• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat Sosial Ekonomi pada Normalisasi Waduk Ria Rio

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.2 Manfaat Sosial Ekonomi pada Normalisasi Waduk Ria Rio

Normalisasi Waduk Ria Rio dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memperbaiki kualitas lingkungan di Kelurahan Kayu Putih. Beberapa manfaat dari sisi sosial ekonomi normalisasi Waduk Ria Rio yang telah dirasakan oleh responden dapat dilihat pada Tabel 21. Berdasarkan Tabel 21 terlihat bahwa dari 90 orang responden sebanyak 54 orang atau sebesar 60% menyatakan telah merasakan manfaat sosial ekonomi dari normalisasi Waduk Ria Rio, sedangkan sisanya sebanyak 36 orang atau sebesar 40% menyatakan belum secara signifikan merasakan manfaatnya. Manfaat sosial ekonomi yang telah dirasakan oleh responden diantaranya adalah sebesar 33,33% atau sebanyak 30 orang responden menyatakan taman yang sedang dibangun dapat dijadikan tempat rekreasi keluarga. Penghijauan yang ada di taman membuat kualitas udara menjadi lebih baik, sehingga dapat menyegarkan pikiran dan menghilangkan kepenatan dari rutinitas sehari-hari. Sebanyak 20 orang merupakan responden yang tempat tinggalnya berada pada jarak 200 meter dari lokasi normalisasi, dan sebanyak 10 orang merupakan responden yang tempat tinggalnya berada pada jarak 300 meter dari lokasi normalisasi. Manfaat yang dirasakan umumnya oleh responden yang tempat tinggalnya dekat dengan lokasi normalisasi, karena akses untuk mengunjungi lokasi taman sangat dekat dan mudah. Responden yang jarak tempat tinggalnya 400 meter dari lokasi normalisasi lebih memilih untuk rekreasi ke tempat yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya, karena akses untuk menuju ke lokasi taman cukup jauh dan memerlukan biaya perjalanan.

Sebesar 14,44% atau sebanyak 13 orang responden menyatakan taman menjadi sarana olahraga bagi masyarakat seperti aerobik dan jogging. Masyarakat dapat melakukan olahraga untuk menjaga kesehatan sehingga dapat terus beraktivitas dengan lancar. Hal tersebut akan meningkatkan produktivitas masyarakat. Sebanyak sembilan orang merupakan responden yang tempat tinggalnya berada pada jarak 200 meter dari lokasi normalisasi, dan sebanyak empat orang merupakan responden yang tempat tinggalnya berada pada jarak 300 meter dari lokasi normalisasi. Responden yang memanfaatkan taman sebagai sarana olahraga umumnya merupakan responden yang tempat tinggalnya dekat dengan lokasi taman, sedangkan responden yang tempat tinggalnya jauh dari

41 lokasi taman lebih memilih untuk berolahraga di sekitar lingkungan tempat tinggal saja.

Sebesar 3,33% atau sebanyak tiga orang responden menyatakan taman dijadikan tempat bermain anak-anak pada sore hari. Taman yang dipenuhi dengan berbagai macam tumbuhan dapat menjadi sarana pendidikan bagi anak-anak untuk belajar mengenai tumbuh-tumbuhan. Hal tersebut juga dapat menstimulasi kreativitas anak-anak dan meningkatkan tumbuh kembang anak dengan baik. Sebanyak satu orang merupakan responden yang tempat tinggalnya berada pada jarak 200 meter dari lokasi normalisasi, dan sebanyak dua orang merupakan responden yang tempat tinggalnya berada pada jarak 300 meter dari lokasi normalisasi. Responden yang memanfaatkan taman sebagai sarana bermain untuk anak pada sore hari umumnya merupakan responden yang tempat tinggalnya dekat dengan lokasi taman, sedangkan responden yang tempat tinggalnya jauh dari lokasi taman lebih memilih lokasi bermain untuk anak yang dekat dengan lingkungan tempat tinggal karena mudah terjangkau pengawasan orang tua. Sebesar 2,22% atau sebanyak dua orang responden menyatakan daerah sekitar taman dan waduk menjadi strategis untuk berjualan karena telah ramai pengunjung. Sebanyak satu orang merupakan responden yang tempat tinggalnya berada pada jarak 300 meter dari lokasi normalisasi, dan sebanyak satu orang merupakan responden yang tempat tinggalnya berada pada jarak 400 meter dari lokasi normalisasi. Taman yang semakin ramai dengan pengunjung dan belum adanya pertokoan di sekitar taman membuat warga mengambil kesempatan ini untuk berjualan di area sekitar taman. Hal ini memberikan manfaat kepada masyarakat karena dapat meningkatkan pendapatan mereka. Namun perlu adanya penataan bagi para pedagang yang berjualan di area sekitar taman agar tidak mengganggu aktivitas di jalan dan mengurangi estetika dari taman.

