• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di peternakan ayam, Tangerang, Cikupa, selama 35 hari. Inkubasi dan penyuntikan larutan nutrien ke dalam telur (in ovo) dilakukan di

hatchery Subang. Analisa darah untuk mengetahui jumlah leukosit dan diferensiasinya dilakukan di laboratorium Fisiologi FKH IPB. Analisa untuk pengukuran titer antibodi terhadap vaksin ND dan IBD serta histopat bursa

dilakukan di laboratorium Animal Health Charoen Pokphand Indonesia,

sedangkan analisa proksimat daging ayam dilakukan di laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga Juli 2007.

Hewan Percobaan

Sebanyak 4100 butir telur tetas strain Ross 308 yang berasal dari flok dan

umur yang sama ditetaskan dengan inkubator merk Jamesaway di hatchery

Subang. Pada umur 18 hari inkubasi, setelah di candling terdapat 3280 telur yang ber-embrio (hidup), secara acak dibagi menjadi empat perlakuan dan sebanyak 0.8 ml gutamin, dekstrin, kombinasi glutamin dan dekstrin serta NaCl 0.5%,

diinjeksikan pada cairan amnion menggunakan syringe. Setelah menetas, DOC

diseleksi dan diambil 50 ekor jantan per perlakuan yang dibagi dalam lima ulangan (10 ekor per ulangan) atau dengan jumlah total 200 ekor.

Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan telur fertil strain Ross 308 yang berasal dari umur dan flok yang sama. Larutan yang digunakanyaitu larutan dekstrin, larutan glutamin, kombinasi larutan glutamin dan dekstrin serta larutan NaCl fisiologis (0.5%) yang akan diinjeksikan ke dalam telur berumur 18 hari inkubasi dengan

menggunakan sebuah syringe. Penelitian ini juga menggunakan pakan broiler

starter produksi Charoen Phokphand Indonesia, kandang postal, mesin tetas,

syringe 3 mL merk Terumo dengan ukuran jarum 23G x 1 1/4, tabung darah dan serum, heparin serta penggilingan daging. Alat-alat lain yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain alat bedah (gunting dan pinset), cawan petri, candling

telur dan timbangan.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan dan lima ulangan, sehingga penelitian ini memiliki 20 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 10 ekor ayam, sehingga jumlah seluruh ayam yang digunakan sebanyak 200 ekor. Analisis data yang di peroleh diuji melalui perhitungan anova dengan model Rancangan Acak Lengkap. Apabila dari hasil sidik ragam terdapat paling sedikit ada sepasang perlakuan yang tidak sama maka dilanjutkan dengan Uji Tukey (Steel & Torrie 1991). Adapun Perlakuan yang dicobakan antara lain:

P1 = DOC jantan yang pada hari ke-18 inkubasi menerima larutan glutamin

secara in ovofeeding.

P2 = DOC jantan yang pada hari ke-18 hari inkubasi menerima larutan dekstrin secara in ovofeeding.

P3 = DOC jantan yang pada hari ke-18 inkubasi menerima kombinasi larutan

dekstrin dan glutamin secara in ovo feeding.

P4 = DOC jantan yang pada hari ke-18 inkubasi menerima larutan NaCl

(0.5%) secara in ovo feeding. Perlakuan ini adalah kontrol atau

placebo.

Tabel 2 Perlakuan yang digunakan dalam penelitian

NUTRIENT YANG DISUNTIKKAN PERLAKUAN JUMLAH LARUTAN YANG DISUNTIKKAN PER-EKOR JUMLAH AYAM PER-ULANGAN Dextrin (0.5%) (200 g/l) Glutamin (16 g/l) NaCl (5 g/l) KETERANGAN

P1 0.8 ml 10 Ekor - √ Glutamin (glu)

P2 0.8 ml 10 Ekor √ - √ Dekstrin (Deks)

P3 0.8 ml 10 Ekor √ Deks + Glu

Metode Penyuntikan

Penyuntikan larutan nutrisi dilakukan dengan menggunakan metode dari Foye (2005). Larutan NaCl 0.5% dan nutrien disuntikkan ke dalam cairan amnion setiap telur secara manual dengan menggunakan jarum suntik 23 G sepanjang 1.9 cm dari ujung tumpul telur. Setelah itu lubang suntikan ditutup dengan menggunakan isolasi kertas. Telur yang sudah menerima larutan nutrisi kemudian dimasukkan ke dalam mesin hatchery dengan temperatur 98 - 99°F (37-38ºC) dan kelembaban 86 – 88 % hingga telur menetas.

