• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Pengembangan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Bagi Sekolah

Dapat memberi sumbangan yang sangat berharga pada perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada pengembangan LKPD eksperimen berbasis project pada materi gerak

2. Bagi Guru

Sebagai media alternatif untuk inovasi pembelajaran fisika dikelas.

3. Bagi Peserta Didik

Dengan menggunakan LKPD eksperimen peserta didik dapat belajar dengan atau tanpa guru sesuai dengan kemampuan masing-masing serta sebagai media alternatif dalam pembelajaran fisika yang menarik dan bermutu

4. Bagi Peneliti

peneliti menjadi lebih mampu melihat keseluruhan aspek penelitian, metode analisis apa yang dipergunakan, data apa saja yang harus dikumpulkan, serta memberi pengalaman jika akan melakukan penelitian berikutnya.

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Kajian teori ini berisi tentang teori-teori yang relevan digunakan berdasarkan referensi yang diambil. Bagian ini akan menguraikan kajian teori yang berisi tentang penelitian dan pengembangan, LKPD, pembelajaran berbasis project, LKPD eksperimen berbasis project, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka pikir.

1 Penelitian dan Pengembangan (Research And Development) a Pengertian penelitian dan pengembangan

Pengertian penelitian pengembangan menurut Borg & Gall dalam setyosari adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk penelitian. Penelitian ini mengikuti suatu langkah-langkah secara siklus. Langkah penelitian atau proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang temuan penelitian produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan-temuan tersebut, melakukan uji coba sesuai dengan latar dimana produk tersebut akan dipakai, dan melakukan revisi terhadap hasil uji lapangan. Penelitian dan pendidikan itu sendiri dilakukan berdasarkan suatu model pengembangan berbasis industri, yang temuan-temuannya dipakai untuk mendesain produk dan produser, yang kemudian secara sistematis dilakukan uji lapangan, Dievaluasi, disempurnakan untuk memenuhi kriteria keefektifan, kualitas, dan standar tertentu (Setyosari, 2013: 276-277)

b Jenis dan Langkah-langkah Model Pengembangan

Beberapa jenis model pengembangan perangkat pembelajaran dijelaskan sebagai berikut:

1). Pengembangan Perangkat Model Kemp

Pengembangan perangkat model kemp merupakan suatu lingkaran yang continue. Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat dapat dimulai dari titik mana pun dalam siklus tersebut.

Langkah-langkah pengembangan pembelajaran model kemp yang meliputi:

a). Indentifikasi masalah pembelajaran, tujuan dari tahapan ini adalah megindentifikasi adanya kesenjangan antara tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang terjadi di lapangan baik yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik maupun strategi yang digunakan guru untuk mencapai pembelajaran. Bahan kajian pokok bahasan atau materi yang akan dikembangkan selanjutnya disusun alternatif atau cara pembelajaran yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan.

b). Analisis peserta didik dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan karakteristik peserta didik yang meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik individu maupun kelompok.

c). Analisis tugas, analisis ini adalah kumpulan prosedur untuk menetukan isi suatu pengajaran

d). Merumuskan indikator, analisis ini berfungsi sebagai 1) alat untuk mendesain kegiatan pembelajaran, 2) kerangka kerja dalam merencanakan

cara mengevaluasi hasil belajar peserta didik, dan 3) panduan peserta didik dalam belajar.

e). Menyusun instrumen evaluasi, bertujuan untuk menilai hasil belajar, kriteria penilaian yang digunakan adalah penelitian acukan patokan hal ini dimaksudkan untuk mengukur ketuntasan pencapaian kompetensi dasar yang telah dirumuskan.

f). Strategi pembelajaran, pada tahap ini dilakukan pemilihan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan. Kegiatan in meliputi pemilihan model, pendekatan, metode, pemilihan format yang dipandang mampu memberikan pengalaman yang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

g). Pemilihan media atau sumber belajar, keberhasilan pembelajaran sangat bergantung pada penggunaan sumber pembelajaran atau media yang dipilih, dan disiapkan dengan hati-hati, maka dapat memenuhi tujuan pembelajaran.

h). Revisi perangkat pembelajaran, kegiatan revisi dimaksudkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki rancangan yang dibuat.

2). Pengembangan Pembelajaran Model Dick & Carey

Model pengembangan ini dikembangkan oleh Walter Dick & Low Carey.

