• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SILIWANGI 2022

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SILIWANGI 2022"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN MENGENAI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI DINAS

KESEHATAN KOTA BOGOR

LAPORAN MAGANG

Di Bagian Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Bogor

Peminatan Promosi Kesehatan

Oleh:

SITI APRIANTI 184101071

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SILIWANGI

2022

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Siti Aprianti

NPM : 184101071

Peminatan : Promosi Kesehatan

Judul Laporan : Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Promosi Kesehatan Mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Dinas Kesehatan Kota Bogor Laporan ini telah diseminarkan dalam Ujian Magang yang dilaksanakan pada Hari Jumat Tanggal 11 Februari Tahun 2022 dihadapan Penguji Magang dan telah direvisi sesuai masukan Penguji dan telah memenuhi syarat untuk diterima.

Tasikmalaya, 16 Februari 2022 Menyetujui,

Pembimbing Akademik

H. Yuldan Faturahman, S.KM., M.Kes NIDN. 0413068102

Penguji Magang

H. Yuldan Faturahman, S.KM., M.Kes NIDN. 0413068102

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Dr. Asep Suryana Abdurrahmat, S.Pd., M.Kes NIP. 196904231994031003

Pembimbing Lapangan

Ika Lastyaningrum, S.K.M M.KM NIP. 197803282000032002

(3)

ii

RINGKASAN

Pelaksanaan magang/praktek kerja dilakukan pada tanggal 3 Januari 2022 sampai dengan tanggal 3 Februari 2022 di Dinas Kesehatan Kota Bogor, bidang kesehatan masyarakat, seksie promosi dan pemberdayaan masyarakat yang beralamat di Jl. Kesehatan No.04, RT.02/RW.02, Tanah Sereal, Kecamatan Tanah Sereal, Kota Bogor, Jawa Barat 16161. Tujuan pelaksanaan magang ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh wawasan serta gambaran pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Dinas Kesehatan Kota Bogor. Manfaat yang diperoleh selama kegiatan magang adalah mengetahui secara langsung praktik kegiatan promosi kesehatan dalam dunia kerja. Kegiatan yang dilakukan selama magang adalah belajar membuat media cetak promkes dimulai dari poster, infografis dan juga brosur, menginput data sarana kesehatan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Bogor, membaca- baca media cetak promkes, berbagi pengalaman bersama staf seksie promosi dan pemberdayaan masyarakat mengenai aplikasi untuk pembuatan media promosi kesehatan.

Promosi kesehatan mengenai rumah tangga ber- PHBS tahun 2021 di Dinas Kesehatan Kota Bogor sudah tercapai dan melebihi target yaitu sebesar 69.3%. Strategi yang digunakan oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor dalam menangani PHBS ini yaitu melaui strategi advokasi, dukungan sosial dan pemberdayaan masyarakat. Meski target rumah tangga ber- PHBS sudah tercapai namun masih terkendala pada pemenuhan indikator ASI ekslusif dan tidak merokok dalam rumah. Hal tersebut dapat disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan serta merubah perilaku membutuhkan waktu yang cukup lama. Alternative pemecahan masalahnya diantaranya ada ngariung sehat, pembentukan KWTR , peningkatan sosialisasi, penyuluhan ASI Eksklusif, pelibatan tokoh agama, tokoh masyarakat, dan organisasi kepemudaan, yang terakhir Melakukan rapat koordinasi tingkat kota.

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah nya penulis telah mampu menyelesaikan laporan magang yang berjudul “Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Promosi Kesehatan Mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Dinas Kesehatan Kota Bogor”.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan laporan ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. H. Asep Suryana Abdurrahmat, S.pd., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi.

2. H. Yuldan Faturahman, S.KM., M.Kes., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam melaksanakan kegiatan magang.

3. dr. Sri Nowo Retno., selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan magang.

4. dr. Siti Robiah Mubarokah selaku Kepala Bidang Kesmas yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan magang.

5. Ika Lastyaningrum, S.K.M M.K.M., selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam melaksanakan kegiatan magang.

6. Seluruh staf dan pegawai di Dinas Kesehatan Kota Bogor.

7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu persatu yang telah membantu dalam kegiatan magang.

Semoga Allah SWT. memberikan balasan yang berlipat ganda.

Penulis menyadari bahwa laporan magang ini jauh dari kata sempurna.

Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya semoga laporan ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Tasimalaya, 8 Februari 2022

Penulis

(5)

iv DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

RINGKASAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Manfaat ... 4

BAB II HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN ... 5

A. Gambaran Umum ... 5

B. Gambaran Khusus... 14

C. Pembahasan... 19

BAB III SIMPULAN DAN SARAN ... 26

A. Simpulan ... 26

B. Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27

LAMPIRAN ... 28

(6)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sarana Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bogor ... 12

Tabel 2.2 Pencapaian Program Kerja di Dinas Kesehatan ... 12

Tabel 2.3 Realisasi persentase 10 indikator PHBS Rumah Tangga... 21

Tabel 2.4 Capaian Rumah Tangga ber- PHBS ... 23

(7)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Kota Bogor ... 6 Gambar 2.2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan ... 10

(8)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Magang ... 28

Lampiran 2. Absensi ... 29

Lampiran 3. Kegiatan Harian Magang ... 30

Lampiran 4. Hasil Penilaian Magang ... 34

Lampiran 5. Hasil Pembuatan Media Promkes selama Magang ... 35

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai subyek pembangunan merupakan modal dasar yang potensial dalam mewujudkan kesejahteraan. Setiap manusia melakukan sesuatu pada dasarnya karena didorong oleh motivasi tertentu, agar peranan manusia dapat dimanfaatkan secara maksimal dan sebaik mungkin. Motivasi dapat dipandang sebagai alasan-alasan, dorongan-dorongan yang ada di dalam diri manusia yang menyebabkan ia melakukan sesuatu kegiatan dari tindakan.

Masalah hidup sehat berkaitan erat dengan perilaku dan kebiasaan, yang diibaratkan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Sedangkan perilaku hidup sehat itu sendiri adalah wujud nyata dari program interaksi manusia dengan lingkungan hidup, dengan sasaran terwujudnya keseimbangan, keselarasan dan keserasian yang dinamis antara sistem ekologi, sosial ekonomi, dan sosial budaya agar dapat menjamin hidup berkelanjutan, masyarakat yang bersih, indah, sehat, tertib, dan teratur serta lestari.

