• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Tinjauan Pustaka

3. Materi Pembelajaran Jenjang SMP

Materi pembelajaran merupakan salah satu unsur dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu mendapat perhatian oleh guru. Materi pembelajaran adalah

commit to user

segala bentuk materi yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (Inoe, 2008). Mengacu pendapat tersebut, materi ajar disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Materi pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa dalam mempelajari sesuatu, menyediakan berbagai jenis pilihan materi pembelajaran, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, serta agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Selain itu, materi pembelajaran memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.

Jenis-jenis materi pembelajaran (instructional materials) terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai (Admin, 2007). Mengacu pendapat tersebut, materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dan lain-lain. Materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek. Materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan sesuatu. Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Adapun contoh dari materi jenis prosedur, antara lain langkah-langkah mengoperasikan peralatan mikroskop, cara menyetel televisi, dan sebagainya. Materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat bekerja, dan lain-lain.

Berkaitan dengan materi ajar, Winkel (2007: 330), menyatakan bahwa materi pembelajaran dapat berupa macam-macam bahan, seperti suatu naskah, persoalan, gambar, isi audiocassette, isi videocassette, preparat, topik perundingan dengan para siswa, jawaban dari para siswa, dan lain-lain. Mengacu pendapat tersebut, dalam mengajarkan puisi, guru hendaknya terampil dan teliti dalam memilih teks puisi yang sesuai bagi para siswanya.

commit to user

Winkel (2007: 331-332) menyatakan bahwa pemilihan bahan atau materi pembelajaran harus sesuai dengan beberapa kriteria sebagai berikut:

1) relevan terhadap tujuan instruksional yang harus dicapai, yaitu dari segi isi maupun jenis perilaku yang dituntut siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2) sesuai dalam taraf kesulitannya dengan kemampuan siswa untuk menerima

dan mengolah bahan itu.

3) dapat menunjang motivasi siswa, antara lain karena relevan dengan pengalaman hidup sehari-hari siswa.

4) membantu untuk melibatkan diri secara aktif, baik dengan berpikir sendiri maupun dengan melakukan berbagai kegiatan.

5) sesuai dengan prosedur didaktis yang diikuti. Misalnya, materi

pembelajaran akan lain bila guru menggunakan bentuk ceramah, dibandingkan dengan pelajaran bentuk diskusi kelompok.

6) sesuai dengan media pembelajaran yang tersedia.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran adalah kumpulan materi yang digunakan oleh guru untuk merangsang siswa agar tertarik dalam mempelajari sesuatu sehingga dapat membantu siswa dalam mempelajari kompetensi yang diajarkan serta memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

b. Ciri-ciri Materi Pembelajaran yang Baik

Dalam melaksanakan pembelajaran, guru bertanggungjawab sepenuhnya mengenai materi atau bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa. Materi ajar merupakan bagian yang penting dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, pemilihan materi pembelajaran perlu mendapatkan persiapan dan pertimbangan yang cermat. Slameto menyatakan bahwa guru sebagai perancang pengajaran hendaknya memiliki pengetahuan yang cukup dalam merancang kegiatan belajar mengajar, seperti merumuskan tujuan, memilih bahan, memilih metode, menetapkan evaluasi, dan sebagainya (1995: 98). Mengacu pendapat tersebut, pengetahuan yang cukup dalam merancang kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas.

Winarno Surakhmad (2009: 354-355) mengungkapkan bahwa terdapat lima komponen utama kualitas pembelajaran, yaitu: pembelajaran yang berkualitas memadukan sekurang-kurangnya peserta didik sebagai pembelajar yang berkualitas, yang difasilitasi oleh guru yang berkualitas, melalui program pembelajaran yang berkualitas, dengan dukungan ekosistem pembelajaran berkualitas, di dalam konteks lembaga pembelajaran yang berkualitas. Hanya

commit to user

pembelajaran berkualitas yang mampu memberikan hasil pembelajaran berkualitas.

Salah satu komponen utama kualitas pembelajaran sebagaimana telah diungkapkan oleh Winarno Surakhmad tersebut ialah program pembelajaran berkualitas. Program pembelajaran berkualitas mencakup dua aspek utama, yaitu materi dan proses. Adapun kriteria materi pembelajaran yang baik menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 171-172) sebagai berikut:

1) relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi mata pelajaran serta kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik.

2) bahan ajar merupakan isi pembelajaran dan penjabaran dari standar kompetensi serta kompetensi dasar tersebut.

3) memberikan motivasi peserta didik untuk belajar lebih jauh. 4) praktis.

5) bermanfaat bagi peserta didik. 6) menarik minat peserta didik.

7) mempertimbangkan aspek-aspek linguistik yang sesuai dengan

kemampuan peserta didik, dan lain-lain.

Berdasarkan pendapat di atas, kriteria pemilihan materi pembelajaran sangatlah beragam. Oleh karena itu, guru hendaknya berhati-hati dan teliti dalam memilih materi pembelajaran bagi siswanya dengan memperhatikan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Kriteria materi pembelajaran tak hanya sebatas yang diungkapkan di atas, tetapi ada kriteria lain dalam pemilihan materi pembelajaran, khususnya pembelajaran karya sastra.

Riris K. Toha Sarumpaet (2002: 138-139) menyatakan bahwa kriteria pemilihan materi pembelajaran sastra meliputi:

1) valid untuk mencapai tujuan pengajaran sastra.

2) bermakna dan bermanfaat jika ditinjau dari kebutuhan peserta didik (kebutuhan pengembangan insting etis dan estetis, imajinasi, dan daya kritis).

3) menarik supaya dapat merangsang minat peserta didik.

