BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.5 Hasil Evaluasi
4.5.3 Hasil uji biologis (uji iritasi)
Gambar 4.6 Stabilitas warna terhadap sinar matahari Keterangan :
a = Sebelum dijemur b = Setelah dijemur
Gambar 4.6 menunjukkan bahwa warna rambut tetap sama sebelum dan sesudah pemaparan terhadap matahari.
4.5.3 Hasil uji biologis (uji iritasi)
Sediaan pewarna rambut yang hendak dipasarkan untuk konsumen harus diberikan penandaan yang jelas mengenai cara penggunaan. Selain itu pada etiket tersebut harus tercantum perlu tidaknya uji iritasi sebelum digunakan. Uji ini dilakukan untuk meyakinkan apakah dalam formula sediaan pewarna rambut terjadi reaksi antara komponen sehingga terbentuk zat yang bersifat iritan atau toksik.
Uji ini dilakukan terhadap 8 orang sukarelawan. Formula yang dipilih adalah formula B yang terdiri dari zat warna kulit kayu jambu mete 5%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1% dan xanthan gum 0,5%. Pengujian menggunakan 0,5 ml sediaan. Hasil pengujian dapat dilihat dari data pengamatan yang dilakukan
Tabel 4.3 Data pengamatan uji iritasi terhadap kulit sukarelawan
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa formula sediaan pewarna rambut yang digunakan tidak mengakibatkan iritasi pada kulit.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Zat warna kulit kayu jambu mete (Anacardium occidentale L.) dengan penambahan bahan pembangkit warna pirogalol dan tembaga (II) sulfat dapat diformulasi ke dalam sediaan pewarna rambut dengan menghasilkan warna dari coklat gelap sampai hitam gelap.
2. Formula yang menghasilkan warna terbaik adalah formula B dengan konsentrasi zat warna kulit kayu jambu mete 5%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1% dan xanthan gum 0,5%, yaitu berwarna hitam gelap.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memformulasikan ekstrak kulit kayu jambu mete (Anacardium occidentale L.) dalam bentuk sediaan pensil alis ataupun maskara.
DAFTAR PUSTAKA
Bariqina, E., dan Ideawati, Z. (2001). Perawatan & Penataan Rambut.
Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa. Halaman 1-12, 83-86.
BPOM. (2008). Naturakos. 3(7). Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 5-7.
Dalimartha. (2000). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Halaman 80.
Dalton, J.W. (1985). The Professional Cosmetologist. Edisi ketiga. St. Paul: West Publishing Company. Halaman 233.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 33.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 85-86, 208-219.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Ke-empat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1192-1193, 1199.
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Depkes RI. Halaman 1, 10-11.
Ferry, Y., J.T. Yuhono, dan C. Indrawanto. (2012). Strategi Pengembangan Industri Mete Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Jurnal Agroteknologi. 2(3). Kendari: Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo. Halaman 143.
Jayalakshmi, B., Raveesha, K.A., and Amruthesh, K.N. (2011). Phythochemical Investigations and Antibacterial Plants Against Phatogenic Bacteria.
Journal Of Applied Pharmaceutical Science. 01(05). Halaman 124-128.
Mahadelswara, N. (1994) Jambu Mete dan Pembudidayaannya. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius. Halaman 15-16.
Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Amsterdam: Elsevier. Halaman 432.
Mukhlis. (2011). Ekstraksi Zat Warna Alami Dari Kulit Batang Jamblang (Syzygium cumini) Sebagai Bahan Dasar Pewarna Tekstil. Banda Aceh : FKIP Unsyiah. Halaman 2.
Muliyawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z tentang Kosmetik. Jakarta: Elex Media Komputindo. Halaman 245.
Putro, D.S.(1998). Agar Awet Muda. Ungaran: Trubus Agriwidya. Halaman 12-15.
Rizeki, C., Achir, S. (2015). Pengaruh Tingkat Komposisi Biji Pepaya dan Bubuk Kulit Manggis Terhadap Hasil Pewarnaan Rambut Beruban. 04(01).
Surabaya. Universitas Negeri Surabaya. Halaman 26.
Rostamailis, Hayatunnufus, dan Yanita, M. (2008). Tata Kecantikan Rambut.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Kejuruan. Halaman 21-22, 397.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipient. Edisi Ke-enam. London: Pharmaceutical Press. Halaman 782-783
Scott, O.P., Callahan, M.G., Faulkner, R.M., dan Jenkins, M.L. (1976). Textbook of Cosmetology. London: Prentice-Hall Inc. Halaman 33, 202-217.
