• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASA DEPAN PEMBANGUNAN

Dalam dokumen Informasi Umum Kehutanan 2002 (Halaman 62-69)

permasalahan-permasalahan tersebut dengan peluang-peluang yang ada. Peluang yang paling memungkinkan dalam menghadapi permasalahan yang komplek tersebut adalah dengan meningkatkan pengelolaan hutan dalam kontek pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) terpadu.

Pengelolaan DAS mempunyai tujuan membina kelestarian dan keserasian ekosistem hutan, tanah, dan air dalam DAS serta meningkatkan daya dukung dan manfaat sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan. Pengelolaan ini dilakukan

MASA DEPAN

PEMBANGUNAN

KEHUTANAN

2. Social Forestry 

Pada waktu lampau, pengelolaan hutan menekankan pada pendekatan teknik dan ekonomi. Namun sekarang rimbawan dituntut untuk menfokuskan masalah sosial sebagai bagian dari proses pengelolaan hutan yang lestari. Memecahkan masalah sosial memerlukan sebuah pemahaman terhadap nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat dan partisipasi dari kelompok masyarakat kunci dalam membuat keputusan antara hutan sebagai barang atau sebagai jasa.

Social Forestry dilaksanakan dengan prinsip: 1) Penciptaan suasana yang memungkinkan berkembangnya potensi/daya yang dimiliki masyarakat, 2) memperkuat potensi/daya yang dimiliki masyarakat, dan 3) melindungi masyarakat dari dampak persaingan yang tidak sehat, antara lain dengan pemihakan kepada masyarakat.

Sebagai dasar konsepsi, pembangunan social Forestry dimaksudkan untuk

meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat dalam pemanfaatan hutan, dengan tujuan membangkitkan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar hutan dan mempercepat rehabilitasi hutan dengan mempersatukan masyarakat, investasi, dan institusi usaha pengelolaan hutan.

Konsepsi berikutnya adalah bahwa social foresty merupakan: bentuk usaha

pemanfaatan hutan dengan struktur usaha yang kokoh yang berkeadilan sosial bagi rakyat Indonesia, tahapan yang dibangun melalui proses (enterpreneurships masyarakat), kemitraan dengan pelaku usaha, dan bentuk pemanfaatkan hutan sesuai fungsinya.

Social Forestry harus dilaksanakan dengan berpedoman pada prinsip pengelolaan sumber daya hutan dan pemberdayaan masyarakat, yaitu : kelestarian sumberdaya hutan, kerakyatan, swadaya masyarakat, kemitraan dan berkelanjutan. Berdasarkan prinsip tersebut diperlukan :

Pengembangan social forestry harus menjamin peningkatan integritas

kelestarian ekosistem sumberdaya hutan;

Pembangunan kehutanan diutamakan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat

banyak, bukan perorangan;

Bantuan, bimbingan dan dukungan yang diberikan harus mampu menumbuhkan

kemampuan dan kemandirian masyarakat sebagai kelompok penerima manfaat (target beneficiaries);

Pembangunan social forestry perlu dilaksanakan melalui kemitraan antara peserta social forestry dengan dunia usaha dan lembaga non bisnis (diklat, litbang) sesuai prinsip kesetaraan, ketergantungan dan saling menguntungkan;

Pembangunan social forestry dilaksanakan sesuai dengan potensi dan

kemampuan masyarakat setempat serta kesinambungan manfaat dan kelestarian lingkungannya.

Pada prinsipnya pembangunan social forestry mempunyai 2 (dua) pokok

pemahaman yaitu (a) meningkatkan kelestarian pengelolaan hutan; (b) memberdayakan peran serta masyarakat. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah :

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalam dan disekitar hutan;

Mewujudkan kelestarian SDH sehingga dapat berfungsi secara optimal sebagai system penyangga kehidupan(life support system);

Memberikan kontribusi nyata dalam ketahanan pangan nasional.

Tujuan jangka menengah pembangunan social forestry adalah :

Merehabilitasi kawasan hutan yang rusak sesuai dengan fungsinya;

Mengembangkan dan memperkuat kelembagaan ekonomi rakyat di dalam dan

disekitar hutan (on farm dan off farm) yang efektif, efisien dan competitive;

Menciptakan iklim usaha rakyat yang berbasis kehutanan secara kondusif;

Menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung kelancaran

pengembangan usaha social forestry.

