BAB III : PROSES PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KORUPS
B. Analisis Kasus
3. Masalah Putusan Hakim
Hakim merupakan salah satu dari empat komponen sistem peradilan pidana
(criminal justice system), dimana menurut Mardjono Reksodiputro, sistem peradilan pidana bertujuan untuk menanggulangi kejahatan, salah satu usaha masyarakat untuk mengendalikan terjadinya kejahatan agar berada dalam batas-batas toleransi yang
dapat diterimanya. Di dalam pasal 1 angka 8 KUHAP disebutkan bahwa hakim
merupakan pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili. Sedangkan di dalam Pasal 19 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, disebutkan bahwa hakim dan hakim konstitusi adalah pejabat negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yang diatur di dalam undang-undang.
Hakim bebas menentukan timbulnya keyakinan dalam dirinya berdasarkan alat-alat bukti yang dihadapkan di depan persidangan. Adapun sasaran penyelenggaraan kekuasaan kehakiman adalah untuk menumbuhkan kemandirian para penyelenggara kekuasaan kehakiman dalam rangka mewujudkan peradilan yan berkualitas. Kemandirian para penyelenggara dilakukan dalam meningkatkan integritas, ilmu pengetahuan dan kemampuan. Sedangkan peradilan yang berkualitas merupakan produk dari kinerja para penyelenggara peradilan tersebut.152
Menurut sistem yang dianut di Indonesia, pemeriksaan di sidang pengadilan yang dipimpin oleh hakim, hakim itu harus bersifat aktif, hakim harus bertanya dan memberi kesempatan kepada pihak terdakwa yang diwakili oleh penasehat hukumnya untuk bertanya kepada saksi-saksi, begitu pula kepada penuntut umum. Semua ini
152
Mardjono Reksodiputro. Kiminologi dan sistem Peradialan Pidana, (Jakarta: Universitas
dengan maksud menemukan kebenaran materil. Hakimlah yang bertanggungjawab atas segala yang diputuskannya.153
Hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap suatu perkara, terutama perkara tindak pidana korupsi yang menjadi acuan bagi hakim adalah surat dakwaan dan tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum serta fakta-fakta yang ditemui selama proses pemeriksaan dipersidangan harus dipertimbangkan dalam putusan oleh hakim.
Majelis hakim dalam putusannya memutuskan bahwa pasal yang terbukti dalam persidangan adalah pasal 9 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Jo Undang-Undang nomor 31 Tahun 1999 dimana ancaman minimal dalam pasal tersebut adalah 1 (satu) tahun. Berdasarkan penelitian Penulis terhadap fakta-fakta hukum di persidangan bahwa sudah cukup jelas bahwa perbuatan yang dilakukan oleh para terdakwa lebih dominan kepada pasal Pasal 12 huruf e yang merupakan pasal yang mengakomodir perbuatan pungutan liar yang dilakukan oleh para tersangka. Namun Majelis Hakim memutuskan dengan pasal 9 mengenai “pemalsuan dokumen”, sehingga para terdakwa dipidana karena telah memalsukan dokumen- dokumen yang berkaitan dengan pekerjaannya demi mendapatkan keuntungan pribadi. Berdasarkan peristiwa “tertangkap tangan” dan fakta di persidangan sudah jelas bahwa perbuatan para terdakwa adalah meminta uang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku kepada para supir truk yang melewati jembatan dengan ada atau tidak adanya kelebihan beban muatan truk merupakan perbuatan yang
153
Antonius Sudirman, Hati Nurani Hakim Dan Putusannya: Suatu Pendekatan Dari
Perspektif Ilmu Hukum Perilaku (Behavioral Jurisprudensi) Kasus Hakim Bismar Siregar, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007), hal. 1.
diakomodir oleh pasal Pasal 12 huruf e Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Jo Undang-Undang nomor 31 Tahun 1999. Menurut Penulis, seharusnya Majelis Hukum haruslah membuat keputusan cukup beralasan sehingga dapat dipertanggungjawabkan, bukan saja terhadap yang berkepentingan langsung, yaitu penuntut umum dan si terdakwa tetapi juga terhadap masyarakat. Dengan keputusannya itu hakim harus menunjukkan bahwa ia tidak mengambil keputusan dengan sewenang-wenang, bahwa peradilan yang ditugaskan kepadanya sebagai anggota dari kekuasaan kehakiman, selalu dijunjung tinggi dan dipelihara sebaik- baiknya, sehingga kepercayaan umum akan penyelenggaraan peradilan yang layak tidak akan sia-sia belaka, andaikata hakim tidak menemukan hukum tertulis, hakim wajib menggali hukum tidak tertulis untuk memutuskan berdasarkan hukum.
