• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masalah-masalah Khusus

Dalam dokumen Prosedur Audit Pemeriksaan Aset Tetap (Halaman 35-44)

LANDASAN TEORY 2.1 Definisi Aktiva Tetap

2.6 Masalah-masalah Khusus

1) Sering terjadi bahwa aktiva tetap dibeli dari atau dibuat oleh perusahaan yang masih berafiliasi dengan perusahaan/ pelanggan yang diperiksa. Contoh: PT. ABC yang mendapat kredit investasi dari suatu bank untuk mendirikan hotel, kemudian membuat suatu perusahaan pemborong bangunan ( PT. DEF ) atau PT. PQR yang merupakan suatu usaha patungan ( Joint venture ) antara sebuah perusahaan indonesia dengan suatu perusahaan asing. Perusahaan asing ini mensupply aktiva tetap dan aktiva tersebut mungkin barang bekas pakai yang diperbaiki kemudian dikirim ke Indonesia.

Dalam kedua contoh ini ada masalah penetapan harga perolehan yang wajar karena pihak yang mensupply aktiva tetap tersebut masih berafiliasi dengan perusahaan yang diperiksa. Dalam bahas inggris transaksi ini disebut related

party transaction atau transaksi yang tidak at arm’s length.

Dalam hal ini harus ada penjelasan ( disclosure ) dalam catatan mengenai ikhtisar keuangan tentang jenis dan besarnya transaksi tersebut.

2) Didalam pembahasan prosedur pemeriksaan, disebutkan bahwa akuntan harus melihat adanya aktiva yang bersangkutan untuk menyakinkan dirinya sendiri bahwa aktiva tersebut memang ada. Kalau aktiva ini hanya sekedar gedung, mesin tik atau suatu kendaraan bermotor, hal ini masih mudah, kesukaran sering timbul karena aktiva yang ingin dilihat merupakan suatu perlengkapan yang tidak begitu dikenal oleh akuntan, sehingga kita tidak dapat memastikan bahwa barang yang kita lihat memang sungguh-sungguh barang yang hendak dilihat. Kalau barang tersebut mempunyai catatan teknis yang juga tercetak pada perlengkapan yang bersangkutan maka ia dapat membandingkan catatan yang ada pada dokumen pembelian dengan catatan pada perlengkapan. Kalau sistem pengendalian intern dapat dipercaya, akuntan dapat mencocokkan nomor aktiva tetap berdasarkan register atau kartu aktiva langganan. Kalau akuntan masih tidak puas ia dapat menggunakan tenaga ahli dalam lapangan yang bersangkutan.

3) Selain transaksi pembelian yang tidak at arm’s length seperti kasus no 1, mungkin juga ada transaksi penjualan aktiva tetap yang dilakukan tidak at arm’s

length , misalnya penjualan rumah instansi pada seorang direktur.

Dalam hal ini akuntan harus melihat prosedur dan kebijakansanaan intern dalam menjual aktiva pada direkturnya. Akuntan harus sangat berhati-hati kalau peristiwa tersebut terjadi pada perusahaan yang dijalankan oleh orang-orang yang bukan menjadi pemilik modal, karena transaksi seperti itu mungkin hanya menguntungkan pribadi direktur tersebut. Kenyataan yang dapat lebih mencurigakan akuntan dalam hal prosedur intern tidak jelas ialah kalau sebelum rumah tersebut dijual, rumah tersebut diperbaiki lebih dulu dan biaya perbaikan dibebankan pada perusahaan sedang harga jual dilakukan dengan nilai buku yang sudah rendah.

4) Sering dilihat bahwa aktiva tetap dibeli dengan harga yang terlalu tinggi dibandingkan dengan harga yang umum berlaku untuk barang tersebut pada waktu itu dan ditempat yang sama. Kesulitannya disini adalah bahwa unsur komisi atau kick back yang telah menambah harga aktiva tetap tersebut tidak dapat dibuktikan oleh akuntan.

Pimpinan perusahaan atau dewan komisaris seharusnya diberi tahu mengenai keadaan ini, tetapi bukan dengan pemberitahuan bahwa ada unsur komisi atau

kick back melainkan adanya barang yang dibeli dengan harga yang lebih tinggi. Disini harga pasaran umumnya dan sumber harga tersebut sebaiknya juga dicantumkan. Kalau barang-barang tersebut dapat ditenderkan dan pembelian tersebut dilakukan tanpa tender hal ini juga harus dicantumkan dalam surat komentar akuntan.

