BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Fungsi
2.5.1 Manipulas
Terdapat 3 metode pencampuran pada material elastomer yaitu hand mixing, static mixing, dan dynamic mechanical mixing.
1. Hand mixing
Pengguna harus membagikan panjang material yang sama pada mixing slab. Pertama ambil pasta katalis menggunakan spatula berbahan besi tahan karat (stainless steel) dan kemudian ratakan diatas base.
Kemudian campuran tersebut diratakan diatas mixing slab. Massa tersebut kemudian diambil dengan sebuah spatula pisau dan ratakan secara seragam mundur dan maju hingga warna menjadi homogen.
Material ini susah untuk dicampur karena perbedaan viskositas dari kedua komponen. Teknik pencampuran yang terbaik adalah menekan dengan keras material dengan satu jari hinga warna yang seragam didapatkan (Anusavice dkk, 2013).
2. Static mixing
Teknik ini mengubah 2 material cairan (atau seperti pasta) menjadi campuran homogenus tanpa pencampuran mekanik. Alat yang digunakan untuk mendapatkan campuran ini adalah sebuah pistol untuk melakukan kompresi terhadap material dalam dua tabung silinder, dimana mengandung dasar dan katalis secara terpisah. Static
14
mixingdapat menciptakan campuran lebih homogeny dalam jumla yang lebih besar, memiliki lebih sedikit porusitas dalam campuran, dan mengurangi mixing time (Anusavice dkk, 2013).
3. Dynamic mechanical mixing
Menggunakan mesin untuk menjalankan parallel plungers, mendorong material menuju mixing tip dan keluar menuju impression tray atau syringe; sedangakan impeler yang menggunakan motor untuk bergerak, dimana didalam mixing tip, mencampur material bersamaan dengan ekstrusi melalui ujungnya. Fungsi dari impeler hanya untuk mencampur material sejalan material melaluinya; bukan untuk mendorong material. Material-material disediakan dalam kantong plastik yang dapat dilipat pada tabung. Jumlah dari material yang disimpan dalam mixing tip sedikit lebih banyak dibandingkan pada static mixing. Dalam menggunakan alat tersebut, campuran material dengan viskositas tinggi dapat diperoleh dengan usaha yang minimal.
Polieter dan material impresion silikon tambahan dari viskositas yang beragam tersedia bergantung pada sistem (Anusavice dkk, 2013)
b. Komposit
1. Flowable composites
Campuran komposit mikrofiler dan komposit hibrida disebut flowable composites. Resin ini memiliki viskositas lebih rendah melalui pengurangan filler loading, yang menyebabkan resin siap mengalir, menyebar merata, beradaptasi secara menyeluruh dalam rongga kavitas, dan menghasilkan anatomi dental yang diinginkan. Hal ini meningkatkan kemampuan klinisi untuk membentuk kavitas dasar atau garis dengan baik, khususnya dalam persiapan kelas II posterior dan situasi lain dengan akses yang sulit. Karena kemudahan yang lebih besar dalam adaptasi dan fleksibilitas sebagai material perbaikan, flowable composites jugaberguna dalam restorasi kelas I di area gusi.
Mereka juga digunakan dengan cara yang serupa dengan fissure sealant sebagai restorasi minimal kelas I untuk mencegah karies.
Karena mereka mengalir ke dalam celah bersamaan dengan margin restorasi, beberapa dokter gigi menyebut flowable resins sebagai dental caulk(Anusavice dkk, 2013).
2. Consensable (packable) composites
Dibandingkan dengan amalgam, teknik perlekatan komposit membutuhkan waktu lebih banyak. Dikarenakan konsistensi yang tinggi plastik seperti pasta pada kondisi precured, komposit tidak bisa dipasang secara vertikal didalam kavitas dengan cara material mengalir secara lateral. Khususnya dalam restorasi gigi dimana kontak proksimal dengan gigi berdekatan diperlukan. Ini merupakan prosedur yang memakan waktu dan dapat menghasilkan berbagai macam hasil tanpa tingkat kemampuan yang tinggi. condensable composites (yang dikenal juga dengan packable composites) dibentuk dengan menyesuaikan distribusi filler untuk meningkatkan kekuatan dan kekakuan dari uncured material dan menyediakan karakteristik konsistensi dan perawatan yang serupa dengan lathe-cut amalgam.
