• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masalah Sosial dalam Novel BTDLA

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 89-106)

B. Pembahasan 1. Novel BTDLA

3. Masalah Sosial dalam Novel BTDLA

Sosiologi novel BTDLA dijabarkan melalui masalah sosial dalam novel yang mencerminkan kehidupan sosial, di antaranya: peristiwa 9/11, Islamophobia, perpecahan keluarga, dan sisi kelam dunia media. Pada tabel di bawah ini disajikan data mengenai persentase gelaja sosial tersebut dalam novel BTDLA.

Tabel 2. Masalah Sosial dalam Novel BTDLA

No Masalah Sosial Penyajian Data Persentase 1. Peristiwa 9/11 BTDLA/GSa/1- BTDLA/GSa/19 45,24%

2. Islamophobia BTDLA/GSb/1- BTDLA/GSb/9 21,43%

3. Perpecahan Keluarga

BTDLA/GSc/1- BTDLA/GSc/6 14,29%

4. Sisi Kelam Dunia Media

BTDLA/GSd/1- BTDLA/GSd/8 19,05%

commit to user

Dari tabel tersebut peristiwa 9/11 menempati persentase tertinggi dengan perolehan 45,24%, merupakan masalah sosial paling dominan yang ada dalam novel BTDLA. Diikuti dengan Islamophobia dengan 21,43% dan sisi kelam dunia media dengan 19,05% dominasinya dalam novel. Hal ini dikarenakan Islamophobia merupakan latar belakang yang memunculkan ide cerita dalam novel ini yaitu membuat artikel yang bertema „akankah dunia lebih baik tanpa Islam‟. Sedangkan dunia media yang dibahas berkaitan dengan pekerjaan tokoh utama, Hanum yang ditugaskan membuat artikel tersebut. Masalah perpecahan keluarga merupakan background dari tokoh tambahan yang menjadi narasumber untuk artikel yang ditulis Hanum sehingga hanya mendapatkan porsi yang tidak terlalu dominan dalam novel, yaitu hanya memperoleh 14,29%.

Keempat masalah sosial yang disajikan dalam Tabel 2. merupakan hasil analisi data berdasarkan isi novel BTDLA dan sumber-sumber yang berkaitan dengan fakta yang diungkapkan dalam novel seperti dari berita online, buku, e-book, dan hasil wawancara. Berikut rincian lebih jelasnya.

a. Peristiwa 9/11

Peristiwa 9/11 merupakan sejarah mengenai sebuah tragedi kemanusiaan yang menimpa negara penguasa Amerika Serikat pada tahun 2001. Dua gedung tertinggi, menara kembar WTC di New York luluh lantah setelah ditabrak pesawat komersil yang dibajak anggota Islam Al Qaeda, menyebabkan 3000-an orang meninggal dunia. Karena peristiwa 9/11 merupakan latar cerita sehingga masalah sosial ini mendapat porsi yang paling banyak dibandingkan masalah sosial lainnya dalam novel BTDLA, yaitu memiliki persentase sebesar 45,24%.

Sejarah kelam ini berhasil terangkum rapi dalam novel BTDLA. Pengarang dengan detail menceritakan kronologi peristiwa 9/11 yang menimpa gedung kembar WTC, mulai dari pembajak berada di bandara, suasana pembajakan di dalam pesawat, sampai keadaan di dalam gedung setelah terjadi tabrakan, khususnya pembajakan pesawat American Airlines penerbangan 11 dan gedung WTC Utara.

commit to user

Pengarang mengakui bahwa beberapa peristiwa yang ada dalam novel BTDLA merupakan fakta yang dia dapat dari berbagai sumber seperti jaringan media, berita, internet, bahkan beberapa merupakan kisah nyata dari seorang yang pernah pengarang temui. Oleh karena itu peristiwa 9/11 yang diceritakan dalam novel memuat tokoh dan detail kejadian sesuai dengan kejadian aslinya. Seperti detail keberangkatan pembajak sejak di bandara, yaitu 2 orang berangkat dari bandara Portland lalu bertemu 3 orang temannya di bandara Boston kemudian menaiki pesawat American Airlines penerbangan 11 di kelas bisnis. Begitu pula saat pengarang menceritakan bagaimana suasana dalam gedung WTC yang digempur pesawat. Di gedung WTC Utara alarm langsung menggema dan orang-orang berhamburan ke pintu darurat. Beberapa terinjak-injak, ada yang menyerah begitu saja dan ada yang terjun dari gedung WTC.