5) Didalam salah satu prosedur pemeriksaan diatas disebutkan bahwa akuntan harus menelaah jumlah pertanggungan asuransi untuk menentukan apakah jumlah pertanggungan itu cukup, kurang atau bahkan lebih. Hal ini bukanlah hal yang mudah, dan sangatlah tidak bijaksana untuk menentukan kecukupan jumlah pertanggungan asuransi dengan sekedar membandingkan nilai buku aktiva tetap itu dengan jumlah pertanggungannya atau dengan membandingkan jumlah pinjaman ( misalnya dari bank ) dengan jumlah pertanggungannya.

Membandingkan nilai buku dengan jumlah pertanggungan mempunyai kelemahan sebagai berikut :

a. Nilai buku tidak mencerminkan harga atau nilai aktiva yang bersangkutan. Misalnya, jika aktiva tetap tersebut sudah disusutkan penuh, nilai bukanya nol. Perbandingan antara jumlah pertanggungan dengan nilai buku dapat memberi kesan seolah-olah jumlah pertanggungan terlalu besar.

b. Misalkan aktiva tetapnya masih baru sehingga nilai buku masih menggambarkan nilai aktiva tetap. Membandingkan nilai buku dengan jumlah pertanggungan belum tentu memberikan gambaran mengenai kecukupan jumlah pertanggungan. Contoh : dalam industri tekstil, harga bangunan yang sangat tinggi disebabkan karena perlunya fondasi bangunan yang khusus. Kalau terjadi kebakaran ditaksir fondasi ini masih tetap dapat dipertahankan sehingga tidak perlu jumlah pertanggungannya sama dengan nilai buku aktiva baru.

Membandingkan nilai buku dengan persyaratan kredit bank juga tidak selalu tepat. Bank misalnya dapat mensyaratkan jumlah barangg jaminan 150% dari jumlah debetstand hutang dan karenanya jumlah pertanggungan juga dibuat 150% dari debetstand. Jumlah pertanggungan ini mungkin cukup, mungkin kurang atau mungkin juga berlebihan, karena jumlah pertanggungan yang cukup tidaklah mempunyai hubungan langsung dengan persyaratan kredit bank.

6) Dimuka disebutkan bahwa nilai aktiva tetap yang sesuai dengan prinsip akuntansi indonesia adalah harga perolehan atau harga historis. Kalau pemegang saham mempunyai gedung yang mempunyai harga historis Rp. 2.500.000 tapi bernilai Rp. 25.000.000 pada saat ini, gedung tersebut dujadikannya sebagai penyetoran modal, ia tentu saja dapat mengatakan bahwa penyetoran modal nya bernilai Rp. 25.000.000 dan bukan Rp. 2.500.000. dalam hal ini dari segi si pemegang saham harga Rp. 25.000.000 adalah harga penilaian kembali ( appraised value ) tapi untuk PT harga Rp. 25.000.000 dalah harga perolehan. Sehingga kalau kita memeriksa PT tadi, penilaian aktiva tetapnya adalah sesuai dengan prinsip akuntansi indonesi. Tapi disini perlu ada catatan mengenai related Party transaction tersebut.

7) Penyusutan aktiva tetap berdasarkan prinsip akuntansi belum tentu sama dengan umur aktiva yang disebutkan dalam peraturan perpajakan. Akuntan atau pembantunya harus menyusun suatu kertas kerja yang merekonsiliasi penyusutan menurut prinsip akuntansi dan penyusutan untuk keperluan pajak.

2.7 Pengujian Subtantif Atas Saldo Aktiva Tetap

Rekening aktiva tetap digunakan untuk menampung pencatatan atas aktiva perusahaan atau organisasi yang mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun. Aktiva-aktiva yang termasuk dalam katagori ini antara lain, tanah, bangunan, jalan, jembatan, bangunan air, instalasi dan jaringan, mesin, peralatan, kendaraan, serta mebel. Aktiva tersebut tidak akan habis dalam waktu satu tahun. Rekening nominal yang berkaitan erat dengan aktiva tetap adalah biaya depresiasi, perbaikan, dan sewa gedung atau aktiva lainnya.

