• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. SISTEM TATANIAGA SALAK PONDOH

6.4.1. Marjin Tataniaga

Marjin tataniaga merupakan perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani. Marjin tataniaga juga disebut dengan perbedaan harga dari tingkat produsen dengan harga di tingkat lembaga pertama, atau perbedaan harga yang terjadi antara lembaga yang satu dengan lembaga tataniaga yang lainnya dalam saluran tataniaga komoditi yang sama. Marjin meliputi biaya dan keuntungan tataniaga dari suatu lembaga tataniaga dalam suatu saluran tataniaga.

Biaya tataniaga adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk mengalirkan komoditi dari petani ke konsumen akhir di luar keuntungan lembaga tataniaga. Analisis marjin tataniaga digunakan untuk mengetahui unsur pembentukan marjin tataniaga yang terbesar sebagai pengukur efisiensi tataniaga komoditi salak pondoh di Kab. Banjarnegara. Sebaran marjin di setiap lembaga tataniaga pada setiap pola saluran cukup berbeda.

Tabel 21. Sebaran Harga Rata-Rata Salak Pondoh Dan Marjin Tataniaga Pada Pola Saluran Tataniaga Salak Pondoh Lokal

Unsur Marjin Pemasaran Saluran 1

Nilai (Rp/Kg) Persentase (%)

A Petani

Harga Jual 2200 73,33

B Pedagang Pengecer Lokal

Harga Pembelian 2200 73,33 Biaya Tataniaga 430 14,33 Keuntungan 370 12,33 Harga Penjualan 3000 100,00 Marjin 800 26,67 C Konsumen Harga Pembelian 3000 100,00

Total Biaya Tataniaga 430 14,33

Total Keuntungan 370 12,33

Total Marjin Tataniaga 800 26,67

Pada pola saluran tataniaga salak pondoh lokal, yaitu pola saluran yang terdiri dari petani dan pedagang pengecer lokal yang berhubungan langsung dengan konsumen, total marjin pada pola saluran ini sebesar Rp. 800 per kilogram dengan total biaya sebesar Rp. 430 per kilogram (Tabel 21). Komponen biaya ini meliputi biaya tenaga kerja sebesar Rp. 250 per kilogram, biaya kemasan sebesar Rp. 140 per kilogram, biaya sewa pick up dan bongkar muat sebesar Rp. 30 per kilogram, dan biaya kios sebesar Rp. 10 per kilogram.

Tabel 22. Sebaran Harga Rata-Rata Salak Pondoh Dan Marjin Tataniaga Pada Pola Saluran Tataniaga Salak Pondoh Dalam Jawa Tengah

Unsur Marjin Saluran 2 Saluran 5 Nilai (Rp/Kg) Persentase (%) Nilai (Rp/Kg) Persentase (%) A Petani Harga Jual 2200 62,86 2400 68,57 B Pedagang Pengumpul Harga Beli 2200 62,86 Biaya Tataniaga 190 5,43 Keuntungan 110 3,14 Harga Jual 2500 71,43 Marjin 300 8,57 C Pedagang Besar Harga Beli 2500 71,43 2400 68,57 Biaya Tataniaga 495 14,14 495 14,14 Keuntungan 505 14,43 605 17,29 Harga Jual 3500 100,00 3500 100,00 Marjin 1000 28,57 1100 31,43