Menurut pendekatan ini terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses pengembangan dan perencanaan.

a). Indentifikasi tujuan pengajaran (identiti instructional goals)

Tahap awal metode ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar peserta didik dapat melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program pengajaran. Definisi tujuan pengajaran mungkin mengacu pada kurikulum tertentu atau mungkin juga berasal dari daftar tujuan sebagai hasil need assesment. Atau dari pegalaman praktek dengan kesulitan belajar peserta didik di dalam kelas.

b). Melakukan analisis instruksional (Condunting a goal analisys)

Setelah megindentifikasi tujuan pembelajaran, maka akan ditentukan apa tipe belajar yang dibutuhkan siswa. Tujuan yang dianalisis untuk mengindentifikai keterampilan yang lebih khusus lagi yang harus dipelajari. Analisis ini akan menghasilkan carta atau diagram tentang keterampilan-keterampilan/ konsep tersebut.

c). Megindentifikasi tingkah laku awal/ karakteristik peserta didik (identity Entry Behaviours, Characteristic)

Ketika melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan atau tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga harus dipertimbangkan keterampilan apa yang telah dimiliki peserta didik saat mulai mengikuti pengajaran. Yang penting juga untuk indentifikasi adalah karakteristik khusus peserta didik yang mungkin ada hubungannya dengan rancangan aktivitas-aktivitas pengajaran.

d). Merumuskan tujuan kinerja (write permormance Objectives).

Berdasarkan analisis intruksional dan pernyataan tentang tingkah laku awal peserta didik, selanjutnya akan dirumuskan pernyataan khusus

tentang apa yang harus dilakukan peserta didik setelah menyelesaikan pembelajaran.

e). Pengembangan tes acuan patokan (developing criterian-referenced test items).

Pengembangan tes acuan patokan didasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan, pengembangan butir assesment untuk mengukur kemampuan peserta didik seperti yang diperkirakan dalam tujuan.

f). Pengembangan strategi pengajaran (develop and select instructional materials).

Tahap ini digunakan strategi pengajaran untuk menghasilkan pengajaran yang meliputi petunjuk untuk peserta didik, bahan pelajaran, tes dan panduan guru,

g). Pengembangan atau memilih pengajaran (develop and select intructional materials).

Tahap ini akan digunakan strategi pengajaran untuk menghasilkan pengajaran yang meliputi petunjuk untuk peserta didik, bahan pelajaran, tes dan panduan guru.

h). Merancang dan melaksanakan evaluasi formatif (desing and conduct formatife evaluation).

Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk mengindentifikasi bagaimana meningkatkan pengajaran.

i). Menulis Perangkat (desing and conduct summative evaluation).

Hasil pada tahap diatas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas/ diimplementasikan di kelas.

j). Revisi pengajaran (intructional revitions).

Tahap ini mengulangi siklus pengembangan perangkat pengajaran. Data dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya diringkas dan dianalisis serta diinterpretasikan untuk diindentifikasi kesulitan yang dialami oleh peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

3). Model Pengembangan ADDIE

Model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate) adalah salah satu model desain pembelajaran yang lebih bersifat generik. Salah satu fungsinya ADDIE adalah menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis, dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri. Model ADDIE menggunakan lima tahap pengembangan yaitu:

a). Analysis, berkaitan dengan upaya melakukan needs assesment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis).

b). Design, pada tahap desain, kita melakukan dua hal. Pertama, kita harus merumuskan tujuan penelitian yang harus berfilosofi SMART (spesific, measurable, appricable, realistic, dan time bound). Selanjutnya, peneliti

harus menyusun tes atau uji, dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan pelatihan yang telah dirumuskan di awal.

c). Development, Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print alias desain yang sudah ditetapkan di awal untuk menjadi kenyataan. Salah satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi.

d). Implementation, Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem yang sedang atau sudah kita buat. Artinya, pada tahap ini telah dikembangkan dan dipasang (diinstal) atau diset sedemikian rupa sehingga idealnya harus sesuai dengan peran atau fungsinya agar dapat diimplementasikan.

e). Evaluation, Evaluasi adalah suatu proses untuk melihat apakah model yang sedang atau telah dibangun berhasil, dan sesuai dengan harapan awal atau tidak.