Larutan Glutamin dan Dekstrin

Larutan glutamin yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan pada

penelitian yang dilakukan Ohta et al. (1999) yaitu mengandung 16 g/l dalam

larutan NaCl 0.5%. Larutan dekstrin yang digunakan berdasarkan penelitian Tako

et al. (2004) yaitu pada penelitian ini mengandung 200 g/l dalam larutan NaCl 0.5%. Larutan karbohidrat dan glutamin yang digunakan merupakan kombinasi dari kedua larutan tersebut yaitu mengandung dekstrin 200 g/l dan glutamin 16 g/l dalam NaCl 0.5%. Selain itu juga digunakan larutan NaCl 0.5% sebagai bahan in ovo feeding. Setiap telur diinjeksikan larutan nutrien sesuai dengan perlakuan sebanyak 0.8 ml.

Kandang dan Perlengkapannya

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang postal yang berukuran 50 x 8 meter. Kandang ini dibagi menjadi 64 pen dengan ukuran 2.25 x 1.75 meter yang menampung 10 ekor DOC per pen nya. Alas kandang dilapisi sekam setebal 5 cm, menggunakan seng sebagai batas brooder, infra red heater

sebagai pemanas, sebuah tempat minum otomatis, sebuah tempat pakan dari plastik dan sebuah lampu berdaya 60 watt sebagai penerangan.

Pada tiap pen dilengkapi dengan termometer untuk mengukur temperatur. Pada masa starter terdapat program vaksinasi yaitu vaksinasi ND yang diberikan pada hari kelima. Vaksin yang digunakan berupa vaksin tidak aktif ND produksi INTERVET yang diberikan melalui penyuntikan pada subkutan leher dan ND aktif strain Lasota yang diberikan melalui tetes mata. Pada hari ke-21 juga

diberikan vaksin ND II berupa vaksin aktif strain Lasota yang diberikan melalui air minum. Vaksin IBD yang diberikan pada hari ke-13 berupa vaksin IBD produksi CEVA, yang dimasukkan dalam air minum dimaksudkan untuk mencegah penyakit Gumboro pada ayam.

Pakan

Pakan starter yang digunakan dalam penelitian ini adalah CP 511 yang

diproduksi oleh Charoen Pokphand Indonesia, yang berbentuk Crumble. Pakan

dan air minum akan diberikan secara ad libitum. Pakan starter ini memiliki

kandungan nutrisi sebagai berikut: Energi Metabolis 3 020 - 3 120 Kal/kg, Protein Kasar 22.16%, Lemak Kasar 6.30%, Serat Kasar 2.50%, dan Abu 7.00%.

Metode Penelitian Persiapan Penelitian

Pemberian pakan dan minum dilakukan secara ad libitum dengan

pengontrolan tiga kali sehari yaitu pada pukul 07.30, 13.00 dan 17.00 WIB. Tempat minum juga dicuci tiga kali sehari pada waktu yang sama dengan pengontrolan. Adapun tahap penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap Persiapan yang dilakukan diantaranya adalah persiapan kandang dan perlengkapan, disenfeksi kandang dan perlengkapannya, pemberian sekam pada lantai kandang, menyiapkan ransum yang digunakan, serta penyediaan obat-obatan yaitu berupa Nopstress, Lutasol dan Fumasol, persiapan vaksin ND serta vaksin IBD yang digunakan.

2. Tahap Penelitian

200 ekor DOC strain Ross 308 ditempatkan kedalam kandang postal (litter), kemudian diberi minum dan pakan secara ad libitum. Setiap seminggu sekali ayam ditimbang untuk mendapatkan bobot badan sehingga dapat dihitung pertambahan bobot badannya. Setiap seminggu sekali juga dihitung konsumsi pakannya, sehingga didapatkan perhitungan FCR nya. Ransum starter diberikan selama penelitian ini yaitu dari DOC sampai umur 35 hari. Berikut adalah alur penelitian yang dilakukan selama penelitian berlangsung :

ALUR PENELITIAN

4 100 butir telur tetas Ross 308

820 butir 820 butir 820 butir 820 butir (P1) (P2) (P3) (P4)

Inkubasi selama 18 hari

Seleksi telur-telur fertile (2922 butir)

692 butir 692 butir 772 butir 766 butir (P1) (P2) (P3) (P4)

Injeksi Glutamin Injeksi Dekstrin Injeksi Dekstrin + Glutamin Injeksi NaCl o.5 % (Placebo)

Hatchery selama 3 hari

369 Ekor 216 ekor 169ekor 706 ekor (P1) (P2) (P3) (P4)

Seleksi DOC jantan

187 ekor 103 ekor 66 ekor 271 ekor (P1) (P2) (P4) (P4)

