BAB I PENDAHULUAN
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Meningkatkan wawasan, pengetahuan dan mendapatkan gambaran umum pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Dinas Kesehatan Kota Bogor.
b. Meningkatkan kompetensi dan meningkatkan ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan.
c. Menjalin komunikasi dan relasi dengan pihak Dinas Kesehatan Kota Bogor.
d. Menambah wawasan dan ilmu sebagai pelatihan kerja yang nyata sehingga siap memasuki dunia kerja.
2. Bagi Instansi
a. Sebagai jembatan dunia pendidikan dengan instansi yang menjadi tempat kegiatan magang.
b. Mendapatkan bantuan tenaga dari mahasiswa yang melakukan kegiatan magang dalam pengerjaan tugas institusi.
3. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
a. Mendapatkan masukan yang bermanfaat dalam pengembangan kurikulum pembelajaran.
b. Terjalin kerjasama yang baik, bermanfaat dan saling menguntungkan antara perguruan tinggi dengan instansi magang.
5 BAB II
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum 1. Letak Demografi
Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106° 48’ BT dan 6°
26’ LS, kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara, merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan pariwisata Kota Bogor mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan maksimum 330 m dari permukaan laut.
Luas Wilayah Kota Bogor sebesar 11.850 Ha terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Luas wilayah masing-masing kecamatan, yaitu: Kecamatan Bogor Selatan (30,81 km2 ), Kecamatan Bogor Timur (10,15 km2 ), Kecamatan Bogor Utara (17,72 km2 ), Kecamatan Bogor Tengah (8,13 km2 ), Kecamatan Bogor Barat (32.85 km2 ) dan Kecamatan Tanah Sareal (18,84 km2 ). Secara administratif Kota Bogor dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Bogor dengan batas wilayah sebagai berikut:
Kota Bogor merupakan kota yang sangat strategis karena berada di tengah-tengah Kabupaten Bogor. Kota Bogor mempunyai wilayah dengan kontur berbukit dan bergelombang dengan ketinggian bervariasi antara a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Kecamatan
Bojong Gede dan Kecamatan Sukaraja.
b. Sebelah Timur : Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor.
c. Sebelah Barat : Kecamatan Dramaga, Kecamatan Kemang dan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.
d. Sebelah Selatan : Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor.
190 m sampai dengan 330 m di atas permukaan laut. Seluas 1.763,94 Ha merupakan lahan datar dengan kemiringan berkisar 0-2%, seluas 891,27 Ha merupakan lahan landai dengan kemiringan berkisar 2-15%, seluas 109,89 Ha merupakan lahan agak curam dengan kemiringan 15-125%, seluas 764,96 Ha merupakan lahan curam dengan kemiringan 25-40%, dan lahan sangat curam seluas 119,94 Ha dengan kemiringan lebih dari 40%.
Gambar 2.1 Peta Kota Bogor
Berdasarkan hasil foto udara citra landsat, diketahui sebagian dari total wilayah Kota Bogor merupakan kawasan yang sudah terbangun, kecuali di wilayah Kecamatan Bogor Selatan. Area terbangun paling luas berada di wilayah Kecamatan Bogor Tengah. Udara di Kota Bogor cukup sejuk dengan suhu udara rata-rata tiap bulannya mencapai 260C, dengan suhu terendah 210C dan suhu tertinggi 340 C. Suhu seperti itu antara lain dipengaruhi guyuran hujan dengan intensitas rata-rata 3.654 per tahun, dan curah hujan bulanan berkisar antara 79,0 – 652,0 mm dengan rata-rata hujan 14 hari per bulan dan kelembaban udara 70%. Sedangkan kecepatan angin rata-rata per tahun 4,3 knot.
7
Kualitas udara Kota Bogor secara keseluruhan dapat dikatakan baik atau sehat. Beberapa parameter kualitas udara Kota Bogor relatif tidak membahayakan lingkungan, karena gas-gas dan partikulat tersuspensi yang dihasilkan, pada umumnya masih di bawah ambang batas baku mutu udara ambien. Namun kadar debu dan tingkat kebisingan pada beberapa lokasi masih berada di atas persyaratan ambang batas yang ditentukan.
Untuk kualitas air, pada umumnya kualitas air sungai di wilayah Kota Bogor kurang memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditetapkan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Hal itu disebabkan beberapa unsur seperti sulfat, fosfat, nitrat dan jumlah total coliform dalam air sungai, melebihi kriteria baku. Kondisi yang mirip juga terdapat pada air situ yang umumnya berkualitas di bawah persyaratan baku mutu.