Kesehatan adalah asset masa depan dan merupakan modal untuk mencapai hidup yang sejahtera. Banyak faktor yang menunjang agar hidup kita dapat sehat. Salah satunya adalah lingkungan yang bersih. Kalau mau sehat maka harus bersih dan jika mau bersih maka akan sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan langkah awal yang dapat dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang. Kondisi sehat tidak langsung terjadi, tetapi harus melalui berbagai upaya, dari yang tidak sehat menjadi sehat serta menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.

Upaya ini tidaklah mudah, harus mulai menanamkan pola pikir sehat yang menjadi tanggung jawab kita bersama, dan upaya ini bisa dimulai dari diri sendiri. Upaya ini dilakukan untuk mewujudkan derajat kesehatan manusia yang setinggi-tingginya sebagai pondasi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang produktif. Dalam mengupayakan hal ini diperlukan komitmen bersama saling mendukung dalam meningkatkan derajat kesehatan

(10)

masyarakat, khususnya derajat kesehatan untuk diri sendiri. Sehingga ketika derajat kesehatan diri sendiri tercapai maka derajat kesehatan yang lain akan bisa dicapai.

Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat, maka diperlukan cara dan pendekatan yang strategis yaitu strategi promosi kesehatan.

Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri dari 3 hal, yaitu Advokasi (Advocacy), Dukungan Sosial (Social Support) dan Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment). Sedangkan, didalam Piagam Ottawa dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Health Public Policy), Lingkungan yang Mendukung (Supportive Environment) Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service), Keterampilan Individu (Personal Skill), dan Gerakan Masyarakat (Community Action).

Berdasarkan Rencana Strategis Bidang Kesehatan Tahun 2015 – 2019 bahwa target rumah tangga melakukan perilaku hidup bersih dan sehat di Indonesia adalah sebesar 80%, (Kemenkes RI, 2015). Sedangkan cakupan rumah tangga yang melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat di Indonesia pada tahun 2017 adalah sebesar 60,89%, yang artinya target telah tercapai.

Berdasarkan propinsi, ada 9 propinsi yang sudah mencapai 100%, yaitu Sulawesi Barat, Gorontalo, Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta, Propinsi Jawa Tengah, DKI Jakarta, Kepulaun Riau, dan Bengkulu. Propinsi dengan persentase terendah adalah Propinsi Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur. (Kemenkes RI, 2018)

Di Provinsi Jawa Barat, cakupan rumah tangga melakukan PHBS dari tahun ke tahun menunjukan adanya peningkatan, namun pada tahun 2015 dan 2016 menunjukkan penurunan dari 53,7% menjadi 52,5%. (Dinkes Jawa Barat, 2016). Sedangkan cakupan rumah tangga yang melakukan perilaku hidup bersih dan sehat di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2017 adalah sebesar 57,80%, menunjukkan kenaikan 5,30% bila dibandingkan pada tahun 2016 (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2017).

(11)

3

Kota Bogor merupakan salah satu kota di Jawa Barat dengan Cakupan PHBS rumah tangga sekitar 65,8% pada tahun 2019, dimana angka cakupan tersebut berada di titik tengah dengan kata lain cakupan PHBS rumah tangga tidak terlalu buruk. Namun hal tersebut juga perlu ditingkatkan sebagai upaya pencegahan penyakit pada tatanan keluarga. Upaya PHBS jika tidak dilakukan oleh masing-masing keluarga dan anggota keluarganya akan menjadi faktor risiko untuk timbulnya penyakit, baik infeksi atau penyakit tidak menular.

Namun, jika upaya PHBS dilaksanakan dengan baik, maka upaya ini akan menjadi upaya yang efektif untuk mencegah penyakit menular maupun penyakit tidak menular.

Berdasarkan uraian diatas, dengan mengikuti kegiatan magang mahasiswa dapat belajar dan mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan di tempat kerja/magang seperti instansi kesehatan yaitu Dinas Kesehatan. Selain itu, kegiatan magang merupakan sarana latihan kerja bagi mahasiswa dalam meningkatkan kompetensi dibidang keilmuan kesehatan masyarakat. Laporan ini berisi hasil kegiatan magang mengenai pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Dinas Kesehatan Kota Bogor.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui dan memperoleh wawasan serta gambaran pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Dinas Kesehatan Kota Bogor.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Dinas Kesehatan Kota Bogor.

b. Mengetahui gambaran strategi promosi kesehatan mengenai kegiatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Dinas Kesehatan Kota Bogor.

(12)

c. Mengetahui kendala dalam pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Dinas Kesehatan Kota Bogor.

d. Mengetahui alternative pemecahan masalah dalam pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Dinas Kesehatan Kota Bogor.

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

a. Meningkatkan wawasan, pengetahuan dan mendapatkan gambaran umum pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Dinas Kesehatan Kota Bogor.

b. Meningkatkan kompetensi dan meningkatkan ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan.

c. Menjalin komunikasi dan relasi dengan pihak Dinas Kesehatan Kota Bogor.

d. Menambah wawasan dan ilmu sebagai pelatihan kerja yang nyata sehingga siap memasuki dunia kerja.

2. Bagi Instansi

a. Sebagai jembatan dunia pendidikan dengan instansi yang menjadi tempat kegiatan magang.

b. Mendapatkan bantuan tenaga dari mahasiswa yang melakukan kegiatan magang dalam pengerjaan tugas institusi.

3. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi

a. Mendapatkan masukan yang bermanfaat dalam pengembangan kurikulum pembelajaran.

b. Terjalin kerjasama yang baik, bermanfaat dan saling menguntungkan antara perguruan tinggi dengan instansi magang.

(13)

5 BAB II

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum 1. Letak Demografi

Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106° 48’ BT dan 6°

26’ LS, kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara, merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan pariwisata Kota Bogor mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan maksimum 330 m dari permukaan laut.

Luas Wilayah Kota Bogor sebesar 11.850 Ha terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Luas wilayah masing-masing kecamatan, yaitu: Kecamatan Bogor Selatan (30,81 km2 ), Kecamatan Bogor Timur (10,15 km2 ), Kecamatan Bogor Utara (17,72 km2 ), Kecamatan Bogor Tengah (8,13 km2 ), Kecamatan Bogor Barat (32.85 km2 ) dan Kecamatan Tanah Sareal (18,84 km2 ). Secara administratif Kota Bogor dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Bogor dengan batas wilayah sebagai berikut:

Kota Bogor merupakan kota yang sangat strategis karena berada di tengah-tengah Kabupaten Bogor. Kota Bogor mempunyai wilayah dengan kontur berbukit dan bergelombang dengan ketinggian bervariasi antara a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Kecamatan

Bojong Gede dan Kecamatan Sukaraja.

b. Sebelah Timur : Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor.

c. Sebelah Barat : Kecamatan Dramaga, Kecamatan Kemang dan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.

d. Sebelah Selatan : Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor.