50 ekor: 50 ekor: 50 ekor: 50 ekor: 5 ulangan 5 ulangan 5 ulangan 5 ulangan @ 10 ekor @ 10 ekor @ 10 ekor @ 10 ekor

(lanjutan dari halaman 29)

Day Old Chick (DOC) :

@ 50 ekor per perlakukan untuk pengukuran bobot badan Umur 4 hari:

@ 5 ekor per perlakuan untuk pengukuran titer antibodi terhadap vaksin NewCastle Disease (ND)

Umur 5 hari:

@ 50 ekor per perlakuan untuk vaksin ND pertama Umur 7 hari :

- Total Leukosit dan Diferensiasinya @ 5 ekor per perlakuan - Bobot Badan @ 50 ekor per perlakuan

- Konsumsi Pakan

- Feed Conversion Ratio @ 50 ekor per perlakuan Umur 12 hari :

- Titer Antibodi terhadap Vaksin ND @ 5 ekor per perlakuan

- Titer Antibodi terhadap Vaksin Infectious Bursal Disease (IBD) @ 5 ekor per perlakuan Umur 13 hari : Vaksin IBD @ 50 ekor per perlakuan

Umur 14 hari :

- Bobot Badan @ 50 ekor per perlakuan - Konsumsi Pakan

- Feed Conversion Ratio @ 50 ekor per perlakuan - Bobot Bursa dan Timus @ 5 ekor per perlakuan

5 ulangan: 5 ulangan: 5 ulangan: 5 ulangan: @ 9 ekor @ 9 ekor @ 9 ekor @ 9 ekor

Umur 20 hari :

- Titer Antibodi terhadap Vaksin ND @ 5 ekor per perlakuan - Titer Antibodi terhadap Vaksin IBD @ 5 ekor per perlakuan Umur 21 hari :

- Total Leukosit dan Diferensiasinya @ 5 ekor per perlakuan - Bobot Badan @ 45 ekor per perlakuan

- Konsumsi Pakan

- Feed Conversion Ratio @ 45 ekor per perlakuan - Vaksin ND Kedua @ 5 ekor per perlakuan

Umur 28 hari :

- Bobot Badan @ 45 ekor per perlakuan - Konsumsi Pakan

- Feed Conversion Ratio @ 45 ekor per perlakuan

(lanjutan dari halaman 30) Umur 35 hari :

- Total Leukosit dan Diferensiasinya @ 5 ekor per perlakuan - Bobot Badan @ 45 ekor per perlakuan

- Konsumsi Pakan

- Feed Conversion Ratio @ 45 ekor per perlakuan - Persentase Karkas @ 5 ekor per perlakuan - Persentase Dada @ 5 ekor per perlakuan - Persentase Paha @ 5 ekor per perlakuan

- Kadar Protein Dada dan Paha @ 5 ekor per perlakuan - Kadar Lemak Dada dan Paha @ 5 ekor per perlakuan

5 ulangan: 5 ulangan: 5 ulangan: 5 ulangan: @ 8 ekor @ 8 ekor @ 8 ekor @ 8 ekor (Glutamin) (Dekstrin) (Dekstrin + Glutamin) (NaCl 0.5%)

Gambar 3 Alur penelitian yang dilakukan selama masa penelitian

3. Tahap Pengumpulan Data

Parameter yang diukur pada penelitian ini diantaranya adalah performa ayam yang meliputi bobot badan, konsumsi pakan untuk mengetahui FCR, respon kebal yang meliputi leukosit dan diferensiasinya, titer ND dan IBD, bobot organ timus dan bursa serta kualitas dan kuantitas karkas yang meliputi persentase karkas, persentase dada dan paha, serta kadar protein dan lemak daging dada dan paha. Berikut adalah tabel tahap-tahap pengambilan data yang akan dilakukan pada saat penelitian.

Tabel 3 Tahap pengumpulan data yang dilakukan selama penelitian

Hari Ke-

Jumlah Ayam per ulangan

(Ekor)

Data yang Diambil

1 10 Penimbangan Bobot Badan DOC yang akan

digunakan

4, 12, 20, 28 1 Pengambilan sampel darah ayam untuk

pengukuran titer antibodi sebelum dan sesudah vaksin ND (Newcastle Disease)*

7, 14, 21, 28, 35 10 Penimbangan Bobot Badan dan sisa pakan

untuk mengetahui pertambahan bobot badan dan feed Conversion Rate (FCR)

7, 21, 35 1 Pengambilan sampel darah ayam untuk

pengukuran Leukosit dan diferensiasinya (preparat ulas) sebagai pengukuran respon imun