Sedangkan air sumur penduduk, nilai pH-nya cenderung fluktuatif, dan di beberapa lokasi kandungan detergen dan bakteri koli sedikit diatas kriteria yang disyaratkan.
2. Keadaan Penduduk
Jumlah Penduduk Kota Bogor dalam profil kesehatan pada tahun 2020 mengacu dengan jumlah penduduk tahun 2019 yaitu 1.112.081 jiwa terdiri atas 563.426 laki-laki dan 548.655 perempuan. Komposisi penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) sebesar 71.40%. Sedangkan pada kelompok usia tua dan lansia (usia 55 tahun keatas) adalah 8,46 %.
3. Keadaan Ekonomi
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS Kota Bogor, pertumbuhan perekonomian Kota Bogor Tahun 2020, menurut kategori lapangan usaha: pertanian, kehutanan, dan perikanan; pertambangan dan penggalian; industry pengolahan; pengadaan listrik dan gas; pengadaan air, pengolahan sampah, dan daur ulang; konstruksi; perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; transportasi dan pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan minum; informasi dan komunikasi; jasa keuangan dan asuransi; real estate; jasa perusahaan;
administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib; jasa pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial; dan jasa lainnya.
Pengeluaran per Kapita di Kota Bogor tahun 2020 berdasarkan komoditas jumlah makanan sebesar 723.928, menurun dibanding tahun 2019 sebesar 776.875. Sedangkan menurut komoditas Non makanan sebesar 996.766 di tahun 2020 meningkat dibanding tahun 2019 sebesar 971.111. Secara umum perkembangan ekonomi Kota Bogor dapat dilihat dari laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku dan harga konstan menurut lapangan usaha. Angka PDRB Kota Bogor tahun 2020 yaitu sebesar 45.940,26 (dalam milyar). Angka ini lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 46.223,26 (dalam milyar) di tahun 2019.
Sedangkan berdasarkan harga konstan, Angka PDRB Kota Bogor tahun 2020 sebesar 32083.51 menurun disbanding tahun 2019 sebesar 32.253,51 Nilai PDRB dapat mencerminkan gambaran perekonomian wilayah secara umum serta tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Ukuran PDRB yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat secara kasar adalah nilai PDRB per kapita. Pada tahun 2017 PDRB per kapita penduduk Kota Bogor adalah 26,51 juta rupiah per tahun, meningkat 4,52% dibandingkan PDRB per kapita tahun 2016 yang mencapai 25,36 juta rupiah per tahun.
Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor merupakan sektor yang memiliki konstribusi paling besar terhadap PDRB Kota Bogor tahun 2017 dengan share mencapai 21,21 persen turun dari tahun sebelumya sebesar 21,59 persen. Disusul oleh industry pengolahan sebesar 18,35 persen atau turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 18,47 persen.
Ditinjau dari nilai PDRB per kapita yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun menandakan terjadinya peningkatan kemakmuran masyarakat Kota Bogor secara umum sebagai akibat dari peningkatan output produksi sektor ekonominya. Namun demikian, angka kemakmuran yang diperoleh dari implikasi kenaikan PDRB per kapita belum dapat
9
dijadikan ukuran baku kesejahteraan masyarakat karena belum mengandung unsur pemerataan distribusi pendapatan.
4. Visi, Misi dan Tujuan Dinas Kesehatan Kota Bogor a. Visi:
“Mewujudkan Kota Bogor sebagai Kota Ramah Keluarga”.
b. Misi:
1) Menyediakan sarana dan pelayanan kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, terjangkau dan nyaman.
2) Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan lingkungan.
3) Memenuhi ketersediaan dan pemerataan tenaga kesehatan yang profesional dan amanah.
4) Menyelenggarakan tata kelola sumberdaya kesehatan yang adil, transparan dan akuntabel.
c. Tujuan :
1) Meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas.
2) Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam kesehatan individu, keluarga, dan lingkungannya.
3) Meningkatnya ketersediaan dan pemerataan tenaga kesehatan yang profesional.
4) Meningkatnya manajemen kesehatan yang transparan dan akuntabel.
5. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Bogor
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Struktur Organisasi Dinas, terdiri dari:
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat membawahkan:
1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2) Sub Bagian Keuangan;
3) Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan.
c. Bidang Kesehatan Masyarakat membawahkan:
1) Seksi Kesehatan Keluarga;
2) Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat;
3) Seksi Pembinan dan Pelayanan Gizi.
d. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit:
1) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Surveilan;
2) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Jiwa dan Kesehatan Olah Raga;
3) Seksi Penyehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja.
