SATUAN PENDAMPINGAN SESI
6. PROSES PENDAMPINGAN a Pengantar
Pada sesi yang pertama tadi kita telah membahas mengenai pertumbuhan iman kita. Bagaimana pengalaman-pengalaman iman yang kita alami mampu semakin menguatkan iman kepada Tuhan. Lewat peristiwa senang maupun sedih kita bisa merasakan kehadiran Tuhan di tengah-tengah kita dan kita bisa merasakan penyelenggaraan Allah di dalam hidup kita.
b. Panduan Pertanyaan untuk Sharing Pengalaman
(Pada slide ditayangkan gambar pohon kecil namun memiliki akar yang kuat dan gambar pohon yang batangnya besar namun akarnya hanya sedikit di dalam tanah. Kemudian pendamping memberi pertanyaan kepada peserta)
 Apa perbedaan kedua gambar tersebut?
 Bila kedua gambar dianalogikan sebagai iman, manakah iman yang lebih tangguh?
 Seperti apakah iman yang kita miliki saat ini?
c. Uraian Materi
Kedua gambar di atas menggambarkan gambaran iman kita. Ada sebagian dari kita yang memiliki iman yang kokoh ke dalam, kita melakukan pelayanan tanpa banyak berbicara namun memiliki hasil yang nyata. Namun sebagian dari kita kadang memiliki iman yang dangkal, tidak kokoh ke dalam,
9
9
sehingga bila ada sedikit godaan atau permasalahan, iman kita sering goyah dan bahkan bisa tumbang.
Pengalaman-pengalaman religius, iman dan pengetahuan merupakan aspek penting dalam hidup orang beriman. Orang beriman tahu mengenai Allah justru dalam penyerahan imannya, karena tidak mungkin kita mengenal orang tanpa mengetahui apa-apa mengenai dirinya. Manusia tidak bisa menyerahkan diri kepada Allah kalau ia tidak mengetahui siapa Allah itu. Agar dapat beriman dengan sungguh, manusia harus mengetahui kepada siapa ia menyerahkan diri (Iman Katolik, 1996: 130).
Iman yang mengakar dalam berarti harus menyerahkan dirinya kepada Allah. Tidak mungkin kita bisa memiliki iman yang mendalam bila kita tidak mengenal Allah dan menyerahkan diri kita kepada Allah. Kita diajak untuk mengenal Allah secara lebih dekat dan menyelami setiap rencananya. Allah begitu baik kepada manusia, lalu apa yang akan dilakukan manusia? Hendaknya manusia bisa membalas kebaikan Allah juga dengan berbuat baik. Berbuat baik tidak terbatas pada orang-orang yang kita senangi saja, namun juga kepada semua orang termasuk musuh-musuh kita dan alam semesta. Mengapa alam juga harus ikut kita rawat? Karena Allah menciptakan bumi beserta isinya bagi kita, itu merupakan bukti cinta Allah kepada manusia, sehingga kita juga harus bisa membalas kebaikan Allah dengan menjaganya.
Seperti yang sudah saya katakan di dalam sesi awal tadi, bahwa saya akan menganalogikan iman seperti pohon beringin, karena pohon beringin sangat dekat dengan kita sekarang ini. Pohon beringin memiliki struktur akar yang dalam
1
0
0
dan kuat. Akar lateralnya mampu mencengkeram tanah dengan baik. Akar gantungnya bisa dimanfaatkan untuk tali dan bisa kuat untuk mengikat sesuatu. Akar beringin yang kuat membuat ia mampu bertahan di tanah yang berbatu dan bisa menahan air tanah. Selain itu bisa juga sebagai penguat lereng alami agar tidak mudah longsor (Setijati, 1984: 30-31).
