• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

E. Masa Yuniorat Kongregasi PBHK

1. Para Suster Yunior dan Masa Yuniorat PBHK

Para suster yunior PBHK adalah para suster yang telah mengikrarkan kaul sementara dalam kongregasi PBHK yaitu kaul kemurnian, kemiskinan dan ketaatan. Inti kaul kemurnian adalah menyerahkan seluruh pribadinya kepada Allah dan membaktikan daya untuk mencintai kepada Allah. Inti kaul kemiskinan adalah bergantung sepenuhnya kepada Allah dan membaktikan keinginan untuk memiliki kepada Allah. Inti kaul ketaatan adalah mencari, menemukan dan melaksanakan kehendak Allah serta membaktikan kebebasan untuk mengatur diri sendiri kepada Allah

(Konstitusi kongregasi PBHK Bab II nomor 14, Bab III nomor 23, Bab IV nomor 33 dan Bab V nomor 46-48). Kaul-kaul yang telah mereka ikrarkan itu merupakan perjanjian kasih mereka dengan Yesus Kristus yang telah memanggil mereka masing-masing dalam kongregasi PBHK.

Masa pembinaan kaul sementara disebut masa yuniorat. Dalam direktorium PBHK Bab VIII nomor 12 dikatakan bahwa masa yuniorat merupakan waktu persiapan serius menuju kaul kekal (1981: 25). Dalam program pembinaan yuniorat juga dijelaskan bahwa masa yuniorat merupakan kelanjutan dari pendalaman semangat hidup kongregasi sampai para suster yunior sungguh-sungguh mencintai kongregasi secara mendalam (2003: 2-3 dan 1996: 5). Lama masa yuniorat PBHK seperti yang termuat di konstitusi Bab VIII nomor 97.3: “Masa kaul sementara tidak kurang dari tiga tahun dan tidak lebih dari enam tahun. Jika dipandang perlu, masa yuniorat bisa diperpanjang tetapi tidak melebihi sembilan tahun” (1983: 37).

Selama menjalani masa yuniorat, para suster yunior PBHK belajar terus-menerus menghayati ketiga kaul yang telah mereka ikrarkan itu. Tulisan ini sangat erat kaitannya dengan penghayatan kaul kemurnian. Relasi dengan lawan jenis merupakan salah satu sarana penting bagi mereka untuk semakin memperkuat komitmen mereka dalam menghayati kaul kemurniannya (Purwawidyana, 2002: 1 dan Hurlock, 1996: 250). Relasi yang sehat dengan lawan jenis membantu mereka untuk semakin memperjelas pilihan hidup mereka sebagai biarawati dengan segala

konsekuensinya (Ridick, 1987: 99). Melalui relasi itu, totalitas persembahan diri mereka hanya kepada Allah semakin diperdalam (Darminta, 2004: 47).

Sebagai orang yang berusia masih muda, relasi dengan lawan jenis merupakan salah satu pergumulan bagi para suster yunior PBHK dalam upaya menghayati hidup panggilannya. Mereka pada umumnya berusia antara 21 sampai dengan 35 tahun maka mereka termasuk orang dewasa pada masa dewasa muda (Hurlock, 1996: 146). Pada usia itu, sebagian orang muda emosinya masih labil, begitu halnya bagi para suster yunior PBHK (Hurlock, 1996: 249). Apabila mereka jatuh cinta atau dijatuhi cinta, mereka masih mudah cemas dan bingung. Berbagai emosi yang dialaminya cukup menguasai dirinya. Mereka sedang dalam tahap perkembangan seperti itu tetapi mereka sudah diberi kepercayaan untuk belajar bertanggungjawab melalui menjalankan tugas di bidang-bidang karya kerasulan kongregasi baik di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, pastoral maupun kuliah di perguruan tinggi. Dalam menjalankan tugas tersebut, mereka dituntut mampu berelasi yang sehat dengan orang lain sebab dalam setiap bidang karya kerasulan kongregasi mereka terbuka untuk bekerjasama dengan siapa saja, termasuk dengan lawan jenis. Oleh karena itu, betapa pentingnya pengembangan relasi yang sehat dengan lawan jenis sebagai salah satu fokus pembinaan pada masa yuniorat karena relasi itu dapat mendewasakan kepribadian dan menguatkan hidup panggilan mereka. Dengan demikian, para suster yunior PBHK semakin siap dan mantap untuk mengikrarkan kaul kekal.