4). Model 4 D

Model ini dikembangan oleh S. Thagarajan, Doroty S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Model pengembangan 4 D terdiri atas empat utama yaitu:

Define (pembatasan), Design (Perancangan), Develop (Pengembangan) dan Disseminate (Penyebaran), atau diadaptasi model 4-P, yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan dan penyebaran. Secara garis besar keempat tahap tersebut sebagai berikut:

a). Tahap pendefinisian (define). Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran diawali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu: 1) Analisis ujung depan, 2) Analisis peserta didik, 3) Analisis tugas, 4) Analisis konsep, dan 5) perumusan tujuan pembelajaran.

b). Tahap perancangan (Design). Tujuan tahap ini adalah menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri dari empat langkah yaitu: 1) penyusunan tes acuan patokan, merupakan langkah awal yang menghubungkan antara tahap define dengan tahap design. Tes disusun berdasarkan hasil perumusan tujuan pembelajaran khusus. Tes ini merupakan suatu alat mengukur terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik, pemilihan media yang sesuai tujuan, untuk menyampaikan materi pelajaran, dan pemilihan format.

c). Tahap pengembangan (Develop). Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar. Tahap ini meliputi: (a) validasi perangkat oleh pakar diikuti dengan revisi, (b) simulasi yaitu kegiatan mengoperasionalkan rencana pengajaran, dan (c) uji coba terbatas dengan peserta didik yang sesungguhnya. Hasil tahap (b) dan (c) digunakan sebagai dasar revisi.

Langkah berikutnya adalah uji coba lebih lanjut dengan peserta didik yang sesuai dengan kelas sesungguhnya.

d). Tahap penyebaran (Disseminate). Pada tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, dan oleh pendidik yang lain.

Tujuan lain adalah untuk menguji efektifitas penggunaan perangkat di dalam KBM (Muafiah, 2019: 28-33).

c Model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation)

Model ini terdiri dari lima langkah yakni: analisis, perancangan, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Secara visual dapat dilihat tahapan ADDIE sebagai berikut:

(Sumber: Pudjawan, 2015) Gambar 2.1 Tahapan Model ADDIE

Model penelitian yang digunakan dalam pengembangan ini adalah model ADDIE yang merupakan salah satu model desain pembelajaran yang sistematik.

Pemilihan model ini didasari atas perimbangan bahwa model ini dikembangkan secara sistematis dan berpijak pada landasan teoritis desain pembelajaran.

2 LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) a Pengertian LKPD

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) atau biasa disebut juga Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah salah satu perangkat pembelajaran yang berperan penting dalam pembelajaran. LKPD dan LKS merupakan salah satu media pembelajaran yang mendukung jalannya pembelajaran.

Sedangkan, menurut Depdiknas (2006:18) lembar kerja peserta didik adalah lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.

Lembar kerja peserta didik biasanya berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. Sedangkan menurut Trianto (2009:222) mengatakan bahwa lembar kerja peserta didik adalah panduan peserta didik yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan dan pemecahan masalah.

Menurut Prastowo (2011: 204) LKPD merupakan kumpulan dari lembaran yang berisikan kegiatan peserta didik yang memungkinkan peserta didik melakukan aktivitas nyata dengan objek dan persoalan yang dipelajari.

b Fungsi LKPD

LKPD juga memiliki empat fungsi, yaitu:

1). Sebagai bahan ajar yang dapat meminimalkan peran dari pendidik dan mengoptimalkan kemandirian peserta didik dalam pembelajaran.

2). Sebagai bahan ajar yang membantu peserta didik dalam memahami materi yang dipelajari.

3). Sebagai bahan ajar yang ringkas namun banyak tugas yang membantu dalam proses berlatih.

4). Memudahkan penyampaian pembelajaran kepeserta didik.

LKPD juga berfungsi sebagai panduan belajar peserta didik dan juga memudahkan peserta didik dan guru melakukan kegiatan belajar mengajar. LKPD juga dapat didefinisikan sebagai bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang dicapai.

c Jenis LKPD

Dalam pembelajaran fisika, LKPD dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:

1). LKPD Non-eksperimen

LKPD non-eksperimen lebih banyak memuat teks yang menuntun peserta didik untuk berdiskusi terhadap materi pembelajaran

2). LKPD Eksperimen

LKPD eksperimen memiliki karakteristik khusus yang memuat petunjuk eksperimen. Sistematika LKPD eksperimen pada umumnya terdiri dari judul, pengantar, tujuan, alat dan bahan, langkah kerja, tabel pengamatan, kolom kesimpulan, dan pertanyaan.