Aktiva tetap sering kali merupakan komponen terbesar dari total aktiva dalam neraca perusahaan atu organisasi. Biaya-biaya yang berhubungan dengan aktiva tetap merupakan faktor yang material dalam laporan rugi laba. Pemeriksaan terhadap aktiva tetap memakan waktu dan biaya yang relatif labih sedikit dibandingkan dengan pemeriksaan aktiva lancar.

Dalam audit atas aktiva tetap , auditor harus memisahkan pengujian kedalam katagori berikut :

Jenis prosedur analitis tergantung pada sifat operasi klien. Prosedur analitis untuk aktiva tetap :

Prosedur analitis Salah saji yang mungkin

Membandingkan beban penyusutan yang dibagi dengan biaya aktiva tetap kotor dengan tahun sebelumnya

Salah saji beban penyusutan dan akumulasi penyusutan

Membandingkan akumulasi penyusutan yang dibagi dengan biaya aktiva tetap kotor dengan tahun sebelumnya

Salah saji akumulasi penyusutan

Membandingkan reparasi dan

pemeliharaan bulanan atau tahunan, beban perlengkapan, beban peralatan kecil, dan akun-akun serupa dengan tahun sebelumnya

Membebankan jumlah yang harus dikapitalisasi

Membandingkan biaya manufaktur kotor yang dibagi dengan beberapa ukuran produksi dengan tahun sebelumnya

Peralatan yang menganggur atau peralatan yang disingkirkan tetapi belum dihapus

2) Memverifikasi akuisisi tahun berjalan

Perusahaan harus mencatat penambahan selama tahun berjalan dengan benar karena aktiva memiliki pengaruh jangka panjang terhadap laporan keuangan. Kegagalan untuk mengkapitalisasi aktiva tetap, atau mencatat akuisisi pada jumlah yang salah, akan mempengaruhi neraca sehingga perusahaan melepas atau membuang aktiva itu. Laporan laba rugi juga akan terpengaruh hingga aktiva itu telah sepenuhnya disusutkan.

Karena pentingnya akuisis periode berjalan dalam audit aktiva tetap, auditor menggunakan tujuh dari delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo sebagai kerangka referensi bagi pengujian atas rincian saldo: (1) eksistensi (2) kelengkapan (3) keakuratan (4) klasifikasi (5) pisah batas (6) detail tie-in (7) serta hak dan kewajiban.

Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dan pengujian audit yang umum ditunjukkan pada tabel dibawah ini :

Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo

Pengujian atas rincian saldo yang umum

Akuisisi tahun berjalan dalam skedul akuisisi sama dengan jumlah file induk terkait, dan totalnya sama dengan buku besar umum (detail tie-in)

Memfooting skedul akuisisi.

Menelusuri setiap akuisisi ke file induk untuk melihat jumlah an deskripsinya. Menelusuri total kebuku besar umum.

Memfooting skedul akuisisi dan

menelusuri setiap akuisisi yang harus dibatasi kecuali pengendaliannya lemah.

Semua kenaikan saldo buku besar umum selama tahun tersebut harus

direkonsiliasi dengan skedul

Akuisisi tahun lalu berjalan seperti yang tercantum dalam daftar memang ada (eksistensi)

Memeriksa faktur vendor dan laporan penerimaan.

Memeriksa aktiva secara fisik.

Bukanlah hal yang umum untuk memeriksa secara fisik aktiva yang diperoleh kecuali pengendaliannya lemah atau jumlahnya meterial

Akuisisi yang ada telah dicatat (kelengkapan)

Memeriksa faktur vendor yang berhubungan erat dengan akun seperti reparasi dan

pemeliharaan untuk mengungkapkan item-item yang akan menjadi aktiva tetap. Mereview perjanjian lease dan sewa.

