• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PEMBAHASAN

4.1. Bentuk Dan Fungsi Simbol Yang Terdapat Dalam Tradisi Mukul 1.Simbol Status Sosial

4.1.3. Manuk Sangkep

(Manuk Sangkep. Gbr 3. Oleh Selly)

Manuk sangkep adalah ayam susun yang dimasak secara utuh. Ayam yang dipilih dalam tradisi ini yaitu manuk megersing ayam yang berwarna kuning dan gemuk. Dinamai manuk sangkep karena ayam ini dimasak utuh, artinya hanya bulu dan kotoran saja yang dibuang. Sedangkan yang lainnya masih utuh seperti muncung ayam, kuku ayam dan bagian dalam dan lainnya.

Ayam ini dibawa oleh anak beru sebagai luah singalo perninin terhadap pengantin. Dan ayam ini akan dimasak oleh anak beru itu sendiri. Karena yang bertugas untuk memasak manuk sangkep adalah bibinya/ anak beru. Manuk sangkep adalah ayam susun yang dimasak secara utuh hal ini dikuatkan oleh gambar 3.

Ciri ayam yang dipilih dalam konteks ini bercirikan yaitu manuk megersing ayam yang berwarna kuning dan gemuk. Dinamai manuk sangkep karena ayam ini dimasak utuh, artinya hanya bulu dan kotoran saja yang dibuang.

Sedangkan yang lainnya masih utuh seperti muncung ayam, kuku ayam dan bagian dalam dan lainnya. pengantin yaitu anak beru.

Fungsi manuk sangkep ini adalah:

Di dalam tradisi mukul, manuk sangkep berfungsi untuk makanan pengantin. Pada saat pengantin makan ada kelurga yang menyaksikannya antara lain singalo bere-bere , singalo perninin, singalo ulu emas, singalo perbibin, dan anak beru. Kelima anggota keluarga inilah yang akan menyaksikan pengantin makan di dalam sebuah ruangan

Acara mukul ini dilaksanakan di dalam rumah. Rumah yang sudah disepakati pada saat runggu. Ayam ini akan dibawa langsung oleh anak beru kerumah yang akan dilaksanakannya acara mukul. Ayam ini akan dimasak oleh anak beru itu sendiri pada waktu yang sudah disepakati.

1) Simbol Nakan Pukul

(Nakan pukul Gbr 4.oleh selly)

Nakan pukul adalah nasi yang dikepal dengan kuat sehingga bersatu satu sama lain. Nakan pukul ini sering di jumpai dalam kehidupan masyarakat Karo.

Berdasarkan gambar 4 Nakan pukul adalah nasi yang dikepal oleh pengantin dengan kuat sehingga bersatu satu sama lain.

Nakan pukul ini memiliki ciri khusus (1) utuh, (2) bulat, (3) bersatu, dan (4) teguh.

Ke empat ciri simbol nakan pukul ini melambangkan pernikahan yang tetap utuh, bersatu, dan kokoh Hal ini berhubungan dengan harapan etnik BK yakni menyimbolkan sikap perkawinan yang tetap utuh, bulat, tetap bersatu, dan kokoh.

(Nakan Pukul. Gbr 5. Oleh Selly)

Berdasarkan gambar 5 Pengantin laki-laki menyulang pengantin perpempuan dengan nakal pukul. Sambil mengucapkan sumpah seperti tuturan 1.2 di bawah ini:

“bage ersadana nakan pukulen enda, bagem pagi ersadana arihta, pala

mosar kel pagi nakan si kupukul enda, maka mosar ukurku bandu”. Yang artinya pernikahan kita tetap bersatu seperti nasi kepal ini seperti nasi kepal.

Tururan 2. “ Janah enda nakan sikupukulken man bandu kaka, adi mosar pagi ukurku kerna perjabunta, maka nakan sikupukul enda pepagi jadi imbangku

. Yang artinya, “aku juga berjanji akan tetap bersatu denganmu seperti nasi yang kukepal ini, inilah aku terimalah dengan semua

dikemudian hari aku mendua hati terhadap pernikahan kita maka, nasi yang kukepal ini menjadi lawanku”.