11
e. Bidang Pelayanan Kesehatan membawahkan:
1) Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional;
2) Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Jaminan Kesehatan;
3) Seksi Pembinaan, Pengendalian dan Peningkatan Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
f. Bidang Sumber Daya Kesehatan membawahkan:
1) Seksi Perbekalan Kesehatan dan Pengawasan Obat Makanan;
2) Seksi Informasi Kesehatan dan Hubungan Masyarakat;
3) Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
g. UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) terdiri dari:
1) Kepala UPTD;
2) Sub Bagian Tata Usaha.
h. UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah (LABKESDA) terdiri dari:
1) Kepala UPTD;
2) Sub Bagian Tata Usaha.
i. Kelompok Jabatan Fungsional.
6. Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Bogor a. Tugas:
Dinas Kesehatan mempunyai tugas membantu Wali Kota dalam melaksanakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan yang diberikan kepada Pemerintah Daerah.
b. Fungsi:
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Dinas Kesehatan mempunyai fungsi:
1) Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, dan Sumber daya kesehatan.
2) Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Dinas Kesehatan Daerah;
3) Pengelolaan barang milik daerah yang menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan;
4) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kesehatan;
5) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan;
6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh sesuai dengan tugas dan fungsinya.
7. Sarana dan Prasarana Fisik Dinas Kesehatan Kota Bogor
Sarana Kesehatan di wilayah Dinas Kesehatan terdiri dari Apotek, Bidan Praktik Mandiri (BPM), Dokter Gigi Praktik Mandiri, Dokter Umum Praktik Mandiri, Klinik, Laboratorium, Optik, Puskesmas, Rumah Sakit, Toko 21 Obat, Pedagang Besar Farmasi (PBF) , Dokter Spesialis Praktik Mandiri, dan Pengobatan Tradisional.
Tabel 2.1 Sarana Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bogor
No. Jenis Sarana Jumlah
1. Puskesmas 25
2. Rumah Sakit 21
3. Apotek 136
4. Bidan Praktik Mandiri 54
5. Dokter Gigi Praktik Mandiri 68 6. Dokter Umum Praktik Mandiri 96
7. Klinik 129
8. Laboratorium 11
9. Optik 43
10. Toko Obat 49
11. Pedagang besar Farmasi 26
12. Pengobatan Tradisional 22
13. Dokter spesialis Praktik Mandiri 21 8. Pencapaian Program Kerja Dinas Kesehatan Kota Bogor
Tabel 2.2 Pencapaian Program Kerja di Dinas Kesehatan
No.
13
kesehatan
B. Gambaran Khusus 1. Kesehatan Masyarakat
Kesehatan Masyarakat Menurut Winslow, 1920 (Notoatmodjo. S.
2010) Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk:
a. Perbaikan sanitasi lingkungan;
b. Pemberantasan penyakit menular;
c. Pendidikan kebersihan perorangan;
d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini serta pengobatan;
e. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Sesuai dengan perkembangan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat, maka kesehatan masyarakat sampai sekarang ini mencakup berbagai sub-bidang yaitu: Epidemiologi dan Biostatistik, kesehatan dan sanitasi lingkungan, kesehatan kerja, perilaku kesehatan, kesehatan ibu dan anak, masalah gizi, masalah penyakit menular dan tidak menular, manajemen kesehatan masyarakat serta pendidikan atau promosi kesehatan masyarakat.
2. Promosi Kesehatan
Notoatmodjo. S. 2010, Definisi istilah Promosi Kesehatan dalam
15
ilmu kesehatan masyarakat (health promotion) mempunyai dua pengertian.
Pengertian Promosi Kesehatan yang pertama adalah sebagai bagian dari tingkat pencegahan penyakit. Level and Clark, mengatakan adanya 5 tingkat pencegahan penyakit dalam perspektif kesehatan masyarakat, yakni:
a. Health Promotion (peningkatan/ promosi kesehatan)
b. Specific Protection (perlindungan khusus melalui imunisasi)
c. Early Diagnosis and Prompt Treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera)
d. Disability Limitation (membatasi atau mengurangi terjadinya kecacatan)
e. Rehabilitation (pemulihan)
Sedangkan pengertian yang kedua, Promosi Kesehatan diartikan sebagai upaya memasarkan, menyebarluaskan, mengenalkan atau
“menjual” kesehatan. Dengan kata lain, Promosi Kesehatan adalah
“memasarkan” atau “memperkenalkan” pesan-pesan kesehatan atau
“upaya-upaya” kesehatan, sehingga masyarakat “menerima” pesanpesan tersebut, yang akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat.
