• Tidak ada hasil yang ditemukan

“MENANAM AIR” SEBAGAI SATU BENTUK KEGIATAN PASTORAL LINGKUNGAN HIDUP

B. Lingkungan Hidup

3. Masalah Lingkungan Hidup

Kerusakan dan masalah lingkungan hidup dapat terjadi karena adanya bencana alam (gunung meletus, gempa bumi, tsunami) ataupun akibat dari ulah manusia yang dapat menyebabkan kerusakan ekologis yang tidak dapat dipulihkan oleh alam serta dapat membahayakan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Masalah lingkungan hidup atau krisis ekologi sebenarnya lebih banyak disebabkan karena adanya kehancuran, kerusakan dan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh ulah manusia yang ingin menguasai alam semesta (Sonny Keraf, 2010: 26).

Menurut Sonny Keraf krisis dan bencana lingkungan hidup global dapat dibedakan ke dalam empat macam krisis dan bencana yaitu: pencemaran, kerusakan, kepunahan dan kekacauan iklim global. Maka untuk memperjelasnya kita akan membahasnya satu persatu.

a. Kerusakan Lingkungan Hidup

Yang termasuk dalam kerusakan lingkungan hidup ialah kerusakan hutan, kerusakan lapisan tanah, kerusakan terumbu karang dan kerusakan lapisan ozon. Kerusakan hutan yang terjadi di dunia awal abad ke-20 mencapai 5 milyar ha. Namun karena semakin luas hamparan hutan yang dirusak di berbagai belahan dunia maka diperkirakan luas hamparan hutan hanya tinggal 5 milyar ha, dengan perkiraan laju kerusakan mencapai 7 juta ha per tahun. Di Indonesia laju kerusakan hutan berkisar antara 2-3 juta ha per tahun yang disebabkan karena pembukaan hutan baik secara legal maupun ilegal yang terus meningkat sejak 20 tahun terakhir. Kerusakan hutan menyebabkan rusaknya lapisan tanah yang subur, hilang dan punahnya flora dan fauna, munculnya bencana banjir dan tanah longsor, hilangnya sumber mata air, serta kerusakan dan ganggunan ekosistem.

Kerusakan terumbu karang juga meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan karena praktek pengeboman ikan, sedimentasi, pencemaran akibat limbah dari daratan, penambangan karang dan pencemaran laut oleh tumpahan minyak dari kapal. Ancaman terhadap terumbu karang juga terjadi akibat dari semakin tingginya suhu atau temperatur permukaan air laut yang merupakan gejala perubahan iklim global. Berdasar laporan Loke Ming Chou sekitar 40%

terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan dan mengalami penurunan kualitas terumbu karang. Henning Steffen, tahun 2001 menyatakan terumbu karang Indonesia mengalami kerusakan hingga 90% dalam 5 tahun terakhir akibat penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Dampak utama kerusakan terumbu karang adalah menurunnya populasi biota laut, menurunnya daya tarik wilayah objek wisata bahari, berkurangnya sumber mata pencaharian penduduk, hilangnya habitat ikan terumbu karang, selain itu hilangnya terumbu karang juga menyebabkan hilangnya peredam peningkatan suhu.

Kerusakan lahan terjadi akibat rusaknya permukaan tanah, hal ini terjadi karena pola pertanian intensif dengan menggunakan pupuk kimia yang merusak lapisan tanah. Degradasi tanah yang terjadi di dunia mengalami peningkatan yang sangat pesat setiap tahunnya. Di Indonesia diperkirakan akan mengalami penggurunan di beberapa wilayah di Sumatra dan Jawa apabila degradasi tanah, penggunaan pupuk kimia semakin meningkat pesat. Sumatra dan Jawa merupakan dua pulau yang mengalami krisis lahan yang cukup tinggi akibat dari pertambangan dan pembukaan lahan yang dibiarkan begitu saja tanpa adanya pengembalian lahan seperti semula.

Kerusakan lapisan ozon disebabkan oleh zat perusak berupa bahan kimia CFC dari media pendingin dan pendorong spray aerosol, bromin halocarbon, dan nitrogen oksida dari pupuk kimia. Rusaknya lapisan ozon menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit, kerusakan flora dan fauna, gagal panen dan ancaman terhadap terhadap plankton sebagai makanan berbagai biota laut.

b. Pencemaran Lingkungan Hidup

Ada lima macam pencemaran lingkungan hidup yaitu pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran laut dan sampah. Pencemaran udara terjadi akibat dari sumber yang tidak bergerak yaitu aktivitas industri, kebakaran hutan dan sampah maupun sumber yang bergerak yaitu dari alat transportasi yang menggunakan bahan bakar fosil. Pencemaran udara mengakibatkan berbagai jenis penyakit kronis seperti gangguan saluran pernafasan, penurunan IQ, impotensi dan gangguan syaraf, adanya perubahan iklim dan pemanasan global. Pencemaran udara yang terjadi di Indonesia sangat memperihatinkan karena parameter kualitas udaranya telah melampaui baku mutu ambiven, serta telah terjadi hujan asam di kota-kota besar. Salah satu penyebab pencemaran udara yang terbesar ialah pembakaran dan kebakaran hutan.