Kedua tuturan di atas berisi sumpah/janji pengantin.

Di lain pihak etnik BK Diharapkan semoga yang memakan nakan pukul ini akan bersatu satu sama lain seperti nasi yang dikepal secara kuat.

Proses pemberian nakan pukul yang pertama sekali diberikan oleh pengantin laki-laki. Setelah itu dilakukan oleh pengantin perempuan. Proses pemberian ini disaksikan oleh bibi kandung pengantin kedua belah pihak,

Fungsi simbol nakan pukul itu yaitu:

Dalam acara mukul, nakan pukul berfungsi sebagai makanan pengantin.

Makna terdalam simbol nakan pukul itu adalah sebagai penguatan, janji, sumpah pernikahan.

Setelah acara mengepal nasi selesai maka kedua pihak bibi menyuruh pengantin memilih makanan yang lain.

Makanan yang lain yang disebutkan diatas antara lain adalah:

2). Simbol kepala

(kepala ayam Gbr.6.Oleh Selly )

Kepala memiliki bentuk yang bulat kuat dan berisi.

Berdasarkan gambar 6 membuktikan bahwa pengantin mengambil bagian kepala ayam. Masyarakat Karo memiliki harapan bahwa yang memakan kepala ini akan mampu menjadi kepala keluarga yang baik yang bisa memimpin keluarganya. Hal ini didukung dengan adanya tuturan sebagai berikut:

“enda pagi puji-pujin, adi la ia i sembah sembah labo akapna pas, ia me pagi

si bagi kepala e. Janah jelmana ngatur, egia mbera-mbera mehuli kel pagi ia”.

Yang artinya “ keluarga ini harus dipuji nantinya, kalo tidak di sembah-sembah tidak akan suka dia. Merasa dia yang paling benar sama seperti seorang kepala, suka ngatur , dan semoga baik hati dia nantinya”.

Jadi jika pengantin memakan bagian kepala ayam, maka orang ini akan dianggap mampu memimpin keluarganya dan membawanya kejalan yang lebih baik. . Bila pengantin menghisap mata ayam maka dapat dilihat bahwa dia adalah orang yang teliti. Teliti yang dimaksud adalah mampu melihat sesuatu dengan jelas. Atau mampu menatap segalanya dengan tajam. Semua tindakan atau perbuatan akan diperhatikan olehnya. Apabila pengantin mengisap otak ayam , maka dapat ditafsirkan bahwa dia orang yang memikirkan segala sesuatunya sebelum bertindak, semuanya dipirkirkan sehingga tidak terjadi dampak yang buruk terhadap keluargannya.

Makna terdalam dari simbol kepala ini yaitu bahwa yang memakan kepala akan mengarahkan keluarga ini menjadi keluarga yang layak kedepannya.

Acara makan ini akan disaksikan oleh bibi kandung kedua belah pihak.

3). Simbol Ten-ten(Dada)

(Ten-ten Manuk.gbr .7. Oleh Selly)

Ten-ten memiliki ciri bentuk sama seperti dada biasanya, hanya saja dada yang dimaksud disini adalah dada ayam. Berdasarkan gambar 7 terlihat bahwa pengantin menyantap bagian dada ayam, dengan harapan bahwa yang memakan bagian ini akan mampu menjadi sandaran buat keluarganya. Hal ini diduung oleh tuturan sebagai berikut:

enda pas kel bagi ten-ten ingan tertande,ngande-ngande, emak ngasup ngalo-mgalo sangkep nggeluh”. Yang artinya “ ini seperti dada, tempat bersandar, keluarga ini akan mampu menerima saudara yang lain,tanpa memandang bulu”.

Jadi jika bagian dada ayam yang dimakan oleh pengantin maka dipercaya bahwa keluarga ini akan menjadi tempat bersandar bagi keluarga yang lain, bahkan keluarga jauh sekalipun, dan bagian ayam yang inilah yang paling bermakna positif(baik) menurut orang karo.

makna terdalam dari simbol dada ini yaitu diharapkan bahwa pengantin yang memakan bagian ini akan mampu menjadi sandaran.