D Pedagang Luar Daerah

Harga Beli 3500 100,00 3500 100,00

Total Biaya Tataniaga 685 19,57 495 14,14

Total Keuntungan 615 17,57 605 17,29

Total Marjin Tataniaga 1300 37,14 1100 31,43

Pola saluran 2 dan pola saluran 5 adalah pola saluran tataniaga salak pondoh dalam Jawa Tengah. Pada pola saluran 2 terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar/pedagang pengirim, dan pedagang luar daerah di kota-kota dalam Jawa Tengah, total marjin sebesar Rp. 1.300 per kilogram dengan total biaya yang ditanggung sebesar Rp. 685 per kilogram. Komponen biaya yang ditanggung oleh pedagang pengumpul adalah biaya tenaga kerja sebesar Rp. 40 per kilogram, biaya transportasi barang sebesar Rp. 60 per kilogram, biaya bongkar muat sebesar Rp. 50 per kilogram, dan biaya akomodasi yang meliputi biaya konsumsi tenaga kerja, biaya timbang, biaya curah barang dan biaya pajak pasar sebesar Rp. 40 per kilogram. Komponen biaya yang ditanggung oleh pedagang besar/pedagang pengirim antara lain biaya sortasi dan grading sebesar Rp. 40 per kilogram, biaya pengemasan sebesar Rp. 40 per kilogram, biaya kemasan sebesar Rp. 100 per kilogram, biaya transportasi barang dari Banjarnegara ke tujuan dalam Jawa Tengah sebesar Rp. 220 per kilogram, biaya bongkar muat sebesar Rp. 50 per kilogram, dan biaya akomodasi yang meliputi biaya konsumsi tenaga kerja, biaya pajak pasar dan biaya penyusutan sebesar Rp. 45 per kilogram.

Pada pola saluran 5 yang terdiri dari petani, pedagang besar/pedagang pengirim, dan pedagang luar daerah di kota-kota dalam Jawa Tengah, total

marjin sebesar Rp. 1.100 per kilogram dengan total biaya yang ditanggung sebesar Rp. 495 per kilogram. Komponen biaya yang ditanggung oleh pedagang besar/pedagang pengirim antara lain biaya sortasi dan grading sebesar Rp. 40 per kilogram, biaya pengemasan sebesar Rp. 40 per kilogram, biaya kemasan sebesar Rp. 100 per kilogram, biaya transportasi barang dari Banjarnegara ke tujuan dalam Jawa Tengah sebesar Rp. 220 per kilogram, biaya bongkar muat sebesar Rp. 50 per kilogram, dan biaya akomodasi yang meliputi biaya konsumsi tenaga kerja, biaya pajak pasar dan biaya penyusutan sebesar Rp. 45 per kilogram.

Tabel 23. Sebaran Harga Rata-Rata Salak Pondoh Dan Marjin Tataniaga Pada Pola Saluran Tataniaga Salak Pondoh Dalam Pulau Jawa Di Luar Jawa Tengah

Unsur Marjin Saluran 3 Saluran 6 Nilai (Rp/Kg) Persentase (%) Nilai (Rp/Kg) Persentase (%) A Petani Harga Jual 2200 48,89 2400 53,33 B Pedagang Pengumpul Harga Beli 2200 48,89 Biaya Tataniaga 190 4,22 Keuntungan 120 2,67 Harga Jual 2500 55,56 Marjin 300 6,67 C Pedagang Besar Harga Beli 2500 55,56 2400 53,33 Biaya Tataniaga 660 14,67 660 14,67 Keuntungan 840 18,67 940 20,89 Harga Jual 4000 88,89 4000 88,89 Marjin 1500 33,33 1600 35,56

D Pedagang Luar Daerah

Harga Beli 4000 88,89 4000 88,89 Biaya Tataniaga 140 3,11 140 3,11

Keuntungan 360 8,00 360 8,00

Harga Jual 4500 100,00 4500 100,00

Marjin 500 11,11 500 11,11

E Pengecer Luar Daerah

Harga Beli 4500 100,00 4500 100,00

Total Biaya Tataniaga 990 22,00 800 17,78

Total Keuntungan 1320 29,33 1300 28,89

Total Marjin Tataniaga 2300 51,11 2100 46,67

Pola saluran 3 dan pola saluran 6 merupakan saluran tataniaga salak pondoh dalam pulau Jawa di luar Jawa Tengah dengan kota-kota tujuan utama adalah Jakarta, Tanggerang, Bandung, dan Surabaya. Pada pola saluran 3 yang terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar/pedagang pengirim, pedagang luar daerah, dan pedagang pengecer luar daerah, total marjin sebesar

Rp. 2.300 per kilogram dengan total biaya yang ditanggung sebesar Rp. 990 per kilogram.