2. Pembinaan Masa Yuniorat PBHK

Pembinaan masa yuniorat PBHK seperti termuat dalam Pedoman dan Program Pembinaan Yuniorat kongregasi PBHK Provinsi Indonesia ada berbagai bidang yaitu bidang kepribadian, kharisma dan spiritualitas kongregasi, hidup rohani, hidup berkomunitas, hidup berkaul dan karya kerasulan kongregasi (1996: 10 dan 2003: 2-3). Fokus tulisan ini adalah tentang relasi dengan lawan jenis yang berkaitan dengan bidang pembinaan karya kerasulan sebab dalam menjalankan tugas di setiap bidang karya kerasulan kongregasi para suster yunior PBHK terbuka untuk berelasi dengan lawan jenis.

Pada tahun 2007, para suster yunior PBHK yang berada di Provinsi Indonesia berjumlah dua puluh enam (26) orang. Tugas-tugas mereka sebagai berikut: delapan (8) orang bertugas di bidang pendidikan, satu (1) orang bertugas di bidang kesehatan, dua (2) orang bertugas di bidang sosial, empat (4) orang bertugas di bidang pastoral, empat (4) orang sedang kuliah dan tujuh (7) orang sedang dalam pembinaan khusus setelah profesi sementara. Tugas kuliah yang dipercayakan kepada mereka untuk memperdalam keahlian mereka supaya semakin profesional dalam mengembangkan bidang-bidang karya kerasulan kongregasi yang dipercayakan kepada mereka masing-masing di kemudian hari. Mereka yang sedang kuliah terbuka untuk berelasi dengan para dosen dan para mahasiswa. Dalam menjalankan tugas-tugas tersebut, para suster yunior PBHK terbuka untuk berelasi dengan lawan jenis. Mereka tidak bisa menghindari relasi itu.

Arah pembinaan pada masa yuniorat PBHK supaya para suster yunior semakin mencintai hidup panggilan mereka sebagai religus PBHK. Berbagai pengalaman hidup yang mereka alami semakin memampukan mereka untuk setia dalam menapaki hidup panggilan mereka. Pengalaman suka dan duka yang mereka alami semakin memurnikan motivasi hidup panggilan mereka supaya mereka semakin mampu melibatkan diri secara penuh dalam mewujudkan misi kongregasi PBHK. Setiap tugas yang dipercayakan kepada mereka masing-masing sebagai sarana bagi mereka untuk membina dan mengembangkan diri supaya mereka semakin dewasa dalam menghayati hidup panggilannya. Dalam melaksanakan tugas itu, mereka terbuka untuk bekerjasama dengan siapa saja, begitu halnya dengan lawan jenis. Mereka diharapkan mampu bekerjasama dan berelasi yang sehat dengan lawan jenis yang menjadi mitra kerjanya: para imam, para religius lain dan para awam. Relasi yang sehat dengan lawan jenis dapat mendukung mereka dalam menjalankan karya kerasulan yang dipercayakan kepada mereka masing-masing. Relasi itu juga dapat mendewasakan kepribadian dan panggilan mereka sebagai seorang religius PBHK. Dengan demikian, mereka semakin siap dan mantap untuk mengikrarkan kaul kekal dalam kongregasi PBHK.

Realita dalam kongregasi PBHK, ada sebagian para suster yunior PBHK tampak takut, malu dan ragu-ragu dalam berelasi dengan lawan jenis, sedangkan dalam melaksanakan setiap tugas yang dipercayakan kepada mereka masing-masing mereka terbuka untuk berelasi dengan lawan jenis. Berdasarkan fenomena itu, penulis ingin mengetahui persepsi para

suster yunior PBHK tentang relasinya dengan lawan jenis dan menggali makna yang bisa ditemukan dalam relasinya itu. Setelah mengetahui persepsi mereka dan menggali makna itu, semoga penulis semakin berempati, bisa sebagai teman bagi mereka dan turut ambil bagian membantu mereka meningkatkan persepsi yang positif supaya mereka semakin mampu menjalin relasi yang sehat dengan lawan jenis.

F. Persepsi tentang Relasi dengan Lawan Jenis

Dokumen terkait