4). Simbol Tulan Gurung (Tulang punggung)

(Tulan Gurung. Gbr 8. Oleh Selly)

Tulan gurung ini memiliki bentuk seperti tulang punggung pada umumnya, hal ini dapat kita lihat pada gambar 8. Apabila pengantin memakan bagian tulang punggung ayam, maka orang ini kelak akan menjadi tulang punggung keluarga. Hal ini dikuatkan oleh tuturan sebagai berikut:

“ keluarga endam nge pagi si banci jadi tulang punggung keluarganta ras kerina sangkep nggeluhta”. Yang artinya “keluarga ini yang akan menjadi tulang punggung semua keluarga entah itu keluarga dekat maupun jauh”.

Yang dimaksud menjadi tulang punggung disini adalah menerima keberadaan keluarga yang lain di dalam rumahnya atau ada keluarga yang menumpang di rumahnya walaupun dalam waktu yang lama sekalipun, itu tidak

menjadi masalah bagi keluarga ini. Karena bagian ini memiliki makna yang baik, sehingga keluarga yang menyaksikan acara mukul ini berharap, agar pengantin akan memakan bagian tulang punggung ayam terlebih dahulu.

5). Simbol Paha

s(Paha Manuk. Gbr 9. Oleh Selly)

Memiliki ciri bentuk yang sama dengan paha ayam yang biasanya. Hal ini dapat kita lihat berdasarkan gambar 9. pengantin memakan bagian paha ayam, maka dengan harapan bahwa dia akan mampu menjadi penahan agar rumah tangga ini akan tetap berdiri seperti mulanya. Hal ini dibuktikan dengantuturan sebagai berikut:

“enteguh kel pagi rumah tangga keluarga enda, amin gia mbue mbue tantangen si ni hadapina”. Yang artinya bahwa keluarga ini akan menjadi keluarga yang kuat akan tantangan, walau banyak tantangan yang dihadapinya,

keluarga ini akan tetap mampu mengahadapi persoalan yang menerpa rumah tangganya.

Berdasarkan tuturan ritual diatas maka dapat dijelaskan bahwa makna terdalam dari paha merupakan simbol kemandirian, mampu berdiri sendiri dan mampu menopang bagi orang lain.

6). Simbol (Sayap) Kabeng

(kabeng Manuk. Gbr 10. Oleh Selly)

Kabeng memiliki ciri bentuk seperti sayap yang sering kita jumpai , hal ini dapat kita lihat berdasarkan gambar 10. Sayap ini berperan atau berfungsi sebagai makanan untuk pengantin.

Jika pengantin memakan bagian sayap ayam , keluarga akan berharap bahwa keluarga baru ini akan menjadi keluarga yang mampu melindungi anak-anaknya dengan sayap layaknya seekor induk ayam yang melindungi anak-anaknya dengan sayapnya. Hal ini dikuatkan dengan adanya tuturan sebagai berikut:

“ keluarga enda pagi mesera kel njumpaisa , perbahan mesegu kel ia gawah-gawah. Emaka jarang nge pagi i rumah keluarga enda”. Yang artinya bahwa keluarga ini akan susah untuk dijumpai, mereka akan suka bepergian jauh, dan akan jarang berada dirumahnya.

Makna terdalam dari simbol sayap merupakan simbol yang melindungi, dapat merangkul keluarganya. Ibarat saya bagi indung ayam yang berfungsi untuk melindungi anak-anaknya. Begitu juga terhadap manusia. Sayap juga merupakan simbol yang mampu mengayomi anak-anaknya, dan setia dalam mempertahankan kelangsungan keluarganya.

7). Simbol Nahe (Kaki)

(Nahe Manuk. Gbr 11. Oleh Selly)

Ciri yang dimiliki simbol ini berbentuk kaki yang memiliki 5 jari yang ada pada ayam.hal tersebut dapat dilihat melalui gambar 11.

