• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep mengenai masyarakat sudah sering kita dengar dan tidak asing lagi. Meskipun demikian secara mudah dapat diartikan bahwa masyarakat itu berarti sekumpulan warga namun banyak konsep masyarakat itu sendiri dan sangat sulit dipahami. Menurut Munandar

Soelaeman, “dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal

katanya socius yang berarti kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu syirk, artinya bergaul, adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh

manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur kekuatan lain”.11

Dalam konteks sosial yang disebut masyarakat, setiap orang akan mengenal orang lain oleh karena itu perilaku manusia terkait dengan orang lain. Perilaku manusia dipengaruhi oleh orang lain. Melakukan sesuatu dipengaruhi faktor dari luar dirinya, seperti tunduk pada aturan, tunduk pada norma masyarakat, dan keinginan mendapat respon positif dari orang lain.

Menurut Koentjaraningrat, “masyarakat adalah memang sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah ilmiah saling

berinteraksi”.12

Setiap kesatuan manusia yang berinteraksi itu merupakan masyarakat, karena suatu masyarakat harus mempunyai suatu ikatan lain yang khusus dan dan adanya saling berinteraksi memang penyebab bahwa dari suatu kolektif manusia itu akan saling berinteraksi.

Kemudian memungkinkan para warganya yang secara intensif dan aktif untuk berinteraksi dengan siklus yang terus berulang-ulang yang menjadikan potensi cara berinteraksi dengan potensi yang lebih tinggi. Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua kesatuan manusia yang bergaul atau berinteraksi merupakan masyarakat, akan tetapi karena suatu

11

Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar, ( Bandung: Penerbit Eresco, 1993), Cet ke- 6, h.63.

12

Koentjaranigrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2002), h.144.

masyarakat dapat dikatakan sebagai masyarakat jika memiliki ikatan lain yang khusus contohnya, sekumpulan orang yang berkerumun di loket antrian konser biasanya kita anggap sebagai masyarakat, karena meskipun kadang-kadang berinteraksi tetapi hanya terbatas karena tidak mempunyai suatu ikatan yang khusus melainkan perhatian kepada tiket konser tersebut.

Menurut S.Nasution, “masyarakat adalah sangat luas dan dapat

meliputi seluruh umat manusia, masyarakat terdiri atas berbagai kelompok, yang sangat besar maupun kecil tergantung pada jumlah anggotanya. Dua orang atau lebih dapat merupakan kelompok, tiap orang menjadi anggota keluarga yang terdiri atas ibu-ayah dan anak, dan

sebagainya”.13

Dengan demikian masyarakat digambarkan terdiri atas kelompok dan meliputi seluruh umat manusia.

Abu Ahmadi menuliskan pernyataan M.M. Djojodiguno di dalam bukunya mengenai definisi masyarakat, bahwa ”masyarakat adalah suatu kebulatan daripada segala perkembangan dalam hidup bersama anatara

manusia dengan manusia”.14

Dengan demikian, masyarakat digambarkan yaitu sekelompok manusia yang mempunyai kepentingan, tradisi, dan sikap perasaan yang sama dan khusus dalam kehidupan bersama yang selarasa dan seimbang.

Sudah dipastikan bahwa setiap masyarakat memiliki kebudayaan, dengan nilai-nilai kebudayaan anggota masyarakat mengetahui apakah layak atau tidak, pantas atau tidak, baik atau seharusnya. Nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat tersebut dapat bersifat positif dan negatif, apabila positif yakni apa yang diinginkan dan negatif yakni apa yang tidak diinginkan, semisal soal kebersihan, kesopanan, atau penipuan dan kekerasan.kebudayaan mempengaruhi individu dengan berbagai cara akan tetapi individu juga mempengaruhi kebudayaan sehingga terjadi perubahan sosial.

13

S.Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2010), h.60.

14

Koentjaraningrat, “menjabarkan kebudayaan berasal dari kata latin colore yang berarti “mengolah, mengerjakan” terutama mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai “segala daya upaya sserta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan merubah

alam.”15

Menurut Soerjono Soekanto, “kebudayaan mempunyai fungsi yang

sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan alam, maupun kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu sendiri tidak

selalu baik baginya”.16

Kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri sehingga kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaan masyarakat juga terbatas didalam memenuhi segala kebutuhan masyarakat, disamping adat istiadat, ada kaidah-kaidah yang dinamakan peraturan (hukum) yang biasanya sengaja dibuat untuk mnegatur dan mempunyai sanksi tegas peraturan yang mewujudkan agar suatu keserasian dan meperhatikan hal-hal yang bersangkut-paut dengan keadaan dalam masyarakat tersebut.

