• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTUR KUMPULAN PUISI AKU INI PUISI CINTA KARYA ABDURAHMAN FAIZ DAN KESESUAIANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA JENJANG SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS STRUKTUR KUMPULAN PUISI AKU INI PUISI CINTA KARYA ABDURAHMAN FAIZ DAN KESESUAIANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA JENJANG SMP"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

ANALISIS STRUKTUR KUMPULAN PUISI

AKU INI PUISI CINTA

KARYA ABDURAHMAN FAIZ

DAN KESESUAIANNYA SEBAGAI MATERI

PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI

PADA JENJANG SMP

SKRIPSI

Oleh

Ervin Hariningtyas

X1207019

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

▸ Baca selengkapnya: amanat puisi interlude perjalanan

(2)

commit to user

ii

ANALISIS STRUKTUR KUMPULAN PUISI

AKU INI PUISI CINTA

KARYA ABDURAHMAN FAIZ

DAN KESESUAIANNYA SEBAGAI MATERI

PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI

PADA JENJANG SMP

Oleh:

ERVIN HARININGTYAS

NIM X1207019

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan

Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

▸ Baca selengkapnya: padamu jua puisi tersebut bertema

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Persetujuan Pembimbing:

Pembimbing I,

Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd.

NIP 195405201985031002

Pembimbing II,

Dra. Raheni Suhita, M.Hum.

▸ Baca selengkapnya: sebutkan 3 ciri bentuk puisi paradinei

(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda tangan

Ketua : Drs. Suyitno, M. Pd.

Sekretaris : Dr. Kundharu Saddhono, M. Hum.

Anggota I : Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd.

Anggota II : Dra. Raheni Suhita, M. Hum.

Disahkan Oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.

▸ Baca selengkapnya: amanat puisi kuhentikan hujan

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Ervin Hariningtyas. X1207019. ANALISIS STRUKTUR KUMPULAN PUISI AKU INI PUISI CINTA KARYA ABDURAHMAN FAIZ DAN KESESUAIANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA JENJANG SMP. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juli 2011.

(6)

commit to user

vi MOTTO

Dimulakan dengan bismillah

Disudahi dengan alhamdulillah

Begitulah sehari dalam hidup kita

Mudah-mudahan dirahmati Allah

Hanyalah iman, amal, dan juga taqwa

Menjadi bekal dalam hidup kita

(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini sebagai rasa cinta,

sayang, dan terima kasihku kepada:

1. Kedua orang tuaku, Hari Subagiyo dan

Sunarsih yang selalu mendoakan dan

menyayangiku pagi, siang, dan malam

dengan segenap ketulusan serta keikhlasan.

2. Kakak tersayang, Ervan Hari Nugroho yang

tiada letih menyuapi hari-hariku dengan

taushiyah yang menyejukkan hati.

3. Keluarga di Ngawi dan di Surabaya yang

kucintai dan kusayangi selamanya.

(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah swt yang telah

memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Atas kehendak-Nya pula

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan

dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin

penyusunan skripsi;

2. Drs. Amir Fuady, M. Hum. selaku Pembantu Dekan III FKIP UNS yang telah

memberikan kemudahan pada peneliti;

3. Dr. Muh. Rohmadi, M. Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang memberikan persetujuan dalam skripsi ini;

4. Dr. Andayani, M. Pd., Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang memberikan persetujuan juga dalam skripsi ini;

5. Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd., selaku pembimbing I dan Dra. Raheni Suhita,

M. Hum., selaku pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan

pengarahan dengan begitu sabar sehingga menjadikan penulis semangat dalam

menyelesaikan skripsi;

6. Drs. Suyitno, M. Pd., selaku penasihat akademik yang telah memberikan

solusi mengenai persoalan akademik serta banyak memberikan bimbingan dan

masukan yang tidak ternilai harganya;

7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia yang dengan tulus ikhlas memberikan ilmu yang bermanfaat pada

(9)

commit to user

ix

8. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu.

Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di atas mendapat

pahala dari Allah swt, amin.