Simbol ini berfungsi sebagai makanan untuk pengantin. Dengan harapan bahwa simbol ini akan meampu membawa keluarga ini menjadi keluarga yang teguh.

Hal ini dikuatkan dengan adanya tuturan sebagai berikut:

keluarga enda nge keluarga pas-pasen,geluhna labo simbue sen ndai tapi erkecukupen”. Yang artinya keluarga ini akan hidup dengan pas-pasan, bukan keluarga yang bergelimang harta. Walaupun bekerja dengan sangat keras untuk menjadi orang kaya, akan tetapi tidak bisa kaya. Keluarga ini tidak akan kekurangan maupun bergelimang melainkan berkecukupan saja. Kaki juga

merupakan simbol kegigihan atau kemandirian. Karena dengan adanya kaki , seseorang mampu berdiri sendiri

8). Simbol Ate-Ate (Bagian Dalam)

(Ate-Ate Manuk. Gbr 12. Oleh Selly)

ciri-ciri dari ata-ate ini dapat kita lihat berdasarkan gambar 12.

Simbol ini berperan sebagai makanan untuk pengantin, dengan harapan jika pengantin memakan bagian dalam ayam , maka keluarga ini akan mampu mengontrol perasannya.

Hal ini dikuatkan oleh tuturan sebagai berikut:

“ keluarga enda nge pagi keluarga si sukah sakit hati, janah perate-ate”.

Yang artinya bahwa keluarga ini akan menjadi keluarga yang sensitif. Yang dimaksud dengan keluarga yang sensitif adalah keluarga yang mudah sakit hati, mudah tersinggung.

Atau keluarga yang hatinya lemah. Jadi pasangannya akan berusaha untuk tidak menyinggung perasaan pasangannya masing-masing.

9). Simbol Cipera

(Cipera. Gbr 13. Oleh. Selly )

Cipera merupakan makanan khas Karo yang digunakan sebagai lauk dalam acara Mukul. Cipera ini berbahan utama jagung. Hal ini dapat dibuktikan pada gambar 13.

Karena ayam yang dimasak lalu menambahkan tepung jagung. Karena berbahan dasar jagung, masyarakat Karo percaya bahwa jagung melambangkan hidup yang sempurna. Cipera berperan sebagai makanan untuk pengantin di dalam acara mukul

Hal ini didukung oleh tuturan sebagai berikut:

berkata “ jaung nguda ah pe adi partaken metua ka nge dungna” ini mengartikan bahwa walaupun jagung muda kalo di jemur akan tua juga. Jadi pengantin tersebut di ibaratkan seperti jagung muda.

Makna terdalam dari simbol cipera ini yaitu walaupun pengantin itu masih muda dan masi ke kanak-kanakan jika terus di ajari atau di beri nasihat-nasihat akan menjadi dewasa juga. Menjadi dewasa yang mampu membina sebuah keluarga baru, dan meninggalkan sifat lama.

10). Simbol Tinaruh Manuk Rajamulia

(Tinaruh Manuk Rajamulia. Gbr 14. Oleh. Selly)

Tinaru Manuk Rajamulia adalah sebutir telur ayam yang dimasukkan kedalam piring pinggan pasu tempat makan pengantin. Telur ini berfungsi sebagai makanan pengantin. Telur yang digunakan untuk acara ini bukan telur sembarangan, melainkan telur pilihan , telur yang digunakan harus berbentuk

lonjong. Karena masyarakat Karo percaya di dalam telur yang lonjong tersebut ada kehidupan. Setelah telurnya selesai di masak , maka telur itu dikupas tanpa rusak sedikitpun, hal ini dapat dibuktikan pada gambar 14.

Telur ini harus berwarna putih bersih dan tidak memiliki cacat. Karenaa telur berwarna putih bersih dan mulus itu memiliki makna kehidupan yang bersih pula bagi kehidupan pengantin.

Simbol ini memiliki ciri : 1) bulat, 2) bersih, dan 3) utuh. Ketiga ciri tersebut melambangkan bahwa keluarga ini akan diharapkan menjadi keluarga yang bulat atau lengkap, bersih dan menjadi keluarga yang utuh.