(14)

190 m sampai dengan 330 m di atas permukaan laut. Seluas 1.763,94 Ha merupakan lahan datar dengan kemiringan berkisar 0-2%, seluas 891,27 Ha merupakan lahan landai dengan kemiringan berkisar 2-15%, seluas 109,89 Ha merupakan lahan agak curam dengan kemiringan 15-125%, seluas 764,96 Ha merupakan lahan curam dengan kemiringan 25-40%, dan lahan sangat curam seluas 119,94 Ha dengan kemiringan lebih dari 40%.

Gambar 2.1 Peta Kota Bogor

Berdasarkan hasil foto udara citra landsat, diketahui sebagian dari total wilayah Kota Bogor merupakan kawasan yang sudah terbangun, kecuali di wilayah Kecamatan Bogor Selatan. Area terbangun paling luas berada di wilayah Kecamatan Bogor Tengah. Udara di Kota Bogor cukup sejuk dengan suhu udara rata-rata tiap bulannya mencapai 260C, dengan suhu terendah 210C dan suhu tertinggi 340 C. Suhu seperti itu antara lain dipengaruhi guyuran hujan dengan intensitas rata-rata 3.654 per tahun, dan curah hujan bulanan berkisar antara 79,0 – 652,0 mm dengan rata-rata hujan 14 hari per bulan dan kelembaban udara 70%. Sedangkan kecepatan angin rata-rata per tahun 4,3 knot.

(15)

7

Kualitas udara Kota Bogor secara keseluruhan dapat dikatakan baik atau sehat. Beberapa parameter kualitas udara Kota Bogor relatif tidak membahayakan lingkungan, karena gas-gas dan partikulat tersuspensi yang dihasilkan, pada umumnya masih di bawah ambang batas baku mutu udara ambien. Namun kadar debu dan tingkat kebisingan pada beberapa lokasi masih berada di atas persyaratan ambang batas yang ditentukan.

Untuk kualitas air, pada umumnya kualitas air sungai di wilayah Kota Bogor kurang memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditetapkan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Hal itu disebabkan beberapa unsur seperti sulfat, fosfat, nitrat dan jumlah total coliform dalam air sungai, melebihi kriteria baku. Kondisi yang mirip juga terdapat pada air situ yang umumnya berkualitas di bawah persyaratan baku mutu.

Sedangkan air sumur penduduk, nilai pH-nya cenderung fluktuatif, dan di beberapa lokasi kandungan detergen dan bakteri koli sedikit diatas kriteria yang disyaratkan.

2. Keadaan Penduduk

Jumlah Penduduk Kota Bogor dalam profil kesehatan pada tahun 2020 mengacu dengan jumlah penduduk tahun 2019 yaitu 1.112.081 jiwa terdiri atas 563.426 laki-laki dan 548.655 perempuan. Komposisi penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) sebesar 71.40%. Sedangkan pada kelompok usia tua dan lansia (usia 55 tahun keatas) adalah 8,46 %.

3. Keadaan Ekonomi

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS Kota Bogor, pertumbuhan perekonomian Kota Bogor Tahun 2020, menurut kategori lapangan usaha: pertanian, kehutanan, dan perikanan; pertambangan dan penggalian; industry pengolahan; pengadaan listrik dan gas; pengadaan air, pengolahan sampah, dan daur ulang; konstruksi; perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; transportasi dan pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan minum; informasi dan komunikasi; jasa keuangan dan asuransi; real estate; jasa perusahaan;

(16)

administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib; jasa pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial; dan jasa lainnya.

Pengeluaran per Kapita di Kota Bogor tahun 2020 berdasarkan komoditas jumlah makanan sebesar 723.928, menurun dibanding tahun 2019 sebesar 776.875. Sedangkan menurut komoditas Non makanan sebesar 996.766 di tahun 2020 meningkat dibanding tahun 2019 sebesar 971.111. Secara umum perkembangan ekonomi Kota Bogor dapat dilihat dari laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku dan harga konstan menurut lapangan usaha. Angka PDRB Kota Bogor tahun 2020 yaitu sebesar 45.940,26 (dalam milyar). Angka ini lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 46.223,26 (dalam milyar) di tahun 2019.

Sedangkan berdasarkan harga konstan, Angka PDRB Kota Bogor tahun 2020 sebesar 32083.51 menurun disbanding tahun 2019 sebesar 32.253,51 Nilai PDRB dapat mencerminkan gambaran perekonomian wilayah secara umum serta tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Ukuran PDRB yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat secara kasar adalah nilai PDRB per kapita. Pada tahun 2017 PDRB per kapita penduduk Kota Bogor adalah 26,51 juta rupiah per tahun, meningkat 4,52% dibandingkan PDRB per kapita tahun 2016 yang mencapai 25,36 juta rupiah per tahun.

Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor merupakan sektor yang memiliki konstribusi paling besar terhadap PDRB Kota Bogor tahun 2017 dengan share mencapai 21,21 persen turun dari tahun sebelumya sebesar 21,59 persen. Disusul oleh industry pengolahan sebesar 18,35 persen atau turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 18,47 persen.

Ditinjau dari nilai PDRB per kapita yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun menandakan terjadinya peningkatan kemakmuran masyarakat Kota Bogor secara umum sebagai akibat dari peningkatan output produksi sektor ekonominya. Namun demikian, angka kemakmuran yang diperoleh dari implikasi kenaikan PDRB per kapita belum dapat

(17)

9

dijadikan ukuran baku kesejahteraan masyarakat karena belum mengandung unsur pemerataan distribusi pendapatan.

4. Visi, Misi dan Tujuan Dinas Kesehatan Kota Bogor a. Visi:

“Mewujudkan Kota Bogor sebagai Kota Ramah Keluarga”.

b. Misi:

1) Menyediakan sarana dan pelayanan kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, terjangkau dan nyaman.

2) Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan lingkungan.

3) Memenuhi ketersediaan dan pemerataan tenaga kesehatan yang profesional dan amanah.

4) Menyelenggarakan tata kelola sumberdaya kesehatan yang adil, transparan dan akuntabel.

c. Tujuan :

1) Meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas.

2) Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam kesehatan individu, keluarga, dan lingkungannya.

3) Meningkatnya ketersediaan dan pemerataan tenaga kesehatan yang profesional.

4) Meningkatnya manajemen kesehatan yang transparan dan akuntabel.

