambut uban Keterangan :
i : Perendaman selama 1 jam ii : Perendaman selama 2 jam iii : Perendaman selama 3 jam iv : Perendaman selama 4 jam
Tabel 4.2 Data hasil pengamatan secara visual pengaruh lama perendaman terhadap perubahan warna rambut uban
No. Formula Hasil pewarnaan pada lama perendaman (jam)
I II III IV
1 A Coklat terang Coklat terang Coklat sedang Coklat sedang 2 B Hitam sedang Hitam sedang Hitam gelap Hitam gelap 3 C Coklat sedang Coklat sedang Coklat gelap Hitam terang 4 D Coklat sedang Coklat sedang Hitam terang Hitam terang Keterangan :
A = Konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 2,5%
B = Konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 5%
C = Konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 7,5%
D = Konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 10%
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa warna yang terbentuk dari tiap-tiap formula dimana dengan semakin lama waktu perendaman maka hasilnya semakin gelap, yakni terlihat pada formula A menghasilkan warna coklat terang pada perendaman
1-2 jam, dan coklat sedang pada perendaman 3-4 jam. Pada formula B menghasilkan warna hitam sedang pada perendaman 1-2 jam dan warna hitam gelap pada perendaman 3-4 jam. Pada formula C menghasilkan warna coklat sedang pada perendaman 1-2 jam, coklat gelap pada perendaman 3 jam dan hitam terang pada perendaman 4 jam. Pada formula D menghasilkan warna coklat sedang pada perendaman 1-2 jam, dan hitam terang pada perendaman 3-4 jam.
Dapat dilihat dari lama perendaman bahwa konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete terbaik untuk memperoleh warna hitam adalah pada konsentrasi 5%
hingga 7,5% . Semakin tinggi konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete maka warna yang dihasilkan akan semakin gelap hal ini disebabkan karna jumlah zat warna kulit kayu jambu mete lebih dominan memberikan warna.
Pencampuran zat warna kulit kayu jambu mete, pirogalol dan tembaga (II) sulfat dapat memperbaiki daya lekat warna pada rambut. Zat warna dapat menempel lebih kuat pada tangkai rambut, hal ini disebabkan karena molekul-molekul tersebut menembus kutikula dan masuk kedalam korteks rambut sehingga terjadi perubahan warna rambut (Ditjen POM RI, 1985).
Hasil pengamatan secara visual terhadap perendaman rambut uban diperoleh formula yang menghasilkan warna terbaik, yaitu formula B yang terdiri dari zat warna kulit kayu jambu mete 5%, pirogalol 1% , tembaga (II) sulfat 1%
dan xanthan gum 0,5%. Kemudian formula ini dilakukan untuk uji evaluasi stabilitas terhadap pencucian, pemaparan sinar matahari dan uji iritasi.
4.5 Hasil Evaluasi
4.5.1 Stabilitas warna terhadap pencucian
Berdasarkan uji stabilitas warna terhadap pencucian diperoleh hasil bahwa tidak terjadi perubahan warna rambut setelah 15 kali pencucian seperti terlihat pada Gambar 4.5 berikut:
a b c d e Gambar 4.5 Stabilitas warna terhadap pencucian
Keterangan:
Hal ini disebabkan adanya pencampuran zat warna kulit kayu jambu mete dengan zat warna alam dan zat warna senyawa logam. Menurut Ditjen POM (1985), campuran tersebut dapat memperbaiki daya lekat warna pada rambut sebab zat warna dapat menempel lebih kuat pada tangkai rambut, sehingga warna stabil dalam pencucian.
4.5.2 Stabilitas warna terhadap sinar matahari
Warna ditentukan kestabilannya dengan memaparkan rambut selama 5 jam dari pukul 10:00 WIB-15:00 WIB dibawah sinar matahari yang dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut :
a b
Gambar 4.6 Stabilitas warna terhadap sinar matahari Keterangan :
a = Sebelum dijemur b = Setelah dijemur
Gambar 4.6 menunjukkan bahwa warna rambut tetap sama sebelum dan sesudah pemaparan terhadap matahari.
4.5.3 Hasil uji biologis (uji iritasi)
Sediaan pewarna rambut yang hendak dipasarkan untuk konsumen harus diberikan penandaan yang jelas mengenai cara penggunaan. Selain itu pada etiket tersebut harus tercantum perlu tidaknya uji iritasi sebelum digunakan. Uji ini dilakukan untuk meyakinkan apakah dalam formula sediaan pewarna rambut terjadi reaksi antara komponen sehingga terbentuk zat yang bersifat iritan atau toksik.