Meskipun peristiwa 9/11 yang pengarang ceritakan merupakan fakta sejarah, namun ada beberapa fakta yang sengaja dimasukkan dalam novel BTDLA mengandung kontroversi, atau fakta yang masih diperdebatkan seperti mengenai runtuhnya gedung WTC 7 yang menurut para ilmuan tidak logis, ditemukan thermite yaitu senyawa kimia yang digunakan untuk melelehkan baja dalam debu reruntuhan WTC, dan penyelidikan reruntuhan gedung WTC yang terkesan ditutup-tutupi bahkan masyarakat tidak diizinkan mengambil sampel untuk diteliti.

b. Islamophobia

Islamophobia merupakan salah satu efek dari peristiwa 9/11 yang menyebabkan orang Amerika membenci Islam. Seperti diungkapkan Aji, seorang mahasiswa pasca sarjana di Amerika bahwa istilah Islamophobia sebenarnya ada sebelum 9/11 tetapi setelah kehadiran peristiwa 9/11 stereotype tentang Islam makin marak (CLHW 10). Pengarang novel BTDLA menghubungkan peristiwa Islamophobia sebagai ide cerita dalam novel yaitu tokoh Hanum yang mendapat tugas membuat artikel bertema „akankah dunia lebih baik tanpa Islam‟. Oleh karena itu dominasi untuk masalah sosial ini cukup tinggi, yaitu 21,43%.

commit to user

Sejak 9/11 Islamophobia kerap terjadi di Amerika, dalam novel BTDLA pengarang mengungkapkan beberapa masalah Islamophobia seperti pencemoohan, diskriminasi terhadap seseorang yang memiliki nama seperti orang Arab, hingga pengaitan Indonesia dengan teroris karena terdapat banyak orang muslim dan adanya kasus bom di Bali. Kejadian-kejadian tersebut memang benar-benar terjadi di kehidupan nyata. Bahkan menurut Aji (CLHW 10) di Amerika sampai sekarang Islamophobia masih dia temui seperti diskriminasi terhadap muslim, verbal abuse, bullying terhadap Islam (lebih banyak pada wanita berjilbab), pada daerah tertentu orang identik Islam menjadi sasaran kemarahan.

c. Perpecahan Keluarga

Dalam novel BTDLA masalah perpecahan keluarga memiliki porsi yang tidak terlalu banyak yaitu sekitar 14,29%. Masalah yang dibahas adalah perpecahan pada keluarga Azima, Hanum, dan Phillipus. Masih berhubungan dengan efek peristiwa 9/11 tentang kebencian orang Amerika terhadap Islam. Hal ini dialami oleh Azima setelah dia menjadi mualaf. Keluarga Azima, tepatnya Azima dengan orang tuanya harus mengalami perpecahan yang diakibatkan oleh perbedaan keyakinan. Orang tua Azima tidak setuju putri satu-satunya memutuskan berpindah agama dan menikahi seorang muslim. Sampai akhirnya ayah Azima meninggal Nyonya Collins atau ibu Azima tetap tidak menerima putrinya menjadi seorang muslim dan malah menuduhnya sebagai penyebab kematian ayahnya. Ditambah lagi setelah peristiwa 9/11, Nyonya Collins menjadi lebih membenci Islam.

