• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Pemeriksaan sampel berupa feses sapi segar dilakukan di laboratorium Helmintologi Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014.

3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian prevalensi dan derajat infeksi cacing saluran pencernaan sapi PO dan sapi Limousin di Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan ini dilaksanakan dengan metode survei.

3.3 Materi Penelitian 3.3.1 Sampel Penelitian

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi PO dan sapi Limousin dengan batasan umur antara 0 bulan – 1 tahun, 1 tahun - 2 tahun, dan lebih dari dua tahun. Sampel yang digunakan adalah sebanyak 100 ekor. Sampel sebanyak 100 terbagi dalam enam kategori yaitu sapi PO dan sapi Limousin berumur 0–1 tahun masing-masing sebanyak 15 ekor, sapi PO dan sapi Limousin berumur 1 tahun - 2 tahun masing-masing sebanyak 20 ekor, dan sapi PO dan sapi Limousin berumur lebih dari dua tahun masing-masing sebanyak 15 ekor. Berikut sampel feses yang digunakan dalam penelitian pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Sampel Feses yang Digunakan pada Penelitian

Jenis

Sapi 0-1 Jantan Betina Total

Tahun 1-2 Tahun >2 Tahun 0-1 Tahun 1-2 Tahun >2 Tahun PO 6 7 0 9 13 15 50 Limousin 10 20 8 5 0 7 50

Keterangan : Total sampel feses 100 sampel.

3.3.2 Bahan dan Peralatan Penelitian

Bahan penelitian berupa feses sapi dalam keadaan segar, larutan gula jenuh, aquades, dan larutan formalin 10 %.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah kantong plastik, kertas label, gelas plastik, pengaduk, saringan, tabung sentrifus, rak tabung, sentrifus, pipet pasteur, obyek glass, cover glass, mikroskop.

3.4 Metode Penelitian 3.4.1 Pengambilan Sampel

Sampel feses diambil dari desa yang memiliki populasi sapi dalam jumlah besar, kemudian dipilih secara acak dengan memperhatikan jenis kelamin, umur dan ras sapi, sehingga didapatkan keseluruhan sampel adalah 100 sampel.

Sampel feses segar yang baru keluar dari anus, diambil secukupnya (± 10 gram) lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi formalin 10 % sebagai pengawetnya. Setelah itu, pada setiap kantong plastik diberi label atau penanda nomor sampel yang disesuaikan dengan pendataan sampel. Sampel feses dibawa ke labolatorium untuk diperiksa (Mumpuni dkk., 2007).

3.4.2 Pemeriksaan Sampel

Sampel yang telah terkumpul diperiksa di laboratorium Helmintologi Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya. Pemeriksaan sampel dilakukan dengan metode sederhana (natif), metode sedimentasi sederhana (simple sedimentation method) dan metode apung.

Hasil pemeriksaan dinyatakan positif bila dalam salah satu metode tersebut ditemukan telur cacing (Mumpuni dkk., 2007).

3.4.2.1 Metode Sederhana (Natif)

Mengambil sebanyak satu gram feses dengan menggunakan ujung gelas pengaduk yang kecil lalu memasukan ke dalam gelas plastik. Menambahkan air ±10 ml dan diaduk sampai tercampur, kemudian menyaring larutan feses tersebut dan meneteskannya pada gelas obyek serta menutupnya dengan cover glass. Kemudian dilakukan pemeriksaan dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 X (Obyektif 10 X) (Mumpuni dkk., 2007).

3.4.2.2 Metode Sedimentasi

Prinsip metode ini adalah berdasarkan pada perbedaan densitas antara pelarut, elemen-elemen parasit (telur cacing, larva) yang relatif lebih berat dan partikel sisa-sisa makanan pada umumnya lebih ringan (Mumpuni dkk., 2007). Setelah dilakukan pemusingan (sentrifugasi) elemen-elemen parasit (telur cacing, larva) diharapkan akan mengendap di bagian bawah. Kemudian supernatan di buang sehingga memudahkan untuk mendapatkan telur cacing.

Feses sebanyak satu gram dimasukkan ke dalam gelas plastik lalu ditambahkan air 10 ml. Feses dan air diaduk sampai rata kemudian disaring, hasil saringan dimasukkan ke tabung sentrifus selanjutnya disentrifus selama 2-5 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Supernatan dibuang, sedangkan endapannya ditambahkan air lagi seperti tahap sebelumnya kemudian disentrifus lagi selama 2-5 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Proses ini diulang sampai supernatan jernih. Setelah jernih, supernatan dibuang dan disisakan sedikit, endapannya diaduk dan diambil sedikit dengan pipet Pasteur kemudian diletakkan di gelas obyek tutup dengan cover glass dan diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 X (Obyektif 10 X) (Mumpuni dkk., 2007).

