• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT DALAM PEMBIMBINGAN BAPAS (Balai Pemasyarakatan) KELAS I MEDAN

B. Syarat Pemberian Pembebasan Bersyarat

3. Manfaat terhadap Klien/Narapidana

Pembebasan bersayarat dilahirkan untuk membantu narapidana menjalani setiap proses pembinaan dan pembimbingan dengan lebih cepat. Hal ini sejalan dengan gagasan Suhardjo yang kemudian dirumuskan dalam konfrensi Dinas Kepenjaraan di Lembang Bandung, yang lebih dikenal dengan “sepuluh prinsip pemasyarakatan”, yang salah satu point yang paling berkaitan adalah “ tiap Orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia meskipun ia telah tersesat. Tidak boleh ditunjukkan kepada narapidana bahwa ia itu penjahat”.34

Pada dasarnya pembebasan bersyarat bukanlah suatu kebijakan yang sederhana ketika dikatankan membina seorang narapidana yang berada di dalam masyarakat atau diluar LAPAS. Hal ini akan semakin rumit karena klien/ narapidana akan sulit untuk diketahui pergerakannya. Tetapi ketika menerima izin pembebasan bersyarat seorang narapidana telah menerima syarat-syarat yang harus dipatuhi, sehingga akan sedikit mempermudah pembimbing masyarakat. Oleh karena itu ketika dibicarakan mengenai manfaat pembebasan bersyarat terhadap seorang klien/narapidana akan didapat ketika narapidana mengikuti apa yang menjadi prosedur atau syarat-syarat yang diterima klien pemasyarakatan sebelumnya, seperti yang

Sejalan dengan pemahaman tersebut, setiap narapidana dengan kebijakan pembebasan bersyarat diharapkana dapat menjadi pribadi yang mendalami perbuatannya dan menyesalinya, dan ketika akan dikembalikan ke dalam masyarakat diharapkan dapat dengan mudah untuk di bina dan dibimbing demi kelancaran masa percobaannya.

34

dimaksud dalam pasal 1 angka (4) Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 21 Tahun 2013, bahwa pembebasan bersyarat merupakan suatu program pembinaan untuk mengintegrasikan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan kedalam kehidupan masyarakat setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

G. Pemberian Pembebasan bersyarat dalam kewenangan BAPAS Kelas I

Medan.

Pembebasan bersyarat merupakan salah satu kebijakan dari pemerintah dalam mewujudkan semangat reformasi sistem pemasyarakatan. Pembebasan bersyarat diupayakan untuk dapat mempersiapkan setiap klien untuk dapat bergabung dan kembali ke dalam masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pegawai BAPAS Kelas I Medan, pemberian pembebasan bersyarat sejak dari tahap pengamatan di LAPAS sampai pada selesainya masa percobaan tidak semua berjalan dengan lancar. Kesalahan sangat mungkin terjadi, mulai dari ketidak sengajaan dari pihak klien, hingga pada kelalaian dari pihak penjamin klien.35

Balai Pemasyarakatan Kelas I Medan dalam usaha pemenuhan penerbitan surat keputusan izin bebas bersyarat, dapat dikatan sangat serius dan total. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Ibu Peristiwa Sembiring S.H bahwa pelaksanaan pembimbingan terhadap klien tersebut tidak boleh hanya sebatas

35

Hasil wawancara dengan Ibu Peristiwa Sembiring S.H., pada tanggal 7 April 2015 di Gedung BAPAS Kelas I Medan.

wajib lapor, harus dilakukan kegiatan pembimbingan lain sebagaimana yang diatur dalam teknis pelaksanaan pembimbingan. 36

1. Unsur-unsur Pembimbingan

Untuk menjelaskan pemberian pembebasan bersyarat di dalam kewenangan BAPAS Kelas I Medan, akan diuraikan dalam hal-hal berikut :

a. Pembimbing Kemasyarakatan (P.K) BAPAS

Istilah Pembimbing kemasyarakatan dapat ditemukan dalam beberapa peraturan perundang-undangan, salah satunya pengertian pembimbing kemasyarakatan disebutkan dalam Undang-undang No.3 Tahun 1997 tentang pengadilan anak, bahwa pembimbing kemasyarakatan adalah petugas pemasyarakatan pada balai pemasyarakatan yang melaksanakan bimbingan warga binaan pemasyarakatan. Namun demikan perlu pula diketahui bahwa denga sahnya Undang-undang No.11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak (SPPA) pada tanggal 30 Juli 2014 maka Undang-undang No.3 Tahun 1997 akan digantikan dan dinyatakan tidak berlaku. Dengan demikian pengertian P.K telah mengalami perubahan menjadi Pejabat fungsional penegak hukum yang melaksanakan penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan terhadap anak di dalam dan di luar proses peradilan pidana (Pasal 1 angka 13 UU No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak)