Uji ini dilakukan terhadap 8 orang sukarelawan. Formula yang dipilih adalah formula B yang terdiri dari zat warna kulit kayu jambu mete 5%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1% dan xanthan gum 0,5%. Pengujian menggunakan 0,5 ml sediaan. Hasil pengujian dapat dilihat dari data pengamatan yang dilakukan
Tabel 4.3 Data pengamatan uji iritasi terhadap kulit sukarelawan
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa formula sediaan pewarna rambut yang digunakan tidak mengakibatkan iritasi pada kulit.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Zat warna kulit kayu jambu mete (Anacardium occidentale L.) dengan penambahan bahan pembangkit warna pirogalol dan tembaga (II) sulfat dapat diformulasi ke dalam sediaan pewarna rambut dengan menghasilkan warna dari coklat gelap sampai hitam gelap.
2. Formula yang menghasilkan warna terbaik adalah formula B dengan konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 5%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1% dan xanthan gum 0,5%, yaitu berwarna hitam gelap.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memformulasikan ekstrak kulit kayu jambu mete (Anacardium occidentale L.) dalam bentuk sediaan pensil alis ataupun maskara.
DAFTAR PUSTAKA
Bariqina, E., dan Ideawati, Z. (2001). Perawatan & Penataan Rambut.
Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa. Halaman 1-12, 83-86.
BPOM. (2008). Naturakos. 3(7). Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 5-7.
Dalimartha. (2000). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Halaman 80.
Dalton, J.W. (1985). The Professional Cosmetologist. Edisi ketiga. St. Paul: West Publishing Company. Halaman 233.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 33.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 85-86, 208-219.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Ke-empat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1192-1193, 1199.
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Depkes RI. Halaman 1, 10-11.
Ferry, Y., J.T. Yuhono, dan C. Indrawanto. (2012). Strategi Pengembangan Industri Mete Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Jurnal Agroteknologi. 2(3). Kendari: Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo. Halaman 143.
Jayalakshmi, B., Raveesha, K.A., and Amruthesh, K.N. (2011). Phythochemical Investigations and Antibacterial Plants Against Phatogenic Bacteria.
Journal Of Applied Pharmaceutical Science. 01(05). Halaman 124-128.
Mahadelswara, N. (1994) Jambu Mete dan Pembudidayaannya. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius. Halaman 15-16.
Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Amsterdam: Elsevier. Halaman 432.
Mukhlis. (2011). Ekstraksi Zat Warna Alami Dari Kulit Batang Jamblang (Syzygium cumini) Sebagai Bahan Dasar Pewarna Tekstil. Banda Aceh : FKIP Unsyiah. Halaman 2.
Muliyawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z tentang Kosmetik. Jakarta: Elex Media Komputindo. Halaman 245.
Putro, D.S.(1998). Agar Awet Muda. Ungaran: Trubus Agriwidya. Halaman 12-15.
Rizeki, C., Achir, S. (2015). Pengaruh Tingkat Komposisi Biji Pepaya dan Bubuk Kulit Manggis Terhadap Hasil Pewarnaan Rambut Beruban. 04(01).
Surabaya. Universitas Negeri Surabaya. Halaman 26.
Rostamailis, Hayatunnufus, dan Yanita, M. (2008). Tata Kecantikan Rambut.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Kejuruan. Halaman 21-22, 397.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipient. Edisi Ke-enam. London: Pharmaceutical Press. Halaman 782-783
Scott, O.P., Callahan, M.G., Faulkner, R.M., dan Jenkins, M.L. (1976). Textbook of Cosmetology. London: Prentice-Hall Inc. Halaman 33, 202-217.
Sherley. (2008). Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup. Jakarta: BPOM RI. Halaman 8.
Sinaga, R., Sunny, W., Marie, M.K. (2012). Peran Melanosit Pada Proses Uban.
Jurnal Biomedik. 04(03). Halaman 4-12.
Sweetman, S.C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference. Edisi Ketigapuluh. London: Pharmaceutical Press. Halaman 1611, 1935, 2147.
Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 33-37.
Vulanda, T., Rinawati, H., dan Tesa, I. (2012). Tips Simpel Cantik, Awet Muda, dan Sehat dengan Herbal. Jakarta: PT. Buku Kita. Halaman 99.
Vulanda, T., Rinawati, H., dan Tesa, I. (2012). Tips Simpel Cantik, Awet Muda, dan Sehat dengan Herbal. Jakarta: PT. Buku Kita. Halaman 99.