(18)

5. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Bogor

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Struktur Organisasi Dinas, terdiri dari:

a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat membawahkan:

1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

2) Sub Bagian Keuangan;

3) Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan.

c. Bidang Kesehatan Masyarakat membawahkan:

1) Seksi Kesehatan Keluarga;

2) Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat;

3) Seksi Pembinan dan Pelayanan Gizi.

d. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit:

1) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Surveilan;

2) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Jiwa dan Kesehatan Olah Raga;

3) Seksi Penyehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja.

(19)

11

e. Bidang Pelayanan Kesehatan membawahkan:

1) Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional;

2) Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Jaminan Kesehatan;

3) Seksi Pembinaan, Pengendalian dan Peningkatan Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

f. Bidang Sumber Daya Kesehatan membawahkan:

1) Seksi Perbekalan Kesehatan dan Pengawasan Obat Makanan;

2) Seksi Informasi Kesehatan dan Hubungan Masyarakat;

3) Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

g. UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) terdiri dari:

1) Kepala UPTD;

2) Sub Bagian Tata Usaha.

h. UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah (LABKESDA) terdiri dari:

1) Kepala UPTD;

2) Sub Bagian Tata Usaha.

i. Kelompok Jabatan Fungsional.

6. Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Bogor a. Tugas:

Dinas Kesehatan mempunyai tugas membantu Wali Kota dalam melaksanakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan yang diberikan kepada Pemerintah Daerah.

b. Fungsi:

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Dinas Kesehatan mempunyai fungsi:

1) Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, dan Sumber daya kesehatan.

2) Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Dinas Kesehatan Daerah;

(20)

3) Pengelolaan barang milik daerah yang menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan;

4) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kesehatan;

5) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan;

6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh sesuai dengan tugas dan fungsinya.

7. Sarana dan Prasarana Fisik Dinas Kesehatan Kota Bogor

Sarana Kesehatan di wilayah Dinas Kesehatan terdiri dari Apotek, Bidan Praktik Mandiri (BPM), Dokter Gigi Praktik Mandiri, Dokter Umum Praktik Mandiri, Klinik, Laboratorium, Optik, Puskesmas, Rumah Sakit, Toko 21 Obat, Pedagang Besar Farmasi (PBF) , Dokter Spesialis Praktik Mandiri, dan Pengobatan Tradisional.

Tabel 2.1 Sarana Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bogor

No. Jenis Sarana Jumlah

1. Puskesmas 25

2. Rumah Sakit 21

3. Apotek 136

4. Bidan Praktik Mandiri 54

5. Dokter Gigi Praktik Mandiri 68 6. Dokter Umum Praktik Mandiri 96

7. Klinik 129

8. Laboratorium 11

9. Optik 43

10. Toko Obat 49

11. Pedagang besar Farmasi 26

12. Pengobatan Tradisional 22

13. Dokter spesialis Praktik Mandiri 21 8. Pencapaian Program Kerja Dinas Kesehatan Kota Bogor

Tabel 2.2 Pencapaian Program Kerja di Dinas Kesehatan

No.

Jenis Pelayanan

Dasar

Indikator Pencapaian

Target Capaian

(%)

Jumlah Target Capaian

Pembiayaan APBD/APBN 1. Pelayanan

Kesehatan Ibu Hamil

Jumlah Ibu Hamil yang mendapatkan layanan kesehatan

100 20.902 - APBD Kota

2. Pelayanan Jumlah Ibu 100 19.952 - APBD Kota

(21)

13

Kesehatan Ibu Bersalin

Bersalin yang mendapatkan layanan kesehatan 3. Pelayanan

Kesehatan Bayi Baru Lahir

Jumlah Bayi BaruLahir yang mendapatkan layanan kesehatan

100 19.329 - APBD Kota

4. Pelayanan Kesehatan balita

Jumlah Balita yang mendapatkan layanan kesehatan

100 74.935 - APBD Kota

5. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar

Jumlah Warga Negara usia pendidikan dasar yang mendapatkan layanan kesehatan

100 80.305 Tidak Ada Anggara n

6. Pelayanan kesehatan pada usia produktif

Jumlah Warga Negara usia produktif yang mendapatkan layanan kesehatan

100 748.79 1 - APBD Kota - BOK - DBHCHT

7. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut

Jumlah warga negara usia lanjut yang mendapatkan layanan kesehatan

100 127.365 - APBD Kota

8. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi

Jumlah Warga Negara penderita hipertensi yang mendapatkan layanan kesehatan

100 77.938 - APBD Kota - BOK - DBHCHT

9. Pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus

Jumlah Warga Negara penderita diabetes mellitus yang mendapatkan layanan kesehatan

100 19.694 - APBD Kota - BOK - DBHCHT

10. Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat

Jumlah Warga Negara dengan gangguan jiwa berat yang terlayani

kesehatan

100 1.556 - APBD Kota - BOK - DBHCHT

11. Pelayanan kesehatan orang terduga tuberkulosis

Jumlah Warga Negara terduga tuberculosis yang mendapatkan layanan kesehatan

100 3.220 - APBD Kota - DAK Fisik

12. Pelayanan Jumlah Warga 100 13.900 DAK Fisik

(22)

kesehatan orang dengan risiko

terinfeksi virus yang melemahkan daya tahan tubuh

manusia (Human Immunodefici ency Virus)

Negara dengan risiko terinfeksi virus yang melemahkan daya tahan tubuh manusia (Human Immunodeficiency Virus) yang mendapatkan layanan kesehatan

B. Gambaran Khusus 1. Kesehatan Masyarakat

Kesehatan Masyarakat Menurut Winslow, 1920 (Notoatmodjo. S.

2010) Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk:

a. Perbaikan sanitasi lingkungan;

b. Pemberantasan penyakit menular;

c. Pendidikan kebersihan perorangan;

d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini serta pengobatan;

e. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.

Sesuai dengan perkembangan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat, maka kesehatan masyarakat sampai sekarang ini mencakup berbagai sub-bidang yaitu: Epidemiologi dan Biostatistik, kesehatan dan sanitasi lingkungan, kesehatan kerja, perilaku kesehatan, kesehatan ibu dan anak, masalah gizi, masalah penyakit menular dan tidak menular, manajemen kesehatan masyarakat serta pendidikan atau promosi kesehatan masyarakat.

2. Promosi Kesehatan

Notoatmodjo. S. 2010, Definisi istilah Promosi Kesehatan dalam

(23)

15

ilmu kesehatan masyarakat (health promotion) mempunyai dua pengertian.

