• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menuju Masyarakat berperadaban

Dalam dokumen APA ITU MANUSIA (Halaman 136-141)

BAB 3 MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

3 Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan

3.6 Menuju Masyarakat berperadaban

Istilah kebudayaan sering disamakan dengan istilah peradaban. Hal ini disebabkan unsur-unsur yang dibahas di dalam kebudayaan merupakan unsur-unsur yang dibahas pula di dalam peradaban. Namun sebenarnya kebudayaan dan peradaban berbeda. Dapat dikatakan bahwa tidak ada satu masyarakat pun yang tidak memiliki kebudayaan, namun tidak semua masyarakat dapat atau telah mencapai peradaban. Jika memperhatikan unsur-unsur universal kebudayaan sebagai mana telah dijelas, setiap masyarakat pasti memiliki sistem bahasa, misalnya, baik bahasa yang hanya dipergunakan oleh sekelompok orang dalam suku bangsa yang hanya beranggotakan seratus orang, maupun bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat yang lebih luas lagi yang meliputi lebih dari satu suku bangsa yang terdiri atas jutaan bahkan ratusan juta orang, seperti bahasa Indonesia.

Demikian juga, sistem organisasi sosial, dapat dijumpai pada masyarakat yang sederhana maupun masyarakat yang lebih kompleks, seperti masyarakat bangsa, memperlihatkan bahwa tidak ada satu pun masyarakat yang tidak berkebudayaan. Namun, jika kebudayaan suatu masyarakat suku bangsa atau bangsa telah membawa masyarakat itu pada suatu tingkatan yang

137

disebut “maju” oleh masyarakat lainnya, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat itu telah

mencapai peradaban.

Koentjaraningrat (2009: 146) menggunakan istilah peradaban, yang disepadankan dengan

civilization” untuk menyebut bagian dan unsur dari kebudayaan yang halus, maju, dan indah; atau untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, dan sistem kenegaraan dari masyarakat kota yang maju dan kompleks. Dengan demikian, peradaban merupakan bagian dari kebudayaan, yang keduanya dibedakan dalam hal kualitas. Setiap masyarakat di belahan dunia manapun pastilah memiliki kebudayaan. Namun, dengan memperhatikan ketinggian dan keluhuran hasil-hasil kebudayaan yang dapat dicapai masyarakat suatu bangsa, ada beberapa masyarakat bangsa yang telah mencapai kebudayaan yang dianggap luhur dan tinggi, atau dengan kata lain telah mencapai peradaban, dan ada masyarakat yang belum mencapai perabadan. Pertanyaan selanjutnya adalah di manakah peradaban itu berada sekarang ini? Pada umumnya, peradaban mengacu kepada suatu

tempat di mana kita cenderung menganggapnya, “maju”, “modern”, dan “tinggi”; dan sampai saat ini kita masih cenderung mengacu ke arah Amerika dan negara-negara Barat, sebagai sumber kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mekipun pada saat ini telah muncul kekuatan-kekuatan baru dalam kemajuan pengetahuan dan teknologi, seperti Jepang dan Korea.

Dalam catatan sejarah, peradaban menunjukkan pasang surut. Suatu masyarakat bangsa pada kurun waktu tertentu berada dalam keadaaan tertinggal, namun sewaktu-waktu dapat melejit menjadi bangsa yang maju dan dianggap telah mencapai kebudayaan tinggi atau peradaban. Sebagai contoh, sampai dengan abad ke-18 M, Amerika Serikat, sebagai sebuah negara, belum ada dan belum diperhitungkan dalam percaturan kekuatan negara-negaran maju di dunia. Namun pada awal abad ke-20, kemajuan yang dicapai oleh masyarakat di negara Amerika Serikat telah menjadikan negara itu sebagai kekuatan dominan di dunia, hingga saaat ini. Kondisi sebaliknya dapat terjadi, yaitu suatu negara yang telah mencapai peradaban, pada masa yang lampau, mungkin saja hancur dan tenggelam pada saat ini. Dalam sejarah peradaban dunia kita mengenal peradaban Mesopotamia, Mesir, Persia, Yunani, Romawi, India, Cina, Jepang, Arab, dan lain sebagainya, yang telah menjadi bukti sejarah kemajuan peradaban masyarakat bangsa-bangsa tersebut.

138 Adapun dalam konteks sejarah Indonesia, kemajuan dan kemasyhuran kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Malaka, dan sebagainya, dianggap menjadi salah satu titik peradaban masyarakat bangsa ini. Pertanyaan dan sekaligus tantangan kita, adalah apakah kemajuan dan kemasyhuran itu dapat kita raih dalam konteks masyarakat bangsa Indonesia? Dengan kata lain, dapatkah kita sebagai bangsa Indonesia mencapai peradaban? Mari mencari jawabannya pada diri kita masing-masing, sebagai anak bangsa. Mari memahami keberadaan diri kita sebagai diri pribadi (individu) yang memiliki keunikan dan kebebasan berkreasi, sebagai bagian dari kelompok dan anggota masyarakat yang dapat menunjukkan kebermanfaatan diri bagi masyarakat sekitar, bagi masyarakat Indonesia, dan bahkan bagi masyarakat dunia dengan mengembangkan kebudayaan yang tinggi. Hingga pada gilirannya kita sebagai bangsa dapat berdiri dengan gagah menegakkan peradaban dunia.