Sebesar 4,44% atau sebanyak empat orang responden menyatakan karena waduk telah dibersihkan dan bebas dari sampah dan eceng gondok maka dapat dimanfaatkan untuk hiburan warga dengan memancing. Setelah menjalankan rutinitas sehari-hari, untuk menghilangkan kepenatan masyarakat dapat memancing di waduk. Hal tersebut dapat membuat masyarakat kembali bersemangat untuk menjalankan rutinitasnya pada esok hari, sehingga

42

produktivitas meningkat. Sebanyak dua orang merupakan responden yang tempat tinggalnya berada pada jarak 300 meter dari lokasi normalisasi, dan sebanyak dua orang merupakan responden yang tempat tinggalnya berada pada jarak 400 meter dari lokasi normalisasi.

Tabel 21 Manfaat sosial ekonomi pada normalisasi Waduk Ria Rio

No. Manfaat sosial ekonomi

Jumlah responden (orang) Jumlah Persentase 200 meter 300 meter 400 meter (orang) (%)

1 Taman menjadi tempat 20 10 - 30 33,33

rekreasi keluarga

2 Taman menjadi sarana 9 4 - 13 14,44

olahraga seperti aerobik dan jogging bagi masyarakat

3 Taman menjadi tempat 1 2 - 3 3,33

bermain anak pada sore hari

4 Strategis untuk berjualan - 1 1 2 2,22

karena ramai pengunjung

5 Masyarakat dapat hiburan - 2 2 4 4,44

dengan memancing di waduk

6 Memperoleh pekerjaan - 2 - 2 2,22

sebagai petugas kebersihan dan keamanan

7 Belum secara signifikan - 9 27 36 40

merasakan manfaatnya

Total 90 100

Sebesar 2,22% atau sebanyak dua orang responden yang jarak tempat tinggalnya 200 meter dari lokasi normalisasi menyatakan dengan dibangunnya taman menciptakan lapangan pekerjaan bagi mereka diantaranya sebagai petugas kebersihan dan keamanan. Tenaga kerja untuk petugas kebersihan dan penjaga keamanan taman diserap dari masyarakat sekitar untuk mengurangi masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan. Hal ini memberikan manfaat kepada masyarakat karena akan meningkatkan pendapatan mereka.

43 6.3 WTP Masyarakat Terhadap Upaya Pelestarian RTH di Sekitar Waduk

Ria Rio

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 90 orang responden, sebanyak 64 orang responden atau sebesar 67,78% menyatakan bersedia membayar, sedangkan sisanya 29 orang responden atau sebesar 32,22% menyatakan tidak bersedia membayar terhadap upaya pelestarian RTH di sekitar Waduk Ria Rio. Responden untuk menganalisis kesediaan membayar sebanyak 90 orang responden, dan dari 90 orang responden hanya 61 orang yang bersedia membayar untuk pelestarian RTH di sekitar Waduk Ria Rio. Oleh karena itu hasil WTP ini adalah data dari masyarakat yang bersedia untuk membayar terhadap upaya pelestarian RTH. Tabel 22 Kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya pelestarian RTH

Kesediaan membayar Jumlah Persentase (%)

Ya 61 67,78

Tidak 29 32,22

Total 90 100

Analisis nilai WTP responden terhadap upaya pelestarian RTH di sekitar Waduk Ria Rio dalam penelitian ini menggunakan metode Contingent Valuation Method (CVM). Hasil pelaksanaan langkah metode CVM adalah sebagai berikut: 1. Membangun pasar hipotetik

Responden diberikan informasi mengenai keberadaan RTH yang memiliki fungsi sebagai sarana rekreasi, sarana olahraga, memberikan kesejukan, menjalin komunikasi antar warga, menambah penyerapan air, serta membantu menjaga kelestarian lingkungan sehingga responden memiliki gambaran mengenai pasar hipotetik yang dimaksud dan responden dapat menentukan sejumlah uang yang bersedia dibayarkan untuk pelestarian RTH.

