SATUAN PENDAMPINGAN SESI
4. METODE a Sharing
9
2
b. Informasi c. Tanya Jawab 5. SARANA a. Mic b. Laptop c. Viewer d. Wireless 6. PROSES PENDAMPINGAN a. PengantarBapak, ibu dan saudara/i yang terkasih, setelah kita saling mengenal dan mengetahui maksud dan tujuan diadakan rekoleksi hari ini, sekarang kita akan bersama-saling membagikan pengalaman iman kita agar kita mampu saling memperkembangkan satu dengan yang lain. Semoga dengan saling berbagi pengalaman kita bisa saling menguatkan dan mendukung satu dengan yang lain dalam pelayanan kita kepada Tuhan, Gereja dan masyarakat.
b. Panduan Pertanyaan untuk Sharing Pengalaman
(Pendamping mengajak peserta untuk mengungkapkan pengalaman imannya dengan panduan pertanyaan)
Apakah bapak, ibu, saudara/i pernah memiliki pengalaman iman?
9
3
Menurut bapak, ibu, saudara/i iman itu apa?
Menurut bapak, ibu, saudara/i semenjak di baptis sampai saat ini, apakah iman kalian semakin berkembang dan semakin mantap mengikuti Yesus?
c. Uraian Materi
(Setelah peserta memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut, pemandu menulis jawaban umat dan memberikan pengetahuan mengenai pertumbuhan iman)
Saat ini banyak orang yang mengatasnamakan dirinya sebagai orang yang beriman. Mereka melakukan banyak hal agar orang lain tahu apa yang mereka lakukan, baik dengan meneriakkan nama Tuhan atau kadang ada yang melakukan tindakan-tindakan kekerasan dengan mengatasnamakan agama dan iman mereka. Melihat hal tersebut, sebenarnya apa yang dimaksud dengan iman? Dan bagaimana dengan pertumbuhan iman kita masing-masing?
Iman adalah penyerahan total kepada Allah yang menyatakan diri tidak dengan terpaksa namun dengan sukarela. Walaupun tidak setingkat namun hubungan tersebut merupakan hubungan persahabatan sebagaimana Allah dalam kelimpahan cinta kasih-Nya menyapa manusia dan manusia menjawabnya dengan tulus ikhlas. Iman bersifat bebas merdeka karena memecahkan belenggu ketakutan dan kecurigaan. Dalam iman, manusia menyadari dan mengakui bahwa Allah yang tak terbatas berkenan memasuki hidup manusia yang serba terbatas, menyapa dan memanggilnya. Iman berarti jawaban atas panggilan Allah, penyerahan pribadi kepada Allah yang menjumpai manusia secara pribadi juga.
9
4
Pengalaman religius merupakan pengalaman dasar kendati hal tersebut belum berarti pertemuan dengan Allah secara penuh (Iman Katolik, 1996: 128-129).
Di dalam Kitab Suci, iman kadang diumpamakan sebagai sebuah benih. Buah ara juga bisa digambarkan sebagai iman yang kita miliki, bila ia tidak berbuah maka ia akan ditebang (Mat 24: 19-21). Disini saya ingin menganalogikan iman itu seperti sebuah pohon beringin. Mengapa saya memakai pohon beringin? Bagi saya pohon beringin yang digunakan untuk gerakan
“menanam air” yang dilakukan oleh umat di Paroki Baturetno ini cukup menarik
dan memiliki filosofi yang cukup mendalam.
Pohon beringin merupakan tanaman yang banyak dijumpai di Indonesia baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Ia memiliki kemampuan hidup dan beradaptasi dengan baik pada berbagai kondisi lingkungan. Beringin juga memiliki umur yang sangat tua dan dapat hidup hingga ratusan tahun. Banyak orang yang masih meyakini bahwa pohon beringin yang besar ada penunggunya dan harus diberi sesaji (Setijati, 1984: 30-31).
Bagi saya hal tersebut sangat menarik, sebagai orang katolik, kita tersebar di semua daerah di Indonesia baik dalam jumlah yang besar maupun dalam jumlah yang kecil di setiap daerahnya. Kita bisa hidup dengan baik dengan masyarakat di sekitar kita walaupun kita ini minoritas, dan kita bisa menunjukkan iman kita dengan berbuat kasih kepada sesama dan alam. Sebagai minoritas tidak jarang kita mengalami berbagai tantangan, yang kadang membuat iman kita goyah, hal tersebut juga seperti pohon beringin yang ingin bertumbuh, dimana ia harus menghadapi tantangan untuk menancapkan akar-akarnya di tempat-tempat
9
5
yang berbatu. Begitu juga pertumbuhan iman kita, kita harus bersusah payah mengolah iman kita, terkadang kita merasa kering dan goyah saat mengahadapi tantangan, namun terkadang iman kita membuat kita semangat. Beringin dianggap sebagai pohon yang mistis, iman juga demikian, kita tidak bisa menggunakan pikiran kita untuk menjelaskan mengenai iman, namun kita percaya akan hal
tersebut. Iman juga harus diberi “sesajen” harus dipupuk dengan doa, dengan
perbuatan nyata kepada sesama dan alam di sekitar kita.
(Pendamping mengajak peserta untuk sedikit bersukaria dengan menyanyikan lagu “Laudato Si” kemudian dilanjutkan ke sesi II)
9
6
SATUAN PENDAMPINGAN SESI II
1. IDENTITAS
a. Judul Pertemuan : Iman yang Mengakar Dalam
b. Tujuan Pertemuan : 1. Peserta dapat menghayati iman mereka dan mampu mengkaitkan dengan filosofi pohon beringin yang mereka tanam.
2. Peserta semakin menyadari imannya yang mendalam sehingga bisa dibagikan kepada sesama khususnya dalam pelayanan
c. Peserta : Pemuka Umat di Paroki Santo Yusuf Baturetno Wonogiri
d. Tempat : Gereja Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri e. Hari / Tanggal : Minggu, 23 Oktober 2016
f. Waktu : 11.15-12.45 WIB
2. PEMIKIRAN DASAR
Iman yang tumbuh dan mengakar kuat di dalam hidup kita mampu menghasilkan buah-buah iman. Seperti pohon beringin yang ditanam, ia akan tumbuh di tempat yang mungkin tidak nyaman, di tanah yang berbatu-batu dan tandus, namun ia mampu menancapkan akarnya dengan kuat serta dapat tumbuh dengan baik, sehingga menghasilkan kesejukan dan membawa kebahagiaan bagi yang bernaung di bawah kerindangan dahannya.
9
7
Sebagai murid Kristus kita diharapkan memiliki iman yang kokoh dan mendalam. Iman kita yang kokoh dan mendalam mampu membuat kita semakin percaya dan tidak mudah goyah dalam menghadapi cobaan. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita diajak untuk mewujudkan sikap iman kita. Sikap iman kita dapat kita wujudkan dengan menghadirkan Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup kita, sesama kita dan alam sekitar kita.
3. MATERI
a. Pengalaman peserta
b. Pentingnya iman yang mendalam dan tangguh seperti pohon beringin
4. METODE a. Sharing b. Informasi c. Tanya Jawab 5. SARANA a. Mic b. Laptop c. Viewer d. Wireless
9
8
6. PROSES PENDAMPINGAN