Untuk itu, dalam rangka pemecahan masalah-masalah sosial kehutanan, pengelolaan hutan harus selalu diupayakan berorientasi kepada seluruh potensi sumberdaya hutan dan berbasis kepada kepentingan masyarakat melalui pemberian peluang usaha kepada masyarakat setempat yang terintegrasi dalam pengelolaan

pembangunan pedesaan. Pengelolaan hutan berbasis masyarakat ini

diselenggarakan berazaskan kelestarian fungsi hutan dari aspek ekosistem, kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan, pengelolaan sumberdaya alam yang demokratis, keadilan social, akuntabilitas public serta kepastian hukum.

Pengelolaan ini bertujuan meningkatkan partisipasi masyarakat setempat dalam pengelolaan hutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya dengan tetap menjaga kelestarian fungsi hutan dan lingkungan hidup. Kegiatan-kegiatan di lapangan difokuskan pada pengembangan kelembagaan, pengelolaan SDA dan pemberdayaan masyarakat.

Dalam pelaksanaannya, pengelolaan ini harus memperkecil permasalahan-permasalahan yang biasanya timbul pada pengelolaan yang bersifat Top-down, yaitu dengan: a. memperhatikan dan mengakomodir aturan-aturan dan nilai adat tradisional, b. memperhatikan dan mengakui hak-hak penguasaan lahan adat tradisional, c. memperhatikan keikutsertaan dan pemberdayaan masyarakat local, dan d. menciptakan alternatif sumber pendapatan yang memadai

Strategi pembangunan social forestry meliputi :

Peningkatan produksi pangan dalam rangka menanggulangi kemiskinan dan

kerawanan ketahanan pangan nasional melalui (a) membuka akses masyarakat terhadap pemnanfaatan SDH; (b) menciptakan dan memperluas lapangan kerja; (c) meningkatkan produktivitas lahan; (d) meningkatkan akses terhadap pasar, sumber pembiayaan, teknologi dan informasi.

Penguatan kapasitas (Institutional capacity building) melalui pengembangan SDM dan pemantapan jejaring kerja (networking) yang melibatkan perguruan tinggi, LSM, dan lembaga penelitian;

Pengembangan kelembagaan ekonomi rakyat melalui penguatan kelembagaan

SF sebagai suatu system agribisnis kehutanan dengan pelaku utama masayarakat dan pemerintah berperan sebagai fasilitator;

Pengembangan permodalan sesuai dengan kelembagaan masyarakat dan

ketersediaan SDH melalui bantuan murni, bantuan bergulir, kredit subsidi, dan kredit komersial.

Pengembangan agribisnis social forestry dengan karakteristik tersendiri

berdasarkan sistem usaha kehutanan;

Pengembangan sistem tenurial (land tenure system) dilaksanakan dalam rangka

3. Pengembangan Sistem Informasi Kehutanan

Pengembangan Sistem Informasi Kehutanan berbasis komputer sudah dimulai sejak tahun 1990. Pengembangannya di bagi dalam tiga tahap pengembangan. Tahap pertama tahun 1990 – 1994 adalah tahap Persiapan. Target pada tahap persiapan ini adalah terciptanya pola sistem informasi yang dapat memenuhi kebutuhan masing-masing organisasi di Departemen Kehutanan dan terpenuhinya kebutuhan sumberdaya meliputi tenaga, perangkat keras dan perangkat lunak. Pada tahun 1991 telah dibangun laboratorium Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh dan sistem jaringan komputer lokal (LAN) di beberapa lantai di Gedung Departemen Kehutanan Pusat. Dalam pengembangan database kehutanan telah dimulai pengumpulan database kehutanan secara spasial berupa peta-peta sumberdaya hutan dan potensi hutan, dan database kepegawaian.

Tahap kedua adalah

tahap pengembangan

dari tahun 1995 – 1999.