Secara spesifik karakteristik packable/condensable merupakan turunan dari inklusi memanjang, partikel filler fiber dengan panjang 100 mcg dan permukaan bertekstur kasar atau geometrik bercabang yang cenderung mengunci dan mencegah aliran sehingga menyebabkan uncured resin menjadi kaku. banyak keterbatasan dari resin composites yang masih ada, dan tepatnya dua kali lipat dari waktu yang digunakan untuk penempatan amalgam dibutuhkan. Saat ini, material ini sudah tidak menunjukkan sifat atau karakteristik yang menguntungkan dibandingkan dengan resin hibrida. packable composites belum terbukti untuk menjawab kebutuhan general untuk resisten punggunaan yang tinggi. Namun material ini masih dapat digunakan untuk material restorasi kavitas dan mahkota, agen
16
mengikat adhesif, pit and fissure sealant,endodontic sealants, ikatan dari keramik veneers, dan sementasi untuk mahkota, bridges, dan protesa tetap lainnya (Anusavice dkk., 2013).
c. Akrilik
a. Heat-cured resins
Material ini terdiri dari bubuk dan cairan, bila mana dicampur dengan panas yang berterusan, akan membentuk sebuah slid yang rigid.
Formulasi bahan-bahan dalam resin heat cured bertujuan supaya (1) proses dough technique dapat dilakukan, (2) shrinkage akibat polimerisasi dapat diminimalkan, dan (3) panas dari reaksi polimerisasi dapat dikurangi. Dough technique membantu untuk memudahkan proses pembuatan gigi tiruan. Shrinkage akibat polimerisasi dapat dikurangi jika dibanding dengan spenggunaan monomer lain (bukan beads atau granules PMMA), karena kebanyakan material yang digunakan telah terpolimerisasi.
b. Cold-cured resins
Sifat kimiawi resin ini sama seperti resin heat-cured, kecuali diinisiasi oleh amina tersier (contohnya dimetil-P-toluidin) berbanding oleh heat.
Metode ini tidak seefisien metode heat- cure dan pada kebiasaannya akan menghasilkan material yang mempunyai berat molekular rendah.
Ini dapat berakibat kepada efek yang kurang baik terhadap kekuatan material tersebut. Proses ini juga menyebabkan adanya peningkatan monomer residual yang tidak teraktivasi dalam resin tersebut.
Stabilitas warna juga tidak sebaik pada resin heat-cured sehingga cenderung untuk menjadi warna kuning. Material ini sangat mudah untuk terjadinya penyebaran (creep) sehingga dapat menyebabkan terjadinya distorsi pada gigi tiruan sewaktu pemakaian.
2.5.2 Aplikasi a. Elastomer
Elastomer digunakan dalam membuat crown dan bridge.
b. Komposit
Resin komposit digunakan secara luas untuk restorasi kelas 3, 4, dan 5,kavitas gigi anterior, veneering pada permukaan dafial atau labial dari gigi natural, serta kini digunakan untuk restorasi terbatas acclusal surfaces (Hincal, 2000).
c. Akrilik
Aplikasi heat-cured resins pada kedokteran gigi digunakan pada denture base resins, resin untuk gigi akrilik artifisial, dan bridge polimers (Bradna, 2017). Juga digunakan untuk restorasi menggunakan cement, dan facings dan temporary crowns (Hincal, 2000).
2.6 Polimerisasi Dental Polimer
Polimer dihasilkan melalui suatu proses yag disebut polimerisasi di mana terdiri dari unit-unit monomer yang terikat secara kimiawi untuk molekuldengan berat molekular yang tinggi (Noort, 2008). Secara umum, proses polimerisasi dibagi menjadi dua kelompok dasar yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi (Baqar dkk, 2012)