• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masalah yang Dihadapi Pemerintah di Bidang Ekonom

Dalam dokumen sma10eko Ekonomi Nurcahyaningtyas (Halaman 192-196)

Pupuk Langka karena Permintaan Meningkat Kelangkaan pupuk di Jawa Timur (Jatim) diakibatkan meningkat-

B. Masalah yang Dihadapi Pemerintah di Bidang Ekonom

c. Interaksi dengan Perekonomian Dunia

Dewasa ini tidak ada satu negara pun yang dapat berdiri sendiri dalam upaya lebih menyejahterakan rakyatnya. Karena itulah kerja sama ekonomi internasional, terutama perdagangan antarnegara harus dilakukan. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah kerja sama tersebut makin menguntungkan atau merugikan? Secara ekonomis, keuntungan atau kerugian sebagai dampak kerja sama internasional terdeteksi melalui analisis neraca pembayaran dan atau nilai tukar mata uang.

Sumber: www.getdown.org

Gambar 6.8

Inflasi terjadi saat permintaan agregat melebihi produksi barang dan jasa.

Jelaskan mengapa perdagangan internasional masuk dalam aspek ekonomi makro!

B. Masalah yang Dihadapi Pemerintah di Bidang

Ekonomi

Anda telah memahami aspek-aspek yang dipelajari dalam ekonomi mikro maupun ekonomi makro. Dalam proses pengambilan keputusan atau kebijakan pemerintah, pemahaman mengenai ekonomi mikro dan makro sangat penting agar kebijakan tersebut efektif dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi. Masalah-masalah yang dihadapi pemerintah di bidang ekonomi antara lain.

1. Masalah Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator utama untuk mengetahui kinerja perekonomian. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika jumlah produksi barang dan jasa meningkat daripada tahun sebelumnya. Besarnya produksi barang dan jasa ini disebut dengan Produk Domestik Bruto (PDB).

Jadi, yang disebut sebagai ”pertumbuhan ekonomi” tidak lain adalah peningkatan nilai total barang dan jasa yang diproduksi dalam sebuah perekonomian.

Pemerintah dalam hal ini berkepentingan memantau perkembangan pertumbuhan PDB baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Mengapa demikian? Dengan PDB, pemerintah dapat mengukur besarnya dampak, efektivitas, dan efisiensi campur tangan pemerintah terhadap perekonomian.

Pada periode tahun 1970–1980 Indonesia pernah mengalami masa- masa pertumbuhan ekonomi tinggi, yaitu rata-rata 8% per tahun. Namun, setelah krisis multidimensional tahun 1997, pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung rendah. Berdasarkan data dari BPS, rata-rata pertumbuhan ekonomi antara tahun 2001 hingga 2005 hanya sebesar 4,7% (tidak lebih dari 5% per tahun). Rendahnya pertumbuhan ekonomi ini mengakibatkan menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat dan munculnya berbagai masalah sosial yang mendasar misalnya pengangguran.

Kebutuhan Investasi untuk Menunjang Pertumbuhan Ekonomi

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5,7 persen, Indonesia setidaknya membutuhkan investasi Rp716 triliun. Angka tersebut jauh dari investasi pemerintah yang dianggarkan dalam APBN 2006 sekitar Rp169 triliun. Pembiayaan investasi membutuhkan upaya keras. Dari sisi pemerintah, stimulasi fiskal dalam bentuk belanja modal diharapkan dapat terlaksana dan hambatan administratif tidak terjadi lagi.

Sumber lainnya adalah kredit perbankan yang diperkirakan bisa mencapai Rp146 triliun atau 20,4 persen dari total keperluan investasi. Sumber pembiayaan terbesar adalah dari eksternal yang mencapai Rp338,9 triliun atau 47 persen dari total keperluan investasi.

Pembiayaan eksternal meliputi investasi asing langsung sebesar Rp165,6 triliun dari aliran masuk dari luar negeri, termasuk pinjaman dan surat-surat berharga Rp173,3 triliun. Sedangkan sisanya dari pasar modal dan lembaga keuangan nonbank senilai Rp62,1 triliun.

Dari sisi eksternal, masuknya investasi asing langsung membutuhkan konsistensi dalam menjaga kestabilan politik dan ekonomi. Sedangkan dari sisi perbankan, butuh konsolidasi terus-menerus. Langkah ini dibutuhkan

agar angka penyaluran kredit tetap tinggi. Sedangkan dari sisi sumber pembiayaan lainnya, dibutuhkan pengembangan pasar modal dan lembaga keuangan nonbank.

2. Masalah Inflasi

Inflasi merupakan gejala kenaikan harga yang bersifat umum dan terus-menerus. Naiknya harga beras tidak akan memicu inflasi jika harga komoditas-komoditas lain tidak naik, dan atau jika kenaikan harga beras tidak terjadi terus-menerus. Dari sisi teori ekonomi, gejala inflasi menunjukkan

terjadinya kelebihan permintaan (excess demand)

di tingkat makro. Dalam arti, dari gejala inflasi dapat disimpulkan bahwa seluruh atau hampir seluruh industri dalam perekonomian mengalami kelebihan permintaan. Selain tekanan permintaan, inflasi dapat terjadi karena dorongan biaya, yaitu

kenaikan biaya produksi yang berdampak pada naiknya harga barang dan jasa.

