• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manusia sebagai Makhluk Ekonom

Dalam dokumen APA ITU MANUSIA (Halaman 131-136)

BAB 3 MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

3 Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan

3.5 Manusia sebagai Makhluk Ekonom

Proses pembentukan masyarakat dan perkembangnnya tidak terlepas dari aspek ekonomi. Masyarakat terbentuk karena keinginan untuk secara bersama-sama (berkooperasi) memenuhi kebutuhannya dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Pemenuhan kebutuhan akan terasa berat dan terkadang tidak mungkin dilakukan secara individual atau pun oleh masing-masing keluarga. Pemenuhan kebutuhan dengan membentuk masyarakat akan lebih cepat (hemat waktu), efisien (hemat sumber daya atau lebih banyak hasil), dan kualitas yang lebih baik (akibat spesialisasi yang menghasilkan ketrampilan/skill). Demikian pula, perkembangan masyarakat di suatu lokasi bergeser dari masyarakat berburu dan peramu menjadi masyarakat post-industri, dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern, dari masysrakat perdesaan menjadi masyarakat perkotaan, dan sebagainya. Perkembangan ini terjadi karena perubahan cara pemenuhan kebutuhan dan kondisi yang ada pada sumber daya pemenuh kebutuhan tersebut.

Di dalam suatu masyarakat di suatu lokasi terbentuklah perekonomian yang dalam lingkup makro meliputi struktur ekonomi (economic structure), sistem ekonomi (economic system), pembangunan ekonomi (economic development), dan performa ekonomi (economic performance).

132

3.5.1 Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi menggambarkan kondisi perekonomian di suatu masyarakat berupa kontribusi dari setiap sektor yang ada. Kontribusi dalam hal ini bisa berupa sumbangan terhadap pendapatan total masyarakat, atau bisa juga dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan bagi anggota masyarakat. Sektor dalam hal ini diartikan sebagai segmentasi perekonomian dalam hal lokasi (perdesaan dan perkotaan), lapangan usaha (pertanian, industri, dan jasa), bentuk hukum usaha (formal dan non-formal), pelaku usaha (swasta, kooperasi, dan publik), cara pengelolaan usaha (tradisional dan modern), dan sebagainya.

Perubahan struktur atau transformasi struktural terjadi dan terlihat dari perubahan kontribusi masing-masing sektor sejalan dengan perkembangan masyarakat. Perekonomian biasanya berubah dari yang tadinya didominasi oleh sektor pertanian, sektor tradisional, sektor non-formal, sektor perdesaan, dan sektor publik menjadi perekonomian yang lebih berimbang dan mestinya lebih didominasi oleh sektor modern, sektor formal, sektor industri, dan sektor-sektor yang akan lebih menjamin peningkatan kesejahteraan yang berkeadilan bagi masyarakat.

Perubahan alokasi sumberdaya antar sektor terjadi pula seiring dengan adanya transformasi struktural. Migrasi desa-kota dan alih fungsi lahan dari tadinya untuk pertanian menjadi untuk industri atau properti terjadi mengikuti perubahan struktural. Pertanian dan desa diharapkan ikut tumbuh dan lebih mampu untuk swasembada pangan dan berbagai kebutuhannya, bahkan dapat pula mendukung kebutuhan pangan penduduk di perkotaan dan bahan baku bagi sektor industri.

Seberapa jauh transformasi struktural akan terjadi, sistem ekonomi yang dianut dan pembangunan ekonomi yang terjadi akan menentukan itu. Performa ekonomi yang diinginkan, misalnya masyarakat yang adil dan makmur ikut pula menentukan sistem ekonomi yang dianut, pola pembangunan yang diberlakukan, dan arah transformasi struktural yang terjadi.

3.5.2 Sistem Ekonomi

133

Sistem ekonomi apa pun yang bentuknya yang dianut, meliputi aspek-aspek berikut ini:

1. Value system: Sistem nilai yang dipergunakan masyarakat. Sistem nilai ini selanjutnya merumuskan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, kepemilikan sumber daya, system insentif yang digunakan, serta system alokasi yang diberlakukan. Sistem nilai yang dianut bisa berupa sistem nilai utilitarian, egalitarian, syariah, Pancasila, atau system nilai lainnya.