Pencemaran air merupakan krisis lingkungan hidup yang sangat serius. Hal ini terjadi karena pembuangan limbah yang berbahaya dan beracun (B3), erosi dan pendangkalan sungai dan danau akibat kerusakan hutan. Menurut KNLH debit air di 34 sungai pada tahun 2006 menunjukkan 14 sungai memiliki kondisi hidrologis yang buruk akibat dari kerusakan dan pendangkalan daerah aliran sungai. Pulau Jawa dan Bali sudah mengalami defisit air khususnya di musim kemarau. Saat ini banyak orang yang tidak berani mengonsumsi air alamiah dari sumber alami karena sumber mata air tidak lagi bebas dari pencemaran dan tidak aman dikonsumsi. Pencemaran air terbesar disebabkan oleh limbah industri yang pengolahan limbahnya tidak ramah lingkungan selain itu juga karena penggunaan

pupuk dan pestisida kimia yang berlebihan. Hal tersebut menyebabkan sungai- sungai di Indonesia memiliki status mutu yang tercemar berat.

Pencemaran laut terjadi karena pembuangan limbah cair berupa minyak, pencemaran dan kecelakaan aktivitas tambang minyak lepas pantai. Dampak dari pencemaran laut dan pesisir adalah mati dan punahnya berbagai biota laut serta rusaknya terumbu karang sebagai habitat berkembangnya biota laut.

Sampah rumah tangga khususnya di kota besar menjadi masalah serius. Akibat gaya hidup membuat orang semakin konsumtif dan meninggalkan banyak sekali limbah padat yang sulit untuk terurai seperti botol air dan berbagai jenis bungkus makanan dari plastik. Sampah menjadi persoalan besar karena membutuhkan area pengolahan yang luas, sampah menimbulkan berbagai macam pencemaran udara, air dan membutuhkan biaya yang besar dalam pengolahannya. Semakin besar jumlah penduduk, semakin besar pula produksi sampah setiap harinya selain itu budaya membuang sampah sembarangan semakin memperparah pencemaran. Peraturan yang ada tidak menjamin kesadaran dari masyarakat sendiri untuk membuang dan memanfaatkan sampah dengan baik.

c. Kepunahan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Kepunahan yang terjadi telah menyerang keanekaragaman hayati, punahnya sumber daya alam dan sumber mata air. Kepunahan keanekaragaman hayati atau berkurangnya jumlah keanekaragaman hayati telah menjadi perhatian dunia karena keadaannya yang semakin memperihatinkan. Dari 1.000 spesies burung 21% diantaranya terancam dan berkurang populasinya, 20% dari 5.416

spesies mamalia terancam dan 39% ikan ikut terancam. Hal ini disebabkan oleh proses alam dan bencana selain itu disebabkan juga oleh perilaku manusia yang menimbulkan terjadinya kerusakan dan kebakaran, aktivitas ilegal seperti jual beli flora dan fauna langka juga turut serta mengurangi keanekaragaman hayati. Pembabatan hutan dan alih fungsi hutan, kerusakan ekosistem akibat pola pertanian yang tidak ramah lingkungan ikut ambil bagian merusak keanekaragaman hayati. Pengeboman ikan, degradasi habitat dan pemanasan global merupakan sebab-sebab lain dari punahnya keanekaragaman hayati. Banyak spesies hewan yang benar-benar terancam punah karena habitatnya dirusak atau mengalami perubahan.

Kepunahan sumber mata air adalah sebuah krisis lingkungan hidup yang serius karena air merupakan sumber kehidupan baik untuk minum maupun untuk aktivitas produktif seperti pertanian dan industri, kepentingan sanitasi dan kesehatan. Tanpa air tidak akan ada kehidupan. Bank Dunia memperkirakan pada tahun 2025 dua pertiga penduduk dunia akan kesulitan memperoleh air bersih dan minum. Hilangnya sumber mata air terjadi karena kerusakan hutan sebagai tempat penyimpanan air, eksploitasi besar-besaran terhadap gunung kapur (kars) sebagai tempat penampungan air, perubahan iklim juga turut memperparah berkurangnya pasokan air karena semakin besarnya proses evaporasi yang menyebabkan sungai dan sumber mata air semakin berkurang. Pendangkalan sungai akibat erosi, berkurangnya debit air juga termasuk masalah serius yang dialami di Indonesia yang mampu mengancam kebutuhan air bagi manusia, flora dan fauna. Banyak sungai dan danau yang mulai hilang akibat pendangkalan di berbagai negara.