Tujuan ini merupakan salah satu yang paling penting untuk aktiva tetap

Akuisisi tahun berjalan yang ada dalam daftar sudah akurat. (keakuratan)

Memeriksa vendor Luasnya tergantung pada resiko inheren dan efektifitas pengendalian internal. Akuisisi tahun

berjalan yang ada dalam daftar telah diklasifikasikan dengan benar. (klasifikasi)

Memeriksa faktur vendor dalam akun aktiva tetap untuk mengungkapkan item-item yang harus diklasifikasikan

Tujuannya berkaitan erat dengan

pengujian untuk kelengkapan. Hal ini dilakukan dalam kaitannya dengan

sebagai aktiva tetap kantor, pabrik, dll. Memeriksa faktur vendor yang berhubungan erat dengan akun seperti reparasi untuk mengungkapkan item-item yang akan menjadi aktiva tetap. Memeriksa beban sewa dan lease untuk lease yang dapat dikapitalisasi.

tujuan tersebut dan pengujian untuk keakuratan.

Akuisis tahun

berjalan dicatat pada periode yang benar (pisah batas).

Mereview transaksi yang mendekati tanggal neraca pada periode yang benar.

Biasanya dilakukan sebagai bagian dari pengujian pisah batas utang usaha.

Klien memiliki hak atas akuisisi tahun berjalan (hak)

Memeriksa faktur vendor

Biasanya tidak ada masalah untuk aktiva tetap.

Akte properti, aktiva tidak berwujud, dan tagihan pajak sering kali diperiksa untuk tanah dan bangunan utama.

Titik awal untuk memverifikasi akuisisi tahun berjalan umumnya merupakan sebuah skedul yang diperoleh dari klien menyangkut semua akuisisi yang dicatat pada akun aktiva tetap dibuku besar umum selama tahun tersebut. Klien memperoleh informasi ini dari file induk aktiva tetap. Skedul yang tipikal memuat deskripsi, notasi apakah barang tersebut baru atau bekas, umur aktiva untuk tujuan penyusutan, metode penyusutan, dan biaya atau harga perolehannya. 3) Memverifikasi pelepasan tahun berjalan

Transaksi yang melibatkan pelepasan aktiva tetap sering kali disalahsajikan apabila pengendalian internal perusahaan tidak memiliki metode formal untuk memberi tahu manajemen tentang penjualan, tukar tambah, pengabaian, atau pencurian mesin dan peralatan yang tercatat. Jika klien lalai mencatatpelepasan,

biaya awal akun aktiva tetap akan dinyatakan terlalu tinggi, dan nilai buku bersih akan dinyatakan terlalu tinggi hingga aktiva telah disusutkan sepenuhnya. Metode formal untuk menelusuri pelepasan dan provisi menyangkut otorisasi yang tepat atas penjualan atau pelepasan aktiva akan membantu mengurangi resiko salah saji. Juga harus ada verifikasi internal yang memadai atas pelepasan yang tercatat untuk memastikan bahwa aktiva telah dihapus dengan benar dari catatan akuntansi.

Tujuan utama auditor dalam memverifikasi penjualan, tukar tambah, atau pengabaian aktiva tetap adalah untuk mengumpulkan bukti yang cukup bahwa semua pelepasan telah dicatat dan pada jumlah yang benar. Titik awal untuk memverifikasi pelepasan adalah skedul klien yang berisi catatan tentang pelepasan itu. Skedul tersebut umumnya mencantumkan tanggal kapan aktiva dilepas atau dibuang, nama orang atau perusahaan yang mengakuisisi aktiva, harga jual, biaya awal, tanggal akuisis dan akumulasi penyusutan.

Ketika suatu aktiva dijual atau dibuang begitu saja tanpa ditukar dengan aktiva pengganti, keakuratan transaksi dapat diverifikasi dengan memeriksa faktur penjualan terkait dan file induk aktiva tetap. Auditor harus membandingkan biaya dan akumulasi penyusutan yang ada dalam file induk dengan ayat jurnal yang tercatat dalam jurnal umum serta menghitung kembali keuntungan atau kerugian atas pelepasan aktiv a sebagai perbandingan dengan catatan akuntansi. Jika terjadi tukar tambah aktiva dengan aktiva pengganti, auditor harus memastikan bahwa aktiva yang baru dikapitalisasi dan aktiva yang digantikan dihapus secara layak dari catatan, dengan mempertimbangkan nilai buku aktiva yang ditukar tambah dan biaya tambahan aktiva yang baru.

4) Memverifikasi saldo akhir akun aktiva

Dua tujuan auditor ketika mengaudit aktiva tetap termasuk menentukan bahwa : a. Semua aktiva tetap yang tercatat ada secara fisik pada tanggal neraca

b. Semua aktiva tetap yang dimiliki telah dicatat.