2. System of objectives: Tujuan yang ingin dicapai masyarakat. Tujuan yang ingin dicapai bias berupa kesejahteraan (welfare) yang perlu pula dijelaskan maknanya, keadilan (justice), pemerataan (equality), kebebasan (liberty), stabilitas (stability), perlindungan terhadap lingkungan hidup, dan tujuan-tujuan lainnya.

3. System of ownership: Sistem pemilikan sumber daya oleh masyarakat. Pemilikan sumber daya bisa berupa pemilikan bersama (common ownership), swasta (private ownership), public (public ownership) kooperatif (cooperative ownership).

4. System of incentives: Sistem insentif dalam kegiatan ekonomi masyarakat yang dapat berupa insentif materi (uang, barang, atau jasa), atau insentif moral, atau insentif berupa kekuasaan, atau insentif bentuk lainnya.

5. System of coordination/allocation: Sistem alokasi sumber daya dan hasil-hasil kegiatan ekonomi masyarakat, yang bisa dengan cara yang merupakan tradisi, atau dengan mekanisme pasar bebas, atau dengan perencanaan baik perencanaan komando, terpimpin atau lainnya.

Sistem nilai utilitarian misalnya, merumuskan tujuan yang ingin dicapai adalah kesejahteraan dan kesejahteraan diukur dari kepuasan atau kebahagiaan yang diperoleh masing-masing individu dari mengkonsumsi barang dan jasa. Untuk mencapai tujuan tersebut pemilikan sumber daya umumnya oleh swasta, dengan system insentif yang bersifat materi (uang atau kekayaan), dan

mekanisme pasar bebas yang utama dalam pengalokasian sumber daya dan hasil-hasil kegiatan ekonomi masyarakat. Sebaliknya, sistem nilai egalitarian merumuskan tujuan juga kesejahteraan tapi yang berkeadilan bagi seluruh masyarakat. Untuk mencapai tujuan ini

134 pemilikan oleh publik dan kooperasi lebih dominan dengan insentif moral juga dipergunakan, serta system alokasi dengan perencanaan.

Saat ini berkembang pula sistem nilai syariah yang merumuskan tujuan-tujuan masyarakat sebagai kesejahteraan lahir-batin sesuai aturan-aturan Tuhan yang tertuang dalam Al-Quran dan Al-Hadist. Untuk masyarakat Indonesia mestinya sistem nilai Pancasila yang dirumuskan oleh pendiri Bangsa Indonesia sudah selayaknya yang dipergunakan dalam system ekonomi sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam kelima silanya. Perumusan secara tegas dan jelas apa saja nilai-nilai tersebut, tujuan yang ingin dicapai masyarakat Indonesia, sistem pemilikan sumber daya, sistem insentif yang dipergunakan, dan sistem alokasi yang diberlakukan.

3.5.3 Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi sering diartikan sebagai pembangunan infrastruktur, baik infrastruktur fisik (bangunan, jalan, pelabuhan, pasar, dan sebagainya) maupun infrastruktur sosial (pendidikan, kesehatan, kebudayaan, keamanan, pertahanan, dan sebagainya). Demikian pula, pembangunan diartikan sebagai proses pemenuhan kebutuhan utama masyarakat, seperti makanan, pelayanan kesehatan, pencapaian taraf pendidikan, dan sebagainya. Pembangunan dalam hal ini lebih berupa pencapaian hal-hal yang bersifat materi.

Sejatinya pembangunan ekonomi adalah membangun manusia yang bermartabat, berdaya-guna, dan mandiri. Bahkan, pembangunan ekonomi haruslah mendukung pencapaian masyarakat yang berbudaya dan selanjutnya berperadaban. Pembangunan manusia dan masyarakat diarahkan untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan, kesatuan, kemerdekaan, kedaulatan, kerakyatan, kesejahteraan, keadilan, dan sebagainya yang terkristalisasi dalam Pancasila dan UUD-45.