Surakarta, Juli 2011

(10)

commit to user

x

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGAJUAN ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Hakikat Puisi ... 6

a. Pengertian Puisi... 6

b. Jenis-jenis Puisi ... 7

c. Struktur Puisi ... 10

2. Hakikat Pendekatan Struktural ... 16

3. Materi Pembelajaran Jenjang SMP ... 17

a. Pengertian Materi Pembelajaran ... 17

b. Ciri-ciri Materi Pembelajaran yang Baik ... 19

(11)

commit to user

xi

B. Penelitian yang Relevan ... 27

C. Kerangka Berpikir ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 32

C. Sumber Data ... 33

D. Teknik Sampling ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Validitas Data ... 35

G. Analisis Data ... 36

H. Prosedur Penelitian ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Deskripsi Kumpulan Puisi Aku Ini Puisi Cinta ... 39

B. Analisis Data dan Pembahasan ... 41

1. Struktur Fisik yang Terdapat dalam Kumpulan Puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz ... 41

2. Struktur Batin yang Terdapat dalam Kumpulan Puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz ... 82

3. Kesesuaian Puisi-puisi Abdurahman Faiz dalam Kumpulan Puisi Aku Ini Puisi Cinta sebagai Materi Pembelajaran Apresiasi Puisi Jenjang SMP ... 100

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 105

A. Simpulan ... 105

B. Implikasi ... 106

C. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama

(SMP) untuk kelas VII semester 2 ... 26

2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama

(SMP) untuk kelas VIII semester 2 ... 27

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama

(SMP) untuk kelas IX semester 1 ... 27

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Kerangka Berpikir ... 31

2. Model Analisis Jalinan ... 37

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz ... 112

2. Transkrip wawancara dengan dua orang sastrawan ... 127

3. Transkrip wawancara dengan dua orang guru bahasa dan sastra Indonesia

jenjang SMP ... 131

4. Transkrip wawancara dengan tiga orang siswa SMP...135

5. Surat pernyataan wawancara dua orang sastrawan ... 141

6. Surat pernyataan wawancara dengan dua orang guru bahasa dan sastra

Indonesia jenjang SMP ... 143

(15)

commit to user

(16)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru memegang peran penting dalam pengajaran atau proses belajar

mengajar. Artinya, gurulah yang bertugas dan bertanggung jawab merencanakan

dan melaksanakan pengajaran di sekolah. Dalam merencanakan dan

melaksanakan pengajaran, setiap guru hendaknya memiliki kemampuan mengajar

yang baik. Sardiman menyatakan bahwa keterampilan mengajar yang dimiliki

oleh guru terbagi dalam tiga klasifikasi, yakni yang berkaitan dengan aspek materi

pembelajaran, modal kesiapan, dan keterampilan operasional (2004: 195).

Zanikhan (2009) menyatakan bahwa pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia di SMP belum berlangsung seperti yang diharapkan. Pendapat tersebut

sejalan dengan Effendi dalam Riris K. Toha Sarumpaet yang mengemukakan

bahwa pengetahuan dan kemampuan pengajar sastra di sekolah masih diragukan

(2002: 60). Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui adanya ketidakberesan

dalam pembelajaran bahasa dan sastra yang disampaikan oleh guru kepada siswa.

Pembelajaran sastra terdiri atas pengajaran puisi, prosa fiksi, dan drama.

Namun pembelajaran sastra di sekolah-sekolah selama ini kurang mendapat

perhatian. Rahmanto (1988: 44) berpendapat bahwa pengajaran puisi masih

menemui banyak kesulitan, tidak jarang para guru sastra sendiri cenderung

menghindarinya karena mereka kesulitan untuk mengajarkannya. Sejalan dengan

pendapat tersebut, Andayani mengungkapkan bahwa apresiasi sastra dalam

banyak fenomena pembelajaran saat ini lebih banyak disajikan dengan

mengutamakan aspek ingatan serta berorientasi pada hafalan murid sebagai hasil

belajar (2008: 6).