Masalah yang menimpa keluarga Hanum adalah pertengkaran dirinya dengan sang suami, Rangga. Dikarenakan perbedaan pendapat pasangan suami istri ini mengalami pengalaman tak menyenangkan di New York, yaitu sebuah pertengkaran. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama, mereka akhirnya menyadari kesalahan masing-masing dan berbaikan. Masalah selanjutnya menimpa keluarga Phillipus. Diceritakan bahwa dulu Phillipus adalah pebisnis yang super sibuk, meski memiliki harta melimpah kehidupan rumah tangganya tidak bahagia. Phillipus mengungkapkan bahwa uanglah

commit to user

yang telah merusak keluarganya, anaknya meninggal karena overdosis sedangkan istrinya memutuskan untuk bercerai meninggalkannya.

d. Sisi Kelam Dunia Media

Masalah sosial dalam novel BTDLA yang membahas sisi kelam dunia media cukup tinggi, yaitu mendominasi di urutan ketiga dengan persentase sebesar 19,05%. Latar belakang pengarang sekaligus latar belakang tokoh utama sebagai wartawan menyebabkan novel BTDLA cukup banyak membahas mengenai dunia media, khusunya bagian kelamnya, sesuatu yang tidak banyak diketahui orang luar (awam).

Hanum digambarkan sebagai seorang wartawan dari sebuah koran lokal di Wina, Heute ist Wunderbar. Dalam Novel BTDLA Hanum mendapat perintah bosnya untuk meliput peringatan 9/11 sekaligus mencari narasumber untuk sebuah artikel. Sisi kelam dunia media awalnya diceritakan lewat tokoh Hanum yang pernah mengalami hal tersebut, yaitu menjadi pihak media yang membuat berita hanya untuk mengundang sensasi. Kebanyakan berita tersebut adalah pesanan dari orang-orang tertentu yang haus akan sensai. Kemudian sisi kelam media juga dibahas oleh tokoh lain seperti Azima dan Phillipus yang mengungkapkan ketidakpercayaanya terhadap media, atau paling tidak harus berhati-hati dalam menyaring informasi dari media karena ada kemungkinan sebuah media benar-benar menyampaikan informasi atau hanya berisi sensasi saja.

4. Tanggapan Pembaca Novel BTDLA

Pembaca merupakan bagian penting dari sebuah karya satra, yaitu pihak yang akan membaca karya tersebut. Pihak yang menentukan apakah sebuah karya sastra sukses dipasaran atau tidak bergantung dari tanggapan dan respon para pembaca. Berikut pembahasan mengenai tanggapan pembaca novel BTDLA yang dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu pembaca ideal dan pembaca biasa (Junus, 1984:52).

commit to user a. Pembaca Ideal

Pembaca ideal merupakan pembaca berpengalaman yang paham mengenai sastra dan bahasa termasuk teori-teorinya. Pembaca ini juga disebut sebagai pembaca akademik dan atau kritis (Endraswara, 2003:125). Dalam penelitian ini pembaca ideal diambil dari kalangan dosen bahasa dan satra, yaitu Budi Waluyo dan Yant Mujiyanto serta peneliti novel BTDLA, yaitu Prayudi Nursodik. Dari tanggapan ketiga pembaca ideal novel BTDLA cukup menarik, tema yang diangkat juga merupakan tema baru yang relevan dengan zaman sekarang yaitu tema traveling atau perjalanan seseorang ke suatu tempat biasanya untuk berwisata. Menurut Prayudi, sebagai peneliti novel BTDLA mengaku sangat merekomendasikan novel BTDLA untuk dibaca semua kalangan karena dia beranggapan bahwa novel ini akan membuat pembaca menjadi skeptis terhadap cerita yang disuguhkan.

Menurut Bapak Budi Waluyo meskipun terdapat subjektivitas dari pengarang novel BTDLA namun hal tersebut dinilai wajar karena tendensi itu masih bersifat umum, yaitu Islam secara keseluruhan bukan menuju golongan tertentu. Jadi pengarang lebih mengarah pada tendensi bahwa Islam itu sebagai agama yang Rahmatan lil „alamin, memberi rahamat pada siapa saja. Hal ini juga disepakati oleh Bapak Yant bahwa meskipun memiliki subjektivitas pengarang tentang Islam namun nilai toleransi dalam novel ini cukup dominan jadi tidak terkesan memihak.