Pembimbing kemasyarakatan dalam melaksanakan wewenangnya harus memiliki fungsi yang jelas. Hal ini dapat mendorong mencapai titik maksimal dalam kinerjanya, karena pembimbing kemasyarakatan memiliki

36

program yang harus dijalankan sebagaimana yang dihasilkan dalam sidang TPP. Fungsi pembimbing kemasyarakatan yang dimaksud adalah sebagai berikut : 37

a. Berusaha menyadarkan klien untuk tidak melakukan kembali pelanggaran hukum/tindak pidana;

b. Menasehati klien untuk selalu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang positif/baik;

c. Menghubungi dan melakukan kerjasama dengan pihak ketiga / pihak tertentu dalam rangka menyalurkan bakat dan minat klien sebagai tenaga kerja, untuk kesejahteraan masa depan dari klien tersebut.

Secara rinci fungsi pembimbing kemasyarakatan dapat disebutkan sebagai berikut :38

a. Melaksanakan pelayanan penelitian kemasyarakatan tahanan (untuk menentukan pelayanan dan perawatan) dan narapidana (menentukan program pembinaan) yang menghasilkan laporan hasil penelitian kemasyarakatan yang digunakan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan persidangan dalam perkara anak. Dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 disebutkan bahwa laporan hasil penelitian kemasyarakatan dapat dilakukan untuk kepentingan diversi. b. Melakukan registrasi klien pemasyarakatan.

37

MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN. Modul I BAB III, tentang tugas dan fungsi pembimbing kemasyarakatan. Hlm.16-17.

38

c. Melakukan pengawasan, bimbingan, dan pendampingan bagi klien pemasyarakatan / anak yang berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi pidana atau dikenai tindakan.

d. Mengikuti sidang anak di pengadilan negeri dan sidang tim pengamat pemasyarakatan (TPP).

e. Melaksanakan pencegahan terhadap timbul dan berkembangnya masalah-masalah yang mungkin akan terjadi kembali.

f. Melaksanakan pengembangan kemampuan individu, kelompok dan martabat dalam meningkatkan taraf klien dan mendayagunakan potensi dan sumber-sumber.

g. Memberikan dukungan terhadap profesi dan sektor-sektor lain guna peningkatan kualitas pelayanan terhadap klien pemasyarakatan.

h. Membantu klien memperkuat motivasi; posisi klien sebagai narapidana memerlukan sesorang yang dapat membangkitkan semangat klien agar tetap memliki motivasi kuat dalam menjalani kehidupan.

i. Memberikan kesempatan pada klien menyalurkan perasaannya; klien membutuhkan seorang teman sebagai tempat menyalurkan perasaan, hal tersebut akan meringankan beban yang dirasakan klien.

j. Memberi informasi kepada klien; dalam menjalani masa pidananya klien sangat membutuhkan informasi-informasi dari luar yang mungkin sangat jarang dia dapatkan, peran pembimbing kemasyarakatan diharapkan dapat menjadi sumber media bagi klien.

k. Membantu klien membuat keputusan-keputusan; posisi klien membutuhkan seorang yang dapat membantu ketika klien akan mengambil suatu keputusan.

l. Membantu klien merumuskan situasi; seorang narapidana membutuhkan seorang yang mampu menjelasakan situasi dirinya secara utuh.

m. Membantu klien untuk memodifikasi/ merubah lingkungan keluarga dan lingkungan terdekat.

n. Membantu klien mengorganisasikan pola perilaku. o. Memfasilitasi upaya rujukan.

b. Klien Pemasyarakatan

Pengertian dari klien pemasyarakatan telah diuraikan dalam pembahasan di dalam BAB I, oleh karena itu substansi yang dibahas disini merupakan pembahasan yang memiliki hubungan dengan sebelumnya. Seiring dengan berlakunya undang-undang yang memiliki kaitan dengan proses pembimbingan dan pengawasan di luar lapas, maka banyak juga hal-hal yang dijadikan landasan dalam pembentukan undang-undang atau peraturan tersebut. Seperti halnya di dalam Undang No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, mengartikan klien sebagai pihak yang dibimbing di luar lapas, atau dalam pengertian secara umum, berbeda dengan apa yang disajikan dalam Undang-undang No.11 tahun 2012 tentang SPPA yang membuat pengertian klien adalah anak yang berhadapan dengan hukum.