Pengertian Promosi Kesehatan yang pertama adalah sebagai bagian dari tingkat pencegahan penyakit. Level and Clark, mengatakan adanya 5 tingkat pencegahan penyakit dalam perspektif kesehatan masyarakat, yakni:

a. Health Promotion (peningkatan/ promosi kesehatan)

b. Specific Protection (perlindungan khusus melalui imunisasi)

c. Early Diagnosis and Prompt Treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera)

d. Disability Limitation (membatasi atau mengurangi terjadinya kecacatan)

e. Rehabilitation (pemulihan)

Sedangkan pengertian yang kedua, Promosi Kesehatan diartikan sebagai upaya memasarkan, menyebarluaskan, mengenalkan atau

“menjual” kesehatan. Dengan kata lain, Promosi Kesehatan adalah

“memasarkan” atau “memperkenalkan” pesan-pesan kesehatan atau

“upaya-upaya” kesehatan, sehingga masyarakat “menerima” pesanpesan tersebut, yang akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat.

Lawrence Green, 1984 (Notoatmodjo, 2010) merumuskan definisi Promosi Kesehatan adalah “segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan”.

Promosi kesehatan sebagai pendekatan terhadap faktor perilaku kesehatan yang kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan perilaku tersebut. Menurut Lawrence Green, 1980 (Notoatmodjo, 2010), perilaku ini ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu:

a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

Faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat adalah pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang akan dilakukan.

(24)

b. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)

Faktor pemungkin atau pendukung perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.

c. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)

Pengetahuan, sikap, dan fasilitas yang tersedia kadang belum menjamin terjadinya perilaku masyarakat. Toma (Tokoh Masyarakat) merupakan faktor penguat terjadinya perilaku. Selain itu, peratura, undang-undang, surat keputusan dari pemerintah juga merupakan faktor penguat lainnya dalam terjadinya sebuah perilaku.

Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter: 1986) (Notoatmodjo, 2010) mengatakan bahwa Promosi Kesehatan adalah

“upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.

Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya- upaya memfasilitasi perubahan perilaku. Maka dapat disimpulkan Promosi Kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik didalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik, dsb).

3. Tugas Pokok seksie Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat di Dinas Kesehatan Kota Bogor

1) Memimpin pelaksanaan tugas Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat;

(25)

17

2) Menyusun rencana kerja Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat;

3) Mendistribusikan pekerjaan dan memberikan arahan pelaksanaan tugas kepada bawahan;

4) Mengevaluasi hasil kerja bawahan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja;

5) Menyusun konsep kebijakan di bidang Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat;

6) Menyusun konsep pedoman dan petunjuk teknis di bidang Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat;

7) Melaksanakan koordinasi upaya promosi kesehatan penyakit menular dan penyakit tidak menular;

8) Melaksanakan koordinasi upaya promosi kesehatan lingkungan dan keamanan pangan;

9) Melaksanakan koordinasi upaya promosi kesehatan tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN);

10) Melaksanakan koordinasi upaya promosi kesehatan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS);

11) Melaksanakan koordinasi upaya promosi kesehatan Gizi dan kesehatan keluarga;

12) Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) bidang kesehatan melalui multi media;

13) Menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di 5 (lima) tatanan;

14) Melaksanakan kemitraan dengan berbagai institusi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pemangku kebijakan;

15) Memfasilitasi pembentukan dan melaksanakan pembinaan Kelurahan Siaga Aktif;

16) Memfasilitasi pembentukan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM);

17) Melaksanakan Pembinaan posyandu, Posbindu, Pos kesehatan

(26)

pesantren, Pos Upaya Kesehatan Kerja, dan UKBM lainnya;

18) Melaksanakan pembinaan Pramuka Saka Bakti Husada, Karang Taruna Husada;

19) Melaksanakan pembinaan Taman Obat Keluarga;

20) Melaksanakan pembinaan Komunitas Warga Tanpa Rokok, Peduli HIV, Peduli kesehatan jiwa dan Peduli kesehatan Gigi;

21) Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi di bidang promosi dan pemberdayaan masyarakat;

22) Menyusun konsep Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar Pelayanan (SP)) Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat;

23) Menyusun RKA dan DPA serta melaksanakan DPA;

24) Menyusun Perjanjian Kinerja lingkup Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat;

25) Memberikan saran pertimbangan kepada atasan;

26) Menyusun laporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat;

27) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya.

4. Strategi Promosi Kesehatan

Strategi adalah teknik atau cara bagaimana mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan rumusan WHO, 1994 (Notoatmodjo, 2010), strategi promosi kesehatan secara global terdiri dari 3 hal, yaitu:

a. Advokasi (Advocacy)

Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Advokasi promosi kesehatan adalah pendekatan kepada para pembuatan keputusan atau penentu kebijakan diberbagai sektor, dan diberbagai tingkat, sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat berupa kebijakan yang dikeluarkan

(27)

19

dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya.

b. Dukungan Sosial (Social Support)

Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (Toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara 17 sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat sebagai penerima program kesehatan. Dengan kegiatan ini, toma pada dasarnya adalah mensosialisasikan program- program kesehatan agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi terhadap program kesehatan tersebut. Strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya Bina Suasana yang kondusif terhadap kesehatan.

c. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)

Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat langsung. Tujuan utamanya adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara lain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk, misalnya: koperasi, pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill).

C. Pembahasan

1. Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Dinas Kesehatan Kota Bogor

Topik awal dalam kegiatan magang ini adalah mengetahui gambaran pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Dinas Kesehatan Kota Bogor. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan program promosi kesehatan

(28)

sebagai salah satu cara pencegahan (preventif) terjadinya kesakitan dan kematian. PHBS melibatkan beberapa elemen yang merupakan bagian dari tempat beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini 5 tatanan PHBS:

a. PHBS di Rumah Tangga;

b. PHBS di Sekolah;

c. PHBS di Tempat Kerja;

d. PHBS di Sarana Kesehatan;

e. PHBS di Tempat Umum.

Topik utama pada laporan magang ini akan lebih terfokus membahas terkait PHBS Rumah Tangga di Dinas Kesehatan Kota Bogor.

Selain itu laporan ini juga akan membahas kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dalam bidang Promosi Kesehatan dan menjadikan pengalaman dalam pengembangan diri sebagai tenaga Promotor Kesehatan.

Pada awal pelaksanaan terlebih dahulu mengajukan proposal sebagai acuan dalam kegiatan magang dan digunakan sebagai tolak ukur atau target capaian peserta magang. Kegiatan yang dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kota Bogor yaitu orientasi terhadap gambaran pelaksanaan kegiatan Promosi Kesehatan mengenai PHBS khususnya terkait PHBS di rumah tangga. 10 indikator dalam PHBS rumah tangga meliputi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI eksklusif, balita ditimbang setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah sekali seminggu, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah.