12, 20 1 Pengambilan sampel darah ayam untuk

pengukuran titer antibodi sebelum dan sesudah vaksin IBD (Infectious BursalDisease)**

14 1 Pemotongan ayam untuk penimbangan organ

timus dan bursa fabrisius ayam sebagai pengukuran respon imun. Bursa fabrisius dianalisa secara histopat untuk pengukuran respon imun

35 1 Pemotongan ayam untuk penimbangan

persentase karkas dan perhitungan komposisi karkas yang kemudian pada bagian dada dan paha akan dianalisis menggunakan analisis Proksimat

*Vaksin ND pertama diberikan pada umur lima hari, menggunakan vaksin inaktif ND produksi INTERVET yang diberikan melalui penyuntikan pada subkutan leher dan ND aktif strain Lasota yang diberikan melalui tetes mata. Vaksin ND kedua diberikan pada umur 21 hari, menggunakan vaksin aktif strain Lasota yang diberikan melalui air minum.

**Vaksin IBD diberikan pada umur 13 hari, menggunakan vaksin aktif IBD produksi CEVA yang dimasukkan dalam air minum.

Berikut adalah penjelasan dari tahap-tahap pengambilan data yang dilakukan selama penelitian :

a. Pengukuran Performa.

• Pengukuran konsumsi ransum (g/ekor) didapatkan dari

pengurangan jumlah pakan yang diberikan dengan jumlah pakan sisa tiap minggunya atau pada hari ke- 7, 14, 21, 28 dan 35.

• Penimbangan bobot badan dilakukan dengan menimbang ayam

per-ekor setiap seminggu sekali.

• FCR (Feed Conversion Ratio) mingguandi dapat dengan membagi

jumlah konsumsi pakan dengan bobot badan ayam akhir minggu.

b. Pengukuran Leukosit dan Diferensiasi

Pada hari ke 7, 21 dan 35 satu sampel darah ayam sebanyak 2 ml per ulangan kecuali pada hari ke-7 hanya 1 ml. Darah diambil melalui pembuluh darah vena di sayap kecuali pada hari ke-7 diambil melalui pembuluh darah vena pada leher untuk pengukuran jumlah leukosit dan diferensiasinya. Segera setelah sampel darah diambil, dilakukan perhitungan jumlah leukositnya dengan kamar hitung dan pengencerannya 20 kali dengan larutan Brilliant Cresy Blue (BCB). Jumlah leukosit per mm3 darah dengan pengenceran 20 kali = 20 x 10/4 x jumlah butir leukosit dalam 4 kotak = 50 x butir leukosit dalam 4 kotak besar (Benjamin 1980).

Diferensiasi leukosit dilakukan pada preparat ulas darah yang diwarnai

dengan pewarnaan Giemsa meliputi pengamatan heterofil, eosinofil, basofil,

monosit dan limfosit dalam persentase dan jumlah keseluruhannya adalah 100% atau dengan metode Benjamin (1980).

c. Pengukuran Bursa dan Timus

Pada hari ke 14 dari tiap pen/ulangan satu ekor ayam dibedah dan diambil

organ timus dan bursa yang kemudian ditimbang dan di ukur bobot relatifnya

dengan rumus : % 100 ) ( ) ( % = × g potong Bobot g timus Bobot timus Bobot

% 100 ) ( ) ( % = × g potong Bobot g bursa Bobot bursa Bobot

Setelah penimbangan, organ bursa dimasukkan ke dalam tabung yang berisi larutan formalin 10% dan kemudian di buat preparat histologi. Preparat histologi menggunakan pewarnaan hematoksilin dan eosin dengan pembesaran 400x.

d. Uji Penghambatan aglutinasi (HI Test)

Pada hari ke 4, 12, 20 dan 28 diambil 2 ml darah, kecuali pada hari ke-4 sehanya sebanyak 1 ml dari satu ekor ayam pada tiap ulangan. Darah diambil melalui pembuluh darah vena di sayap, tetapi untuk hari ke empat diambil melalui pembuluh darah vena di leher. Hal ini dilakukan untuk pengukuran respon imun yaitu untuk pengukuran titer antibodi terhadap ND. Untuk pengukuran ini diperlukan serum. Darah yang didapat dimiringkan dan dibiarkan selama satu jam,

lalu dimasukkan ke dalam pendingin 40C selama 10-30 jam, lalu diambil

serumnya. Serum adalah bentuk cairan darah tanpa fibrinogen.