Ketiga pembaca ideal juga mengungkapkan bahwa novel BTDLA cukup relevan untuk dibaca siswa SMA, karena cerita dalam novel tidak bersifat tabu, atau tidak menyinggung SARA serta dapat menambah wawasan dan pencerahan bagi pembaca. Selain itu nilai pendidikan karakter dalam novel BTDLA juga cukup banyak seperti nilai toleransi, religius, mandiri, tanggung jawab, peduli sosial, disiplin, rasa ingin tahu, cinta damai, gemar membaca, dan lain sebagainya. Artinya dari nilai-nilai tersebut siswa dapat mengambil pesan posisif atau contoh perilaku yang baik dari tokoh-tokoh dalam novel.

commit to user b. Pembaca Biasa

Pembaca biasa novel BTDLA diambil dari kalangan pembaca yang membaca atau memahami sastra sebagai karya bukan sebagai bahan penelitian (Junus, 1984:52). Dalam penelitian ini ada tiga pembaca biasa yang berhasil diwawancarai, yaitu Mia seorang siswa SMK, Agi seorang mahasiswa FKIP, serta Sofia dan Bu Astri (blogger). Dari keempat pembaca tanggapan yang diberikan relatif sama yaitu BTDLA merupakan novel ini menarik karena isinya penuh kejutan dan inspiratif. Seperti pendapat Sofia yang menyatakan bahwa novel BTDLA begitu inspiratif dan berisi fakta-fakta mengejutkan tentang kedekatan Islam dan Amerika. Kemudian Agi, mengungkapkan bahwa dia merekomendasikan novel BTDLA khususnya kepada seluruh muslim tidak hanya di Indonesia. Alasan yang dia ungkapkan sederhana, yaitu agar sebagai muslim mereka dapat mengetahui tentang peristiwa bersejarah yang pernah terjadi di Amerika beserta alasan dan dampaknya pada saat ini.

Selain mengandung pengetahuan yang berkaitan dengan fakta-fakta sejarah, novel BTDLA seperti karya sastra pada umumnya juga mengandung nilai dan pesan moral. Mia, sorang siswa SMK mengungkapkan bahwa novel BTDLA dapat memberikan keteladanan, terutama dari tokoh-tokohnya. Ada nilai dan amanat yang baik untuk pendidikan karakter generasi muda. Meskipun peristiwa yang diangkat dalam novel BTDLA sedih dan serius namun menurut Bu Astri novel ini tidak hanya membuat pembaca terharu, tapi juga tersenyum saat membaca novel BTDLA. Terharu dengan kisah para korban tragedi 9/11 dan tersenyum dengan beberapa tingkah Hanum dan Rangga sebagai suami istri yang kocak.

Terlepas dari beberapa hal menarik dan inspiratif dalam novel BTDLA, menurut Sofia sebagai pembaca karya Hanum dan Rangga merasa ada kekurangan yang dia temukan saat membaca novel ini, yaitu genre novel (fiksi) yang menggunakan nama Hanum dan Rangga sebagai tokohnya, sedangkan pada novel sebelumnya nama tersebut identik dengan cerita base

commit to user

on true story. Kemdian dia juga agak kecewa dengan ending cerita yang terlalu manis dalam novel BTDLA.

5. Temuan Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel BTDLA

Berdasarkan analisis data sebelumnya pada novel BTDLA diperoleh 16 dari 18 nilai pendidikan karakter yang dikeluarkan oleh Kemendiknas (2010b:9-10). Perbandingan nilai pendidikan karakter tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 3. Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel BTDLA

No Nilai Pendidikan

Karakter Penyajian Data

Jumlah Tokoh 1. Religius Hanum (BTDLA/PKa/1-3), Orang

tua Azima (BTDLA/PKa/4-6), Azima (BTDLA/PKa/7), Hussein (BTDLA/PKa/8)

4

2. Jujur Hanum (BTDLA/PKb/1-2), Jones (BTDLA/PKb/3), Phillipus (BTDLA/PKb/4)

3

3. Toleransi Hussein (BTDLA/PKc/1), Rangga (BTDLA/PKc/2), Jones (BTDLA/ PKc/3), Hanum (BTDLA/PKc/4), Azima (BTDLA/PKc/4), Sarah (BTDLA/PKc/4-5)

