• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mangalehen Gorar (Manabalkan gelar adat)

Dalam dokumen ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI KOTA MEDAN (Halaman 68-74)

UPACARA ADAT PERKAWINAN MANDAILING

3.3 Mata Ni Horja

3.3.2 Mangalehen Gorar (Manabalkan gelar adat)

Ketika kedua pengantin sudah siap melaksanakan upacara adat di tapian raya bangunan, maka dilanjutkan dengan acara adat mangalehen goar. Mangalehen gorar adalah menabalkan gelar adat kepada bayo pangoli yang dilaksanakan sekitar pukul 15:30 yang melalui markobar. Para raja-raja dan semuanya yang hadir

62

didalam markobar merundingkan untuk menentukan gelar yang berikan kepada pengantin laki-laki. Setelah gelar sudah didapatkan untuk diberikan kepada bayo pangoli, maka bayo pangoli di panggil untuk segera datang ke pantar bolak paradaton.

Bayo pangoli langsung duduk ditikar adat yang sudah disiapkan ditengah- tangah markobar kemudian burangir dan salipi yang berisikan beras, jahe, garam dan rumpit yang dilapisi oleh ujung daun pisang yang ujungnya dih adapkan ke bayo pangoli dan pangkal ke raja panusunan serta keris yang dilintangkan ke depan. Sebelum gelar diberikan raja panusunan memberikan arahan kepada bayo pangoli bagaimana menjalankan hidup berumah tangga maka salipi yang berisikan beras yang artinya untuk kebutuhan pokok dalam kehidupan berumah tangga, jahe yang dicampurkan dengan garam apa bila dimakan akan terasa asin dan pedas begitulah hidup berumah tangga namun lama kelamaan makan jahe dan garam akan terasa manis itulah hidup berumah tangga setelah pedas dan hasin baru manis kemudian rumpit yang bertanda apa bila kalau ada masalah didalam rumah tangga jangan di sebar luaskan kepada orang namun harus di musyawarahkan serta yang terakhir adalah keris yaitu untuk menjadi pemimpin yang benar dan tidak pandang bulu terhadap rumah tangga dan keluarga.

Setelah arahan yang diberikan kepada bayo pangoli, maka mong-mongan di bunyikan sebanyak Sembilan kali bertanda bahwa pemberikan gelar akan berikan. Raja panusunan barulah memberikan gelar kepada bayo pangoli yaitu didalam penelitian penulis adalah raja hampung parlidungan dan bayo pangoli mengangkat keris serta membukanya kearah atas yang bertanda bahwa bayo pangoli sudah syah mendapatkan gelar yang diterimanya. Pemberian gelar ini dilakukan oleh raja panusunan atas usul dari natoras yang disaksikan oleh raja-raja serta yang hadir

63

didalam markobar. Penambalan gelar ini dilakukan oleh raja panusunan atas usulan dari namora dan natoras dengan disaksikan oleh raja-raja adat lainnya. Dapat dijelaskan bahwa pemberian gelar adat kepada bayo pangoli adalah mengikuti dari kakeknya dan tidak bisa mengambil gelar dari orang tuanya.

3.3.3 Mangupa

Setelah selesai pemberian gelar adat dilaksanakan, maka dilanjutkan dengan

mangupa yang artinya yaitu upacara adat dengan menyampaikan pesan-pesan adat

dan petunjuk kepada kedua pengantin bayo pangoli dan boru na ni oli. Dan biasanya mangupa dapat diartikan sebagai ungkapan kegembiraan dengan sesuatu itu sudah terwujud. Apabila mangupa sudah selesai melaksanakannya maka selesailah seluruh rangkaian adat perkawinan adat. Dan jika masih ada upacara adat berikutnya, itu adalah sebagai pelengkap acara.

Dalam pelaksanaan mangupa kedua pengantin yaitu bayo pangoli dan boru na ni oli disurdu burangir terlebih dahulu yang dilakukan oleh kedua orang tua mereka, keluaraga dari dalihan na tolu, raja-raja adat dan datu pangupa serta ditutup oleh raja panusunan. Setelah disurdu burangir raja panusunan melaksanaan pembicaraan untuk kedua pengantin kemudian menyerahkan kepada datu pangupa untuk memberikan pelaksanaan pangupa kepadanya. Seterusnya datu pangupa memberikan izin kepada kedua orang tua mempelai unutk memberikan ucapan kepada mereka dan biasanya memberikan syukuran kepada kedua pengantin agar masalah didalam berumah tangga dapat mereka selesaikan berdua. Pelaksanaan mengupa setelah manggoar (menambalkan nama) juga dimaksudkan agar nama yang diberikan tersebut diterima tondi dohot badan kedua pengantin. Tondi adalah sesuatu yang abstrak dalam jiwa seseorang yang memberi kekuatan tuah dan

64

marwah kepada seseorang. Sering juga disebut pada acara adat agar pengantin ini

maroban sangap dohot tua (membawa marwah dan rezeki atau tuah) kepada kedua

mempelai pengantin.

Tujuan dari mangupa adalah untuk memperkuat tondi atau mengembalikan tondi kedalam tubuh agar bayo pangoli dan boru na ni oli tegar menghadapi tantangan ataupun dapat hidup normal kembali seperti biasa apabila tondinya hilang.