Uji HI dalam penelitian ini ditujukan untuk mengukur tingginya titer antibodi yang terkandung di dalam serum atau untuk menggambarkan tingkat kekebalan ayam setelah divaksinasi dengan vaksin ND La Sota (Malole 1988). Serum yang dihasilkan dari sampel darah langsung dianalisis titer antibodinya.

Nilai titrasi merupakan titer antibodi yang dapat dilihat dari pengenceran tertinggi yang mampu mengendapkan sel darah merah. Hasil reaksi yang menunjukkan penghambatan aglutinasi terakhir pada sumur mikroplate yang merupakan pengenceran tertinggi dari serum yang di uji disebut end point. Titer antibodi dihitung dengan melihat end point (Siregar 1988).

Rata-rata titer antibodi dari masing-masing perlakuan dihitung dengan metode Geometric Mean Titer (GMT) menurut Villegas (1987) dengan rumus:

N sn tn Log s t Log s t Log LogGMT GMT Log = ( 2(1)( 1)+ 2(1)( 1)+...+ 2( )( ))

t = Titer antibodi pada pengenceran terakhir s = Jumlah contoh serum bertiter t

n = Titer antibodi pada sampel n

e. Uji ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)

Pada hari ke 12 dan 20 dari tiap pen/ulangan diambil satu sampel darah ayam sebanyak 2 ml melalui pembuluh darah vena di sayap untuk pengukuran respon imun yaitu untuk pengukuran titer antibodi terhadap IBD. Pada pengukuran ini diperlukan serum, yaitu bentuk cairan darah tanpa fibrinogen. Darah yang didapat dibiarkan selama satu jam, lalu dimasukkan ke dalam pendingin 40C selama 10-30 jam, lalu diambil serumnya.

Uji ELISA dalam penelitian ini ditujukan untuk mengukur tingginya titer antibodi yang terkandung di dalam serum atau untuk menggambarkan tingkat kekebalan ayam setelah divaksinasi dengan vaksin IBD intermediate. Serum yang dihasilkan dari sampel darah langsung dilakukan pengukuran terhadap titer antibodinya di laboratorium.

Titer antibodi terhadap Gumboro di dalam serum di periksa dengan metode ELISA. Data hasil pembacaan dari Elisa diolah dengan rumus (Affini Tech. Elisa Test kit 2004) :

positif sampel Rasio negatif serum rata Rata positif serum rata Rata negatif serum rata Rata sampel rata Rata = − − − − − − ) ( ) ( ) ( ) (

Rasio sampel positif x 100 = ELISA UNIT (EU)

Dengan interpretasi hasil :

ƒ < 5 EU : Titer antibodi negatif

ƒ 5 – 15 EU : Titer anitibodi positif lemah

ƒ 15 – 75 EU : Titer antibodi positif sedang

f. Persentase serta Kandungan Lemak dan Protein Dada dan Paha Ayam

Umur 35 hari, satu ekor ayam ayam diambil dari tiap ulangan untuk dipotong. Sebelum dipotong ayam ditimbang untuk mengetahui bobot hidup, setelah dipotong, ditimbang lalu dikuliti. Karkas yang didapat kemudian dipisahkan dari tulang dan lemak. Hal-hal yang diamati dalam pengukuran ini diantaranya adalah bobot karkas, bobot dada dan paha. Bobot karkas diperoleh dengan menimbang ayam yang telah dipotong tanpa bulu, kepala, leher, kaki bagian metatarsus, organ dalam dan darah (Plavnik 1983). Bobot potongan karkas diperoleh dengan menimbang setelah memisahkan bagian-bagian karkas yaitu bagian dada dan paha (Plavnik 1983). Persentase karkas, persentase dada dan paha diukur dengan rumus (Plavnik 1983):

% 100 ) ( ) ( % = × g hidup Bobot g karkas Bobot karkas Bobot % 100 ) ( ) ( % = × g karkas Bobot g dada Bobot dada Bobot % 100 ) ( ) ( % = × g karkas Bobot g paha Bobot paha Bobot

Daging bagian dada (white meat) dan paha (dark meat) yang diperoleh ditimbang dan digiling menggunakan penggilingan daging, lalu di oven pada 500C selama 48 jam, yang kemudian diuji komposisi kimianya yaitu kadar protein daging, kadar lemak daging.

Analisis Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan uji lanjut Tukey. Adapun model statistika (Steel & Torrie 1991) yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Keterangan :

Yijk = Respon hasil prcobaan µ = Nilai tengah populasi

αi = Pengaruh perlakuan ke – i

εij = Galat percobaan dari perlakuan ke-i pengamatan ke-j i = Perlakuan ke-I (1, 2, 3, 4)

Dokumen terkait