• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Masyarakat

Dalam dokumen APA ITU MANUSIA (Halaman 80-87)

BAB 3 MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

1. Memahami Konsep Masyarakat

1.1. Pengertian Masyarakat

Istilah masyarakat bukanlah istilah yang sederhana melainkan kompleks. Secara etimologis, kata masyarakat berasal dari bahasa Arab, musyarak, yang berarti “ikut serta” atau

“partisipasi”. Dalam bahasa Inggris, istilah masyarakat disebut society yang diambil dari bahasa Latin societatis, yang berarti teman atau kerabat. Dengan demikian, secara etimologis, masyarakat diartikan sebagai sekelompok manusia yang saling berpartisipasi, berteman, dan berkerabat.

Gambar 3.1 Kerumunan penonton musik (Sumber: http://news.liputan6.com)

Demikian juga, sekelompok orang yang berada di dalam kelas untuk belajar tidak membentuk masyarakat, meskipun di dalamnya ada kegiatan saling berpartisipasi, berteman, dan bergaul.

Hasan Shadily (1983:47) menjelaskan pengertian masyarakat sebagai “golongan besar atau kecil yang terdiri atas beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara Pengertian secara etimologis tersebut belum memberikan gambaran tentang masyarakat secara lengkap dan jelas, karena banyak kelompok manusia yang saling berinteraksi tidak dapat disebut masyarakat. Sebagai contoh, sekelompok manusia yang berkerumun untuk menonton pertunjukan musik, bukanlah masyarakat, meskipun mereka berteman dan berkomunikasi.

Gambar 3.2: kegiatan belajar kelompok (Sumber: http://old.ui.ac.id)

81 golongan dan pengaruh-memengaruhi satu dengan lainnya”. Pengertian masyarakat itu sejalan dengan pengertian etimologis seperti dijelaskan di atas. Pengertian yang lebih luas diungkapkan oleh Ralph Linton (terj.1984:118) bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup serta bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial. Definisi tersebut menekankan ciri masyarakat pada interaksi yang berlangsung lama sehingga kelompok manusia yang berada di dalam kelas atau kelompok penonton pertunjukan musik, seperti contoh di atas, tidak dapat disebut sebagai masyarakat karena meskipun mereka bekerja sama dan berinteraksi serta mengikuti keteraturan, kerja sama itu tidak berlangsung lama atau bersifat temporal.

Menurut Koentjaraningrat (2009:118), masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa konsep masyarakat yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat menekankan pada adanya suatu sistem adat yang berkelanjutan. Sistem adat ini dapat berupa nilai ataupun norma-norma yang mengikat secara sosial. Sistem adat merupakan konsep-konsep mengenai sesuatu yang ada di dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting.

Dalam tiap masyarakat, baik yang kompleks maupun sederhana, terdapat sejumlah nilai budaya, di mana satu dengan yang lain berkaitan hingga merupakan suatu sistem. Sistem itu berfungsi sebagai pedoman dan memberi motivasi kuat terhadap arah kehidupan warga masyarakatnya. Setiap individu anggota masyarakat menanamkan dan ditanamkan nilai-nilai kebudayaan ini sejak kecil sehingga berakar kuat di dalam jiwa mereka; itulah sebabnya suatu sistem budaya masyarakat bersifat kontinu. Oleh karena itu, adat istiadat ini sulit untuk diubah secara singkat (Koentjaraningrat, 2009: 153—154) meskipun bukan berarti tidak dapat diubah sama sekali.

Definisi masyarakat lainnya disampaikan oleh Soekanto (1990:26—29, 187), yang mengangkat konsep masyarakat menurut tokoh Sosiologi Indonesia, Selo Soemardjan, yaitu suatu sistem sosial yang menghasilkan kebudayaan. Masyarakat merupakan suatu sistem karena mencakup pelbagai komponen dasar yang saling berkaitan secara fungsional. Selain itu,

82 dijelaskan fungsi masyarakat sebagai wadah bagi ekspresi individu-individu dalam menghasilkan kebudayaan.

Mutakin, dkk. (2004:26 dan 29) meringkas beberapa pendapat ahli tentang masyarakat dan menyusun ciri-ciri masyarakat sebagai berikut.

a. Kumpulan manusia yang hidup bersama; meskipun secara teori jumlah manusia itu dapat menjadi dua atau lebih namun pada umumnya sebutan masyarakat ditujukan kepada sekumpulan manusia yang cukup besar;

b. bergaul dalam jangka waktu yang relatif lama; c. setiap anggotanya menyadari sebagai satu kesatuan;

d. bersama membangun sebuah kebudayaan yang membuat keteraturan dalam kehidupan bersama.