2. Memperoleh nilai penawaran WTP

Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara secara langsung terhadap 90 orang responden menggunakan alat bantu kuesioner. Nilai WTP responden diperoleh dengan menggunakan metode payment card, sehingga responden dapat langsung menentukan besarnya nilai yang bersedia dibayarkan dengan memilih

44

nilai yang telah disediakan. Starting point yang digunakan adalah Rp 30.000,00. Nilai tersebut didapatkan dari hasil rata-rata WTP responden pada saat pra-survey. 3. Menghitung dugaan nilai rataan WTP

Dugaan nilai rataan WTP responden dihitung berdasarkan distribusi data WTP responden. Hasil dugaan nilai rataan WTP dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23 Dugaan nilai rataan WTP responden terhadap upaya pelestarian RTH

WTP (Rp/bulan) Responden Mean WTP (Rp)

Jumlah (orang) Persentase (%)

30.000 39 63,93 19.180,33

45.000 2 3,28 1.475,41

50.000 1 1,64 819,67

75.000 19 31,15 23.360,66

Total 61 100,00 44.836,07

4. Menduga kurva penawaran WTP

Setelah mendapatkan nilai rataan WTP, selanjutnya dibentuk kurva penawaran WTP pelestarian RTH. Kurva penawaran WTP responden dibentuk berdasarkan nilai WTP responden terhadap upaya pelestarian RTH. Kurva ini menggambarkan hubungan antara tingkat WTP yang dibayarkan dengan jumlah responden yang bersedia membayar pada tingkat tersebut. Kurva permintaan WTP memiliki slope negatif yang berarti semakin tinggi nilai WTP yang ditawarkan, maka semakin sedikit jumlah orang yang bersedia membayar. Kurva penawaran WTP dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Kurva penawaran WTP pelestarian RTH

0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 0 10 20 30 40 50 60 70 WT P (R p /o ran g )

Jumlah responden (orang)

WTP Linear (WTP)

45 5. Menentukan total WTP

Nilai total WTP terhadap upaya pelestarian RTH diperoleh dengan mengalikan nilai rata-rata WTP responden dengan jumlah penduduk Kelurahan Kayu Putih yaitu sejumlah 5.034 orang, sehingga diperoleh total WTP sebesar Rp225.704.424. Nilai total WTP responden diduga sebesar Rp2.845.000. Total WTP responden terhadap upaya pelestarian RTH dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Total WTP responden terhadap upaya pelestarian RTH

WTP (Rp/bulan) Responden Total WTP (Rp)

Jumlah (orang) Persentase (%)

30.000 39 63,93 1.170.000 45.000 2 3,28 90.000 50.000 1 1,64 50.000 75.000 19 31,15 1.425.000 Total 61 100 2.735.000 5. Mengevaluasi pelaksaan CVM

Pelaksanaan model CVM dievaluasi dengan melihat nilai R² yang dihasilkan dari model Ordinary Least Square (OLS) WTP. Hasil analisis regresi berganda yang dilakukan pada penelitian ini cukup baik karena nilai R² yang diperoleh adalah sebesar 84,40%. Mitchell dan Carson dalam Hanley dan Spash (1993) menyatakan penelitian yang berkaitan dengan benda-benda lingkungan dapat mentolerir nilai R² hingga 15%, dengan demikian pelaksanaan CVM dalam penelitian ini dapat diyakini kebenaran dan keandalannya.

Normalisasi Waduk Ria Rio memberikan manfaat sosial ekonomi kepada masyarakat yang tempat tinggalnya berada di sekitar lokasi Waduk Ria Rio. Manfaat yang dirasakan tersebut membuat persepsi masyarakat terhadap pembangunan RTH di sekitar Waduk Ria Rio baik. Manfaat sosial ekonomi yang dirasakan masyarakat menimbulkan rasa peduli terhadap upaya pelestarian RTH di sekitar Waduk Ria Rio. Hal tersebut ditunjukkan dengan kebersediaan membayar (WTP) responden terhadap upaya pelestarian RTH di sekitar Waduk Ria Rio. Hasil WTP yang didapatkan tersebut dapat digunakan sebagai gambaran kebijakan pemerintah untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam berbasis

46

masyarakat, sehingga tercipta RTH yang lestari dan meningkatkan kualitas lingkungan tempat tinggal masyarakat.

6.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP Masyarakat