Menurut T.O. Ihromi, “kebudayaan merupakan hasil proses belajar, kebudayan merupakan cara berlaku yang dipelajari, kebudayaan tidak tergantung dari transmisi biologis atau pewaris melalui unsur genetis. Perlu ditegaskan hal itu agar dapat dibedakan perilaku budaya dari manusia dan primat lain tingkah laku yang hampir selalu digerakan oleh naluri”.17

Setiap manusia dipengaruhi oleh insting dan naluri yang walaupun bukan termasuk bagian dari kebudayan, namun mempengaruhi kebudayaan.

15

Koentjaraningrat, Op.Cit., h.182

16

Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.155. 17

T.O. Ihromi, Pokok-pokok Antropologi Budaya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), Edisi 12, h.18.

2. Letak Geografis dan Keadaan Penduduk

Kota Tangerang terletak di bagian utara provinsi Jawa Barat, tepatnya di sebelah Barat Kota Jakarta. Wilayah ini sekarang bukan lagi bagian Jawa barat melainkan Banten karena sejak tahun 1999 ketika Banten memisahkan diri dari Jawa Barat dan menjadi Provinsi Banten, Tangerang menjadi menjadi salah satu bagian wilayahnya.’

Menurut Mumuh Muhsin, “kota Tangerang terbagi atas 13 Kecamatan, yaitu Kecamatan Batu Ceper, Kecamatan Benda, Jatiuwung, Karang tengah, Cipondoh, Cibodas, Ciledug, Karawaci, Neglasari, periuk, Pinang, dan kecamatan Tangerang. Secara geografis Tangerang memiliki letak yang Strategis, karena berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kota Tangerang Selatan”.18

Sebagai daerah yang sedang berkembang, kota Tangerang mempunyai Visi dan Misi. Untuk mewujudkan visi pengembangan Kota Tangerang sebagai kota Industri dan perdagangan yang modern, sebagai tuntutan zaman pemerintah kota Tangerang harus menggerakkan dan mengarahkan Kota Tangerang yang mandiri baik dari sektor apapun. Visi kota

Tangerang yaitu “menuju kota industri, perdagangan dan pemukiman yang

ramah lingkungan dalam masyarakat yang ber-akhlaqulkarimah “.

Misi adalah suatu kemauan yang kuat dengan memperhatikan kewenangan dan tanggung jawab atas kepentingan umum untuk mewujudkan kondisi dan situasi yang diinginkan pada akhir dan kurun waktu tertentu yang menyiratkan tujuan-tujuan yang harus dicapai sebagai prasyarat terwujudnya visi. dari rumusan visi diatas, dapat diuraikan misi Kota Tangerang adalah :

1. Memulihkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi kota 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publi

3. Peningkatan tata kepemerintahan yang baik dan mewujudkan pemerintahan yang ramah lingkungan .

18

Mumuh Muhsin, Bunga rampai rona-rona sejarah dan budaya, (Bandung: Izda Prima), h.181

Di kota Tangerang Inilah, terdapat tempat ibadah tertua Cina yang disebut Klenteng Boen Tek Bio.Terletak di Jalan Bakti No.4 Sukasari, Kecamatan Tangerang. Di sekitar kawasan itu juga terdapat tempat tinggal, pasar dan masyarakat Cina Benteng mendiami kawasan tersebut. keberadaan klenteng Boen Tek Bio, yang didirikan sekitar tahun 1684, ini sangat erat kaitannya dengan sejarah Kota Tangerang.

Melihat sisi keagamaan yang dianut oleh masyarakat Tangerang, Khususnya masyarakat Cina Benteng, sangat variatif. Sama seperti keagamaan yang tersebar di daerah-daerah lainnya di Indonesia, agama islam menduduki jumlah penduduk yang mayoritas pemeluknya, sebanyak 10.948 jiwa. Dan penduduk agama Budha berada di peringkat kedua, sebanyak 5.949, termasuk khonghucu dan Tao di dalamnya.