Pada pendekatan pembelajaran tertentu, misalnya project based learning, bagian alat dan bahan, langkah kerja, dan tabel pengamatan dirancang oleh peserta didik.

d Syarat-Syarat LKPD

LKPD memiliki syarat-syarat tertentu untuk menjadi LKPD yang berkualitas dan layak digunakan. Menurut Hendro Darmodjo dan jenny K dalam Syella Ayunisa (2016: 15) syarat-syarat tesebut adalah:

1). Syarat dikdatik

LKPD yang dikembangkan haruslah memenuhi syarat-syarat dikdatik sebagai beikut:

a). Memperhatikan heterogenitas individu peserta didik

b). Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menulis, menggambar, menggunakan alat, menyentuh benda nyata, dan sebagainya.

c). Mengembangkan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri peserta didik.

2). Syarat konstruksi

Syarat kontruksi adalah syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKPD sehingga LKPD mudah dipahami oleh peserta didik.

3). Syarat teknis

Syarat teknis menekankan pada tulisan, gambar, dan tampilan yang ada pada LKPD.

Dengan demikian, lembar kerja peserta didik (LKPD) adalah kumpulan dari lembaran yang digunakan sebagai panduan belajar peserta didik melakukan kegiatan penyelidikan dan pemecahan masalah serta memudahkan peserta didik dan guru melakukan kegiatan belajar mengajar (Sulaiman, 2017: 8-10).

Lembar kerja siswa/mahasiswa (LKS/LKM) merupakan bahan pembelajaran cetak yang memuat bahan pembelajaran cetak yang memuat rangkain tugas, petunjuk belajar, dan prosesdur penyelesaian tugas, petunjuk belajar, dan prosedur penyelesaian tugas. Seiring dengan perkembangan media cetak dan elektronik, lembar kerja dapat dirancang secara online dan elektronik dalam bentuk tugas yang mendukung perkembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik. Tugas tersebut diberikan dengan batas waktu yang sudah diperhitungkan, kemudian diperiksa dan dikembalikan kepada para peserta didik agar mereka dapat mengetahui secara jelas kelebihan dan kelemahan yang telah dilakukan.

Lembar kerja merupakan suatu bentuk bahan cetak yang dapat digunakan sebagai sumber belajar. Lembar kerja adalah lembar kertas, atau komputer yang digunakan untuk bekerja. Secara manual lembar kerja merupakan kertas yang berisi pertanyaan atau petunjuk untuk melakukan sesuatu tugas tertentu. Lembar kerja juga dapat dilakukan melalui komputer dengan menggunakan program.

Program spreadsheet untuk mengorganisasi dan menganalisis data dalam bentuk tabel-tabel. Adapun lembar kerja siswa (LKS) merupakan bahan ajar yang dirancang secara terpadu untuk memfasilitasi peserta didik belajar mandiri. LKS juga merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh pendidik dalam mempecepat proses penguasaan konsep dan keterampilan peserta didik. Sebelum melaksanakan pembelajaran, seorang pendidik direkomendasikan untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) atau kontrak perkuliahan, handout, lembar kerja mahasiswa/siswa (LKM/LKS), media, dan lembar penilaian.

Khusus untuk LKS, untuk mata pelajaran IPA umumnya berisi panduan kegiatan penyelidikan atau eksperimen, tabel data, dan persoalan yang perlu didiskusikan peserta didik dari data hasil percobaan (Yaumi, 2018: 117-118).

e Kelebihan dan Kelemahan LKPD

Penggunaan LKPD sebagai pembelajaran berbasis cetakan memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan LKPD sebagai teks terprogram adalah:

1). Peserta didik dapat belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing 2). Disamping dapat mengulang materi dalam media cetakan, peserta didik akan

mengikuti urutan pemikiran secara logis.

3). Perpaduan teks dan gambar dalam halaman cetak sudah merupakan hal yang biasa, hal ini dapat menambah daya tarik serta dapat memperlancar pemahaman informasi dalam dua format, verbal, dan visual.

4). Peserta didik akan berpartisipasi dengan aktif karena harus memberi respon terhadap pernyataan dan latihan yang disusun.