Perbedaan itu bukanlah sebagai hal yang harus dipermasalahkan, tetapi sebaliknya. Hal ini merupakan salah satu cara untuk memaksimalkan

pembimbingan pihak-pihak yang berhadapan hukum. Jika diperhatikan hak dan kewajiban klien pemasyarakatan tetaplah sama, yakni mengacu kepada hak dan kewajiban warga binaan pemasyarakatan sebagai berikut39

a. Mematuhi semua peraturan dan ketentuan yang berlaku dalam proses pembimbingan.

: Kewajiban-kewajiban klien adalah sebagai berikut :

b. Wajib mengikuti semua program pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan.

Hak-hak klien adalah sebagai berikut : a. Perlakuan non-diskriminasi

b. Perlindungan HAM

c. Tidak dianiaya, disiksa, atau dihukum secara tidak manusiawi d. Tidak dirampas kemerdekaannya secara melawan hukum. e. Diperlakukan secara manusiawi dalam proses peradilan pidana. f. Hak atas bantuan hukum, untuk membela diri dan memperoleh

keadilan yang bebas dan tak memihak.

g. Proporsionalitas perlakuan terhadap klien dengan perbuatannya. h. Mendapatkan pembinaan diluar lembaga (non-institutional

treatment)

c. Keluarga Klien

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, keluarga didefinisikan sebagai satuan kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat. Defenisi ini lebih

39

MODUL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN. Modul III Bab II, tentang Unsur-unsur Pembimbingan. Hlm. 107.

detail tentang keluarga dalam UU No. 10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, yang mendefenisikan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayahnya dan anaknya, atau ibu dan anaknya.40

d. Penjamin

Keluarga, dalam hal ini keluarga klien merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembimbingan. Dalam konteks pembimbingan, setidaknya terdapat 2 (dua) fungsi dari keluarga. Pertama, keluarga dapat berperan sebagai penjamin, seperti yang diatur dalam pasal 36 PP No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP. Kedua, keluarga dapat berperan dalam keberhasilan proses pembimbingan. Pembimbingan merupakan suatu kegiatan pemberian tuntunan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap, perilau, profesionalitas, kesehatan jasmani dan rohani klien pemasyarakatan. Dalam hal ini peran keluarga sangat diperlukan guna menunjang proses pembimbingan tersebut. keluarga dapat menjadi agen pengawasan atau agen kontrol terhadap perilaku anggota keluargan-nya yang menjadi klien pemasyarakatan agar tidak melakukan pengulangan atas perbuatan menlanggar hukum yang pernah dilakukannya.

Jaminan dapat berupa orang, jaminan orang inilah yang disebut Jaminan (Pasal 36 PP No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP) Penjamin adalah pihak yang akan sanggup bertanggungjawab untuk menjamin warga

40

binaan pemasyarakatan yang akan diajukan pembebasan bersyarat, penjamin dapat berasal dari perorangan maupun dari lembaga / organisasi.41

a. Penjamin perorangan

Penjamin perorangan berasal dari keluarga atau kerabat warga binaan, namun apabila warga binaan tidak memiliki kerabat dan keluarga, penjamin dapat berasal dari pihak lain yang ditunjuk oleh warga binaan seperti pengacara klien, pemerintah setempat (Kepala desa, RT, RW, Camat), maupun pihak lainnya. Penjamin dari pihak keluarga contohnya orang tua (ayah atau ibu kandung), istri / suami, kakak atau adik, dan seterusnya sesuai hubungan kekerabatan baik secara vertical maupun horizontal, juga hubungan kekeluargaan yang terjadi akibat pernikahan contohnya adik ipar.

b. Penjamin dari Organisasi / Lembaga

Penjamin dari organisasi / lembaga diperbolehkan sama seperti penjamin dari pihak keluarga, yakni hanya apabila warga binaan tidak memiliki keluarga atau kerabat, namun khusus untuk penjamin bagi warga binaan yang diusulkan untuk program Asimilasi luar lembaga, penjamin harus berasal dari 2 (dua) pihak yakni penjamin dari keluarga klien serta penjamin dari pihak ke tiga tempat warga binaan akan melaksanakan program asimilasi.