Iman kita hendaknya juga kuat dan mengakar dalam seperti pohon beringin. Bila iman kita kuat dan mengakar dalam maka kita tidak akan mudah goyah akan godaaan-godaan dan tantangan-tantangan yang mampu menggoyahkan iman kita. Sekencang apapun angin yang bertiup atau masalah yang menghampiri, bila kita memiliki akar yang kuat, maka kita tidak akan mudah terombang-ambing dan tumbang begitu saja. Akar atau dasar iman yang kuat akan membuat kita mampu bertahan dalam menghadapi setiap permasalahan, seperti pohon beringin yang akar-akarnya dapat menembus batu. Dasar iman yang kuat akan menghasilkan sesuatu di dalam hidup kita. Kita bisa menjadi tempat bersandar bagi orang-orang yang membutuhkan pertolongan.
1
0
1
SATUAN PENDAMPINGAN SESI III
1. IDENTITAS
a. Judul Pertemuan : Sudahkah Imanku Membawa Kesejukan dan Kesejahteraan Bagi Sesama?
b. Tujuan Pertemuan : 1. Umat dapat menyadari iman mereka dan mampu mewujudkannya di dalam kehidupan sehari-hari
khususnya dalam menjalankan program “menanam air”
2. Pembina mengajak peserta untuk mengenal iman mereka sehingga mereka bisa membagikan pengalaman iman yang mereka alami kepada sesama
c. Peserta : Pemuka Umat di Paroki Santo Yusuf Baturetno Wonogiri
d. Tempat : Gereja Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri e. Hari / Tanggal : Minggu, 23 Oktober 2016
f. Waktu : 13.30-15.00 WIB
2. PEMIKIRAN DASAR
Kadang kala kita merasa bosan dengan hidup kita. Kita tidak tahu apa yang harus kita perbuat saat kita mengalami masalah. Merasa putus asa dan ingin mengakhiri semuanya dengan cepat dan serba instan sehingga kita terkadang
1
0
2
menghalalkan berbagai macam cara untuk menyelesaikan masalah kita atau untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Sebagai orang beriman hendaknya kita mampu melihat segala peristiwa ataupun segala yang kita cita-citakan dalam kacamata iman. Kita juga sudah belajar mengenai iman dan bagaimana iman yang mengakar kokoh ke dalam sehingga kita tidak mudah digoyahkan.
Iman yang kokoh dan mendalam hendaknya dibarengi dengan suatu tindakan nyata di dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga iman yang kita miliki tidak berhenti pada pengalamannya dan teorinya saja namun dapat diaplikasikan di dalam kehidupan kita sehari-hari. Suatu pertanyaan bagi kita bersama: apakah imanku sudah mampu membawa kesejukan bagi sesamaku? Akankan iman kita mampu membawa kedamaian, kerukunan, cinta kasih dan perhatian kepada sesama? atau iman kita justru membawa mala petaka bagi sesama kita? Perlu pula di ingat, bahwa sesama kita tidak hanya terbatas pada manusia saja namun juga pada alam sekitar. Kita diajak untuk peduli terhadap sesama kita manusia maupun sesama kita alam ciptaan-Nya.
3. MATERI
a. Pengalaman peserta
b. Pentingnya iman yang membawa kesejukan c. Membuat rencana aksi
4. METODE a. Sharing
1
0
3
b. Informasi c. Tanya Jawab 5. SARANA a. Mic b. Laptop c. Viewer d. Wireless 6. PROSES PENDAMPINGAN a. PengantarSetelah mendalami mengenai pertumbuhan iman dan bagaimana iman kita dapat mengakar ke dalam maka pada kesempatan ini kita akan lebih mendalami mengenai iman kita yang berguna bagi sesama. Bagaimana iman kita bisa berguna bagi sesama? Agar iman kita berguna bagi sesama hendaknya kita mau saling membagikan pengalaman iman yang kita miliki lewat pelayanan kita yang penuh cinta kasih, baik kepada sesama maupun pada alam ciptaan-Nya. Maka pada kesempatan ini kita juga akan melihat bagaimana kita bisa memberikan kasih kita kepada alam yang ada di sekitar kita dan kepada orang- orang miskin yang memerlukan uluran tangan kita. Gereja senantiasa mengajak kita untuk peduli pada orang yang papa miskin dan kepada keutuhan ciptaan, maka kita akan melihat sejauh mana kepedulian kita sebagai umat beriman terhadap permasalahan-permasalahan di sekitar kita.