3.Penyebutan Cina Benteng

Masuknya orang Cina ke Indonesia sudah terjadi sejak abad ke 3 masehi dengan melalui jalur perdagangan. Kedatangan orang Cina secara besar-besaran terjadi pada abad ke 18 untuk mencari penghidupan yang lebih baik di luar Tiongkok. Mereka yang datang ke Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yaitu Hokkian, Tio Chiu, Hakka, Hainan, dan

Henghua.19

Menurut Mumuh Muhsin, “mendaratnya rombongan Halung di muara

Cisadane sedikitnya membawa tujuh kepala keluarga dan membawa sekitar 100 orang berada di kapal karam itu. Rombongn ini kemudian

menghadap Sanghyang Anggalarang untuk memohon pertolongan”.20

Gelombang kedua, kedatangan orang Tionghoa ke Tangerang dalam buku “Nusa Jawa Silang Budaya“. pada tahun 1740 di bawah pimpinan Gubernur Jendral Andrian Valkenier telah terjadi pembantaian massal terhadap masyarakat Cina, lebih dari 10.000

19

M.Iksan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. Ke-1, h.vii.

20

Mumuh Muhsin, Bunga rampai rona-rona sejarah dan budaya, (Bandung: Izda Prima), h.184.

orang Cina di benteng Belanda dibantai oleh Belanda, mereka adalah korban berbagai peraturan yang ruang geraknya dibatasi Belanda, mereka dituduh merencanakan pemberontakan dan ingin menghancurkan VOC(venenigde Oostindische Compagnie). Belanda berhasil memadamkan pemberontakan tersebut mengirimkan orang-orang cina ke daerah Tangerang untuk bertani. Menurut Oey Tjin Eng, “Belanda mendirikan pemukiman bagi orang Cina pondok -pondok yang dikenal dengan nama: Pondok Cabe, Pondok Jagung, Pondok Aren, Pondok Kacang dan sebagainnya. di sekitar tegal Pasir atau Kali Pasir, Belanda mendirikan perkampungan Tionghoa yang dikenal dengan nama petak Sembilan”.21

Perkampungan ini kemudian dengan bertambahnya waktu berkembang menjadi pusat perdangan dan telah menjadi bagian dari Kota Tangerang. Dan rencananya kawasan ini akan dijadikan sebagai Kota Wisata Tangerang oleh pemerintah Kota Tangerang. daerah ini terletak di sebelah Timur Sungai Cisadane, daerah pasar lama. berbicara mengenai sejarah Cina Benteng sulit dipisahkan dari kawasan Pasar lama karena sebagai suatu pemukiman pertama bagi masyarakat Cina Benteng di Tangerang. Persaingan perdangangan yang keras terjadi antara Banten dan Batavia (Jakarta saat ini). Di suatu pihak, kompeni Belanda mendesakkan keinginannya untuk melakukan monopoli perdagangan di wilayah kesultanan Banten. akan tetapi di pihak lain, sultan Banten sendiri mempertahankan sistem perdagangan bebas dan kedaulatan negara. Karena kerasnya persaingan itu, terjadilah konflik politik dan akhirnya terjadi konflik senjata.

Dalam suasana konflik itulah, kawasan Tangerang terjadi daerah pertahanan dan merangkap sebagai medan pertempuran serta daerah rebutan antara Batavia dengan Banten. Kemudian Banten membangun benteng pertahanan di sebelah barat Sungai Cisadane dan pihak kompeni Belanda membangun benteng pertahan di sebelah timur Sungai Cisadane untuk menahan serbuan Banten yang hendak merebut kembali Batavia dari tangan Belanda. Benteng itu sekarang sudah rata dengan tanah. Akan

21

Pemaparan Oey Tjin Eng, yang merupakan keturunan Cina Benteng yang merupakan Humas sekaligus kepala Klenteng Boen Tek Bio.

tetapi sangat disayangkan tidak ada keterangan tahun berapa benteng tersebut didirikan. Itulah sebabnya m dahulu daerah Tangerang dikenal dengan nama “Benteng“ dan saat ini masih segelintir orang yang menyebutnya demikian. Jadi, Cina Benteng merupakan Masyarakat Cina yang tinggal di Benteng (Tangerang).

Cina Benteng berbeda dengan Cina peranakan pada umunya yang berkulit putih. Cina Benteng memang sering diidentifikasikan dengan orang Cina yang berkulit Hitam atau gelap. Sehingga sulit dibedakan

dengan “orang kampung“ Pribumi atau masyarakat lokal.