Krisis air karena kekurangan sumber mata air, pencemaran, kekeringan dan banjir diprediksi akan menjadi salah satu sumber pertikaian dan konflik sosial di masa yang akan datang. Krisis air juga mampu mempengaruhi krisis pangan karena semakin banyak areal pertanian yang tidak teraliri air yang memadahi.

Kepunahan sumber daya alam adalah isu yang tidak kalah penting. Kepunahan ini hendaknya menjadi perhatian serius khusunya kepunahan energi yang tidak dapat terbarukan. Kesalahan dalam mengelola dan dalam kebijakan pembangunan di masa lalu, menyebabkan penurunan dan terancam punahnya sumber daya alam di Indonesia. Hutan, ikan dan sumber daya laut, mineral, batu bara, minyak bumi telah mengalami penurunan dan terancam punah. Kepunahan sumber daya ini merugikan dari segi ekonomi dan juga rusak dan tercemarnya ekosistem lingkungan hidup di sekitarnya. Hal itu menyebabkan menurunnya kesejahteraan anak cucu kita dan kualitas hidup yang buruk karena rusaknya lingkungan hidup.

d. Kekacauan Iklim Global

Kekacauan iklim global atau yang lebih dikenal dengan perubahan iklim merupakan masalah yang sudah sering dibahas. Kekacauan iklim ini disebabkan karena sinar matahari yang dipantulkan ke bumi dipantulkan kembali oleh gas rumah kaca yang ada di atmosfer dan tertahan disana sehingga semakin menebal dan menyebabkan sinar matahari yang akan masuk ke bumi, terperangkap dan kembali memanasi permukaan bumi, sehingga menyebabkan suhu di permukaan bumi semakin meningkat dan menyebabkan kekacauan iklim global. Gas rumah

kaca terdiri dari beberapa jenis yaitu: karbondioksida (CO2), metana (CH4) dan Nitroksida (N2). CO2 memiliki andil yang besar dalam menyebabkan efek rumah kaca yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil yang berasal dari industri, transportasi, kebakaran hutan, pembakaran sampah dan sumbangan gas metana dari pembusukan sampah dan pertanian.

Peningkatan emisi gas rumah kaca juga disebabkan karena penggundulan hutan yang terjadi di seluruh dunia. Beberapa contoh perubahan iklim yang terjadi diantaranya ialah adanya anomali cuaca atau perubahan musim yang menyebabkan hujan turun tidak pada waktunya dan kemarau yang semakin panjang, hal tersebut mempengaruhi pertanian yang ada di Indonesia, kelangkaan air, kebakaran hutan, bencana alam seperti angin kencang, laut bergelombang dan hujan lebat yang menyebabkan banjir. Terjadinya badai tropis yang terjadi di seluruh belahan dunia yang merengut korban jiwa dan harta benda. Badai juga menganggu aktivitas manusia seperti kecelakaan pesawat, nelayan tidak bisa melaut karena gelombang besar, tidak normalnya perkembangan tanaman yang dapat menyebabkan jebakan pangan dan kelaparan di berbagai dunia.

Saat ini fenomena mencairnya es di Kutub mengalami kemajuan yang mengejutkan. Para pakar terkejut karena hilangnya bongkahan es hampir dua kali lipat daratan Inggris. Menurut Robert Corell, es yang meleleh memiliki kecepatan 2 meter per jam sepanjang 5 kilometer dengan kedalaman 1.500 meter. Fenomena mengapungnya gunung es di sekitar Selandia Baru dan Australia merupakan sebuah peringatan serius akan mencairnya es di Kutub akibat perubahan iklim. Akibat mencairnya es di Kutub menyebabkan naiknya permukaan laut sehingga

banyak pulau kecil akan tenggelam dan banyak kota besar akan terendam air. The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) memprediksikan pada abad ini akan terjadi kenaikan permukaan laut sebesar 18-59 sentimeter dan menurut data baru, kenaikan bisa mencapai 2-12 meter. Dampak besar kenaikan permukaan air laut akan sangat dirasakan oleh negara-negara kepulauan seperti Indonesia karena akan banyak pulau yang tenggelam dan akan terjadi migrasi besar-besaran (Sonny Keraf, 2010: 62).

Anomali cuaca juga menyebabkan berbagai jenis penyakit menular yang baru seperti flu burung, flu babi, SARS dan penyakit lainnya yang diperkirakan ada sebanyak 30 penyakit baru dalam kurun waktu 25-30 tahun terakhir. Kekacauan iklim juga menyebabkan banyak spesies flora dan fauna yang terancam punah. Hal tersebut dikarenakan rusaknya ekosistem akibat terganggunya kelembaban dan kekeringan yang tidak normal. Menurut pakar biologi, kepunahan ini terjadi 100 kali lebih banyak daripada yang normal terjadi. Selain flora dan fauna, terumbu karang juga terancam rusak dan punah karena suhu udara yang semakin naik.

Dokumen terkait