Komponen biaya yang ditanggung oleh pedagang pengumpul pada pola saluran 3 antara lain biaya tenaga kerja sebesar Rp. 40 per kilogram, biaya transportasi barang sebesar Rp. 60 per kilogram, biaya bongkar muat sebesar Rp. 50 per kilogram, dan biaya akomodasi yang meliputi biaya konsumsi tenaga kerja, biaya timbang, biaya curah barang dan biaya pajak pasar sebesar Rp. 40 per kilogram. Komponen biaya yang ditanggung oleh pedagang besar atau pedagang pengirim antara lain biaya sortasi dan grading sebesar Rp. 50 per kilogram, biaya pengemasan sebesar Rp. 50 per kilogram, biaya kemasan sebesar Rp. 110 per kilogram, biaya transportasi barang dari Banjarnegara ke kota tujuan di dalam pulau Jawa sebesar Rp. 350 per kilogram, biaya bongkar muat sebesar Rp. 50 per kilogram, dan biaya akomodasi yang meliputi biaya konsumsi tenaga kerja, biaya pajak pasar dan biaya penyusutan sebesar Rp. 50 per kilogram. Komponen biaya yang dikeluarkan oleh pedagang luar daerah antara lain biaya tenaga kerja sebesar Rp. 50 per kilogram, biaya bongkar muat sebesar Rp. 40 per kilogram dan biaya akomodasi yang meliputi biaya sewa kios, biaya pajak pasar, dan biaya penyusutan sebesar Rp. 50 per kilogram.

Pada pola saluran 6 yang terdiri dari petani, pedagang besar/pedagang pengirim, pedagang luar daerah, dan pedagang pengecer luar daerah, total marjin yang terbentuk sebesar Rp. 2.100 per kilogram dengan total biaya yang ditanggung adalah sebesar Rp. 495 per kilogram. Komponen biaya yang ditanggung oleh pedagang besar/pedagang pengirim dan pedagang luar pada pola saluran 6, besarannya sama dengan komponen biaya yang ditanggung oleh pedagang besar/pedagang pengirim dan pedagang luar pada pola saluran 3.

Pola saluran 4 dan pola saluran 7 merupakan saluran tataniaga salak pondoh di luar pulau Jawa dengan kota-kota tujuan utama adalah Medan, Riau, Jambi, Padang, Palembang, Lampung, Bali dan Mataram. Pada pola saluran 4 yang terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar/pedagang pengirim, dan pedagang luar daerah, total marjin yang terbentuk sebesar Rp. 3.600 per kilogram dengan total biaya yang dikeluarkan oleh seluruh lembaga tataniaga yang terlibat adalah sebesar Rp. 2.020 per kilogram.

Komponen biaya yang ditanggung oleh pedagang pengumpul pada pola saluran 4 antara lain biaya tenaga kerja sebesar Rp. 40 per kilogram, biaya transportasi barang sebesar Rp. 60 per kilogram, biaya bongkar muat sebesar

Rp. 50 per kilogram, dan biaya akomodasi yang meliputi biaya konsumsi tenaga kerja, biaya timbang, biaya curah barang dan biaya pajak pasar sebesar Rp. 40 per kilogram. Komponen biaya yang ditanggung oleh pedagang besar atau pedagang pengirim antara lain biaya sortasi dan grading sebesar Rp. 50 per kilogram, biaya pengemasan sebesar Rp. 50 per kilogram, biaya kemasan sebesar Rp. 120 per kilogram, biaya transportasi barang dari Banjarnegara ke kota tujuan di luar pulau Jawa sebesar Rp. 1.500 per kilogram, biaya bongkar muat sebesar Rp. 50 per kilogram, dan biaya akomodasi yang meliputi biaya konsumsi tenaga kerja, biaya pajak pasar dan biaya penyusutan sebesar Rp. 60 per kilogram.