B. Rahmanto dalam makalah seminar Konferensi Nasional Bahasa dan

Sastra II mengemukakan bahwa pengajaran sastra semakin menjauhkan anak

didik dari karya sastra (2009). Mengacu pendapat tersebut, penggunaan satu

sumber belajar dan pemberian contoh puisi-puisi para penyair lama dalam

(17)

commit to user

karya sastra dan membuatnya jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu,

pembelajaran dilaksanakan lebih pada pengenalan pengarang terdahulu tanpa

memperhatikan tujuan pembelajaran sastra yang sebenarnya. Akibatnya siswa

hanya mengenal para pengarang terdahulu saja dan menjauh dari karya sastra,

khususnya puisi.

Pembelajaran puisi diarahkan untuk menumbuhkan apresiasi peserta didik

terhadap hasil karya sastra manusia Indonesia. Pengetahuan dan kemampuan guru

tentang puisi sangat menunjang keberhasilan pembelajaran puisi. Pengetahuan

tersebut dapat berupa penguasaan materi tentang puisi yang harus dimiliki oleh

para pengajar. Selain itu, pemilihan dan penyajian materi puisi harus diperhatikan

oleh para pengajar jenjang SMP.

Maria Utami mengemukakan bahwa materi ajar yang akan disampaikan

kepada peserta didik harus sesuai dengan kemampuan peserta didik pada suatu

tahapan tertentu (2010: 5). Mengacu pendapat tersebut, dalam pemilihan bahan

ajar guru hendaknya memperhatikan kesesuaian antara bahan ajar dengan tingkat

perkembangan peserta didiknya. Pemilihan puisi sebagai materi ajar harus

diklasifikasikan tingkat kesukarannya dengan kriteria tertentu.

Moody dalam Maria Utami mengungkapkan bahwa ada tiga aspek yang

penting dalam memilih bahan pengajaran sastra, yaitu bahasa, psikologi siswa,

dan latar budaya (2010: 6). Mengacu pendapat tersebut, guru hendaknya memilih

puisi-puisi yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya.

Selain itu pemahaman terhadap tingkat perkembangan kejiwaan siswa dan latar

belakang budaya siswa juga harus dipertimbangkan agar tidak terjebak dalam

kemonotonan yang membosankan siswa.

Maria Utami mengemukakan bahwa kriteria pemilihan puisi untuk siswa

SMP dapat dilihat dari struktur fisik puisi dan struktur batin puisi (2010: 11). Oleh

karena itu, untuk menarik minat siswa terhadap puisi diperlukan materi ajar

berupa puisi-puisi yang memiliki struktur fisik dan struktur batin yang sesuai

dengan tingkat perkembangan siswa. Selain itu, pemilihan materi hendaknya tidak

(18)

commit to user

Berkaitan dengan hal tersebut, puisi-puisi Abdurahman Faiz dalam

kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta merupakan puisi-puisi yang merefleksikan

kehidupan saat ini. Aku Ini Puisi Cinta merupakan kumpulan dari puisi-puisi

terpilih Faiz yang diambil dari buku kesatu (Untuk Bunda dan Dunia) dan buku

kedua (Guru Matahari) yang dikemas secara khusus. Faiz memulai menulis

karya-karyanya sejak ia berusia lima tahun dan dituangkan ke dalam kata-kata

indah berupa puisi. Puisi-puisi Abdurahman Faiz bercerita mengenai ibu dan

ayahnya, tentang situasi sosial, dan tentang tokoh masyarakat.

Penyair cilik kelahiran Jakarta pada 15 November 1995 ini merupakan

putra dari pasangan Tomi Satryatomo dan Helvy Tiana Rosa. Faiz mampu

menciptakan puluhan puisi pada tahun 2001 di usianya yang keenam tahun.

Perjalanan Faiz dalam menulis puisi telah melahirkan dua karya fenomenal, yaitu

Untuk Bunda dan Dunia dan Guru Matahari. Kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta

karya Abdurahman Faiz mendapat sambutan hangat dari para pembaca. Hal

tersebut terlihat pada buku kumpulan puisinya banyak pakar dan pemerhati sastra

memberikan tanggapan terhadap karya penyair cilik ini. Riris K. Toha Sarumpaet

menyatakan bahwa kreativitas dan keberanian Abdurahman Faiz sangat

mengagumkan.