4. Sistem Kekerabatan Masyarakat Cina Benteng

Menurut William A.Haviland, “para ahli Antropologi banyak

memberi perhatian pada cara orang memberikan nama kepada sanak

keluarga mereka dalam berbagai masyarakat”.22

Apa yang terungkap dalam peristilahan kekerabatan itusudah pasti dapat peroleh gambaran yang baik tentang struktur keluarga, hubungan-hubungan mana yang dianggap dekat atau jauh, dan kadang terlihat sikap terhadap hubungan yang mana yang dianggap penting.23

Koentjaraningrat menambahkan bahwa, kedudukan perempuan dahulu bagi orang Cina sangat rendah. pada masa waktu kecil, saudara laki- laki mereka memperlakukan mereka dengan sangat baik, tetapi pada waktu meningkat dewasa mereka dipingit dirumah. Setelah menikah, seorang perempuan harus tunduk kepada suaminya. mereka tidak mendapat bagian dalam kehidupan diluar rumah. Keadaan seperti itu sudah lama ditinggalkan. Seorang perempuan dapat mengikuti perkumpulan perkumpulan, sekolah dan dalam kehidupan ekonomi peranan pembantu suaminya dalam perdagangan memegang peranan penting dalam kehidupan mereka. Pada masa sekarang ini, wanita berhak mendapat harta yang sama dengan laki- laki dalam hal

22

William A.Haviland, Antropologi edisi keempat jilid 1, Jakarta : Erlangga , h.378 . 23

warisan. bahkan, kadang mendapat tugas untuk mengurus abu leluhurnya sehingga suami yang harus ikut tinggal dirumah orang tuanya. dengan naiknya kedudukan wanita, tidak ada lagi kecenderungan untuk memiliki anak laki- laki. Dalam sistem kekerabatan, masyarakat Cina Benteng menganut sistem patrilinear. Karena itu hubungan dengan kerabat pihak ayah lebih erat, tetapi perkembangan sekarang menunjukan hubungan antara keluarga pihak ibu sama eratnya dengan pihak ayah.24 Kedudukan perempuan dalam orang Cina sangat rendah pada zaman dahulu dan pada dasarnya lebih bangga jika memiliki anak laki-laki.

5. Mata Pencaharian Masyarakat Cina Benteng

Sebagian besar masyarakat Cina di Indonesia sekarang memang hidup dari perdagangan dan hal ini suatu fakta terutama di Jawa. Dan diantaranya kebanyakan dari mereka adalah orang hokkian. Orang Hakka di Jawa dan Madura banyak yang menjadi pedagang, tetapi banyak juga menjadi pengusaha industri kecil. Di Sumatera orang Hokka bekerja di Pertambangan, sedangkan di Kalimantan Barat banyak yang menjadi petani.

Keberadaan Cina Benteng menegaskan bahwa tidak semua orang Cina mempunyai posisi kuat dalam bidang ekonomi. Dengan keluguannya, mereka bahkan tidak punya akses politik yang mendukung posisinya di bidang ekonomi. Realitas Cina Benteng yang tinggal di pusat kekuasaan politik dan ekonomi menunjukan, masyarakat etnis cina sesungguhnya sama dengan etnis lainnya. Ada yang punya banyak uang, tetapi ada pula yang hidup dibawah garis kemiskinan, jika melihat di belakang bangunan kelenteng Boen Tek Bio, masih ada masyarakat Cina Benteng yang berprofesi menjadi nelayan tepatnya di sungai Cisadane, atau tukang becak yang penghasilannya tidak menentu tiap harinya sehingga sulit untuk menutupi semua kebutuhan.

24

Koentjaraningrat, manusia dan kebudayaan di Indonesia , cet ke – 22 , Jakarta : Djambatan, 2007 . h.364.

Jika ditambah lagi kalau melihat masyarakat Cina Benteng yang tinggal di daerah pesisir pantai khusus nya kawasan Tanjung Pasir dan Tanjung Kait masih terdapat masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan bahkan masih terdapat rumah mereka yang terbuat dari bilik bambu. Hal itu sangat berbeda dengan kehidupan di perkotaan, yang umunya berprofesi sebagai pedagang dan dapat dikategorikan sebagai kelas menengah.

C. Hakikat Pendidikan

Dokumen terkait