Penjamin berkewajiban membuat pernyataan dan mematuhi seluruh pernyataan jaminan yang dibuat pada saat pengusulan pembinaan di luar lembaga bagi warga binaan, diantaranya : Bertanggung jawab atas

41

MODUL PEMBIMBINGAN KEMASYARAKATAN. Modul III Bab II, tentang Unsur-unsur Pembimbingan. Hlm. 108.

program pengawasan dan pembimbingan klien, membantu klien untuk melapor, dan membantu klien dalam melakukan kegiatan lainya.

e. Masyarakat

Masyarakat menjadi unsur penting dalam pembimbingan, masyarakat yang maksud adalah masyarakat yang berada dilingkungan sekitar tempat klien menjalani pembinaan luar lembaga. Salah satu indikator keberhasilan program pembimbingan klien adalah bahwa masyarakat telah dapat menerima klien, dan ikut berperan serta dalam mengawasi serta mebimbing klien agar tidak melakukan perbuatan yang melanggar hukum lagi.

f. Pemerintah Setempat

Pembimbingan klien tidak akan luput dari peran serta pemerintah setempat, dalam hal ini khususnya tingkatan terdekat dengan tempat tinggal klien seperti RT, RW, dan Kepala Desa. Peran serta pemerintah setempat khususnya dalam mengawasi klien mengingat klien telah diintegrasikan ke masyarakat berbeda dengan warga binaan yang berada di lapas/Rutan yang bisa diawasi oleh petugas setiap saat. Pemerintah setempat juga merupakan sumber informasi bagi pembimbing kemasyarakatan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan perilaku klien di masyarakat. Pemerintah setempat pada tingkatan yang lebih tinggi diantarannya adalah dinas-dinas yang memiliki tugas yang dapat membantu klien diantaranya untuk penyaluran kerja dan latihan kerja serta penyediaan dukungan sarana dan prasarana dalam bentuk modal dan fasilitas lainnya, seperti Dinas Tenaga Kerja, BBLKI (Balai Besar Latihan Kerja Industri), Dinas Sosial, Kementrian Agama dan lain sebagainya sebagaimana yang diuraikan dalam

PP No. 21 Tahun 1999 tentang pelaksanaan kerjasama pembimbingan dan pembinaan warga binaan pemasyarakatan.

g. Pihak lainnya

Pihak lainnya juga ikut memilki peran dalam pembimbingan adalah pihak ketiga yang berasal dari swasta, tenaga professional seperti tenaga pendidik, psikologi, pemuka agama, dan pihak lainnya yang masing-masing memilki peran sesuai dengan bidang-bidang.

1. Swasta : Perusahaan, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) berperan dalam menyediakan pelatihan atau penyaluran kerja.

2. Tenaga professional : Tenaga Pendidik, Psikolog, Pemuka Agama, memberikan pelayanan pembimbingan yang dibutuhkan.

3. Tujuan Pembimbingan

Dalam modul pembimbing kemasyarakatan yang dipakai sebagai pedoman dalam melaksanakan program BAPAS Kelas 1 Medan menyatakan bahwa, tujuan pembimbingan yang dilaksanakan oleh Balai Pemasyarakatan antara lain 42

1) WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan) / Klien Pemasyarakatan dapat mengenal / memahami kepribadian dan lingkungan dimana ia berada (di dalam LP / luar LP / Keluarga dan lingkungan masyarakat). Dalam arti memahami kelebihan-kelebihan dan kekurangan / kelemahan diri dan pemahaman terhadap kondisi lingkungan mana yang mampu ia lakukan dan ana yang tidak mungkin ia capai.

:

42

MODUL PEMBIMBINGAN KEMASYARAKATAN. Modul III Bab II, tentang Unsur-unsur Pembimbingan. Hlm. 110.

2) WBP / Klien Pemasyarakatan dapat menerima keadaan dirinya dan lingkungan secara positif dan dinamis.

3) Klien mampu mandiri dalam mengambil keputusan. 4) Pengarahan diri WBP / Klien Pemasyarakatan. 5) Perwujudan diri WBP / Klien Pemasyarakatan.