6

4. Disiplin Orang Amerika (BTDLA/PKd/1), Rangga (BTDLA/PKd/2),

Pemerintah Wina (BTDLA/PKd/3)

3

5. Kerja Keras Hanum (BTDLA/PKe/1-2), Rangga (BTDLA/PKe/3-4)

2

6. Kreatif Hanum (BTDLA/PKf/1-2), Khan (BTDLA/PKf/3), Azima (BTDLA/ PKf/4)

3

7. Mandiri Hanum (BTDLA/PKg/1) 1

8. Demokratis Gertrud (BTDLA/PKh/1), Hanum (BTDLA/PKh/2)

2

9. Rasa Ingin Tahu Stefan (BTDLA/PKi/1), Rangga (BTDLA/PKi/2-3), Hanum (BTDLA/PKi/4-7)

3

10. Menghargai Prestasi

Azima (BTDLA/PKj/1), Hanum (BTDLA/PKj/2), Gertrud (BTDLA /PKj/3), Rangga (BTDLA/PKj/4)

commit to user 11. Bersahabat/

komunikatif

Azima (BTDLA/PKk/1), Souleyman (BTDLA/PKk/2), Phillipus (BTDLA/PKk/3), Rangga (BTDLA/PKk/4), Jones (BTDLA /PKk/5)

5

12. Cinta damai Jones (BTDLA/PKl/1-2), Hanum (BTDLA/PKl/3), Rangga (BTDLA /PKl/4), Phillipus (BTDLA/PKl/5)

4

13. Gemar membaca Rangga (BTDLA/PKm/1), Stefan (BTDLA/PKm/2-3), Azima (BTDLA/PKm/4-5)

3

14. Peduli Lingkungan

Pemerintah kota New York (BTDLA/PKn/1)

1

15. Peduli Sosial Phillipus (BTDLA/PKo/1-2), Azima (BTDLA/PKo/3), Hussein (BTDLA/PKo/4-5)

3

16. Tanggung Jawab Hanum (BTDLA/PKp/1-2), Rangga (BTDLA/PKp/3), Phillipus

(BTDLA/PKp/4-5), Azima (BTDLA/PKp/6)

4

Jumlah Data 51

Berdasarkan tabel tersebut didapatkan bahwa ada satu nilai yang dominan atau paling banyak ditunjukkan oleh tokoh dalam novel BTDLA, yaitu nilai toleransi. Nilai ini merupakan sikap yang ingin ditanamkan oleh pengarang pada pembaca, seperti analisis sebelumnya bahwa amanat novel BTDLA adalah toleransi antarumat manusia. Hal demikian juga dibenarkan oleh Yant Mujianto, pembaca sekaligus dosen Pendidikan Bahasa FKIP UNS, beliau menyatakan bahwa nilai pendidikan karakter yang dominan dalam novel BTDLA adalah toleransi. Sikap toleransi dalam novel ini ditunjukkan untuk memerangi Islamophobia yang ada di Amerika sebagai akibat dari peristiwa 9/11. Nilai selanjutnya adalah bersahabat/komunikatif yang menempati urutan kedua. Nilai ini cukup dominan karena berkaitan dengan tema novel mengenai taveling yang menceritakan tokoh utama bertemu dengan orang-orang baru sehingga nilai ini cukup sering ditunjukkan. Untuk nilai karakter lainnya yang memiliki dominasi rata-rata, yaitu religius, jujur, disiplin, kreatif, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, cinta damai, gemar

commit to user

membaca, peduli sosial, dan tanggung jawab. Kemudian nilai yang memiliki dominasi rendah adalah kerja keras, mandiri, demokratis, dan peduli lingkungan.

Nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dapat digunakan sebagai contoh perilaku positif bagi para pembaca maupun siswa di SMA yang memperlajari materi novel dengan bahan ajar novel BTDLA. Karena melalui novel pembaca secara tidak langsung dapat mengetahui suatu kejadian dalam kehidupan tanpa mengalaminya, hal tersebut nantinya dapat dijadikan pedoman atau contoh jika pembaca mengalami situasi yang sama dengan yang dialami tokoh dalam novel. Selanjutnya ke-16 nilai pendidikan karakter dalam novel BTDLA lebih rinci dijelaskan dalam pembahasan berikut ini. a. Religius

Nilai pendidikan karakter religius dalam novel BTDLA memiliki dominasi rata-rata, yaitu ditampilkan oleh 4 tokoh. Tokoh tersebut di antaranya: Hanum, orang tua Azima, Azima, dan Hussein. Sikap religius dalam novel ini ditampilkan dalam bentuk pemikiran dan tindakan tokoh yang meliputi sikap berserah diri pada takdir, berdoa pada Tuhan, rajin beribadah, dan teguh pada agama yang dianut.

Seperti yang dilakukan Hanum, Azima, dan Hussein, ketika tokoh ini sangat berpegang teguh pada agama Islam dan ajaran-ajarannya. Senantiasa pasrah pada segala masalah yang terjadi dengan jalan berusaha keras dan berdoa, apa pun hasil dari usahanya mereka serahkan pada Tuhan. Sedangkan orang tua Azima, sikap religius mereka tercermin dari ketaatan beribadah, salah satu faktornya adalah karena ayah Azima seorang pastor.

b. Jujur

Sikap jujur dalam novel BTDLA memiliki dominasi rata-rata yang ditampilkan oleh tiga tokoh, yaitu Hanum, Jones, dan Phillipus. Sikap jujur yang ditunjukkan oleh Hanum adalah mengakui bahwa dia merusak foto Anna, dia juga mengaku dirinya muslim pada narasumbernya meskipun ada kemungkinan Hanum tidak dapat meneruskan wawancara karena Jones, narasumber Hanum adalah orang yang membenci Islam. Pada akhinya Jones

commit to user

tetap mentolerir karena dia pikir Hanum orang yang asyik diajak ngobrol meskipun sebagai muslim dia tetap menaruh simpati terhadap apa yang dialami Jones.

Selain Hanum, Jones dan Phillipus juga menunjukkan sikap yang sama yaitu jujur kepada orang lain. Jones tanpa malu-malu mengungkapkan kepada Hanum bahwa dirinya sering berniat bunuh diri setelah kepergian istrinya. Sedangkan Phillipus, sebagai orang terpandang yang kaya raya dia mau mengakui masa lalunya yang kelam, menceritakan kisahnya sebagai pecundang untuk menunjukkan pada masyarakat sebuah kebenaran bahwa orang muslim juga toleran. Seperti yang dilakukan penyelamatnya yaitu Hussein.

c. Toleransi

Latar cerita novel BTDLA adalah Islamophobia dan peristiwa 9/11 yang sangat berkaitan dengan nilai toleransi. Oleh karena itu nilai toleransi dalam novel ini memiliki dominasi paling tinggi di antara nilai pendidikan karakter yang lainnya. Nilai ini ditampilkan oleh enam tokoh, yaitu: Hussein, Rangga, Jones, Hanum, Azima, dan Sarah.

Sikap toleransi yang ditunjukkan oleh Hussein adalah ketika dia menolong Phillipus Brown dan Anna pada saat gedung WTC akan runtuh. Dia tanpa memandang suku, ras, maupun agama dengan ikhlas membantu teman yang belum lama ditemuinya itu, bahkan Hussein rela mengorbankan diri demi menolong Phillipus agar dapat keluar dari gedung WTC. Sikap inilah yang akhirnya ditiru oleh Phillipus, setelah peristiwa 9/11 dia berubah menjadi seorang dermawan yang sangat peduli terhadap keadaan sosial khusunya anak-anak korban perang.

