• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Jamiat Kheir Merespon Berbagai Kebijakan Negara

3. Masa Pemerintahan Orde Lama

a. Kebijakan pendidikan pemerintah masa Orde Lama tahun 1945- 1965

Sejak awal kemerdekaan pemerintah membentuk kementrian Pendidikan, Pengajaran dan kebudayaan (KPP dan K). Khusus untuk mengelola pendidikan agama yang diberikan di sekolah-sekolah umum, maka bulan Desember 1946, dikeluarkan surat keputusan bersama (SKB) antara menteri PP dan K dan Menteri Agama, yang mengatur pelaksanaan pendidikan agama pada sekolah-sekolah umum baik negeri maupun swasta, yang berada dibawah asuhan Kementrian PP dan K.

Sejak itulah terjadi dualisme pendidikan di Indonesia, yaitu pendidikan agama dan pendidikan umum. Satu pihak, Departemen Agama mengelola semua jenis pendidikan agama baik di sekolah-sekolah agama, maupun di sekolah- sekolah umum, dan di pihak Departemen P dan K mengelola pendidikan pada

93

umumnya dan mendapatkan kepercayaan untuk melaksanakan system pendidikan nasional.

Peraturan bersama dua Menteri yaitu Menteri Agama dan Menteri Pendidikan & Pengajaran yang menetapkan bahwa pendidikan agama diberikan mulai kelas IV Sekolah Rakyat sampai kelas VI. Pada masa itu keadaan keamanan di Indonesia belum mantap sehingga SKB Dua Menteri belum berjalan dengan

semestinya.94

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pertama yang dikeluarkan oleh pemerintah seelah kemerdekaan, yakni Undang-Undang No. 4 Tahun 1950, belum secara spesifik memberikan ketentuan khusus dalam hal pengaturan terhadap lembaga pendidikan Islam. Meskipun demikian Undang-Undang ini telah memberikan pengakuan terhadap kedudukan sekolah agama (madrasah), yakni

seperti tercantum dalam pasal 10 ayat 2 undang-undang tersebut, bahwa “belajar di

sekolah agama yang telah mendapatkan pengakuan dari Menteri Agama dianggap telah memenuhi kewajiban belajar.”

Sebelum ditetapkannya undang-undang tersebut, Menteri Agama telah mengeluarkan ketentuan yang memberikan pengakuan terhadap madrasah sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan Islam, yakni Peraturan Menteri Agama No. 1 Tahun 1946 yang ditetapkan pada tanggal 19 Desember 1946 tentang pemberian

bantuan dan subsidi terhadap madrasah.95

Peraturan Menteri Agama No. 1 Tahun 1946 kemudian disempurnakan dengan Peraturan Menteri Agama No.7 Tahun 1952 yang berlaku untuk seluruh wilayah Republik Indonesia. Peraturan ini membagi jenjang madrasah menjadi tiga tingkatan, yaitu Madrasah Rendah yang kemudian menjadi Madrasah Ibdtidaiyah dengan masa belajar 6 tahun; Madrasah Tingkat Lanjutan Pertama yang kemudian menjadi Madrasah Tsanawiyah dengan maa belajar selama 3 tahun dan diikuti oleh lulusan madrasah rendah; dan Madrasah Lanjutan Atas yang kemudian menjadi Madrasah Aliyah dengan lama belajar 3 tahun dan diikuti oleh lulusan Madrasah

94

Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), cet. Ke-10, h. 153- 154

95

Tsanawiyah. Penjenjangan madrasah merupakan langkah pengaturan system dan kelembagaan pendidikan Islam yang sebelumnya longgar ke dalam bentuk system

klasikal.96

Pada tahun 1950 di mana kedaulatan Indonesia telah pulih untuk seluruh Indonesia, maka rencana pendidikan agama untuk seluruh wilayah Indonesia makin disempurnakan dengan dibentuknya panitia bersama yang dipimpin oleh Prof. Mahmud Yunus dari Departemen Agama dan Mr. Hadi dari Departemen P&K. hasil dari panitia itu adalah SKB yang dikeluarkan pada bulan Januari 1951. Isinya ialah:

a. Pendidikan agama diberikan mulai kelas IV Sekolah Rakyat

(Sekolah Dasar).

b. Di daerah-daerah yang masyarakat agamanya kuat (misalnya di

daerah Sumatra, Kalimantan, dan lain-lain), maka pendidikan agama diberikan mulai dari kelas I SR dengan catatan bahwa mutu pengetahuan umumnya tidak boleh berkurang dibandingkan dengan sekolah lain yang pendidikan agamanya diberikan mulai kelas IV.

c. Di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Tingkat Atas (Umum

dan Kejuruan) diberikan Pendidikan Agama sebanyak 2 jam seminggu.

d. Pendidikan Agama diberikan kepada murid-murid sedikitnya 10

orang dalam satu kelas dan mendapat izin dari orang tua atau wali muridnya.

e. Pengangkatan guru agama, biaya pendidikan agama dan materi

pendidikan agama ditanggung oleh Departemen Agama.