1
0
4
b. Panduan Pertanyaan untuk Sharing Pengalaman
(Pendamping mengajak peserta untuk melihat video mengenai alam yang rusak dan orang-orang yang kelaparan. Kemudian pendamping memberikan pertanyaan sehubungan dengan video yang diputar)
 Apa yang bapak, ibu, saudara/i rasakan setelah melihat tayangan video tadi?
 Apakah bapak, ibu, saudara/i melihat kehadiran Allah di dalam tanyangan video tersebut?
 Apa yang akan bapak, ibu, saudara/i lakukan bila itu terjadi di sekitar kalian?
 Apa yang akan kalian lakukan bila hal tersebut terjadi pada kalian? (Setelah peserta memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut, pemandu menulis jawaban umat dan memberikan pengetahuan mengenai iman yang membawa kesejukan dan kesejahteraan)
c. Uraian Materi
Melihat penderitaan yang terjadi di sekitar kita terkadang kita merasa miris. Melihat kerusakan alam yang luar bisa parahnya, melihat orang-orang yang kelaparan dan menderita. Terkadang sebagai manusia biasa kita merasa Tuhan tidak adil dan Tuhan tidak menyayangi kita anak-anak-Nya. Kalau Tuhan menyayangi kita mengapa Tuhan membiarkan kita menderita? Sebagian dari kita
1
0
5
tetap merasakan kehadiran Allah di dalam peristiwa sedih yang terjadi, namun sebagian lagi merasa Tuhan tidak adil.
Orang yang beriman adalah orang yang mengenal Allah. Iman adalah penyerahan diri kita secara total kepada Allah. Bila kita merasa sebagai orang yang beriman, kita akan mengenal Allah yang Maha Baik, Maha Pengasih, Maha Pemurah dan lain sebagainya. Kita juga akan mengalami kasih Allah yang luar biasa, dimana Ia memberikan kita hidup dan segala kebutuhan hidup kita lewat alam dan orang-orang di sekitar kita. Bila kita merasakan kebaikan Allah yang luar biasa itu, maka kita diajak untuk tidak tinggal diam begitu saja. Kita diajak untuk bisa seperti Allah, dalam arti mampu memberi kesejukan dan kesejahteraan kepada sekeliling kita.
Kesejukan dan kesejahteraan semacam apa yang bisa kita lakukan? Sekali lagi, seperti pohon beringin yang memberikan kehidupan dan kesejukan serta kesejahteraan kita juga diajak mampu menjadi seperti itu. Kesejukan disini bisa kita artikan sebagai hati yang damai, menjadi tempat yang nyaman bagi orang-orang yang memerlukan pertolongan, seperti pohon beringin yang menjadi tempat yang nyaman bagi burung-burung yang bersarang di dahannya yang sejuk. Kesejahteraan disini bisa kita artikan bukan sebagai pemenuhan kebutuhan akan materi yang melimpah, namun kesejahteraan disini bisa kita artikan sebagai kebahagiaan yang kita rasakan saat berada di bawah pohon beringin, yang membawa rasa aman dan nyaman. Yang menjadi pertanyaan saya, apakah kita sudah menjadi orang yang membawa kesejukan dan kesejahteraan bagi sesama kita? Bila belum apa yang akan kita lakukan?