Istilah masyarakat juga sering dipergunakan secara tumpang tindih dengan istilah lainnya dalam ilmu sosial dan budaya, yaitu komunitas, rakyat, warga,

penduduk, suku bangsa, dan bangsa.

Komunitas diartikan sebagai satuan kelompok organisme, yang hidup dan saling berinteraksi di dalam daerah tertentu

dan mencirikan homogenitas. Sebagai contoh, komunitass kota adalah satuan yang tinggal di daerah perkotaan, suatu daerah yang mencirikan karakteristik

yang berbeda dengan daerah pedesaan, dan mencirikan sifat orang-orangnya yang bercirikan kekota-kotaan, seperti individualistis, ritme kehidupan yang lebih cepat, interaksi antarindividu berdasarkan peran dan kepentingan, dan lain sebagainya.

Istilah komunitas juga digunakan untuk menyebut satuan homogen spesies selain manusia, misalnya komunitas hutan bakau yaitu satuan tumbuhan yang hidup di hutan bakau di daerah pantai. Kesejenisan, juga dapat terkait dengan minat tertentu, misalnya komunitas sastra adalah kelompok atau kumpulan orang yang meminati dan berkecimpung di bidang sastra, komunitas pesepeda, dan lain sebagainya. Jika dibandingkan dengan istilah masyarakat (society) istilah komunitas (community) merupakan istilah untuk kesatuan kelompok, baik manusia maupun organisme lainnya. Selain itu, jika yang dimaksud adalah kelompok sosial, istilah komunitas

Gambar 3.3 Komunitas pesepeda (sumberhttp://medanbisnisdaily.com)

83 menunjukkan adanya kesamaan (homogenitas) anggota kelompoknya, baik itu kesamaan sifat, tempat tinggal, atau lainnya sedangkan masyarakat menunjukkan keheterogenan anggotanya. Dengan demikian, dalam hal itu, istilah masyarakat mengandung makna lebih luas dari pada istilah komunitas.

Adapun istilah lain yang sering ditumpang tindihkan dengan istilah masyarakat adalah rakyat (people) yang berarti “penduduk suatu negara”. Berdasarkan pengertian tersebut, istilah rakyat berkaitan dengan negara atau wilayah yang terbatas. Dalam hal ini, istilah masyarakat lebih luas dari istilah rakyat. Kita

dapat menyebut “masyarakat dunia” namun tidak mungkin menyebut “rakyat dunia”. Rakyat, lebih tepat digunakan dalam penyebutan kumpulan individu di suatu daerah atau negara tertentu, seperti

rakyat Indonesia, dan sebagainya. Oleh karena, itu istilah rakyat sering dikaitkan dengan pemerintahan yang memimpin. Istilah rakyat juga dikaitkan dengan hak dan kewajibannya sebagai anggota dari satu pemerintahan daerah atau negara tertentu.

Istilah yang hampir mirip dengan rakyat adalah warga (citizen) yang berarti “anggota dari satuan administrasi terkecil: rukun tetangga, kelurahan, kecamatan, kota, negara, hingga dunia, yang memperlihatkan tingkatan dalam masyarakat”. Istilah warga ini lebih dekat dengan istilah rakyat, yaitu mengacu kepada anggota suatu lembaga atau kesatuan wilayah. Kita dapat menyebut warga desa, warga kota, warga negara, dan lain-lain bahkan juga

digunakan dalam menyebut “warga dunia”. Warga juga menunjukkan keanggotaan suatu

Gambar 3.4 rakyat sedang menuntut hak (Sumber:https://patriotindo.wordpress.com)

Gambar 3.5 Pemerintah berkewajiban mengentaskan kemiskinan rakyat

84 wilayah tertentu berdasarkan administrasi. Warga negara tidak terkait dengan asal-usul individu itu,

melainkan persyaratan administrasi yang dapat dipenuhinya sebagai warga daerah atau negara tertentu. Seseorang dapat menyebut dirinya sebagai warga negara Indonesia karena memenuhi persyaratan administrasi yang dibuktikan dengan kepemilikan kartu identitas. Dengan pertimbangan tertentu, seseorang dapat pindah kewarganegaraan dengan memenuhi persyaratan yang tertentu. Kewarganegaraan yang diperoleh akan terkait dengan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