Penyair Ahmadun Yosi Herfanda dalam kumpulan puisi Abdurahman Faiz

juga mengungkapkan bahwa beliau sejujurnya sungguh-sungguh tercengang

membaca sajak-sajak Faiz dan Faiz merupakan anak yang dikaruniai bakat

kepengarangan yang luar biasa. Hal tersebut sesuai dengan bakat Abdurahman

Faiz yang pernah menjadi juara pertama lomba menulis surat untuk Presiden

tingkat nasional yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 2003.

Jamal D. Rahman seorang penyair dan pemimpin redaksi majalah sastra Horison

mengungkapkan bahwa karya-karya Abdurahman Faiz mencerminkan perasaan

dan hati yang bening.

Unsur fisik dan unsur batin puisi-puisi Faiz bertalian sangat erat sehingga

mampu membentuk satu kesatuan yang menimbulkan keindahan baik dari segi

bahasa maupun maknanya. Sebagai contoh dalam salah satu puisinya yaitu yang

(19)

commit to user

Pengulangan ini dimaksudkan untuk mempertegas tentang tema dari puisi itu.

Pengulangan tersebut juga membentuk sebuah ritme dalam puisinya. Kata Buku

menjadi pengikat beberapa baris setelahnya, sehingga baris-baris tersebut

seakan-akan bergelombang menimbulkan irama.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik menganalisis struktur

puisi Abdurahman Faiz yang terdapat dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta.

Kumpulan puisi yang mencerminkan kehidupan masa sekarang yang dipenuhi

dengan permainan kata dan bunyi tersebut dianalisis strukturnya yang nantinya

dapat dijadikan sebagai bahan materi dalam pembelajaran apresiasi puisi pada

jenjang SMP. Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat menggunakan hasil

penelitian ini sebagai alternatif materi pembelajaran apresiasi puisi pada jenjang

SMP.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana struktur fisik puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku

Ini Puisi Cinta?

2. Bagaimana struktur batin puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku

Ini Puisi Cinta?

3. Bagaimanakah kesesuaian puisi-puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan

puisi Aku Ini Puisi Cinta sebagai materi pembelajaran apresiasi puisi pada

jenjang SMP?

C. Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan struktur fisik puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku

Ini Puisi Cinta.

2. Menjelaskan struktur batin puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku

Ini Puisi Cinta.

3. Mendeskripsikan kesesuaian puisi-puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan

puisi Aku Ini Puisi Cinta sebagai materi pembelajaran apresiasi puisi pada

(20)

commit to user D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah

keilmuan dalam pembelajaran bidang Bahasa dan Sastra Indonesia jenjang

SMP, khususnya mengenai struktur yang terdapat dalam puisi.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak,

antara lain:

a. Bagi siswa:

1) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang puisi-puisi karya

Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta.

2) Menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya tentang amanat

yang mendidik pada kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta karya

Abdurahman Faiz.

b. Bagi guru:

1) Menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya tentang struktur

puisi pada kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman

Faiz.

2) Menambah pengetahuan dalam mencari alternatif materi pembelajaran

yang tepat dalam pembelajaran puisi agar dapat meningkatkan minat

siswa dalam pembelajaran apresiasi puisi.

c. Bagi peneliti lain: hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

(21)
(22)

commit to user BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Puisi

a. Pengertian Puisi

Puisi merupakan jenis karya sastra yang menggunakan bahasa sebagai

mediumnya. Burhan Nurgiyantoro mengemukakan bahwa puisi adalah jenis karya

sastra yang bahasanya tersaring penggunaannya (2005: 312). Pemilihan bahasa

dalam puisi, terutama aspek diksi telah melewati seleksi ketat, dipertimbangkan

dari berbagai sisi baik yang menyangkut unsur bunyi, bentuk, dan makna.

Semuanya itu bertujuan untuk memeroleh efek keindahan.