M enurut L.P.Hasibuan, 1989:25 bahwa dalam pandangan adat, manusia seutuhnya terdiri dari tiga unsur, yaitu: Badan, Jiwa (roh), dan Tondi. Badan adalah jasad yang kasar, terlihat dari teraba. Jiwa (roh) adalah benda abstrak yang menggerakkan badan kasar tadi. Tondi adalah benda abstrak yang mengisi dan menuntun badan kasar dan jiwa tadi dengan tuah sehingga seseorang kekelihatan beribawa dan mempunyai marwah.

Adapun macam-macam tingkatan menurut Pandapotan Nasution (2005:174- 181) pangupa yaitu :

a. Telur ayam (pira manuk). Pangupa yang paling sederhana yang terdiri dari telur ayam dan nasi, garam, udang, ikan, sayur daun ubi, dan air putih untuk diminum. Dan yang hadir adalah biasanya hanya yang satu rumah, kalaupun ada orang luar adalah orang yang membawa upa – upa.

b. Ayam (pangupa manuk). Ayam yang akan disajikan dipanggang yang masih utuh tanpa dipotong – potong. Tiga butir telur ayam yang direbus, ikan garing (anak ikan mera), nasi putih dan garam. Yang hadir adalah anggota keluarga dan kaum kerabat lainnya.

65

c. Kambing ( pangupa hambing). Acara ini dilakukan dengan acara yang benar-benar resmi. Adapun bagian – bagian tubuh kaming yaitu kepala kambing, kaki depan kanan, kaki kiri belakang, ekor, sedikit dagingnya, hati, jantung dan serta isi perut. yang hadir adalah tentunya lebih lengkap dan ditambah dengan namora natoras serta raja pamusuk

d. Kerbau (pangupa horbo). Pangupa yang paling tinggi dan biasanya pangupa yang dilakukan pada acara – acara yang diadakan raja – raja dan keturunannya..

Bahan-bahan yang disediakan untuk pangupa horbo sama dengan yang diatas yaitu:

a. Nasi putih adalah nasi yang dilambangkan sebagai lambing perencanaan dan tanda – tanda keikhlasan hati dalam segala hal. Untuk sampai keatas piring nasi memerlukan proses panjang dan kerja keras yang mulai dari menabur bibit, meencangkul, menanam, menyingai sampai kepada panen, menumbuk padi menjadi beras dan menanak beras menjadi nasi. Sedangkan warna putih melambangkan keikhlasan.\

b. Telur ayam. Telur sebagai lambang doa untuk memohon agar jiwa dan raga bersatu padu, tetap selamat dan sehat – sehat.

c. Garam (sira). Garam melambangkan kekuatan. Garam sangat dibutuhkan manusia demikian juga yang diupah-upah diharapkan tetap dibutuhkan dan bermanfaat kepada orang lain.

d. Air putih melambangkan keikhlasan karena dalam mengerjakan sesuatu haruslah dengan hati – hati dan yang bersih serta ikhlas.

66

e. Ikan adalah melambangkan dinamika dan persatuan. Ikan upah – upah terdiri dari dua ekor melambangkan suami istri sebagai ikan, yang selalu sama – sama kehulu dan sama – sama keilir.

f. Udang melambangkan sebagai strategi kehidupan. Gerakan maju mundur adalah karakter udang.

g. Daun ubi yang diikat lembar demi lembar. Daun ubi melambangkan sebagai umur yang panjang dan bermanfaat.

h. Kepada kerbau. Pangupa yang paling besar adalah kerbau. Pangupa kepala kerbau ini dihadapkan kemuka pengantin dalam keadaan utuh. Namun untuk pada saat ini sudah tidak digunakan menjadi kepala kerbau secara utuh sebagai pangupa pada saat acara adat. Setelah masuknya agama islam yang mana bertentangan dengan agama islam. Istilah adat yang menyatakan

hombar do adat dohot ibadat yang artinya adat dan ibadat tidak dapat dipisahkan. Adat tidak boleh bertentangan dengan agama islam, jika bertentangan dalam pelaksanaannya maka adat itu dikesampingkan maka kepala kerbau dihapuskan.

Tempat pangupa, kepala kerbau diletakkan diatas induri setelah dialasin dengan bulung bulung ujung (daun pisang) tiga helai sebagai melambangkan sebagai dalihan na tolu. Sedangkan bahan-bahan lainnya telah dimasak disusun diatas piring besar. Induri adalah lambang kemasyarakatan yang melambangkan pembeda yang benar dan salah. Setelah acara adat pangupa ini selesai maka pada malam harinya dilanjutkan dengan acara mangoloi na loja yaitu meladeni yang bekerja selama upacara adat perkawinan itu berlangsun g serta suhut mengucapkan terimakasih kepada kerabat yang selama ini membantu didalam pelaksanaan horja godang.

67

Tidak jarang didalam pelaksanaannya dihidangkan makanan untuk makan bersama semua unsur dalihan na tolu serta masyarakat yang membantu selama pelaksanaan perkawinan dirumah suhut dikumpulkan. Selanjutnya setelah makan bersama selesai suhut memberikan mereka bungkusan yang berisi daging ataupun tulang rincang berserta lauknya yang bertanda pengucapan terima kasih.

3.4 Alat Musik yang pada Gordang S ambilan

Dalam dokumen ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI KOTA MEDAN (Halaman 68-74)

Dokumen terkait