Dalam arti luas tujuan pembimbingan adalah sebagai berikut : 1) Perubahan tingkah laku

Dalam pelaksanaan pembimbingan yang dilakukan oleh Balai Pemasyarakatan, Balai Pemasyarakatan dapat menjadi agen perubahan bagi klien BAPAS. Pembimbingan yang dilakukan oleh Balai Pemasyarakatan merupakan sebuah stimulus yang mendorong perubahan perilaku bagi klien Bapas, hal ini sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh Ibu Peristiwa Sembiring S.H sebagai pegawai yang memiliki kewajiban sebagai Pembimbing Kemasyarakatan BAPAS Kelas I Medan.43

a) Perbaikan Klien

Perubahan tingkah laku tersebut terwujud dari perbaikan kepribadian klien dan perbaikan hubungan sosial klien baik di dalam keluarga maupun di masyarakat.

Ketaatan klien dalam menjalankan perintah agama

Dengan memperoleh bimbingan kemasyarakatan klien diharapkan mampu meningkatkan ketaatan dalam menjalankan perintah agama sebagi makhluk Tuhan.

Ketaatan klien terhadap ketentuan dan aturan yang berlaku

43

Hasil wawancara dengan Ibu Peristiwa Sembiring S.H Pada tanggal 7 April 2015 di BAPAS Kelas I Medan.

Dengan memperoleh bimbingan kemasyarakatan klien diharapkan dapat menaati ketentuan dan aturan yang berlaku dimasyarakat sehingga tidak mengulangi tindak pidana lagi.

b) Perbaikan Hubungan sosial Klien Hubungan klien dalam keluarga

Dengan memperoleh bimbingan kemasyarakatan klien diharapkan mampu meningkatkan ketaatan dalam menjalankan perintah agama sebagi makhluk Tuhan.

Ketaatan klien terhadap ketentuan dan aturan yang berlaku

Dengan memperoleh bimbingan kemasyarakatan klien diharapkan dapat menaati ketentuan dan aturan yang berlaku dimasyarakat sehingga tidak mengulangi tindak pidana lagi.

c) Perbaikan Hubungan sosial Klien Hubungan klien dalam keluarga

Setelah menjalani program pembimbingan klien diharapkan mampu membangun hubungan yang harmonis di dalam keluarganya, diantaranya dengan menjadi anak yang berbaikti kepada orang tuanya, suami / istri yang yang mampu memenuhi kewajibannya, orang tua yang menjadi teladan untuk anak-anaknya.

 Hubungan klien di masyarakat

Setelah menjalani program pembimbingan klien diharapkan mampu membangun hubungan baik dengan masyarakat, termasuk dengan pihak korban (bila ada), hal ini juga dilakukan Ibu Peristiwa Sembiring S.H, selaku salah satu yang ditunjuk sebagai pembimbing

Kemasyarakatan, beliau melakukan hal tersebut dengan cara perlahan agar tidak terjadi masalah yang akan menjadi hambatan bagi klien untuk beradaptasi di dalam masyarakat.44

2) Masyarakat Produktif

Berperan aktif dalam kegiatan di lingkungan tempat tinggalnya seperti gotong royong, kerja bakti warga lain pada umumnya.

Narapidana sebagai orang-orang yang dinyatakan bersalah merupakan orang-orang yang mengalami kegagalan dalam menjalani hidup bermasyarakat. Mereka gagal memenuhi norma-norma yang ada dalam masyarakatnya, sehingga pada akhirnya gagal menaati aturan-aturan dan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Narapidana sebagai makhluk sosial adalah bagian dari masyarakat juga, bedanya dengan anggota masyarakat lainnya adalah untuk sementara waktu kebebasan bergerak mereka dicabut, walaupun demikian sebagai makhluk sosial yang berinteraksi narapidana mengkehendaki dapat bergaul dengan masyarakat sekitarnya, ingin kehadirannya diterima dan diperhatikan orang lain. Dengan melakukan tindak pidana seseorang dianggap tidak produktif, untuk itu diberikanlah pembimbingan agar mereka menjadi masyarakat yang produktif dan berguna bagi masyarakat. Masyarakat produktif dalam hal ini adalah :

a. Memiliki motivasi untuk meraih harapan dan cita-cita

Dengan menjalani program pembimbingan, klien memilki semangat dan niat ynag kuat untuk melanjutkan hidupnya meraih dan cita-cita

44

sama seperti orang lain pada umumnya yang tidak pernah menjalani hukuma lapas/rutan :

- Klien dapat meneruskan sekolahnya kembali - Klien dapat kembali bekerja

- Klien dapat meningkatkan keterampilannya b. Ikut berperan aktif dalam kegiatan masyarakat

Klien dapat melakukan perannya kembali sebagai warga masyarakat yang dan warga negara Indonesia, ikut serta dalam pembangunan diantaranya klien taat hukum serta taat dalam membayar pajak.