Rachmat Djoko Pradopo menyatakan bahwa puisi merupakan rekaman dan

interpretasi pengalaman manusia yang penting dan digubah dalam wujud yang

paling berkesan (1990: 7). Mengacu pendapat tersebut, puisi mengungkapkan

pemikiran penyair untuk membangkitkan perasaan, merangsang imajinasi

pancaindera yang dibuat dalam susunan terindah. Oleh sebab itu, bahasa dalam

puisi lebih didayagunakan untuk memberikan efek keindahan. Efek tersebut

sering kali lebih menyentuh, memesona, merangsang, menyaran, serta

membangkitkan imajinasi dan suasana tertentu.

Suminto A. Sayuti menyatakan bahwa puisi merupakan hasil kreativitas

manusia yang diwujudkan lewat susunan kata yang mempunyai makna. Susunan

kata tersebut memiliki pola rima (persajakan) tertentu (1985: 12-13). Mengacu

pendapat tersebut, penyair dalam mencipta puisi tak lepas dari unsur-unsur yang

membangun sebuah puisi. Herman J. Waluyo (2003: 4) mengungkapkan bahwa

puisi dibangun oleh dua unsur pokok, yaitu struktur fisik berupa bahasa yang

digunakan dalam puisi dan struktur batin atau struktur makna yang merupakan

pikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh penyair.

Pendapat di atas sejalan dengan Ibrahim dalam Suminto A. Sayuti yang

menjelaskan bahwa unsur-unsur yang membangun sebuah puisi meliputi

imajinasi, emosi, dan bentuk yang khas. Mengacu pendapat tersebut dapat

(23)

commit to user

saling menjalin satu sama lain. Oleh sebab itu, penyair dalam menulis sebuah

puisi lebih banyak mendayakan imajinasi dan emosi dalam susunan kata dan

bentuk yang menarik yang telah disusun sedemikian rupa dengan maksud tertentu.

Selain itu, penyair juga mendayakan pengekspresian lewat berbagai ungkapan

kebahasaan seperti berbagai bentuk pemajasan, pencitraan, dan permainan

bentuk-bentuk kebahasaan yang lain.

William Worsworth dalam Atar Semi mengemukakan bahwa poetry is the

best words in the best order. Puisi adalah kata-kata terbaik dalam susunan terbaik

(1993: 93). Pendapat tersebut sejalan dengan Herman J. Waluyo (2003: 1) yang

menjelaskan bahwa puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan,

dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata

kias (imajinatif). Kata-kata dalam puisi benar-benar padat dan terpilih sehingga

sangat indah untuk dibaca. Dalam menciptakan puisi, penyair memilih kata-kata

yang tepat kemudian disusun sebaik-baiknya. Penyair juga memadukan antara

unsur satu dengan unsur lain dan dibuat seimbang, simetris, dan sangat erat

hubungannya.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah

susunan kata-kata imajinatif yang merupakan reaksi penyair terhadap dunianya

yang dibuat dalam susunan terbaik dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan

struktur batin.

b. Jenis-jenis Puisi

Puisi sebagai salah satu karya sastra mempunyai berbagai jenis. Maria

Utami (2010: 3-5) mengklasifikasikan puisi menjadi beberapa jenis.

1) Berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak

disampaikan, puisi dibedakan menjadi tiga, yaitu: puisi naratif, puisi lirik, dan

puisi deskriptif.

(a) Puisi naratif adalah puisi yang mengungkapkan cerita atau penjelasan

penyair. Puisi naratif menceritakan tentang sesuatu secara sederhana dan

langsung mengenai pokok cerita yang ditulis penyair dalam wujud

kata-kata. Puisi naratif terdiri atas: epik, romansa, balada, dan syair. Epik

(24)

commit to user

romansa ialah puisi yang menggunakan bahasa romantis serta berisi kisah

percintaan. Balada merupakan puisi yang bercerita tentang tokoh pujaan

atau orang-orang yang menjadi pusat perhatian. Sedangkan syair ialah

puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat baris yang berakhir

dengan bunyi yang sama.