Sherley. (2008). Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup. Jakarta: BPOM RI. Halaman 8.
Sinaga, R., Sunny, W., Marie, M.K. (2012). Peran Melanosit Pada Proses Uban.
Jurnal Biomedik. 04(03). Halaman 4-12.
Sweetman, S.C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference. Edisi Ketigapuluh. London: Pharmaceutical Press. Halaman 1611, 1935, 2147.
Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 33-37.
Vulanda, T., Rinawati, H., dan Tesa, I. (2012). Tips Simpel Cantik, Awet Muda, dan Sehat dengan Herbal. Jakarta: PT. Buku Kita. Halaman 99.
Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia. Halaman 26.
Lampiran 1. Bagan alir pembuatan ekstrak kulit kayu jambu mete
Disortasi
Ditimbang berat basahnya (2,5 kg)
Dipotong kecil-kecil
Dikeringkan di dalam lemari pengering hingga kering dan rapuh
Ditimbang berat keringnya (950 g)
Dihaluskan dengan blender
Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat sebelum digunakan
Dimasukkan ke dalam wadah
Ditambahkan etanol 96% sebanyak 3,75 L
Dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk
Disaring
Dimaserasi kembali menggunakan etanol 96%
sebanyak 1,25 L
Dibiarkan selama 2 hari terlindung dari cahaya Disaring, dienaptuangkan
Dipekatkan dengan rotary evaporator dan dikentalkan dengan waterbath
Lampiran 2. Hasil determinasi
Lampiran 3. Tumbuhan jambu mete (Anacardium occidentale L.)
Lampiran 4. Gambar kulit kayu jambu mete (Anacardium occidentale L.)
Lampiran 5. Gambar serbuk kulit kayu jambu mete
Lampiran 6. Gambar ekstrak kulit kayu jambu mete
Lampiran 7. Gambar pirogalol yang digunakan
Lampiran 8. Gambar tembaga (II) sulfat yang digunakan
Lampiran 9. Gambar xanthan gum yang digunakan
Lampiran 10. Gambar sediaan pewarna rambut
Lampiran 11. Gambar hasil pewarnaan rambut dengan variasi waktu perendaman (1, 2, 3, dan 4 jam)
Formula A
Keterangan: Pewarnaan rambut selama 1,2,3,4 jam dalam zat warna kulit kayu jambu mete 2,5% + Pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 0,5%
Formula B
Keterangan: Pewarnaan rambut selama 1,2,3,4 jam dalam zat warna kulit kayu jambu mete 5% + Pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 0,5%
Rambut uban
1 jam 2 jam 3 jam 4 jam
Rambut uban
1 jam 2 jam 3 jam 4 jam
Lampiran 11. (lanjutan) Formula C
C1
Keterangan: Pewarnaan rambut selama 1,2,3,4 jam dalam zat warna kulit kayu jambu mete 7,5% + Pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 0,5%
Formula D
Keterangan: Pewarnaan rambut selama 1,2,3,4 jam dalam zat warna kulit kayu jambu mete 10% + Pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% + xanthan gum 0,5%
Rambut uban Rambut
uban
1 jam 2 jam 3 jam 4 jam
1 jam 2 jam 3 jam 4 jam
Lampiran 12. Format Surat Pernyataan Uji Iritasi SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Umur :
Jenis kelamin : Alamat :
Menyatakan bersedia menjadi panelis untuk uji iritasi dalam penelitian Yulita Armiya dengan judul penelitian Penggunaan Zat Warna Kulit Kayu Jambu Mete (Anacardium occidentale L.) Dalam Formulasi Sediaan Pewarna Rambut dan memenuhi kriteria sebagai panelis uji iritasi sebagai berikut (Ditjen POM, 1985).
1. Wanita
2. Usia antara 20 – 30 tahun
3. Berbadan sehat jasmani dan rohani 4. Tidak memiliki riwayat penyakit alergi
5. Menyatakan kesediannya dijadikan panelis uji iritasi
Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama uji iritasi, panelis tidak akan menuntut kepada peneliti. Demikian surat pernyataan ini dibuat, atas partisipasinya peneliti mengucapkan terima kasih.
Medan, September 2017
Tertanda