Ketika merancang pengujian audit untuk memenuhi tujuan tersebut, pertama auditor mempertimbangkan sifat pengendaliaqn internal terhadap aktiva tetap. Idealnya, auditor mampu menyimpulkan bahwa pengendalian cukup kuat untuk memungkinkannya bergantung pada saldo yang dicatat dari tahun sebelumnya.

Pengendalian yang penting meliputi penggunaan file induk untuk setiap aktiva tetap, pengendalian fisik yang memadai terhadap aktiva yang mudah dipindahkan ( seperti, komputer, perkakas, dan kendaraan ), penulisan nomor identifikasi kesetiap aktiva tetap, serta perhitungan fisik periodik atas aktiva tetap dan rekonsiliasinya oleh personil akuntansi. Metode formal untuk memberi tahu departemen akuntansi tentang semua pelepasan aktiva tetap juga merupakan pengendalian yang penting terhadap saldo aktiva yang dicatatketahun berjalan.

5) Memverifikasi beban penyusutan

Beban penyusutan merupakan salah satu dari beberapa akun beban yang tidak diverifikasi sebagai bagian dari pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi. Jumlah yang tercatat ditentukan dengan alokasi internal dan bukan oleh transaksi pertukaran dengan pihak luar. Jika beban penyusutan berjumlah material, akan diperlukan lebih banyak pengujian yang terinci atas beban penyusutan ketimbang untuk akun yang telah diverifikasi melalui pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi.

Tujuan audit Yng berkaitan dengan saldo yang paling penting untuk beban penyusutan adalah keakuratan. Auditor harus berfokus pada penentuan apakah klien mengikuti kebijakan penyusutan yang konsisiten dari periode ke periode, dan apakah perhitungan klien sudah benar.

Dalam menentukan hal yang pertama, auditor harus mempertimbangkan empat aspek:

1. Umur manfaat akuisisi periode berjalan 2. Metode penyusutan

3. Estimasi nilai sisa

4. Kebijakan penyusutan aktiva dalam tahun akuisisi dan disposisi

Kebijakan klien dapat ditentukan melalui diskusi dengan personil yang berwenang dan membandingkan responnya dengan informasi yang ada dalam file permanen auditor. Dalam memutuskan kelayakan umur manfaat yang dibebankan ke aktiva yang baru saja diakuisisi, auditor harus mempertimbangkan umur fisik aktiva, umur yang diharapkan, ( dengan

memperhatikan keusangan atau kebijakan normal perusahaan untuk meningkatkan mutu aktiva tetap ), dan kebijakan perusahaan yang ditetapkan menyangkut pertukaran peralatan.

6) Memverifikasi saldo akhir akumulasi penyusutan

Pendebetan ke akumulasi penyusutan biasanya diuji sebagai bagian dari audit atas pelepasan aktiva, sementara kredit diverifikasi sebagai bagian dari beban penyusutan. Jika auditor menelusuri transaksi tertentu ke catatan akumulasi penyusutan dalam file induk aktiva tetap sebbagai bagian dari pengujian tersebut, maka hanya diperlukan sedikit pengujian tambahan atas saldo akhir akumulasi penyusutan.

Dua tujuan yang biasanya ditekankan dalam audit atas saldo akhir akumulasi penyusutan adalah :

1. Akumulasi penyusutan yang dinyatakan pada file induk aktiva tetap sama dengan buku besar umum. Tujuan ini dapat dipenuhi dengan menguji footing akumulasi penyusutan dalam file induk aktiva tetap dan menelusuri totalnya kebuku besar umum.

2. Akumulasi penyusutan dalam file induk sudah akurat.

Dalam beberapa kasus, umur aktiva tetap khusunya properti pabrik mungkin saja berkurang secara signifikan kerena umumnya permintaan pelanggan atas produk, kerusakan fisik yang tidak terduga, modifikasi operasi, atau perubahan lainnya. Berdasarkan kemungkinan-kemungkinan tersebut, auditor harus mengevaluasi kememadaian penyisihan untuk akumulasi penyusutan setiap tahun guna memastikan bahwa nilai buku bersih tidak melampaui nila realisasi aktiva.

Dalam dokumen Prosedur Audit Pemeriksaan Aset Tetap (Halaman 35-44)

Dokumen terkait