1
0
6
Berkaca dari Ensiklik Laudato Si yang dikeluarkan oleh Bapa Paus Fransiskus mengenai lingkungan hidup, kita bisa menunjukkan bentuk solidaritas kita dan mewujudkan iman kita dengan merawat alam yang sedang sakit. Seperti yang diungkapkan dalam Laudato Si no 2 yang mengatakan bahwa ibu bumi sedang mengalami sakit akibat dari kesalahan yang kita lakukan. Kita tidak cukup bertanggungjawab untuk menggunakan kekayaan alam yang ada di sekitar kita. Sebagai perwujudan iman kita diajak untuk merawat ibu bumi yang sedang sakit.
Laudato Si juga mengajak kita peduli pada orang-orang yang paling menderita. Dalam Laudato Si no 158 berisi mengenai kondisi masyarakat global saat ini, di mana banyak terjadi ketidakadilan, sehingga kepentingan umum menjadi panggilan solidaritas kita, khususnya terhadap orang-orang yang miskin. Melihat banyaknya ajakan untuk mewujudnyatakan iman kita dengan membantu mereka yang membutuhkan, maka kita hendaknya mampu mengulurkan tangan, memberi kesejukan dan kedamaian bagi orang-orang dan alam di sekitar kita.
(Kemudian pendamping mengajak peserta untuk membuat niat bersama, yang bisa dilakukan, khususnya untuk mendukung gerakan “menanam air” agar semakin banyak orang yang terlibat di dalamnya).
d. Penutup
Bapak/ibu/saudara/i terkasih demikianlah rekoleksi kita hari ini. Kita telah belajar bersama dari pengalaman-pengalaman yang kita dengar dari sharing bapak/ibu/saudara/i dan mendengar beberapa penjelasan mengenai iman seperti pohon beringin yang membawa kesejukan dan kesejahteraan. Semoga uraian yang
1
0
7
saya sampaikan tadi dapat memberikan penyegaran bagi kita semua sehingga kita semakin memiliki iman yang berakar dalam seperti pohon beringin dan kita dapat melaksanakan niat-niat kita dengan baik.
e. Doa Penutup
Allah Bapa Maharahim terimakasih atas penyertaan-Mu sepanjang rekoleksi kami hari ini. Terimakasih atas penyertaan Roh Kudus-Mu di dalam diri kami, sehingga kami bisa saling berbagi pengalaman iman dan saling melengkapi satu dengan yang lain. Bapa semoga apa yang kami dapatkan hari ini dapat berguna bagi kehidupan kami masing-masing, bagi pelayanan kami di Gereja dan masyarakat serta demi Kemuliaan nama-Mu yang kudus. Bapa seluruh doa dan harapan kami ini kami haturkan kepada-Mu dengan pengantaraan putra-Mu Tuhan kami Yesus Kristus. Amin
BAB V PENUTUP
Pada bab ini penulis akan menyampaikan kesimpulan dari tulisan ini beserta saran yang berkaitan dengan gerakan “Menanam Air” Sebagai Satu Bentuk Kegiatan Pastoral Lingkungan Hidup Di Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri. Pada bagian kesimpulan berisi mengenai gagasan pokok dari keseluruhan tulisan skripsi ini dan pada bagian saran berisikan gagasan yang bermaksud untuk meningkatkan kesadaran umat di Paroki Santo Yusup Baturetno dalam menjaga keutuhan alam ciptaan.
A. Kesimpulan
Pastoral berarti segala usaha untuk membantu hidup iman bersama, sehingga Sang Gembala Ilahi terasa tampil, hadir, menemani dan berkarya bagi semua manusia. Kegiatan-kegiatan yang mencerminkan kehadiran Allah di tengah-tengah manusia dan dapat membantu kehidupan iman bersama merupakan kegiatan-kegiatan pastoral. Lingkungan hidup sendiri merupakan semua aspek kehidupan yang ada di sekitar kita, baik berupa benda hidup maupun tak hidup dan keadaan alam yang mempengaruhi secara langsung dan tidak langsung. Berangkat dari kedua pengertian tersebut maka eko-pastoral atau yang dikenal dengan pastoral lingkungan hidup merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup yang dapat mencerminkan kehadiran Allah di tengah-tengah manusia lewat alam ciptaan-Nya.