Apabila dalam Rumah Tangga tersebut tidak ada ibu yang melahirkan, tidak ada bayi dan tidak ada balita, maka pengertian Rumah Tangga ber- PHBS adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator. Berikut merupakan data perbandingan realisasi persentase 10 indikator PHBS

(29)

21

rumah tangga tahun 2019, 2020, dan 2021 sebagai berikut:

Tabel 2.3 Realisasi Persentase 10 Indikator PHBS Rumah Tangga

No 10 Indikator PHBS Rumah Tangga 2019 2020 2021

(%) (%) (%)

1 Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 95.0 94,4 93,8 2 Memberi Bayi ASI Ekslusif (0-6 bulan) 72.4 68,4 70,4 3 Menimbang Bayi dan Balita (0-59 bulan)

setiap bulan 90.5 83,7 85,7

4 Menggunakan air bersih 98.2 95,5 98,3

5 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 96.7 96,3 97,7

6 Menggunakan jamban sehat 86.2 83,4 85,1

7 Memberantas jentik nyamuk 96.3 94,8 96,1

8 Makan sayur dan buah setiap hari 91.9 92,5 95,5

9 Melakukan aktifitas fisik setiap hari minimal

30 menit 94.4 93,5 94,3

10 Tidak merokok di dalam rumah 65.8 67,5 70,1

Sumber: LKPJ Penyelenggaraan Promosi Kesehatan dan Gerakan Hidup Bersih dan Sehat Berdasarkan tabel realisasi persentase 10 indikator rumah tangga

ber PHBS di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Bogor, dapat diketahui ada 2 (dua) indikator dengan capaian terendah yaitu cakupan indikator pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan yaitu sebesar 70,4% dan indikator tidak merokok di dalam rumah sebesar 70,1%. Hal tersebut dapat disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan serta merubah perilaku membutuhkan waktu yang cukup lama.

Kegiatan promosi kesehatan dalam mengajak masyarakat untuk ber- PHBS di Dinas Kesehatan Kota Bogor yaitu dengan melakukan penyuluhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyuluhan secara langsung yaitu seperti kampanye massif, wawar , sedangkan secara tidak langsung yaitu melalui media-media promkes baik itu cetak maupan yang di kirim melalui sosial media. Untuk penyuluhan sendiri tidak terdapat jadwal yang khusus. Berikut ini merupakan beberapa kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2021, diantaranya:

(30)

a. Kampanye Masif Perubahan Perilaku Masyarakat di Berbagai Tatanan dengan melibatkan OPD, lintas program Dinkes, media, serta dunia usaha / swasta untuk meningkatkan peran aktif dan jejaring kemitraan

"Pentahelix".

b. Kampanye PHBS, Germas, Covid-19, dan Program Kesehatan Lainnya kepada masyarakat luas Kota Bogor dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat.

c. Program inovasi "Ngariung Sehat" dalam rangka untuk mengintervensi masalah PHBS RT serta meningkatkan cakupan PHBS di masyarakat.

Kegiatan ngariung sehat dilaksanakan untuk mengetahui permasalahan di wilayah serta untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut sehingga cakupan PHBS RT menjadi meningkat.

d. Integrasi dengan data PIS-PK untuk melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan PHBS rumah tangga.

e. Deklarasi komitmen dan pembentukan Komunitas Warga Tanpa Rokok (KWTR).

f. Peningkatan peran serta dan peran aktif organisasi kepemudaan seperti Duta Muda Sehat dan Saka Bakti Husada dalam program Kesehatan.

g. Peningkatan jejaring kemitraan dengan Tim Penggerak PKK untuk meningkatkan peran kader Dasawisma dalam pembinaan dan peningkatan PHBS di setiap rumah tangga yang menjadi tanggung jawabnya.

h. Penyebarluasan informasi kesehatan melalui media promosi kesehatan (media cetak, media elektronik, media sosial).

(31)

23

Adapun capaian rumah tangga ber- PHBS di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Bogor sebagai berikut:

Tabel 2.4 Capaian Rumah Tangga ber- PHBS

No Indikator Kinerja

Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Indikator Program

1

Persentase Rumah Tangga Ber PHBS

67 65.8 68 66.3 66.5 69.3

Sumber: LKPJ Penyelenggaraan Promosi Kesehatan dan Gerakan Hidup Bersih dan Sehat

a. Untuk realisasi persentase rumah tangga ber PHBS tahun 2021 sebesar 69.3% sudah melebihi target indikator program yaitu 66.5%.

b. Terdapat kenaikan realisasi persentase rumah tangga ber PHBS sebesar 3,0% dari realisasi tahun 2020 yaitu 66,3% ke tahun 2021.

c. Tercapainya target PHBS rumah tangga tahun 2021 tersebut karena selama pandemi Covid-19 Pemerintah Kota Bogor terus menggalakan protokol kesehatan 5M yang salah satunya merupakan indikator PHBS rumah tangga yaitu Mencuci tangan pakai sabun dan air bersih. Selain itu, selama pandemi Covid 19, masyarakat diwajibkan untuk menggunakan masker sehingga dapat mengurangi kebiasaan merokok.

Selain 2 (dua) indikator tersebut, sebagian besar masyarakat menerapkan indikator PHBS rumah tangga lainnya seperti melakukan aktivitas fisik setiap hari dan makan buah dan sayur setiap hari untuk meningkatkan imunitas tubuh serta untuk mencegah penyebaran Covid 19. Hal tersebut terbukti dari peningkatan realisasi indikator tersebut dari tahun sebelumnya.

(32)

2. Strategi promosi kesehatan mengenai kegiatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Dinas Kesehatan Kota Bogor

a. Advokasi Advokasi (Advocacy)

Strategi advokasi sudah dilakukan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Bogor. Beberapa kegiatan advokasi yang telah digulirkan ke masyarakat misalnya kegiatan Germas dan KTR. Sasaran germas yaitu OPD yang dibawah naungan BAPPEDA.

b. Dukungan Sosial (Social Support)

Kegiatan dukungan sosial yang dilakukan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Bogor meliputi Mobil curhat, Kampanye massif.

c. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)

Strategi pemberdayaan masyarakat telah dilakukan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Bogor. Berbagai upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan pembinaan lomba, pembinaan posyandu, pembentukan Komunitas Warga Tanpa Rokok (KWTR), mengadakan ngariung sehat, pembentukan dan pengembangan Kampung Germas.