Dalam sidang pleno MPRS, pada bulan Desember 1960 diputuskan sebagai berikut: “melaksanakan Manipol Usdek (Manifesto Politik, UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin dan Kepribadian Indonesia) dibidang mental/agama/kebudayaan dengan syarat spiritual dan material agar setiap warga Negara dapat mengembangkan kepribadiannya dan kebangsaan

96

Indonesia serta menolak pengaruh-pengaruh buruk kebudayaan asing” (Bab II pasal II: I). dalam ayat 3 dari pasal tersebut dinyatakan bahwa : “pendidikan agama menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah umum, mulai dari sekolah rendah

(dasar) sampai universitas”, dengan pengertian bahwa murid berhak ikut serta

dalam pendidikan agama jika wali murid/ murid dewasa menyatakan keberatannya.”

Pada tahun 1966 MPRS bersidang lagi, suasana pada waktu itu ialah membersihkan sisa-sisa mental G.30 S/PKI.Dalam keputusannya di bidang pendidikan agama telah mengalami kemajuan yaitu dengan menghilangkan kalimat terakhir dari keputusan yang terdahulu.Dengan demikian maka sejak tahun 1966 pendidikan agama telah menjadi hak wajib mulai dari sekolah dasar sampai

perguruan tinggi umum negeri di seluruh Indonesia.97

b. Respon Jamiat Kheir Terhadap Kebijakan Pemerintah Orde Lama

Menyerahnya Jepang pada tanggal 14 Agustus1945 kepada sekutu, berarti ia harus datang menyerahkan kekuasaannya kepada sekutu, dan sekaligus berarti Jepang memberikan konsesi politik kemerdekaan kepada Indonesia.

Tiga hari setelah Jepang menyerah, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00 proklamasi kemerdekaan dikumandangkan di Gedung Pegangsaan Timur. Dengan dipertahankannya proklamasi kemerdekaan, berarti bangsa Indonesia telah lepas dari segala rongrongan penjajah di bumi Nusantara ini.

Sekolah-sekolah yang pada masa pendudukan Jepang telah ditutup kini mulai dibuka kembali.Demikian pula dengan Yayasan pendidikan Jamiat Kheir.Dalam hal ini pengurus Yayasan segera memanggil kembali guru-guru dan murid-muridnya yang telah lama sudah tidak mengajar dan mengikuti pelajaran.

Menurut keterangan yang penulis dapatkan dari Ustadz Syaugi Al-Gadri, bahwa Yayasan Pendidikan Jamiat Kheir terpaksa harus merangkak dari bawah, karena banyak diantara murid-murid tersebut terutama mereka yang datang dari jauh tidak mendaftarkan diri kembali. Namun begitu, pada awal dibuka kembali

97

sekolah, banyak murid-murid baru yang mendaftarkan dirinya, terutama dari Jakarta. Dan respon yang dikeluarkan Yayasan Pendidikan Jamiat Kheir mengenai kebijakan pemerintah Orde Lama terhadap pendidikan Islam tidak berpengaruh sama sekali, karena peraturan tersebut dikeluarkan untuk sekolah yang berada di bawah pemerintah langsung atau sekolah Negeri, sementara Jamiat Kheir merupakan sekolah swasta Islam yang memang sebagian besar muatan materi yang diajarkan kepada anak didik sebagian besar berupa ilmu agama, seperti Bahasa

Arab, Hadits, Al-Qur‟an dan lain-lain. Jadi, bisa kita simpulkan bahwa

pembaharuan yang dilakukan Jamiat Kheir pada masa Orde Lama tidak terlalu signinfikan terasa karena fokus terhadap pembukaan kembali sekolah setelah

vakum.98

4. JAMIAT KHEIR MENGHADAPI KEBIJAKAN PENDIDIKAN

Dokumen terkait