Istilah warga ini hampir sepadan dengan penduduk (population) yaitu orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat: kampung, negeri, pulau, dan sebagainya, yang dilengkapi dengan bukti identitas kependudukan. Baik warga negara maupun penduduk dapat saja tinggal di wilayah administratifnya, atau di wilayah administratif lainnya. Urbanisasi, transmigrasi, emigrasi, dan migrasi menyebabkan setiap orang dapat hidup di wilayah daerah atau negara yang bukan merupakan daerah atau negara asalnya. Istilah penduduk juga sering dikaitkan dengan jumlah kumpulna atau satuan individu yang di suatu wilayah, misalnya jumlah penduduk usia bayi, jumlah penduduk usia produktif, jumlah penduduk lansia (lanjut usia), dan lain sebagainya.

Istilah lainnya yang memperlihatkan sekelompok atau satuan individu adalah suku bangsa (etnis) yang dipahami sebagai kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan sosial lain berdasarkan kesadaran akan identitas kebudayaan. (2002:1099). Jika istilah rakyat, warga, dan penduduk diberikan oleh suatu lembaga, institusi, atau negara sebagai bentuk pengakuan

keanggotaan individu atau kelompok, suku bangsa ini (sering kali hanya disebut “suku”) adalah

suatu identitas yang datang dari masyarakat suku bangsa tersebut.

Gambar 3.6 Siapa saja dapat menjadi warga negara Indonesia.

85 Pengakuan sebagai anggota suku bangsa datang atas kesadaran diri si individu berdasarkan latar belakang asal-usul dirinya. Sebagai contoh, seseorang mengakui dirinya sebagai orang bersuku bangsa Batak, karena ia dilahirkan dari sebuah keluarga dengan ayah berdarah Batak. Demikian juga orang bersuku Bali, adalah mereka yang dilahirkan dari keluarga bersuku bangsa Bali, dan sebagainya. Selain adanya kesadaran diri dari kelompok sosial ini akan keberadaannya, mereka juga mungkin juga mengembangkan kebudayaan yang khas yang diterima dan dimiliki oleh seluruh anggota kelompok dan dapat dikenali sebagai kebudayaan yang berbeda oleh kelompok suku bangsa lainnya.

Namun demikian, tidak setiap individu yang secara genetis dilahirkan dari suku bangsa tertentu mengembangkan kebudayaan suku bangsanya. Banyak di antara generasi muda Indonesia, yang secara genetis bersuku bangsa Jawa, misalnya, karena tidak berada dalam lingkungan yang menginternalisasikan kebudayaan suku bangsa Jawa, tidak berkembang dan mengembangkan diri sebagai seorang bersuku bangsa Jawa. Kehidupan hibrida sedemikian yang bahkan tampak berada di lingkup kebudayaan Indonesia, memungkinkan kita menjumpai seseorang bersuku bangsa Batak, Bugis, atau Makassar, dan lainnya, justru dapat memperlihatkan identitas Jawa atau Sunda melalui penguasaan bahasa dan tatakrama identitas suku bangsa tersebut karena ia berada di dalam lingkungan masyarakat berkebudayaan Jawa, Sunda atau sebaliknya.

Adapun istilah bangsa (nation) merupakan bentuk kelompok sosial yang lebih luas dari suku bangsa. Bangsa dibangun dari satu suku bangsa atau lebih dari satu suku bangsa tertentu. Jika suatu suku bangsa terdiri atas individu-individu yang homogen yang menyadari akan

Dalam kehidupan yang semakin mengglobal ini pun kita menjumpai warga negara asing yang mempelajari kebudayaan Indonesia. Namun demikian, tentu saja, penguasaan bahasa dan beberapa komponen identitas suku bangsa tertentu tidak secara otomatis melekatkannya dengan identitas suku bangsa tertentu karena suku bangsa (atau etnisitas) lebih bersifat genetis dari pada sosial.