Adapun analisis Penulis terhadap unsur-unsur dalam pasal 12 huruf e adalah sebagai berikut:
a. unsur Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara
Bahwa para terdakwa berstatus sebagai pegawai negeri berdasarkan :
1) Surat Keputusan Dirjen Darat Nomor : P.8/24/13 tanggal 28 Juni 2004 tetang pengangkatan Pegawai Negeri Sipil atas nama Panal Simamora.
2) Surat Keputusan Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya Provinsi Sumatera Utara Nomor : 825/LLAJR-SU/UP tanggal 31 Juli 1982 tentang Pengankatan Pegawai Negeri Sipil atas nama Marlon Sinaga.
3) Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : : KP. 301/2/21995 tanggal 11 Agustus 1995 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil atas nama Ahmad Soyan Batubara.
Berdasarkan alat bukti surat tersebut diatas, Terdakwa Panal Simamora, Terdakwa Ahmad Sofyan Batubara dan Terdakwa Marlon Sinaga telah diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil yang memiliki Nomor Induk Kepegawaian dan memperoleh penghasilan atau gaji dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.
Terdakwa Panal Simamora, Terdakwa Ahmad Sofyan Batubara dan Terdakwa Marlon Sinaga adalah Pegawai Negeri yang bertugas di Unit Pelaksana Penimbangan Kenderaan Bermotor Jembatan Timbang Sibolangit berdasarkan Surat Perintah Tugas Kepala Dinas Perhubungan Tingkat I Provinsi Sumatera Utara Nomor : 824/2445/KP/PHB/2010 tanggal 08 Desember 2010 tentang Penghunjukan Pegawai Negeri Sipil atau Penyidik Pegawai negeri Sipil yang bertugas di Unit Pelaksana Penimbangan Kenderaan Bermotor Jembatan Timbang Sibolangit. Menurut penulis, unsur setiap orang dalam hal ini telah terpenuhi serta bukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum.
b. unsur dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain
Pengertian menguntungkan adalah sama artinya dengan mendapatkan untuk yakni pendapatan yang diperoleh lebih besar daripada pengeluaran, terlepas dari penggunaan lebih lanjut dari pendapatan yang diperolehnya tersebut. Bahwa
menguntungkan diri sendiri atau orang lain tersebut adalah tujuan dari pelaku tindak pidana korupsi.
Berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dipersidangan, para terdakwa tidak melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan secara lisan oleh saksi Muhammad selaku Komandan regu, dimana terdakwa Panal Simamora tidak ada mencatat tanda bukti hasil penimbangan, tetapi langsung meminta uang sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah). Kepada saksi Frengky Manurung, padahal ketentuan pengenaan denda yang dikenakan apabila ada kelebihan muatan adalah sebesar Rp. 80.000,-(delapan puluh ribu rupiah) dan Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) sebagaimana diatur dalam apsal 12 ayat (2) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 14 Tahun 2007 tersebut dan saksi Frengky Manurung yang tidak diberikan oleh para terdakwa tanda bukti hasil penimbangan sebagai dasar penetapan denda dan tanda bukti pembayaran denda juga tidak ada diberikan kepada saksi Frengky Manurung.
Berdasarkan Catatan Harian Ekonomi, Register Perda Tanda bukti Hasil Penimbangan dan Tanda Bukti Pembayaran Denda yang diperlihatkan dipersidangan bahwa terdapat 12 (dua belas) pelanggaran tingkat II dengan denda kelebihan muatan totalnya sebesar Rp. 1.200.000,- sedangkan uang sebesar Rp. 15.124.000,- (lima belas juta seratus dua pulu empat ribu rupiah) berdasarkan fakta-fakta persidangan tidak diketahui asal usul uang tersebut. Dengan demikian menurut Penulis, unsur ini sudah terpenuhi dan terbukti.
c. unsur secara melawan hukum
Unsur melawan hukum yang dimaksud oleh Penuntut Umum bukan saja mengacu kepada unsur delik dan peraturan perundang-undangan dan norma kepatutan dalam masyrakat tetapi juga menyangkut kepada prosedur tetap pelaksanaan tugas yang ada di jembatan timbang Sibolangit baik itu perintah secara lisan oleh pimpinan maupun secara tertulis dalam tata administrasi yang berlaku di jembatan timbang sibolangit tersebut.
Berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dipersidangan, para terdakwa tidak melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan secara lisan oleh saksi Muhammad selaku komandan regu dimana terdakwa Panal Simamora tidak ada mencatat tanda bukti hasil penimbangan tetapi langsung meminta uang sebesar Rp. 150.000,- kepada saksi Frengky Manurung padahal ketentuan pengenaan denda yang dikenakan apabila ada kelebihan muatan adalah sebesar Rp. 80.000,- (delapan puluh ribu rupiah). Dan Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah). Sebagaimana diatur dalam dalam Pasal 12 ayat (2) Peraturan Daerah Provinsi Suamtera Utara Nomor 14 Tahun 2007 tersebut dan saksi Frengky Manurung yang tidak diberikan oleh para Terdakwa tanda bukti hasil penimbangan sebagai dasar penetapan denda dan tanda bukti pembayaran denda juga tidak ada diberikan kepada saksi Frengky Manurung. Terdakwa Ahmad Sofyan Batubara di hadapan Marlon Sinaga dan tidak mencatatnya dalam bukti hasil penimbangan maupun dalam register perda mengenai denda kelebihan serta menyerahkan bukti pelanggaran kepada terdakwa Marlon Sinaga sebagai PPNS yang memiliki kewajiban sebagai PNS.
Tugas pokok dan fungsi para terdakwa tersebut di atas dikaitkan dengan fakta- fakta yang terungkap dipersidangan dan barang bukti berupa catatan harian ekonomi dan register perda mengenai kelebihan muatan yang diperlihatkan dipersidangan, Terdakwa Panal Simamora tidak ada melaksanakan kewajibannya untuk mencatat berapa volume muatan dikarenakan berdasarkan keterangan saksi Frengky Manurung dan saksi Daulat yang menerangkan bahwa monitor timbangan yang ada tidak dalam keadaan menyala dan berfungsi sebagaimana mestinya, sementara Terdakwa Ahmad Sofyan Batubara tidak melaksanakan kewajibannya dalam mencatat hasil penimbangan dalam catatan harian ekonomi dan melakukan perhitungan terhadap hasil penimbangan tersebut guna mengetahui ada tidaknya pelanggaran kelebihan muatan serta tidak menyerahkan bukti pelanggaran kepada Terdakwa Marlon Sinaga, selanjutnya Terdakwa Marlon Sinaga pun tidak melaksanakan kewajibannya sebagai PPNS dalam menyerahkan tanda bukti pembayaran denda akibat pelanggaran adanya kelebihan muatan.
Berkaitan dengan Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur Sumatera Utara sebagai petunjuk pelaksanaan peraturan daerah tersebut dikaitkan dengan fakta yang terungkap dipersidangan bahwa perbuatan para terdakwa telah bertentangan dengan:
1) Pasal 5 ayat (3) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 14 Tahun 2007 dimana terhadap para supir yang truk kelebihan muatan setelah dilakukan penimbangan tidak ada diberikan tanda bukti hasil penimbangan maupun tanda bukti pembayaran denda pelanggaran tingkat I maupun tingkat II.
2) Pasal 8 ayat (2) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 14 Tahun 2007 tentang Pengendalian Kelebihan Muatan Angkutan Barang, dimana perhitungan berat muatan dilakukan dengan cara mengurangi hasil penimbangan dengan jumlah berat yang telah diijinkan dalam buku uji atau penjumlahan hasil penimbangan masing-masing sumbu dengan jumlah berat yang telah diizinkan dalam buku uji atau tanda samping kenderaan bermotor sementara proses penimbangan tidak dilakukan mengingat keadaan monitor timbangan yang tidak berfungsi.
3) Pasal 9 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 14 Tahun 2007 yang menjadi dasar / batas jumlah muatan yang diijinkan dan menjadi dasar penentuan pelanggaran kelebihan muatan.
4) Pasal 12 ayat (2) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 14 Tahun 2007 mengenai ketentuan besarnya denda yang dikenakan sebagai upaya menegakkan hukum yang bersifat paksaan dengan melihat klasifikasi pelanggaran kelebihan muatan yakni sebesar Rp. 80.000,- untuk pelanggaran tingkat I dan sebesar Rp. 100.000,- untuk pelanggaran tingkat II, tetapi berdasarkan fakta dipersidangan tanpa disertai alat bukti penimbangan, para terdakwa justru meminta uang sebesar Rp. 150.000,- kepada saksi Frengky Manurung padahal jumlah maksimal ketentuan denda kelebihan muatan hanya Rp. 100.000,-
5) Pasal 6 ayat (1) (2) (3) Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara
Nomor 14 Tahun 2007 dimana wajib diberikan tanda bukti pembayaran denda disertai dengan tanda bukti hasil penimbangan dalam setiap pembayaran denda disertai dengan tanda bukti hasil penimbangan dalam setiap pembayaran denda kelebihan muatan dan wajib diberikan kepada para supir yang kelebihan muatan. Menurut Penulis unsur ini sudah terpenuhi dan terbukti.
d. unsur menyalahgunakan kekuasaan memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk dirinya
Berdasarkan pasal tersebut diatas memberikan kewenangan kepada terdakwa Panal Simamora terdakwa Ahmad Sofyan Batubara dan terdakwa Malon Sinaga untuk melakukan serangkaian tindakan penyidik dalam rangka penegakkan hukum di Jembatan timbang dalam hal ini di Unit Pelaksana Penimbangan Kenderaan Bermotor Jembatan Timbang Sibolangit.