Hal ini dikuatkan oleh tuturan berikut ini:

“Enda tinaruh manuk nakku, panndu, gelah i plimbarui kegeluhenndu

duana, segelah bersih ukur ras jabundu ibahanna nakku” yang artinya “ makannlah telur ayam ini anakku, sehingga engkau peroleh hidup yang baru, supaya hati dan rumah tanggamu akan bersih sebersih telur ini”.

Makna terdalam dalam simbol ini yaitu , karena bagi masyarakat Karo telur melambangkan kehidupan yang baru

11). Simbol Getah Manuk

(getah manuk. Gbr 15. Oleh. Selly )

Getah manuk adalah sambal atau cabai yang digunakan untuk makanan yang disajikan kepada kedua pengantin. Biasanya sambal ini disajikan dengan cita rasa pedas. Simbol ini memiliki bentuk seperti yang ada pada gambar 15.

Simbol ini memiliki ciri-ciri pedas dan bentuknya lembek berair.

tujuannya agar pasangan mengetahui apakah pasangannya menyukai pedas atau malah sebaliknya. Akan tetapi bagi keluarga yang menyaksikan akan mengetahui sifat pengantin dari cara mereka memakan darah tersebut. Apabila pengantin menyukai sambal yang pedas tersebut itu berarti dia tidak gampang sakit hati, tetapi seringkali membuat orang lain sakit hati dengan perkataannya. Karena kata-kata yang keluar dari mulutnya sama pedasnya dengan cabe yang dia makan.

Hal ini dikuatkan dengan adanya tuturan sebagai berikut:

“ o anakku, kuperdiateken perpan pasangenndu getah e,emaka ku persingeti man

bandu, bicara meser pe pagi ndarat ranan pasangenndu e, tapi ukurna labo bage nakku.

Adi ukurna mehuli nge, labo bahi perser rananna e anakku.

Emaka terbeluh kam ngadapisa”. yang artinya”oh anakku, bila kuperhatikan

cara pasanganmu ini memakan sambal, maka kuingatkan kepadamu. Apabila nanti keluar kata-kata yang kurang mengenakkan dari mulutnya, percayalah hatinya tidak seperti itu. Hatinya tetap baik. Jadi jaga keluarga ini”.

Makna terdalam dari simbol ini yaitu untuk mengetahui sifat masing-masing pengantin.

12). Pinggan pasu

(pinggan pasu. Gbr 16. Oleh. Selly )

Pinggan pasu merupakan piring yang sudah ada sejak dulu dan digunakan untuk upacara tertentu. Pada upacara tradisi mukul , pinggan pasu ini berfungsi sebagai tempat makan atau piring makan pengantin, bentuk pinggan pasu itu sendiri dapat dilihat pada gamabr 16. Karena sudah digunakan sejak zaman nenek moyang orang Karo, piring ini sudah tentu memiliki banyak makna tertentu bagi masyarakat itu sendiri. Begitu juga dalam acara mukul,pinggan pasu memiliki sebuah makna. Menurut kepercayaan masyarakat Karo , jika ada makanan yang kurang sehat atau makanan yang diracuni , jika disajikan di dalam pinggan pasu maka makanan yang kurang sehat akan menjadi sehat, begitu juga dengan

makanan yang sudah di racuni tidak akan dapat meracuni orang yg makan makanan tersebut.

Oleh karena itu piring ini sangat dijaga bahkan di hormati oleh masyarakatnya. Karena dianggap dapat memurnikan makanan. Karena acara mukul merupakan acara makan bersama keluarga , maka peran pinggan pasu sangat penting di acara tersebut. Pinggan pasu merupakan salah satu yang wajib digunakan dalam tradisi mukul , karena harus pinggan pasu yang digunakan untuk tempat makan pengantin.

Berdasarkan pernyataan diatas maka manuk sangkep merupakan makanan pokok untuk pengantin dalam acara mukul ini. Dan memiliki banyak ciri dan makna yang terkandung di dalamnya.

Dokumen terkait