Sumber: Dokumen Penerbit

Gambar 6.9

Perkembangan harga barang-barang di atas mengindikasikan tingkat inflasi.

Perkembangan kondisi perekonomian suatu negara dapat diketahui dari perkembangan indikator-indikator makroekonominya. Untuk mengetahui berbagai indikator makroekonomi Indonesia, Anda dapat membuka beberapa situs seperti www.bappenas.go.id,www.bi.go.id atau www.kadin- Indonesia.or.id dengan kata kunci ”indikator ekonomi” atau ”laporan ekonomi”. Rangkumlah hasil pencarian Anda untuk ditambahkan pada buku catatan Anda.

3. Masalah Pengangguran

Yang dimaksud dengan pengangguran adalah besarnya angkatan kerja yang ingin dan bersedia bekerja tetapi tidak mendapat pekerjaan seperti yang diinginkan. Tingkat pengangguran dalam suatu periode tertentu biasanya dinyatakan dalam persen dari angkatan kerja. Angka pengangguran yang tinggi akan membawa dampak berkurangnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Secara ekonomi, tingkat pengangguran yang tinggi menunjukkan bahwa alokasi sumber daya manusia masih belum efisien karena banyak sumber daya manusia yang belum terpakai.

Sumber: Kompas, 30 April 2006

Gambar 6.10

Tingginya pencari kerja menunjukkan tingginya pengangguran.

Selain dilihat dari persentasenya, angka pengangguran juga harus dilihat dari angka absolutnya. Misalnya, pada tahun 2005 Indonesia dan Singapura memiliki tingkat pengangguran 5% per tahun. Dengan jumlah penduduk 4,4 juta jiwa, jumlah pengangguran di Singapura hanya 220.000 orang. Sedangkan di Indonesia yang berpenduduk 210 juta jiwa, jumlah penganggur- an mencapai 10.500.000 orang.

Masalah pengangguran sangat terkait dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang rendah tidak akan mampu menciptakan lapangan kerja yang memadai untuk menampung tambahan angkatan kerja, yaitu penduduk usia kerja yang mencari pekerjaan.

4. Masalah Kemiskinan dan Pemerataan Distribusi

Pendapatan

Pemerintah selalu berupaya agar alokasi sumber daya dapat dinikmati oleh seluruh anggota masyarakat. Namun demikian, karena keadaan masyarakat sangat beragam dan tingkat kemajuan ekonomi yang masih lemah maka sering muncul masalah kesenjangan distribusi pendapatan.

a. Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan antara lain tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, dan kondisi di mana seseorang atau masyarakat tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Bagaimana cara Anda mengenali kondisi kemiskinan di sekitar Anda? Pertama-tama Anda dapat mengukur kemiskinan absolut. Kemiskinan absolut menunjukkan keadaan seseorang yang memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan (poverty line), yaitu besarnya nilai rupiah yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal. Kedua, Anda dapat mengukur kemiskinan relatif, yaitu orang yang mempunyai tingkat pendapatan relatif lebih rendah dibanding masyarakat di sekitarnya.

Selanjutnya, bagaimana ciri-ciri masyarakat miskin tersebut? Cermatilah uraian berikut ini.

1) Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan.

2) Terbatasnya akses dan rendahnya mutu kesehatan. 3) Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha.

4) Terbatasnya akses terhadap perumahan sehat, air bersih, dan sanitasi.

5) Beban tanggungan yang tinggi karena banyaknya jumlah anak dalam keluarga.

b. Kesenjangan Distribusi Pendapatan

Kesenjangan distribusi pendapatan menunjukkan adanya perbedaan yang mencolok antara golongan masyarakat yang berpenghasilan tinggi dengan masyarakat yang berpenghasil-

an rendah. Tinggi rendahnya kesenjangan pendapatan dapat diukur melalui kriteria bank, yaitu.

1) Apabila kelompok 40% penduduk ter- miskin memperoleh pendapatan lebih kecil dari 12% dari keseluruhan pendapatan nasional, maka dikatakan ketimpangan pendapatannya tinggi.

2) Apabila kelompok 40% penduduk termiskin memperoleh pendapatan 12–7% dari keseluruhan pendapatan nasional, maka dikatakan ketimpangannya sedang (moderat).

3) Apabila kelompok 40% penduduk ter- miskin memperoleh pendapatan lebih dari 17% dan keseluruhan pendapatan na- sional, maka dikatakan bahwa tingkat ketimpangannya rendah.

C. Kebijakan Ekonomi Pemerintah dalam

Dalam dokumen sma10eko Ekonomi Nurcahyaningtyas (Halaman 192-196)