Memahami masyarakat dan kebudayaan dapat membangun karakter saling bekerja sama dan berkompetisi, karena kemajuan dan kemunduran suatu masyarakat sangat tergantung kepada individu-individu anggota masyarakat. Selain itu juga hal tersebut menumbuhkan sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan antarindividu dan antarmasyarakat. Individu yang sehat dapat membentuk masyarakat yang sehat dan mampu mengembangkan kebudayaan masyarakatnya sehingga tercapai kemajuan masyarakat yang diinginkan bersama. Masyarakat dengan suatu identitas yang dibangun pada akhirnya melahirkan bangsa.

Bangsa Indonesia, dalam hal ini, adalah kesatuan masyarakat-masyarakat yang terikat dengan satu identitas dan tujuan yang sama. Pemahaman diri sebagai individu, sebagai anggota kelompok dan sebagai anggota masyarakat pada gilirannya akan menjadi landasan dalam membangun masyarakat bangsa Indonesia. Selanjutnya, Buku Ajar III MPKT A akan membahas terbentuknya bangsa Indonesia.

139 DAFTAR PUSTAKA

Bronfenbrenner, Urie. 1979 The Ecology of Human Development: Experiment by Natur and Design. Cambridge: Harvard University Press.

Bronfenbrenner, Urie. 1989. dalam Rberta M. Berns. (2010) Child, Family. School, Community, 8th edition. Belmont: Wadsworth.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka

Ember, Caril R, Melvin Ember & Peter N Peregrine. 2007. Anthropology. 12th ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

_____________.2000. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gazalba, Sidi. 1976. Pengantar Sosiologi dan Sosiografi. Jakarta: Bulan Bintang

Gazzaniga, Michael S. (2008), Human, the science behind what makes us unique. New York: HarperCollins books.

Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Culture. New York.

Geertz, Hildred. 1981. Aneka Budaya dan Komunitas di Indonesia.terj. Jakarta: Yayasan Ilmu- Ilmu Sosial & FIS-UI

Hendropuspito. OC., D. 1989. Sosiologi Sistematik. Yogyakarta: Kanisius.

Johnson, Paul D. 1994. Teori Sosiologi: Klasik dan Modern, Jilid I dan II. (Terj. Robert M.Z. Lawang). Jakarta : Gramedia

Linton, Ralph. 1984. The Study of Man: an Introduction. Terjemahan Firmansyah. Bandung: Jemmars.

Kluchohn, Clyde. 1994. Terj. Mirror for Man (Cermin Bagi Manusia). Jakarta: Grafindo Persada

Kroeber, A.L., and Clyde Kluckhohn. 1952. Culture: a Critical Review of Concepts and Definitions. New York: Vintage Books.

140 Kroker, Arthur dan David Cook. 1988. The Postmodern Scene: Excremental Culture and

Hyper-aesthethics. London: MacmillannEducation Ltd.

Mutakin, Awan, Dasim Budimansyah, & Gurniawan Kamil Pasya. 2004. Dinamika Masyarakat Indonesia. Bandung: PT Genesindo

Palomo, Margaret M. 1991. Contemporary Sociological Theory. Michigan: Macmillan Publishing.

Poerwanto, Hari. 2008. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahyono, F.X. 2002. “Representamen Kebudayaan Jawa: Teknik Komparatif Referensial pada

Teks “Wedhatama”. Wacana, Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya. Vol.4 No.1, Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya.

Saifuddin, Achmad Fedyani. 2006. Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Shadily, Hasan. 1983. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Bina Aksara

Soekanto, Soerjono. 1984. Beberapa Teori tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: CV. Rajawali ________________. 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Suparlan, Parsudi. Juni 1981. “Kebudayaan, Masyarakat, dan Agama”. Majalah Ilmu- Ilmu Sastra. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

______________. 2005. Sukubangsa dan Hubungan Antar-Sukubangsa. Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian (YPKIK)

Tylor. E.B. 1974. Primitive Culture: Researches into the development of Myhology, philoshopy, religion, art, and custom. New York: Gordon Press.

Widagdho, Djoko. dkk. 2001. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Wuradji. 1987. Pendidikan dan Masyarakat. Sosilogi Pendidikan: sebuah Pendekatan Sosio- Antropologis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Dalam dokumen APA ITU MANUSIA (Halaman 136-141)