3.4.2.3 Metode Apung

Prinsip metode pengapungan yaitu dengan menambahkan larutan yang memiliki berat jenis lebih besar daripada air dan feses. Larutan yang digunakan pada metode ini adalah larutan gula jenuh. Pemeriksaan telur cacing Nematoda dengan cara pengapungan merupakan metoda yang paling praktis dan mudah dikerjakan, yaitu dengan cara melarutkan feses dalam larutan gula jenuh yang mempunyai berat jenis lebih tinggi dari berat jenis air (BJ gula jenuh=1,2; BJ air=1) (Kosasih, 2001).

Feses sebanyak satu gram dimasukkan ke dalam gelas plastik lalu ditambahkan air 10 ml. Feses dan air diaduk sampai rata kemudian disaring, hasil saringan dimasukkan ke tabung sentrifugasi selanjutnya disentrifus selama 2-5 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Supernatan dibuang, sedangkan endapannya

ditambahkan air lagi seperti tahap sebelumnya kemudian disentrifus lagi selama 2-5 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Proses ini diulang sampai supernatan jernih. Setelah jernih, supernatan dibuang dan disisakan sedikit, tambahkan larutan gula jenuh sampai 1 cm dari mulut tabung, lalu disentrifugasi dengan cara yang sama. Setelah disentrifuse, tabung sentrifugasi diletakkan di rak tabung dan pelan-pelan ditetesi dengan larutan gula jenuh sampai cairan terlihat cembung pada mulut tabung sentrifugasi lalu letakkan cover glass pada permukaan tabung sentrifugasi selama 5 menit. Cover glass diangkat dan diletakkan di atas gelas obyek dan diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 X (Obyektif 10 X) (Mumpuni dkk., 2007).

3.4.2.4 Penghitungan TCPGT

Sampel feses yang positif terinfeksi cacing Nematoda saluran pencernaan dilanjutkan dengan penghitungan Telur Cacing Per Gram Tinja (TCPGT) menggunakan metode McMaster untuk mengetahui derajat infeksi (Mumpuni

dkk., 2007).

Prinsip metode McMaster ini sama dengan metode pengapungan yaitu

mengapungkan telur cacing namun berbeda pada alat yang digunakan. Alat yang digunakan adalah berupa kamar penghitung McMaster. Alat ini terdiri dari dua

lempeng kaca dan kedua lempeng ditempatkan beberapa pengganjal yang direkat dengan baik membentuk kamar-kamar didalamnya. Setiap kamar terdapat daerah bergaris yang luasnya sedemikian rupa sehingga isi ruangan di bawah daerah

bergaris adalah 0,5 ml. Rumus perhitungan jumlah telur cacing per gram tinja dengan metode McMaster adalah sebagai berikut:

3.4.2.5 Standar keparahan helminthiasis berdasarkan TCPGT

Hasil pemeriksaan TCPGT dapat diketahui jumlah telur cacing per gram tinja dan derajat keparahan infeksi kecacingan. Berdasarkan keterangan standar infeksi, maka infeksi dapat dibedakan yaitu infeksi ringan jika jumlah telur 1-499 butir per gram, infeksi sedang ditunjukkan jika jumlah telur 500 - 5000 butir per gram dan infeksi berat ditunjukkan jika telur yang dihasilkan lebih dari 5000 butir per gram feses ternak (Nofyan dkk., 2010 yang dikutip dari Thienpont et al.,

1995).

Jumlah telur cacing per gram feses ternak tidak selalu dapat menunjukkan tingkat infeksi yang sebenarnya. Hal ini mengacu pada kenyataan bahwa hanya cacing dewasa saja yang dapat menghasilkan telur, sedangkan larva cacing belum menghasilkan telur. Larva kemudian menjadi dewasa secara seksual, dan ada yang

Keterangan : n = jumlah telur cacing N = jumlah kamar hitung 60 = banyak pengenceran (ml) (Mumpuni dkk., 2007)

TCPGT = n N

menjadi cacing jantan yang juga patut diperhitungkan untuk menentukan tingkat infeksi pada hewan ternak (Nofyan dkk., 2010).

3.5 Analisis Data

Untuk mengetahui prevalensi dan derajat infeksi cacing saluran pencernaan pada sapi PO dan Limousin di Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan dihitung menggunakan rumus prevalensi.

Prevalensi =

Analisis statistik dengan menggunakan regresi pohon menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) for Windows rel.16.0.

Jumlah sampel terinfeksi

3.6 Skema Alir Penelitian

Pengambilan Sampel

Penomeran Sampel dan Pengelompokan Sampel

Pemeriksaan Sampel secara kualitatif

Natif Sedimentasi Apung Positif Negatif Identifikasi jenis telur cacing Penghitungan TCPGT metode Mc.Master Analisis data (perhitungan prevalensi)

Dokumen terkait