Pada tahap ini

diharapkan terciptanya

suatu siatem informasi yang terintegrasi yang didukung dengan sistem pengumpulan data dan distribusi Informasi yang

mantap, dan

terpenuhinya kebutuhan

sumber daya

operasional dalam

memenuhi kebutuhan sistem informasi baik di pusat maupun di daerah. Pada tahap ini, di gedung pusat Departemen Kehutanan untuk pertama kalinya dibangun secara lengkap sistem jaringan komputer lokal (LAN) di 14 lantai gedung Blok I dan 8 lantai gedung Blok VII dan pembangunan sistem internet dan surat elektronis (email).

Pada tahun 1996 Departemen Kehutanan mulai meluncurkan Website Departemen

Kehutanan pada alamat http://www.dephut.go.id/ yang terus berkembang hingga

Tahap ketiga adalah tahap mantap (tahun 2000 ke atas) dimana telah tercipta suatu sistem informasi Departemen Kehutanan yang mampu memberikan semua informasi bagi manajemen dan pelayanan kepada masyarakat dengan didukung oleh suatu sistem pengelolaan data dan informasi yang mantap dan telah terpenuhinya seluruh kebutuhan hardware, software dan sumberdaya manusia yang mampu memantapkan pemenuhan kebutuhan data dan informasi bagi manajemen dan masyarakat. Pada kenyataannya harapan ini masih sulit untuk dipenuhi. Sampai dengan saat ini perkembangan sistem informasi kehutanan masih bergumul dengan keberagaman database kehutanan yang cenderung tidak konsisten dan tidak akurat, belum lagi adanya kendala terganggunya aliran komunikasi data dari daerah ke pusat setelah diterapkannya otonomi daerah pada tahun 2000. Dengan terganggunya aliran data dari daerah ke pusat, pusat mengalami kesulitan yang sangat serius dalam mengkompilasi data kehutanan untuk menghasilkan angka nasional.

Dalam mengatasi permasalahan-permasalahan sistem informasi kehutanan, kedepan Departemen Kehutanan perlu mengembangkan sistem informasi kehutanan yang dapat menjangkau sebagian besar pelaku/pemerhati/pemakai data dan informasi kehutanan. Teknologi yang paling dimungkinkan adalah mengembangkan sistem informasi kehutanan yang berbasis internet (web) dengan aktivitas antara lain :

a. Memantapkan dan mengembangkan Sistem Informasi Kehutanan dalam bentuk pembangunan database kehutanan yang terpadu berbasis web.

b. Mengkaji dan menyempurnakan strategi pengembangan sistem informasi kehutanan.

c. Mengoptimalkan pemberdayaan SDM dan teknologi informasi yang relevan

melalui program pelatihan dan pendidikan formal dan program magang (on

the job training);

d. Memelihara dan mengembangkan jaringan komputer dan infrastruktur web di Pusat dan Daerah.

e. Meningkatkan kesadaran pemanfaatan data dan informasi kehutanan melalui workshop, seminar dan konsultasi publik.

f. Meningkatkan mutu pelayanan data dan informasi kehutanan melalui evaluasi secara periodic sesuai perkembangan teknologi informasi;

Pengembangan aplikasi sistem informasi kehutanan yang telah dilakukan oleh Departemen Kehutanan antara lain :

Aplikasi penyusunan anggaran LK/PO/DIP

Monitoring persuratan/disposisi Menteri Kehutanan

Aplikasi sistem gaji

Sistem Kepegawaian (SIMPEG)

Aplikasi CITES

Inventarisasi kekayaan milik negara

Sistem monitoring absensi kepegawaian

Sedangkan pembangunan aplikasi sistem informasi kehutanan yang akan datang antara lain adalah :

Sistem administrasi perencanaan;

Sistem informasi kepegawaian;

Sistem Informasi keuangan;

Sistem informasi dokumentasi, antara lain kearsipann, perlengkapan,

perundang-undangan, kelembagaan, tata laksana, hubungan luar negeri dan kehumasan;

Sistem informasi pemanfaatan hutan;

Sistem informasi sumberdaya hutan antara lain HTI, PSDH, penutupan

lahan, pelestarian alam dan lain-lain;

Sistem informasi pengawasan hutan;

Dalam dokumen Informasi Umum Kehutanan 2002 (Halaman 62-69)

Dokumen terkait