• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam melaksanakan Program Karbon Hutan Berau (PKHB) yang bertujuan untuk mengembangkan model pembangunan berkelanjutan yang rendah emisi, dan dengan mempertimbangkan komitmen masyarakat untuk mewujudkan Pembangunan Kampung Long Duhung sebagai kampung yang selaras dengan iklim di Kabupaten Berau, maka kami, Masyarakat Long Duhung, menyepakati hal-hal sebagai berikut:

1. Berkomitmen bersama untuk mewujudkan visi masyarakat kampung yang maju dan mandiri yang memiliki ekonomi kuat, sumberdaya alam hutan yang tetap lestari, pendidikan yang berkualitas dengan persatuan kampung yang kuat.

2. untuk mewujudkan visi tersebut, Masyarakat Long Duhung akan memegang teguh pada perencanaan tata guna lahan dan berpedoman pada perencanan pembangunan kampung yang termaktub dalam Rencana Jangka Menengah Kampung (RPJMK) Long Duhung yang telah disepakati sebelumnya.

3. Bahwa untuk mencapai visi tersebut, Masyarakat Kampung Long Duhung sepakat untuk bekerja sama dengan The Nature Conservancy untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Kesepakatan kerjasama ini akan berlangsung selama 3 tahun dan dapat dilanjutkan jika kedua belah pihak sepakat dan ada ketersediaan sumber daya para pihak dalam mendukung visi Kampung Long Duhung.

4. Dalam menjalankan kesepakatan kerjasama ini, Masyarakat Long Duhung bersepakat sebagai berikut :

a. Melaksanakan kesepakatan kerja sama tersebut dengan sungguh-sungguh.

b. Sebagai bentuk komitmen masyarakat untuk berpartisipasi dalam melestarikan sumber daya hutan, masyarakat Long Duhung tidak akan membuka lahan baru untuk ladang baik di dalam maupun di luar wilayah Kampung Long Duhung.

c. untuk lahan perladangan, masyarakat Long Duhung akan memperkuat nilai-nilai kearifan tradisional dengan melakukan sistem ladang berpindah. Setiap keluarga akan berladang di 1 tempat setiap tahun, paling luas 1 hektar, dan membatasi perladangan berpindah di 7 tempat saja. Lahan perladangan ini digunakan untuk menanam padi sebagai tanaman utama.

d. Bagi keluarga baru yang belum memiliki ladang seperti pada poin c, maka mereka dapat membuka lahan baru dengan jumlah lahan paling banyak 7 tempat dengan luasan 1 hektar setiap keluarga.

e. Pembukaan lahan baru bagi keluarga yang belum memiliki lahan pada poin d di atas, dilakukan setiap tahun pada 1 tempat. Pembukaan lahan untuk ladang ini atas sepengetahuan Pemerintah Kampung Long Duhung

f. Membuka lahan perkebunan karet di lokasi yang telah disepakati, seperti di dalam rencana tata guna lahan kampung, dan akan ditata sehingga kebun karet setiap keluarga terletak di satu tempat untuk memudahkan pemeliharaan, penyadapan dan pemasaran di masa depan. Luasan untuk lahan karet tersebut sebesar 2 hektar untuk setiap keluarga.

g. Jika saat ini satu keluarga mempunyai lahan di lokasi pengembangan kebun karet tersebut di atas sebanyak lebih dari satu tempat dengan luasan lebih dari 2 hektar, maka lahan tersebut akan dialihkan kepada keluarga terdekat atau keluarga lain yang belum mempunyai lahan.

h. Mengalokasikan lahan cadangan untuk lahan karet bagi keluarga baru. Lahan cadangan ini akan dimasukkan ke dalam peta tata guna lahan Kampung Long Duhung. Pembukaan lahan untuk perkebunan karet bagi keluarga baru tersebut akan dilakukan atas pengetahuan dan persetujuan Pemerintah Kampung Long Duhung.

i. Apabila saat ini satu keluarga memiliki lahan di lebih dari 7 tempat, tidak berarti hak keluarga tersebut atas lahan tersebut hilang. Lahan tersebut masih menjadi milik keluarga yang membuka lahan dan dapat diperuntukkan untuk kebun (penanaman pohon buah-buahan, karet, kayu, dll) atau pertanian permanen (sawah, kebun sayur, dll.)

j. Membuat Peraturan Kampung untuk mengatur sanksi yang akan dikenakan bila terjadi pelanggaran terhadap butir-butir kesepakatan ini.

k. Dokumen kesepakatan ini dapat ditinjau jika pelaksanaannya menyebabkan penurunan kesejahteraan masyarakat, seperti gagal panen di area bekas ladang, atau bila kegiatan ekonomi yang dikembangkan tidak meningkatkan ekonomi masyarakat.

Demikian kesepakatan ini dibuat untuk diketahui dan dilaksanakan bersama.