Kelemahan LKPD sebagai media cetakan adalah:

1). Tidak dapat menampilkan gerak dalam halaman media cetakan

2). Biaya pencetakan akan mahal jika menampilkan ilustrasi, gambar atau foto yang berwarna-warni

3). Pembagian unit-unit pelajaran dalam media cetakan harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak terlalu panjang dan peserta didik menjadi bosan.

f Langkah-Langkah Penyusunan LKPD

Penyusunan LKPD perlu memperhatikan langkah-langkah yang harus dilakukan. Berikut langkah-langkah penyusunan LKPD:

1). Mengkaji materi yang akan dipelajari peserta didik yaitu dari kompetensi dasar, indikator hasil belajar, dan sistemaika keilmuan

2). Mengidentifikasi jenis keterampilan proses yang akan dikembangkan pada saat memperlajari materi tersebut

3). Menentukan bentuk LKPD yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan 4). Merancang kegiatan yang akan ditampilkan pada LKPD sesuai dengan

keterampilan proses yang dikembangkan

5). Mengubah rancangan menjadi LKPD dengan tata letak yang menarik, mudah dibaca, dan digunakan

6). Menguji coba LKPD apakah sudah dapat digunakan peserta didik untuk melihat kekurang-kurangannya

7). Merevisi Kembali LKPD

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan LKPD diantaranya:

1). Dari segi peyajian materi yaitu:

a). Judul LKPD yang harus sesuai dengan materinya b). Materi sesuai dengan perkembangan anak

c). Materi disajikan secara sistematis dan logis d). Materi disajikan secara sederhana dan jelas

e). Menunjang keterlibatan dan kemampuan peserta didik untuk aktif 2). Dari segi tampilan

a). Peyajian sederhana, jelas, dan mudah dipahami b). Gambar dan grafik sesuai dengan konsepnya c). Tata letak gambar, tabel, pertanyaan harus tepat d). Judul, keterangan, instruksi, pertanyaan harus jelas

e). Mengembangkan minat dan mengajak peserta didik untuk berfikir

3). Dari segi materi, LKPD sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi diambil dari berbagai sumber, seperti buku, majalah, dan internet.

g Manfaat LKPD

Penggunaan LKPD bermanfaat untuk:

1). Memberi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik

2). Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan

3). Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan

4). Membantu peserta didik dalam memperoleh catatan materi yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran

Selain itu, terdapat 4 komponen penting yang menjadi tujuan penyusunan LKPD yaitu:

1). Menyajikan LKPD yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan

2). Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan terhadap materi 3). Melatih kemandirian belajar peserta didik

4). Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik (Apriliasari, 2017:16-21).

3 Pembelajaran Berbasis Project

a Pengertian pembelajaran berbasis project

Model pembelajaran ini secara bahasa diartikan sebagai model yang menekankan pada pengadaaan project atau kegiatan penelitian kecil dalam pembelajaran. Pembelajaran berbasis project sebagai “the instructional models of empowering learners to pursue content knowledge on their new understandings through a variety of presentation models”. Definisi yang lebih lengkap terhadap pembelajaran berbasis project dapat dikemukakan dalam Fathurrohman (2017) dengan mengutip pendapat Barell, Baron, dan Grant yang memberikan pengertian bahwa project based learning sebagai “using authentic, real, world project, based on highly motivating and engaging question, task, or problem to teach students academic content in the context of working cooperatively to solve the problem”.

Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis project adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan suatu project dalam proses pembelajaran. Project yang dikerjakan oleh peserta didik dapat berupa project perorangan atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu secara kolaboratif, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan di kelas.

Berpijak dari beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran berbasis project merupakan model pembelajaran yang menggunakan project/kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas peserta didik untuk memecahkan masalah dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, hingga mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalamannya. Model pembelajaran ini memperkenalkan peserta didik untuk bekerja secara mandiri maupun berkelompok dalam mengkonstruksikan produk autentik yang bersumber dari masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran berbasis project mempunyai beberapa prinsip, yaitu sentralistik, pertanyaan pendorong/penuntun, investigasi instruktif, otonomi, dan realistik.

b Manfaat pembelajaran berbasis project

Manfaat pembelajaran berbasis project adalah sebagai berikut:

1). Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran 2). Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah

3). Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahakan masalah yang kompleks sebagai hasil produk nyata berupa barang dan jasa

4). Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber, bahan, dan alat untuk menyelesaikan tugas

5). Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada pembelajaran berbasis project yang bersifat kelompok

6). Peserta didik membuat keputusan dan kerangka kerja

7). Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya 8). Peserta didik merancang proses untuk mencapai hasil

9). Peserta didik bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan

10). Peserta didik melakukan evaluasi secara kontinu

11). Peserta didik secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan 12). Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya

13). Kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan.

c Langkah-langkah pembelajaran berbasis project

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran pembelajaran berbasis project adalah sebagai berikut:

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran pembelajaran berbasis project adalah sebagai berikut:

Dokumen terkait