Gambar 3.7 Orang Asing mempelajari budaya Indonesia

86 kesamaan asal usul, ras, bahasa, dan adat istiadat, suatu bangsa mungkin saja terdiri atas satu suku bangsa yang homogen. Mungkin juga suatu bangsa terdiri atas beberapa suku bangsa sehingga bersifat heterogen. Sebutan bangsa ini juga sering mengacu kepada negara bangsa (nation state) tertentu. Meskipun tidak semua nation state (negara bangsa) dibangun dari satu bangsa yang homogen. Negara bangsa Indonesia adalah contoh terbaik bagaimana suatu bangsa dibangun dari unsur-unsur suku bangsa yang sangat heterogen (multikultural). Unsur-unsur yang sangat beragam ini diikat oleh kesatuan tanah air, kesatuan bangsa, dan kesatuan bahasa, yaitu Indonesia.

Lahirnya negara Indonesia, yaitu sebagai hasil dari suatu pengakuan akan adanya satu Bangsa Indonesia, telah menjadikan Jawa, Melayu, Sunda, Betawi, Batak, Padang, Banjar, Dayak, Makasar, Bugis, Ambon, Asmat, Papua, ditempatkan subordinat (di bawah) Bangsa Indonesia atau menjadi suku-suku bangsa di dalam lingkup bangsa Indonesia.

Gambar 3.8 Bangsa Indonesia dibangun dari keragaman suku bangsa dan budaya.

(Sumber: https://belajar.kemdikbud.go.id)

Namun demikian, hal yang berbeda dengan negara Amerika Serikat, yang penduduknya terdiri atas bangsa-bangsa

di dunia seperti Cina, India, Indonesia, Jepang, Inggris, dan lain sebagainya, tidak menempatkan bangsa-bangsa itu sebagai subordinat. Orang yang secara administrasi menjadi penduduk di negara Amerika Serikat, lebih tepat disebut sebagai warga negara Amerika Serikat daripada disebut sebagai bangsa Amerika. Tidak seperti suku-suku bangsa di Indonesia yang melebur menjadi bangsa

Indonesia, warga Amerika Serikat memang tidak

melebur, melain bersepakat membangun ke-Amerika-an dengan tetap mempertahankan asal-usul bangsa setiap dari individu yang menjadi warga negara Amerika.

Gambar 3.9 Negara Amerika Serikat dibangun dari keberagaman bangsa-bangsa di dunia.

87 Sementara itu, suatu bangsa seperti Korea, misalnya, karena perbedaan ideologi, membangun dua negara Korea, yaitu Korea Selatan yang berideologi Liberal dan Korea Utara yang berideologi Sosialis. Kondisi yang pernah terjadi juga pada bangsa Jerman, ketika masih terbagi secara ideologis dan politis menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur.

Ada juga bahkan suatu bangsa yang tidak membentuk satu negara bangsa, melainkan beberapa negara, yaitu bangsa Arab di wilayah Timur Tengah yang tidak menjadi bangsa dalam satu negara yang satu, melainkan dalam banyak negara, antara lain: Kerajaan Arab Saudi, Yordania, Palestina; dan beberapa membangun Uni Emirat Arab. Jika mengacu kepada anggota Liga Arab, terdapat 22 negara yang beranggotakan mayoritas penduduknya berkebangsaan Arab atau berbahasa Arab. Meskipun jumlah tersebut tidak mencerminkan jumlah yang tepat dari negara-negara yang disebut sebagai negara Arab. Mesir meskipun sering menganggap bukanlah

an Arabic people” melainkan “an Egyptian people” namun masuk ke dalam keanggotaan Liga Arab bahkan menjadi negara pendiri organisasi negara-negara berkebangsaan Arab ini. Ada juga bahkan bangsa yang berebutan wilayah negara, yaitu bangsa Yahudi dengan negara Israel yang dibangun di atas wilayah yang semula merupakan wilayah bangsa Arab Palestina. Jadi, penyebutan bangsa yang mengacu kepada negara bangsa memang perlu dikritisi karena tidak sesederhana ketika kita menyebut satu bangsa sebagai satu negara tertentu atau satu negara yang belum tentu dibangun oleh satu bangsa yang homogen.

Demikianlah, istilah-istilah yang berdekatan dengan istilah masyarakat tersebut dijelaskan untuk menunjukkan perbedaan antara satu dengan lainnya. Namun demikian, dalam beberapa tulisan sering ditemukan penggunaan istilah-istilah tersebut secara tumpang tindih. Demikian pula dalam tulisan ini, istilah masyarakat yang digunakan mungkin saja dapat dipertukarkan dengan salah satu dari istilah kelompok sosial lainnya seperti yang telah disebutkan di atas.

Dalam dokumen APA ITU MANUSIA (Halaman 80-87)