3. Kendala dalam Pencapaian Program

Kegiatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Dinas Kesehatan Kota Bogor Meski target sudah tercapai namun masih terkendala pada pemenuhan indikator ASI Ekslusif dan Tidak merokok dalam rumah. Berikut beberapa kendala dari 2 indikator tersebut:

a. Kendala dari rendahnya indikator ASI Ekslusif yaitu:

1) Kurangnya dukungan dari suami dan keluarga akan pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi;

2) Kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang ASI Ekslusif;

3) Kendala bagi ibu yang bekerja sehingga bayi diberi susu formula;

4) Tidak keluarnya ASI dari awal kelahiran sehingga bayi langsung diberi susu formula.

(33)

25

b. Kendala dari rendahnya indikator tidak merokok di dalam rumah yaitu:

1) Masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan bahaya merokok di dalam rumah khususnya bahaya asap rokok bagi perokok pasif;

2) Perilaku atau kebiasaan merokok yang sulit diubah dan membutuhkan waktu yang lama;

3) Belum ada penerapan sanksi yang tegas bagi orang yang merokok di dalam rumah.

4. Alternative pemecahan masalah

a. Pelaksanaan program inovasi ngariung sehat di lokasi yang memiliki cakupan PHBS RT yang rendah;

b. Pembentukan Komunitas Warga Tanpa Rokok (KWTR) khususnya di wilayah dengan realisasi indikator tidak merokok di dalam rumah yang rendah;

c. Peningkatan sosialisasi melalui penyuluhan maupun media promosi kesehatan (media cetak, media sosial, media elektronik) terkait ASI Eksklusif dan tidak merokok di dalam rumah;

d. Penyuluhan ASI Eksklusif tidak hanya kepada ibu hamil dan ibu mneyusui tetapi juga kepada suami dan keluarga agar mendukung pemberian ASI Eksklusif kepada bayi usia 0-6 bulan;

e. Pelibatan tokoh agama, tokoh masyarakat, dan organisasi kepemudaan seperti karang taruna dalam kegiatan kesehatan terutama dalam mendukung larangan merokok di wilayahnya;

f. Melakukan rapat koordinasi tingkat kota dengan menghadirkan kepala kelurahan dan kecamatan dan OPD terkait untuk mengevaluasi pencapaian PHBS RT terutama pada indikator yang masih rendah.

(34)

26 BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Persentase Rumah Tangga ber- PHBS di Dinas Kesehatan Kota Bogor tahun 2021 sudah tercapai dan melebihi target yaitu sebesar 69.3%.

2. Strategi promosi kesehatan yang digunakan yaitu melalui advokasi, dukungan sosial dan pemberdayaan masyarakat.

3. Meski target rumah tangga ber- PHBS sudah tercapai namun masih terkendala pada pemenuhan indikator ASI ekslusif dan tidak merokok dalam rumah. Hal tersebut dapat disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan serta merubah perilaku membutuhkan waktu yang cukup lama.

4. Alternative pemecahan masalahnya diantaranya ada ngariung sehat, pembentukan KWTR , peningkatan sosialisasi, penyuluhan ASI Eksklusif, pelibatan tokoh agama, tokoh masyarakat, dan organisasi kepemudaan, yang terakhir Melakukan rapat koordinasi tingkat kota.

B. Saran

1. Kepada Dinas Kesehatan Kota Bogor agar dapat mempertahankan atau bahkan dapat meningkatkan kembali untuk persentase rumah tangga ber- PHBS ditahun-tahun selanjutnya.

2. Kepada Dinas Kesehatan Kota Bogor agar dapat melakukan pengawasan terkait strategi yang telah dilaksakanakan dan juga melakukan pengawasan terkait pemberian ASI ekslusif oleh bidan kepada Ibu dengan cara memantau pemberian ASI melalui KMS setiap kegiatan posyandu.

3. Kepada Dinas Kesehatan Kota Bogor agar dapat mengefektifkan kembali upaya promosi kesehatan pada masyarakat seperti kegiatan penyuluhan untuk menyampaikan informasi kesehatan terutama tentang ASI ekslusif dan pentingnya untuk tidak merokok di dalam rumah.

(35)

27

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kota Bogor. 2020. Profil Kesehatan Tahun 2020. Dinas Kesehatan Kota Bogor.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2016. Profil Kesehatan. Bandung: Dinkes Jabar.

Direktorat Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat. 2016. Promosi Kesehatan.

Keputusan Menteri Kesehatan RI. (2007). Pedoman Promosi Kesehatan. Jakarta : Menkes RI.

LKPJ Penyelenggaraan Promosi Kesehatan dan Gerakan Hidup Bersih dan Sehat.

2021. Seksie Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat. Dinas Kesehatan Kota Bogor.

Notoatmodjo S. 2010. Promosi Keseharan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta.

Jakarta.

Nurmala, dkk (2018). Promosi Kesehatan. Surabaya : Airlangga University Press.

(36)

28 LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Magang

Pembuatan Media Promkes

Pembuatan Media Promkes Menginput Data Sarana Kesehatan di Wilayah Kota

Bogor

Kegiatan Vaksinasi di Puri Begawan

Kegiatan Vaksinasi di Plaza Jambu Dua

Kegiatan Vaksinasi di Gedung DPRD Kota Bogor

Dokumentasi Bersama Staff Seksie Promkes

Kegiatan Senam Pagi Kegiatan Apel Pagi

(37)

29 Lampiran 2. Absensi

FORMULIR ABSENSI HARIAN MAGANG

Instansi/Unit/Bagian : Dinas Kesehatan Kota Bogor Nama Pembimbing Lapangan : Ika Lastyaningrum, S.K.M M.KM Tanggal Mulai Magang : 3 Januari 2022

Tanggal Selesai Magang : 3 Februari 2022

No. Nama Peserta

Magang NPM Januari

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

1. Siti Aprianti 184101071 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ S √ √ √ √ √ √

Paraf PJ di Instansi

No. Nama Peserta

Magang NPM Februari

1 2 3 1. Siti Aprianti 184101071 √ √ √

Paraf PJ di Instansi

(38)

30

FORMULIR KEGIATAN HARIAN MAGANG

Instansi : Dinas Kesehatan Kota Bogor Nama Mahasiswa : Siti Aprianti

NPM : 184101071

No. Hari/Tanggal Uraian Kegiatan (What, When, Where, How)

Paraf Pembimbing

Lapangan

1. Senin, 3/1/2022

Bertemu dengan staf PSDMK untuk diantarkan ke ruangan seksie

promkes, lalu bertemu dengan kepala seksie bidang promkes, yang dilanjutkan dengan pengenalan kepada staf seksie promkes, dan mencari bahan untuk pembuatan poster indikator PHBS di 5 tatanan (Tatanan Rumah Tangga).

2. Selasa, 4/1/2022

Mengikuti kegiatan apel pagi, dan membuat poster indikator PHBS di tatanan Rumah Tangga dan Tatanan Sekolah.