Tabel 24. Sebaran Harga Rata-Rata Salak Pondoh Dan Marjin Tataniaga Pada Pola Saluran Tataniaga Salak Pondoh Di Luar Pulau Jawa

Unsur Marjin Saluran 4 Saluran 7 Nilai (Rp/Kg) Persentase (%) Nilai (Rp/Kg) Persentase (%) A Petani Harga Jual 2400 40,00 2600 43.33 B Pedagang Pengumpul Harga Beli 2400 40,00 Biaya Tataniaga 190 3,17 Keuntungan 160 2,67 Harga Jual 2750 45,83 Marjin 350 5,83 C Pedagang Besar Harga Beli 2750 45,83 2600 43,33 Biaya Tataniaga 1830 30,50 1830 30,50 Keuntungan 1420 23,67 1570 26,17 Harga Jual 6000 100,00 6000 100,00 Marjin 3250 54,17 3400 56,67

D Pedagang Luar Daerah

Harga Beli 6000 100,00 6000 100,00

Total Biaya Tataniaga 2020 33,67 1830 30,50

Total Keuntungan 1580 26,33 1570 26,17

Total Marjin Tataniaga 3600 60,00 3400 56,67

Pada pola saluran 7 yang terdiri dari petani, pedagang besar/pedagang pengirim, dan pedagang luar daerah, total marjin yang terbentuk sebesar Rp. 3.400 per kilogram dengan total biaya yang dikeluarkan oleh seluruh lembaga tataniaga yang terlibat adalah sebesar Rp. 1.830 per kilogram. Biaya tataniaga yang ditanggung oleh pedagang besar/pedagang pengirim pada pola saluran 7, jumlahnya sama dengan jumlah biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang besar/pedagang pengirim pada pola saluran 4.

Berdasarkan tabel-tabel sebaran marjin tataniaga di atas dapat dilihat bahwa sebaran marjin pada setiap pola saluran tataniaga komoditi salak pondoh di Kab. Banjarnegara berbeda. Perbedaan sebaran marjin pada setiap pola saluran dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: a) banyaknya lembaga tataniaga yang terlibat pada setiap pola salurannya; b) besarnya biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh setiap lembaga tataniaga pada suatu pola saluran; c) besarnya keuntungan yang diperoleh setiap lembaga tataniaga pada suatu pola saluran, dan d) besarnya harga pembelian dan penjualan yang ditetapkan oleh suatu lembaga tataniaga. Semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat dalam suatu pola saluran tataniaga maka semakin besar total margin tataniaga, semakin besar biaya yang dikeluarkan dan semakin besar keuntungan yang diperoleh suatu lembaga tataniaga maka besar margin tataniaga yang terbentuk, dan semakin kecil harga pembelian serta penetapan harga penjualan yang semakin besar maka semakin besar margin tataniaga yang terbentuk.

Sebaran marjin pada setiap tingkat lembaga tataniaga juga menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Marjin tataniaga terbesar umumnya terjadi pada tingkat pedagang pengirim atau pedagang besar dengan marjin tertinggi terjadi pada pedagang besar/pedagang pengirim yang melakukan penjualan salak pondoh ke luar pulau Jawa. Besarnya marjin yang terbentuk pada tingkat pedagang besar/pedagang pengirim dikarenakan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pedagang tersebut dalam menyampaikan salak pondoh dari Kab. Banjarnegara ke kota-kota lain di luar Kab. Banjarnegara. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh suatu lembaga tataniaga berkaitan dengan fungsi-fungsi tataniaga yang dilaksanakan oleh suatu lembaga tataniaga tersebut, dimana semakin banyak fungsi-fungsi tataniaga yang dilaksanakan maka semakin besar biaya yang ditanggung oleh lembaga tataniaga tersebut.

Dokumen terkait