Lawrence Green, 1984 (Notoatmodjo, 2010) merumuskan definisi Promosi Kesehatan adalah “segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan”.
Promosi kesehatan sebagai pendekatan terhadap faktor perilaku kesehatan yang kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan perilaku tersebut. Menurut Lawrence Green, 1980 (Notoatmodjo, 2010), perilaku ini ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu:
a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat adalah pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang akan dilakukan.
b. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)
Faktor pemungkin atau pendukung perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.
c. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Pengetahuan, sikap, dan fasilitas yang tersedia kadang belum menjamin terjadinya perilaku masyarakat. Toma (Tokoh Masyarakat) merupakan faktor penguat terjadinya perilaku. Selain itu, peratura, undang-undang, surat keputusan dari pemerintah juga merupakan faktor penguat lainnya dalam terjadinya sebuah perilaku.
Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter: 1986) (Notoatmodjo, 2010) mengatakan bahwa Promosi Kesehatan adalah
“upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku. Maka dapat disimpulkan Promosi Kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik didalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik, dsb).
3. Tugas Pokok seksie Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat di Dinas Kesehatan Kota Bogor
1) Memimpin pelaksanaan tugas Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat;
17
2) Menyusun rencana kerja Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat;
3) Mendistribusikan pekerjaan dan memberikan arahan pelaksanaan tugas kepada bawahan;
4) Mengevaluasi hasil kerja bawahan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja;
5) Menyusun konsep kebijakan di bidang Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat;
6) Menyusun konsep pedoman dan petunjuk teknis di bidang Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat;
7) Melaksanakan koordinasi upaya promosi kesehatan penyakit menular dan penyakit tidak menular;
8) Melaksanakan koordinasi upaya promosi kesehatan lingkungan dan keamanan pangan;
9) Melaksanakan koordinasi upaya promosi kesehatan tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN);
10) Melaksanakan koordinasi upaya promosi kesehatan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS);
11) Melaksanakan koordinasi upaya promosi kesehatan Gizi dan kesehatan keluarga;
12) Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) bidang kesehatan melalui multi media;
13) Menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di 5 (lima) tatanan;
14) Melaksanakan kemitraan dengan berbagai institusi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pemangku kebijakan;
15) Memfasilitasi pembentukan dan melaksanakan pembinaan Kelurahan Siaga Aktif;
16) Memfasilitasi pembentukan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM);
17) Melaksanakan Pembinaan posyandu, Posbindu, Pos kesehatan
pesantren, Pos Upaya Kesehatan Kerja, dan UKBM lainnya;
18) Melaksanakan pembinaan Pramuka Saka Bakti Husada, Karang Taruna Husada;
19) Melaksanakan pembinaan Taman Obat Keluarga;
20) Melaksanakan pembinaan Komunitas Warga Tanpa Rokok, Peduli HIV, Peduli kesehatan jiwa dan Peduli kesehatan Gigi;
21) Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi di bidang promosi dan pemberdayaan masyarakat;
22) Menyusun konsep Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar Pelayanan (SP)) Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat;
23) Menyusun RKA dan DPA serta melaksanakan DPA;
24) Menyusun Perjanjian Kinerja lingkup Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat;
25) Memberikan saran pertimbangan kepada atasan;
26) Menyusun laporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat;
27) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya.
4. Strategi Promosi Kesehatan
Strategi adalah teknik atau cara bagaimana mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan rumusan WHO, 1994 (Notoatmodjo, 2010), strategi promosi kesehatan secara global terdiri dari 3 hal, yaitu:
a. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Advokasi promosi kesehatan adalah pendekatan kepada para pembuatan keputusan atau penentu kebijakan diberbagai sektor, dan diberbagai tingkat, sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat berupa kebijakan yang dikeluarkan
19
dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya.
b. Dukungan Sosial (Social Support)
Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (Toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara 17 sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat sebagai penerima program kesehatan. Dengan kegiatan ini, toma pada dasarnya adalah mensosialisasikan program-program kesehatan agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi terhadap program kesehatan tersebut. Strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya Bina Suasana yang kondusif terhadap kesehatan.
c. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat langsung. Tujuan utamanya adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara lain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk, misalnya: koperasi, pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill).