Saat ini banyak terjadi eksploitasi terhadap kekayaan alam secara besar- besaran yang menyebabkan banyaknya kerusakan alam. Di berbagai daerah telah mengalami bencana alam, baik longsor, banjir, badai, mencairnya es di kutub dan lain sebagainya. Bencana tersebut terjadi akibat dari eksploitasi kekayaan alam secara besar-besaran. Di berbagai negara dan daerah banyak yang mengalami penurunan jumlah air bersih. Hal tersebut juga dialami oleh Indonesia, khususnya
di daerah-daerah yang gersang dan berbatu seperti Gunung Kidul, Wonogiri dan lain sebagainya.
Melihat keprihatinan tersebut, beberapa Gereja mulai mencanangkan program pastoral lingkungan hidup yang dapat meningkatkan kesadaran umat dan masyarakat akan pentingnya lingkungan hidup dan bagaimana menghargai alam semesta. Pastoral mengenai lingkungan hidup juga dijalankan oleh umat di Paroki
Santo Yusup Baturetno Wonogiri yang mencanangkan gerakan “menanam air”.
Gerakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran umat akan pentingnya air bersih dan pentingnya menanam pohon sebagai pengikat air.
Pada masa awal gerakan ini dimunculkan banyak sekali terdapat pro dan kontra. Tantangan tersebut berasal dari pohon yang digunakan untuk penanaman, yakni pohon beringin, yang oleh sebagian besar penduduk dianggap sebagai pohon yang ada penunggunya. Seiring dengan berjalannya waktu dan dengan pendekatan-pendekatan yang dilakukan maka gerakan ini dapat berjalan. Gerakan
“menanam air” sudah berjalan sekitar 6 tahun dan sudah mulai banyak umat dan
masyarakat yang ikut terlibat di dalamnya.
Melihat hasil penelitian yang didapatkan, penulis merasa bahwa umat masih perlu memiliki iman yang mendalam dan tangguh seperti pohon beringin yang mereka tanam, agar mereka dapat membawa damai dan sukacita bagi orang- orang di sekeliling mereka. Melihat kebutuhan tersebut maka penulis membuat suatu program rekoleksi, agar umat menyadari akan peran mereka dan pentingnya memiliki iman yang tangguh dan mendalam seperti pohon beringin. Tema yang diambil untuk rekoleksi ini ialah “Iman Seperti Pohon Beringin Membawa
Kesejukan dan Kesejahteraan”. Tema ini dipilih karena bila kita bercermin pada
pohon beringin, kita bisa belajar bahwa menjadi pohon yang kokoh juga memerlukan waktu, iman yang kita miliki harus berakar dalam sehingga mampu memberi kesejukan bagi sesama kita.
B. Saran
Saran berikut ditujukan kepada Pastor dan umat di Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri. Secara umum umat telah memiliki kesadaran untuk
mengikuti gerakan “menanam air” dengan segala upaya yang bisa mereka lakukan, maka untuk semakin meningkatkan semangat dan kesadaran umat untuk menjaga keutuhan alam ciptaan, penulis menyampaikan beberapa hal berikut: 1. Pastor, dewan paroki dan katekis diharapkan terus menggalakkan ketekese
mengenai lingkungan hidup secara berkesinambungan agar gerakan
“menanam air” bisa terus berjalan seiring dengan perkembangan iman umat.
2. Para katekis, pengurus dewan dan pemandu pendalaman iman diharapkan melaksanakan usulan program yang dibuat oleh penulis, sehingga diharapkan para tonggak Gereja tersebut semakin memiliki iman yang kokoh, tangguh dan mendalam.
3. Diharapkan umat dapat semakin memahami mengenai lingkungan dan permasalahan yang dialami, agar tercipta kesadaran untuk dapat menghargai alam ciptaan.