Long Duhung, ………..

Kepala Kampung, Ketua Adat, Ketua BPK

Misak Lungui

Ketiga, dokumen kesepakatan akan mempermudah proses komunikasi antar warga: antar warga kampung yang lama dengan warga kampung yang baru, misalnya pendatang yang baru menetap; dan antara warga kampung dengan pihak lain, baik warga kampung tetangga maupun pihak pemangku kepentingan terkait.

Terakhir, kesepakatan dan komitmen masyarakat ini diharapkan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Selama jangka waktu tersebut, ingatan warga mengenai beberapa butir kesepakatan tertentu dapat hilang atau melemah sehingga kesepakatan tersebut harus dituangkan dalam bentuk tertulis dan didokumentasikan dengan baik.

Selain alasan-alasan penting tersebut di atas, dokumen kesepakatan ini juga penting bagi fasilitator karena selama proses pendampingan fasilitator perlu mendapatkan pernyataan dari warga bahwa mereka sepakat untuk terlibat dalam inisiatif PKHB, berdasarkan keinginan mereka sendiri dan tanpa paksaan.

Dokumen kesepakatan merupakan dokumen utama dari puncak proses pendampingan yang dilakukan. Karena pentingnya kesepakatan ini, proses penyusunan dan pengesahannya perlu dikawal dengan baik sehingga warga kampung memberikan persetujuannya tanpa ada paksaan dan memahami bahwa mereka bertanggung jawab untuk menjalankan komitmen tersebut dengan sungguh-sungguh.

Komitmen ini selanjutnya perlu diinternalisasi oleh seluruh warga. Proses internalisasi

meliputi proses meningkatkan pemahaman warga kampung mengenai komitmen yang akan dilaksanakan bersama dan proses mengikat kesepakatan tersebut melalui cara atau mekanisme yang paling sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat. Setiap warga tidak dapat diharapkan untuk melaksanakan komitmen yang diuraikan di dalam dokumen kesepakatan bila mereka belum betul-betul memahami mengapa komitmen tersebut harus dilakukan, mengapa mereka harus mengubah praktik atau perilaku tertentu, dan apa manfaatnya bagi mereka. Proses peningkatan pemahaman ini dapat dilakukan oleh fasilitator melalui diskusi kelompok atau interaksi perorangan, atau dilakukan oleh tokoh masyarakat, baik kepala kampung, ketua adat, pemuka agama, tokoh perempuan, atau pemuda. Peranan tokoh-tokoh ini sangat penting dalam meningkatkan pemahaman warga.

Kesepakatan dapat diikat melalui beberapa cara, yaitu melalui cara tradisional dan non-tradisional. Pertama, komitmen warga dapat diikat melalui pelaksanaan proses ritual, yaitu pelaksanaan upacara, ritual adat, atau mekanisme lain yang sesuai dengan tradisi setempat. Fasilitator perlu menemukenali upacara, ritual, atau tradisi sosial budaya setempat yang memiliki arti mendalam bagi masyarakat. Di beberapa tempat, upacara atau perayaan adat,

kaya dengan ritual dan simbol-simbol yang sangat berarti dan dihormati oleh semua warga. Pelaksanaan proses ritual atas terbangunnya kesepakatan ini dapat membantu mengikat komitmen masyarakat dan menandai babak penting dalam kehidupan mereka.

Kedua, komitmen warga dapat diikat melalui proses penandatanganan. Untuk mengikat seluruh warga, dokumen kesepakatan dapat ditandatangani oleh setiap perwakilan keluarga atau setiap orang dewasa dalam kampung. Ketiga, komitmen warga dapat diikat dengan peraturan pemerintah kampung atau peraturan adat. Peraturan ini juga akan mengurai sanksi yang akan dikenakan kepada pelanggar.

Fasilitator perlu mendiskusikan ketiga kemungkinan tersebut di atas dengan tokoh dan warga untuk memastikan bahwa cara yang dipilih sesuai dengan tujuan yang dimaksud. Kombinasi cara, terutama kombinasi cara tradisional dan non-tradisional, disarankan untuk dilakukan sehingga memperkuat komitmen warga, terutama untuk masyarakat yang masih menjunjung tinggi budaya dan tradisi. Keterlibatan dan komitmen dari tokoh adat, agama, dan pemerintah kampung, yang dihormati oleh warga dalam pelaksanaan seluruh proses akan membantu

mengikat komitmen seluruh warga, mempermudah proses perubahan perilaku yang diharapkan, dan mengurangi kemungkinan terjadinya pelanggaran. Komitmen yang sudah disepakati bersama, baik dalam bentuk dokumen kesepakatan tertulis yang telah ditandatangani oleh warga kampung, peraturan kampung, atau peraturan adat, selanjutnya dapat dicetak dan ditempelkan di tempat-tempat penting dalam kampung sebagai pengingat.