Pembangunan dalam rangka ketahanan dan kedaulatan pangan misalnya, haruslah dilandasi pada pemberdayaan para petani, nelayan dan keluarganya. Petani dan nelayan harus dimanusiakan menjadi petani dan nelayan yang bermartabat, yang memiliki lahan atau kapal, yang tangguh,

135 yang produktif, dan yang punya posisi tawar cukup terhadap pedagang atau tengkulak. Mengundang investor asing maupun lokal dengan pemberian peruntukan lahan dalam rangka ketahanan pangan tentunya kebijakan yang tidak tepat karena sering menimbulkan konflik lahan atau penggundulan dan pembakaran hutan. Penguatan ekonomi perdesaan dan pesisir yang merupakan sentra produksi pangan dengan memberdayakan para petani dan nelayan serta memperkuat ekonomi keluarga-keluarga tani dan nelayan, inilah makna sesungguhnya dari pembangunan ketahanan dan kedaulatan pangan.

3.5.4 Performa Ekonomi

Berbagai indikator performa ekonomi dapat digunakan. Pendapatan perkapita yang dihitung dari gross domestic product percapita (GDP/cap) masih menjadi acuan utama untuk ukuran performa ekonomi suatu perekonomian. Pertumbuhan ekonomi pertahun dihitung dari GDP harga konstan atau nilai riil sehingga menggambarkan peningkatan produksi Nasional secara makro. Namun harus disadari bahwa angka GDP ini memasukkan hasil produksi dari perusahaan dan faktor-faktor produksi dari luar negeri sehingga tidak dapat menggambarkan sepenuhnya kesejahteraan masyarakat Indonesia. Mengandalkan GDP/cap dan pertumbuhan GDP sebagai acuan performa ekonomi tentu saja bisa menyesatkan, apalagi bila klaim faktor produksi asing semakin besar dalam perekonomian Nasional.

Menyadari kelemahan angka GDP/cap sebagai ukuran kesejahteraan, berbagai upaya dilakukan untuk menghasilkan indikator performa ekonomi yang lebih komprehensif dan lebih menggambarkan capaian perekonomian masyarakat yang sebenarnya. Human development index (HDI) atau indeks pembangunan manusia (IPM) yang dikeluarkan oleh PBB (UNDP). Ukuran performa lainnya dihitung oleh berbagai institusi internasional. Indeks kebahagiaan (happiness index) dikeluarkan untuk hampir 200 negara di dunia oleh PBB (UNSP). Indeks korupsi (corruption perception index) dikeluarkan oleh Transparency International untuk lebih dari 160 negara di dunia.

Kotak. 5 Performa Ekonomi Indonesia

Saat ini Indonesia berada pada peringkat ke-100 dari hampir 200 negara di dunia, dengan angka GDP/cap sebesar US$10.517 di

Gambar 3.25 Kehidupan Orang Indonesia Umumnya.

136 tahun 2014 (dihitung dengan kurs purchasing power parity). Hal ini berarti Indonesia berada pada kelompok negara-negara berpendapatan menengah.HDI atau IPM yang dikeluarkan oleh PBB (UNDP) mencatat Indonesia berada pada peringkat ke-110 dari 188 negara yang disurvei tahun 2014. Indikator-indikator performa ekonomi lainnya dapat disebutkan disini bahwa Indonesia pada peringkat kebahagiaan ke-79 dari 157 negara di dunia dalam happiness index yang dilaporkan oleh PBB (UNSP) tahun 2016; peringkat korupsi ke-88 dari 168 negara di tahun 2015 dengan nilai 36 (tertinggi 91 dan terendah 8

Perekonomian sebagai lingkungan makro manusia yang berkelompok dan membentuk masyarakat akan berkontribusi terhadap pembentukan watak dan karakter anggota masyarakat. Dengan memahami perekonomian beserta aspek-aspeknya secara baik maka setiap anggota masyarakat akan dapat menentukan sikap dan tindakannya dalam setiap keadaan yang ada. Berikutnya perlu dipahami konsep kebudayaan sebagai hasil dari aktifitas masyarakat, termasuk aktifitas ekonomi.

Dalam dokumen APA ITU MANUSIA (Halaman 131-136)