Selain pada orang lain sikap toleran dalam novel BTDLA juga ditemukan dalam kehidupan keluarga, yaitu di keluarga Azima. Ibu Azima merupakan seorang kristian sedangkan dirinya dan Sarah adalah muslim. Meskipun ibunya sangat membenci Islam Azima sebagai anak tetap toleran dengan menjaga perasaan ibuya. Misalnya Azima berpura-pura menjadi vegetarian untuk menghindari daging babi yang sering ditawarkan ibunya.

commit to user

Kemudian Sarah, dia tetap menurut ketika diminta mendengarkan neneknya membaca Alkitab. Sarah mengatakan bahwa asal dia tidak ikut membaca tidak masalah, karena Tuhan tahu bagaimana isi hatinya yang penting dia tidak membuat neneknya marah.

d. Disiplin

Sikap disiplin dalam novel BTDLA memiliki dominasi rata-rata yang ditunjukkan oleh karakter Rangga dan orang Barat, yaitu orang Amerika dan Austria. Untuk karakter Rangga sendiri sikap disiplin ditunjukkannya pada saat dia menjalankan tugas dari Profesor Reinhard. Misalnya saja dia datang lebih awal saat menghadiri konferensi di Washington DC.

Karakter orang Barat memang terkenal disiplin, hal ini diungkapkan dalam novel BTDLA bahwa transportasi di Amerika menerapkan perilaku disiplin pada para penumpangnya dengan berangkat tepat waktu. Sedangkan di Austria sikap disiplin ditunjukkan oleh peraturan pemerintah yang melarang warganya bekerja pada saat hari keluarga atau hari Minggu, jika hal itu tidak dipatuhi sang pelanggar dapat diperkarakan karena dianggap melanggar hukum.

e. Kerja Keras

Kerja keras merupakan sikap yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Sikap ini dalam novel BTDLA tercermin pada tokoh Hanum dan Rangga yang diceritakan pergi ke Amerika untuk menjalankan tugas.

Hanum merupakan seorang wartawan yang ditugasi membuat artikel yang berkaitan dengan peristiwa 9/11. Dari mulai mencari narasumber, terjebak demo, tersesat di New York, hingga terpisah dengan Rangga dia jalani hanya untuk menuntaskan sebuah misi membuat artikel yang pada akhirnya berbuah manis. Sedangkan kerja keras Rangga ditunjukkan dalam keseriusannya mendapat beasiswa S3 di Eropa, juga dalam presentasi paper di Washington DC. Rangga bahkan rela membawa laptop berat saat

commit to user

mengikuti Hanum liputan untuk memperbaiki paper-nya yang masih belum sempurna.

f. Kreatif

Nilai kreatif dalam novel BTDLA ditunjukkan oleh tokoh Hanum, Khan, dan Azima. Sikap kreatif yang mereka tunjukkan berupa ucapan dan tindakan. Maksud dari sikap kreatif berupa ucapan adalah seperti yang dicontohkan Hanum dan Khan. Hanum sengaja mengungkapkan pertanyaan yang menarik agar narasumbernya mau diwawancarai, kemudian dia juga menolak tawaran daging babi dari Nyonya Collins dengan mengatakan bahwa dia vegetarian. Sedangkan Khan, dia menunjukkan sikap kreatifnya saat menjawab pertanyaan Stefan tentang batasan pakaian pada wanita muslim yang dijawab secara taktis oleh Khan, bahwa jika tidak ada peraturan dalam berpakaian dia akan menghadiri sidang disertasinya dengan pakaian renang yang sontak membuat Stefan tertawa.

Sikap kreatif yang ditunjukkan dalam tindakan yaitu seperti yang dilakukan oleh Azima. Untuk mengatasi masalah cemoohan dan amarah ibunya karena dia seorang muslim berhijab, dia dengan pemikiran kreatifnya mengganti sebuah kerudung dengan rambut palsu dan baju dengan kerah yang sampai ke leher atau turtle neck. Tidak ada orang sekitar Azima yang menyadari hal itu bahkan Hanum sampai tersentak merasa apa yang dilakukan Azima sangat kreatif. Azima dapat menjalani kewajibannya sebagai muslim dengan menutup aurat namun dia juga dapat terhindar dari cemoohan sosial dan amarah ibunya.

g. Mandiri

Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas. Dalam novel BTDLA sikap ini tercermin pada tokoh Hanum. Ketika mencari narasumber di Ground Zero,

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 89-106)

Dokumen terkait