3. Rabu, 5/1/2022

Melanjutkan pembuatan poster indikator PHBS di 5 tatanan (Tatananan Tempat Kerja).

4. Kamis, 6/1/2022

Melanjutkan pembuatan poster indikator PHBS di 5 tatanan (Tatanan Tempat Umum).

5. Jumat, 7/1/2022

Melanjutkan pembuatan poster indikator PHBS di 5 tatanan (Tatanan di Instansi Yankes).

6. Sabtu,

8/1/2022 Hari Libur

(39)

31 7. Minggu,

9/1/2022 Hari Libur

8. Senin, 10/1/2022

Merevisi hasil pembuatan poster indikator PHBS di 5 tatanan (Tatanan Instansi Yankes dan Tatanan Tempat Kerja).

9. Selasa, 11/1/2022

Melanjutkan perevisian dari

pembuatan poster indikator PHBS di 5 tatanan (Tatanan Instansi Yankes dan Tatanan Tempat Kerja).

10. Rabu, 12/1/2022

Menginput data sarana kesehatan di wilayah Kota Bogor dan mencari bahan untuk pembuatan 2 poster posyandu.

11. Kamis, 13/1/2022

Melanjutkan pembuatan 2 poster posyandu yang diperlukan untuk beberapa posyandu yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Bogor.

12. Jumat, 14/1/2022

Membantu pelaksanaan program vaksinasi di Plaza Jambu Dua

13. Sabtu,

15/1/2022 Hari Libur

14. Minggu,

16/1/2022 Hari Libur

15. Senin, 17/1/2022

Membantu pelaksanaan program vaksinasi di Puri Begawan

16. Selasa, 18/1/2022

Membuat media promkes berbentuk infografis mengenai OMICRON untuk kebutuhan apel pagi polresta.

17. Rabu, 19/1/2022

Membantu pelaksanaan program vaksinasi di Gedung DPRD Kota Bogor.

(40)

32 18.

20/1/2022 berbentuk infografis tentang OMICRON

19. Jumat,

21/1/2022 Tidak masuk karena sakit

20. Sabtu,

22/1/2022 Hari Libur

21. Minggu,

23/1/2022 Hari Libur

22. Senin, 24/1/2022

Mengikuti kegiatan apel pagi,

membaca-baca media cetak promkes seperti poster dan leaflet yang ada di Dinas Kesehatan Kota Bogor.

23. Selasa, 25/1/2022

Membuat media promkes berbentuk poster mengenai OMICRON yang diperuntukan untuk anak sekolah.

24. Rabu, 26/1/2022

Membuat media promkes berbentuk poster mengenai efek bahaya

kesehatan karena merokok yang diperuntukan untuk rumah tangga yang masih memiliki cakupan rendah di indikator tidak merokok .

25. Kamis, 27/1/2022

Membuat media promkes berbentuk poster mengenai CTPS yang

diperuntukan untuk sekolah.

26. Jumat, 28/1/2022

Mengikuti senam pagi, mencari bahan brosur mengenai ASI eksklusif.

27. Sabtu,

29/1/2022 Hari Libur

(41)

33 28. Minggu,

30/1/2022 Hari Libur

29. Senin, 31/1/2022

Membuat brosur ASI eksklusif dan membaca-baca media promkes yang ada di seksie promosi dan

pemberdayaan masyarakat Dinas Kesehatan Kota Bogor

30. Selasa, 1/2/2022

Tahun Baru Imlek Hari Libur

31. Rabu, 2/2/2022

Merevisi Poster OMICRON, merevisi brosur ASI eksklusif, membantu merapihkan berkas- berkas, dan berbagi pengalaman bersama staf seksie promosi dan pemberdayaan masyarakat mengenai aplikasi pembuatan media promkes.

32. Kamis, 3/2/2022

Berbagi pengalaman bersama staf seksie promosi dan pemberdayaan masyarakat mengenai aplikasi pembuatan media promkes.

Tasikmalaya, 3 Februari 2022 Pembimbing Instansi

Ika Lastyaningrum, S.K.M M.KM NIP. 197803282000032002

(42)

34

FORMULIR PENILAIAN MAGANG

Instansi/Unit/Bagian : Dinas Kesehatan Kota Bogor Pembimbing Lapangan : Ika Lastyaningrum, S.K.M M.KM

No. Nama Peserta

Magang NPM

Nilai

Total Nilai Keaktifan Sopan Santun Kemampuan

(Skill) Kehadiran

1. Siti Aprianti 184101071 90 95 95 100 95

Ket.

Nilai Angka Nilai Huruf Bobot

80 – 100 A 4,00

65 – 79 B 3,00

55 – 64 C 2,00

Tasikmalaya, 3 Februari 2022 Pembimbing Lapangan,

Ika Lastyaningrum, S.K.M M.KM NIP. 197803282000032002

(43)

35

Lampiran 5. Hasil Pembuatan Media Promkes selama Magang

(44)

36

(45)

37

(46)

38

(47)

39

(48)

40

(49)

41

(50)

42

(51)

43

(52)

44

(53)

45

Referensi

Dokumen terkait

wild type. Median konsentrasi maksimum rifampisin dalam plasma homozygot dan heterozygot keduanya < 8µg/ml. Perbedaankonsentrasi rifampisin dalam plasma pada pasien

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Pri Iswati Utami, M.Si., Apt dan Ibu Wiranti Sri Rahayu, M.Si., Apt yang telah berkenan membimbing dan

Menurut pengalaman anda apakah katekis menggunakan metode yang menarik dalam pelaksanaan pembinaan iman

Survei larva merupakan kegiatan pemeriksaan tempat penampungan air yang menjadi tempat perkembangbiakan larva Aedes untuk mengetahui ada tidaknya larva. Pemeriksaan

Bahan penyekat atau sering disebut dengan istilah isolasi adalah suatu bahan yang digunakan dengan tujuan agar dapat memisahkan bagian – bagian yang bertegangan atau

Tujuan penelitian ini untuk melihat adanya perbedaan kinerja saham LQ-45 sebelum dan sesudah peristiwa PILKADA DKI Jakarta pada putaran II tahun 2017melalui

Membaca akta pernyataan permohonan banding yang dibuat oleh Panitera Pengadilaan Negeri Bogor yang menyatakan bahwa pada hari Rabu tanggal 11 Februari 2015 Tergugat

Restoran atau Rumah Makan merupakan salah satu usaha di bidang jasa, dimana bisnis ini kini membanjiri pasar, baik dalam jumlah maupun jenis makanan dan minuman serta