4. Klien yang melakukan Pelanggaran dalam bimbingan BAPAS Kelas I

Medan selama 2013 s/d 2014.

Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Kelas I Medan selama melakukan pembimbingan banyak menemukan pelanggaran yang dilakukan klien. Pelanggaran yang dimaksud tersebut adalah mulai dari pelanggaran kecil yang menurut pembimbing kemasyarakatan masih dapat dimaklumi sehingga hanya dilakukan peringatan saja, seperti terlambat melakukan kewajiban wajib lapor, jarang atau bahkan tidak pernah datang melakukan kegiatan pembimbingan di BAPAS Medan.45

45

Ibid.

Tetapi karena pelanggaran seperti itu tidak masuk dalam catatan registrasi BAPAS Medan, maka yang diambil dan diuraikan adalah setiap pelanggaran berat, seperti mengulangi tindak pidana atau melakukan tindak pidana baru. Pelanggaran ini diuraikan bertujuan untuk dapat mengetahui gambaran atau keadaan yang sesungguhnya dalam proses

pembimbingan terhadap klien yang mendapat program/kesempatan pembebasan bersyarat.

Tabel 4

Jumlah Klien yang melakukan pelanggran selama Tahun 2014

NO BULAN JUMLAH JENIS PELANGGARAN

T.P BARU T.P LAMA 1 JANUARI 4 1 3 2 FEBRUARI - - - 3 MARET 3 2 1 4 APRIL 3 1 2 5 MEI 1 - 1 6 JUNI 1 - 1 7 JULI 2 - 2 8 AGUSTUS - - - 9 SEPTEMBER - - - 10 OKTOBER 3 3 - 11 NOVEMBER 4 - - 12 DESEMBER - - -

Sumber : Data diolah dari data registrasi BAPAS Kelas I Medan Tahun 2014

(terlampir)

Berdasarkan penguraian terhadap jumlah klien yang melakukan pelanggaran terdapat 2 (dua) jenis pelanggaran, yaitu pengulangan tindak pidana sebelumnya dan melakukan tindak pidana baru. Hal inilah yang menjadi salah satu inti permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Dimana jika diperhatikan

tabel 3 jumlah klien yang mendapat program pembebasan bersyarat selama 2014 adalah sekitar 4335 orang/klien. Hal ini dapat diartikan bahwa presentase klien yang melakukan pelanggaran tidaklah begitu besar. Ketika diwawancarai salah satu pembimbing kemasyarakatan BAPAS Medan (Ibu Peristiwa Sembiring S.H) hal ini juga dibenarkan bahwa, klien yang melakukan pelanggaran tersebut sebenarnya sangat banyak jika pengertian pelanggaran tersebut diperluas sampai kepada pelanggaran administrasi, tetapi yang menjadi catatan bagian regitasi adalah pelanggaran yang cukup besar sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya.46

Pelanggaran yang dilakukan oleh klien dapat dikatakan sebagai gambaran bahwa proses pembimbingan terhadap klien sebenarnya harus ditangani lebih serius, tetapi jika diperhatikan jauhnya tempat tinggal klien dari BAPAS Medan merupakan salah satu alasan terhambatnya pembimbingan, sedangkan pembimbing kemasyarakatan yang disebutkan didalam tabel diatas hampir seluruhnya berada di BAPAS Medan. Pelanggaran yang dilakukan oleh klien juga diperparah jika klien memang tidak secara betul memahami kondisi yang sedang dialaminya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya klien yang melakukan tindak pidana yang sama dengan sebelumnya. Berdasarkan hasil kuisioner yang disebarkan pada tanggal 9 April 2015 di BAPAS Medan (Tabel 2) yang disebarkan kepada beberapa klien, tidak sedikit yang menyatakan bahwa respon masyarakat atas kembalinya mereka adalah kurang baik. Sebagaimana yang diterang pada pembahasan peran masyarakat dalam pembebasan bersyarat sebelumnya adalah penting, oleh karena itu hal ini juga merupakan suatu alasan

46

Hasil wawancara dengan Ibu Peristiwa Sembiring S.H Pada tanggal 7 April 2015 di BAPAS Kelas I Medan.

yang dapat membuat klien melakukan kejahatan lagi karena merasa diasingkan oleh masyarakat.

BAB III

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES

Dokumen terkait