4) berada dalam batas keterbacaan dan intelektualitas peserta didik. Artinya, bahan tersebut dapat dipahami, ditanggapi, dan diproses peserta didik sehingga mereka merasa pengajaran sastra merupakan pengajaran yang menarik, bukan pengajaran yang berat.

5) berupa bacaan haruslah berupa karya sastra yang utuh, bukan sinopsisnya saja, karena karya sinopsis hanya berupa problem kehidupan tanpa diboboti nilai-nilai estetis yang menjadi pokok atau inti karya sastra.

commit to user

Pemilihan materi ajar tidak hanya sebatas yang diungkapkan di atas, tetapi pemilihan materi ajar ditentukan oleh berbagai macam faktor. Faktor tersebut antara lain, kurikulum yang berlaku serta faktor lain yang dipikirkan oleh guru yang mengajar pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang di dalamnya terdapat kompetensi sastra di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Berdasarkan hal tersebut, Moody dalam Maria Utami (2010: 6-8) menyebutkan tiga aspek dalam pemilihan bahan ajar, antara lain: aspek bahasa, kejiwaan, dan budaya.

1) Aspek bahasa

Bahasa merupakan alat berpikir dan berkomunikasi. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia selalu diajarkan dari pendidikan dasar hingga pendidikan tingkat tinggi. Pada hakikatnya, penguasaan bahasa setiap individu berbeda-beda, tumbuh, dan berkembang melalui tahap-tahap yang jelas. Kaitannya dengan pembelajaran apresiasi puisi, Sawali (2009) menyatakan bahwa bahasa puisi bersifat sugestif (penyaranan), asosiatif (pertalian), dan imajis (pembayangan). Dengan sifat bahasa puisi tersebut siswa dapat menemukan nilai keindahan yang terkandung di dalamnya.

Melalui puisi, siswa dapat memahami nilai yang terkandung di dalamnya yang akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempertajam daya apresiasi sekaligus menghidupkan naluri keindahannya. Oleh karena itu, agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik, guru perlu mengetahui sekaligus mengembangkan penguasaan bahasa siswanya. Guru hendaknya selalu berusaha memahami tingkat kebahasaan siswa sehingga guru dapat memilih materi yang cocok untuk disajikan.

2) Aspek kejiwaan

Kematangan jiwa seseorang akan sangat berpengaruh pada proses belajar mengajar. Tingkat pemahaman seseorang ditentukan oleh tingkat perkembangan kejiwaan mereka sebagai manusia. Hal tersebut dikarenakan secara psikologis, selama kehidupannya manusia mengalami dan melalui tingkat-tingkat perkembangan tertentu. Oleh karena itu, pemahaman terhadap tingkat perkembangan kejiwaan siswa menjadi faktor yang sangat penting dalam proses pemilihan materi ajar. Tahap perkembangan jiwa juga sangat

commit to user

besar pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan masalah yang dihadapi.

Sawali (2009) menyatakan bahwa ada beberapa tahap perkembangan jiwa siswa yang perlu dijadikan sebagai rujukan guru dalam menentukan bahan ajar puisi, di antaranya tahap pengkhayal (8-9 tahun), tahap romantik (10-12 tahun), tahap realistik (13-16 tahun), dan tahap generalisasi (16 tahun ke atas). Pada tahap pengkhayal (8-9 tahun), imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata, tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan. Tahap romantik (10-12 tahun), anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mulai mengarah pada realitas, meskipun pandangannya tentang dunia masih sangat sederhana. Selain itu anak juga telah menyenangi cerita-cerita kepahlawanan, petualangan, atau kejahatan. Pada tahap realistik (13-16 tahun), anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi dan sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka mulai terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Sedangkan tahap generalisasi (16 tahun ke atas), anak sudah berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis sebuah fenomena. Dengan menganalisis fenomena, mereka berusaha menemukan dan merumuskan penyebab utama fenomena itu yang kadang-kadang mengarah ke pemikiran falsafati untuk menemukan keputusan-keputusan moral.

Dengan demikian, pemilihan bahan ajar yang dipilih oleh guru hendaknya disesuaikan dengan tahap psikologis siswa yang berada dalam satu kelas. Namun tidak semua siswa dalam satu kelas memiliki tahapan psikologis yang sama, tetapi setidaknya guru bisa memilih materi ajar yang secara psikologis memiliki daya tarik terhadap minat siswa untuk mengapresiasi puisi sehingga proses penyampaian dan penerimaan materi akan berjalan dengan baik.

commit to user

3) Aspek budaya

Aspek budaya meliputi semua faktor kehidupan manusia dan lingkungannya. Dalam sejarah perkembangan sastra, teks puisi sangat beragam nada dan suasana kulturalnya. Hal ini sangat ditentukan oleh latar belakang kehidupan dan kreativitas penyair dalam melahirkan teks-teks puisinya. Oleh karena itu, guru perlu mempertimbangkan latar belakang budaya siswa dalam memilih teks puisi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pengaburan tafsir teks puisi dan penggambaran suasana teks di luar batas jangkauan imajinasi siswa.

Pemilihan teks puisi yang akrab dengan siswa hendaknya diperhatikan oleh guru, misalnya sebuah puisi yang menggambarkan kehidupan sehari-hari di lingkungan siswa dan fenomena yang terjadi di tanah air. Dengan demikian siswa mudah menerima dan memahami puisi-puisi yang diajarkan serta akan menarik minat siswa dalam mempelajari karya sastra. Selain itu siswa tidak akan terjebak dalam kemonotonan yang membosankan yang dapat menyebabkan pembelajaran apresiasi puisi tidak terlaksana dengan baik.

Dokumen terkait