C. Pembahasan
1. Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Dinas Kesehatan Kota Bogor
Topik awal dalam kegiatan magang ini adalah mengetahui gambaran pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Dinas Kesehatan Kota Bogor. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan program promosi kesehatan
sebagai salah satu cara pencegahan (preventif) terjadinya kesakitan dan kematian. PHBS melibatkan beberapa elemen yang merupakan bagian dari tempat beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini 5 tatanan PHBS:
a. PHBS di Rumah Tangga;
b. PHBS di Sekolah;
c. PHBS di Tempat Kerja;
d. PHBS di Sarana Kesehatan;
e. PHBS di Tempat Umum.
Topik utama pada laporan magang ini akan lebih terfokus membahas terkait PHBS Rumah Tangga di Dinas Kesehatan Kota Bogor.
Selain itu laporan ini juga akan membahas kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dalam bidang Promosi Kesehatan dan menjadikan pengalaman dalam pengembangan diri sebagai tenaga Promotor Kesehatan.
Pada awal pelaksanaan terlebih dahulu mengajukan proposal sebagai acuan dalam kegiatan magang dan digunakan sebagai tolak ukur atau target capaian peserta magang. Kegiatan yang dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kota Bogor yaitu orientasi terhadap gambaran pelaksanaan kegiatan Promosi Kesehatan mengenai PHBS khususnya terkait PHBS di rumah tangga. 10 indikator dalam PHBS rumah tangga meliputi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI eksklusif, balita ditimbang setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah sekali seminggu, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah.
Apabila dalam Rumah Tangga tersebut tidak ada ibu yang melahirkan, tidak ada bayi dan tidak ada balita, maka pengertian Rumah Tangga ber-PHBS adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator. Berikut merupakan data perbandingan realisasi persentase 10 indikator PHBS
21
rumah tangga tahun 2019, 2020, dan 2021 sebagai berikut:
Tabel 2.3 Realisasi Persentase 10 Indikator PHBS Rumah Tangga
No 10 Indikator PHBS Rumah Tangga 2019 2020 2021
(%) (%) (%)
1 Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 95.0 94,4 93,8 2 Memberi Bayi ASI Ekslusif (0-6 bulan) 72.4 68,4 70,4
Sumber: LKPJ Penyelenggaraan Promosi Kesehatan dan Gerakan Hidup Bersih dan Sehat Berdasarkan tabel realisasi persentase 10 indikator rumah tangga
ber PHBS di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Bogor, dapat diketahui ada 2 (dua) indikator dengan capaian terendah yaitu cakupan indikator pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan yaitu sebesar 70,4% dan indikator tidak merokok di dalam rumah sebesar 70,1%. Hal tersebut dapat disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan serta merubah perilaku membutuhkan waktu yang cukup lama.
Kegiatan promosi kesehatan dalam mengajak masyarakat untuk ber- PHBS di Dinas Kesehatan Kota Bogor yaitu dengan melakukan penyuluhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyuluhan secara langsung yaitu seperti kampanye massif, wawar , sedangkan secara tidak langsung yaitu melalui media-media promkes baik itu cetak maupan yang di kirim melalui sosial media. Untuk penyuluhan sendiri tidak terdapat jadwal yang khusus. Berikut ini merupakan beberapa kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2021, diantaranya:
a. Kampanye Masif Perubahan Perilaku Masyarakat di Berbagai Tatanan dengan melibatkan OPD, lintas program Dinkes, media, serta dunia usaha / swasta untuk meningkatkan peran aktif dan jejaring kemitraan
"Pentahelix".
b. Kampanye PHBS, Germas, Covid-19, dan Program Kesehatan Lainnya kepada masyarakat luas Kota Bogor dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat.
c. Program inovasi "Ngariung Sehat" dalam rangka untuk mengintervensi masalah PHBS RT serta meningkatkan cakupan PHBS di masyarakat.
Kegiatan ngariung sehat dilaksanakan untuk mengetahui permasalahan di wilayah serta untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut sehingga cakupan PHBS RT menjadi meningkat.
d. Integrasi dengan data PIS-PK untuk melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan PHBS rumah tangga.
e. Deklarasi komitmen dan pembentukan Komunitas Warga Tanpa Rokok (KWTR).
f. Peningkatan peran serta dan peran aktif organisasi kepemudaan seperti Duta Muda Sehat dan Saka Bakti Husada dalam program Kesehatan.
g. Peningkatan jejaring kemitraan dengan Tim Penggerak PKK untuk meningkatkan peran kader Dasawisma dalam pembinaan dan peningkatan PHBS di setiap rumah tangga yang menjadi tanggung
g. Peningkatan jejaring kemitraan dengan Tim Penggerak PKK untuk meningkatkan peran kader Dasawisma dalam pembinaan dan peningkatan PHBS di setiap rumah tangga yang menjadi tanggung