(b) Puisi lirik adalah puisi yang mengungkapkan gagasan pribadi penyair

atau aku lirik. Atar Semi menyatakan bahwa puisi lirik merupakan puisi

yang sangat pendek dan sederhana yang mengekspresikan emosi (1993:

106). Mengacu pendapat tersebut dalam penulisan puisi lirik, penyair

mengungkapkan gagasan pribadinya yang disusun dalam susunan yang

sederhana serta mengungkapkan sesuatu yang sederhana pula. Jenis puisi

lirik, antara lain: elegi, ode, dan serenada. Elegi merupakan puisi yang

mengungkapkan perasaan duka. Ode adalah puisi yang berisi pujaan

terhadap tokoh yang dikagumi, sesuatu hal, dan sesuatu keadaan.

Sedangkan serenada ialah sajak percintaan yang dapat dinyanyikan.

(c) Puisi deskriptif merupakan puisi yang mengedepankan penyair sebagai

pemberi kesan terhadap keadaan atau peristiwa, benda, dan suasana yang

dipandang menarik perhatian penyair. Jenis puisi deskriptif, antara lain:

satire, kritik sosial, dan puisi impresionistik. Satire merupakan puisi yang

mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan

dengan cara menyindir. Adapun di dalam puisi kritik sosial, penyair

menyatakan ketidaksenangan terhadap keadaan atau terhadap diri

seseorang. Sedangkan puisi impresionistik merupakan puisi yang

mengungkapkan kesan impresif penyair terhadap suatu hal.

2) Berdasarkan pada suara ataupun tempat yang cocok untuk pembacaannya dan

jumlah pembaca, puisi dibedakan menjadi dua, yaitu: puisi kamar dan puisi

auditorium. Puisi kamar merupakan puisi yang cocok dibaca sendirian atau

dengan satu atau dua pendengar saja di dalam kamar. Sedangkan puisi

auditorium ialah puisi yang cocok untuk dibacakan di auditorium atau

mimbar yang jumlah pendengarnya dapat berjumlah ratusan orang. Mengacu

(25)

commit to user

kategori puisi auditorium, misalnya beberapa puisi Rendra dan Sutardji

merupakan contoh puisi auditorium yang baru memperlihatkan keindahannya

setelah suaranya terdengar melalui pembacaan secara keras.

3) Berdasarkan sifat atau isi yang dikemukakan di dalam puisi, puisi dibedakan

atas: puisi fisikal, platonik, dan puisi metafisikal. Puisi fisikal merupakan

puisi yang bersifat realistis. Artinya, puisi tersebut menggambarkan

kenyataan apa adanya (Herman J. Waluyo, 2003: 138). Pada puisi fisikal

penyair menyampaikan kenyataan yang ada yang pernah dilihat, didengar,

dan dirasakan. Adapun puisi platonik ialah puisi yang sepenuhnya berisi

hal-hal yang bersifat spiritual atau kejiwaan. Puisi yang mengungkapkan cinta

luhur kekasih atau orangtua kepada anaknya, puisi ini juga merupakan

pengungkapan ide ataupun cita-cita. Sedangkan puisi metafisikal adalah puisi

yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca merenungkan kehidupan serta

merenungkan Tuhan.

4) Berdasarkan cara menafsirkan makna puisinya, puisi dibedakan atas: puisi

diafan, puisi gelap, dan puisi prismatis. Herman J. Waluyo (2003: 140)

menjelaskan bahwa puisi diafan adalah puisi yang kurang sekali

menggunakan pengimajian, kata konkret, dan bahasa figuratif, sehingga

bahasa dalam puisi mirip dengan bahasa sehari-hari. Puisi seperti tersebut

akan mudah dipahami maknanya. Adapun puisi gelap ialah puisi yang

mempunyai banyak majas, lambang, kiasan sehingga sulit ditafsirkan.

Sedangkan puisi prismatis, penyair mampu menyelaraskan kemampuan

menciptakan majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa

sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisinya. Puisi

prismatis memiliki banyak makna yang dapat ditelusuri oleh pembaca.