Perbuatan para terdakwa yang notabenenya adalan PNS Dinas Perhubungan yang ditugaskan di Jembatan Timbang Sibolangit yang mempunyai kekuasaan atau kewenangan untuk mengendalikan, mengatur mencatat arus kenderaan truk yang bermuatan serta menindak truk yang berlebihan muatan yang dilakukan tersangka dengan cara meminta kepada supir atau kernek sejumlah uang (lebih dari Perda) dengan memakai cara memaksa dengan kata-kata terhadap para supir atau kernek truk serta para tersangka tidak mencatatnya kedalam buku register dan catatan
ekonomi sebagai laporan keuangan denda Perda yang diberlaku oleh para Truk yang berlebihan muatan.
Berdasarkan fakta dipersidangan yang diperoleh dari keterangan saksi Gosen Hutagalung, saksi Libersius Saragih dan saksi Jhon Purba yang menerangkan bahwa setiap supir Truk yang melewati dan masuk kedalam jembatan timbang tidak ada melebihi monitor timbang dan keadaan menyala atau berfungsi dan pada saat para saksi turun dari mobil, para saksi tidak pernah mengetahui atau diberitahu oleh petugas jembatan timbang mengenai berapa besar kelebihan muatan yang diperoleh setelah dilakukan penimbangan, tetapi justru diminta uang rata-rata sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) dan dalam hal adanya kelebihan muatan, para saksi tidak ada pernah diberi bukti tanda pembayaran denda ataupun tanda bukti hasil penimbangan.
Berdasarkan fakta yang diperoleh dipersidangan bahwa para saksi merasa terpaksa dan keberatan memberikan uang sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) setiap melewati jembatan timbang karena uang yang dipergunakan oleh para saksi tersebut berasal dari uang saksi sendiri sementara mata pencaharian para saksi rata-rata adalah supir yang memiliki penghasilan di bawah standar kehidupan yang layak tetapi dikarenakan alasan bahwa muatan akan diturunkan apabila para saksi tidak memberikan uang kepada petugas jembatan timbang sementara terhadap para supir yang membawa muatan memiliki target yang harus dicapai misalkan muatan yang dibawa cepat busuk sehingga harus sampai tepat waktu sehingga para
saksi terpaksa untuk memberikan sejumlah uang supaya tidak dipersulit dalam pengankutan muatan dalam kaitannya dengan berat/jumlah muatan.
Pada Hari Kamis Tanggal 25 Maret 2011 sekira pukul 03.30 Wib ditangkap oleh petugas dari Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara dan sisa uang sebesar Rp. 15.124.000 (lima belas juta seratus dua puluh empat ribu). Berdasarkan fakta yang diperoleh dipersidangan, para saksi tidak ada yang mengakui dan mengetahui darimana asal usul uang tersebut ditemukan pada saat dilakukan penangkapan yang berdasarkan fakta dipersidangan bukan merupakan uang hasil pungutan denda kelebihan muatan pada saat para terdakwa bertugas dan tidak ada saksi yang mengetahui darimana asal usul uang tersebut. Menurut penulis uang tersebut merupakan hasil pungutan liar yang telah dikutip oleh para terdakwa, namun para terdakwa sengaja menyembunyikan fakta tersebut dalam kesaksiannya di persidangan. Dengan begitu peranan keyakinan hakim sangatlah besar dalam mengungkapkan fakta tersebut.
e. unsur melakukan atau turut serta melakukan
Kualifikasi delik penyertaan adalah bersifat alternatif yang tidak mutlak semuanya harus dibuktikan, dan cukup salah satu saja apakah terdakwa dalam kapasitas sebagai orang yang melakukan, menyuruh melakukan atau turut serta melakukannya. Berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan ternyata para terdakwa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, melakukan perbuatan pidana secara bersama-sama yang saling melengkapi. Menurut Penulis unsur ini sudah terpenuhi dan terbukti berdasarkan fakta persidangan.
Oleh karena semua unsur dari pasal 12 huruf e yang didakwakan dalam dakwaan pertama sesuai dengan fakta di persidangan dan telah terpenuhi maka Penulis berpendapat bahwa para terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan pertama tersebut.