5) Berdasarkan kandungan nilai keilmuan, puisi dibedakan menjadi dua, yaitu:

puisi parnasian dan puisi inspiratif. Puisi parnasian merupakan puisi yang

mengandung unsur atau nilai-nilai keilmuan. Puisi ini diciptakan dengan

pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirasi karena

adanya mood dalam jiwa penyair. Sedangkan puisi inspiratif adalah puisi

(26)

commit to user

dalam suasana yang hendak dilukiskan. Suasana batin penyair benar-benar

terlibat ke dalam puisi tersebut.

c. Struktur Puisi

Herman J. Waluyo mengemukakan bahwa puisi merupakan bentuk karya

sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan

disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan

pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batin (2003: 25). Mengacu pendapat

tersebut, di dalam puisi terdapat struktur yang menyusunnya. Struktur tersebut

meliputi struktur fisik dan struktur batin. struktur fisik atau yang disebut pula

sebagai struktur kebahasaan, sedangkan struktur batin puisi yang berupa ungkapan

batin pengarang.

Paul (2005) menyatakan bahwa ”Poets always write as poets-tuned to

rhythm, imagery, and feeling. Every phrase, every sentence, is carefully balanced

so that it is held in perfect tension with the structure as a whole”. Menurut Paul,

puisi terdiri atas ritme, imajinasi, dan perasaan yang memiliki struktur seimbang

layaknya sebuah lingkaran. Mengacu pendapat tersebut di dalam puisi terdapat

struktur yang membangunnya secara seimbang. Hal tersebut bertujuan agar puisi

mempunyai keindahan sehingga dapat dinikmati oleh pembaca.

Herman J. Waluyo berpendapat bahwa struktur fisik puisi terdiri atas:

diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi, dan tipografi. Sedangkan

struktur batin puisi terdiri atas: tema, nada, perasaan, dan amanat (2003: 28).

1) Struktur Fisik Puisi

a) Diksi

Atar Semi mengungkapkan bahwa diksi merupakan pemilihan kata

(1993: 122). Pendapat tersebut senada dengan H. J. Waluyo yang

mengemukakan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih kata-kata

karena kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya,

komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah

konteks kata lainnya dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu

(2003: 72). Mengacu pendapat tersebut, pemilihan dan pemanfaatan kata

(27)

commit to user

Jabrohim, Suminto dan Chairul Saleh (2001, 35-58) menyatakan

bahwa diksi mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai

keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra. Pemilihan kata-kata

dalam puisi erat kaitannya dengan makna. Hal tersebut bertujuan untuk

mengomunikasikan maksud penyair kepada pembaca. Oleh karena itu,

kata-kata yang digunakan dalam puisi harus dipilih secermat mungkin

oleh penyair. Selain itu, penyair juga mempertimbangkan kata-kata yang

dipakai dalam puisi dari berbagai aspek dan efek pengucapannya. H. J.

Waluyo mengungkapkan bahwa kata-kata yang dipilih penyair adalah

kata-kata yang puitis agar memiliki efek keindahan (2003: 73). Mengacu

pendapat tersebut, penyair menggunakan kata-kata konotatif dalam

puisinya yang memiliki makna lebih dari satu. Namun masih sering pula

dijumpai penyair yang menggunakan kata-kata dalam bahasa sehari-hari.

Semuanya itu bertujuan untuk memberi keindahan dalam puisnya serta

agar pembaca mudah memahami karyanya. Selain itu puisi juga

merupakan pengungkapan perasaan penyair yang mengalir yang

dituangkan dalam bentuk kata-kata yang indah. Oleh karena itu, tak

jarang para penyair menggunakan kata khas puisi dan juga kata-kata

yang jelas seperti bahasa sehari-hari dalam puisi-puisinya.

b) Pengimajian

Herman J. Waluyo menyatakan bahwa pengimajian adalah kata atau

susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris,

seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan (2003: 78). Melalui

pengimajian, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat (imaji

visual), didengar (imaji auditif), dan dirasa (imaji taktil). Atar Semi

(1993: 124) mengemukakan bahwa pengimajian adalah penataan kata

yang menyebabkan makna-makna abstrak menjadi konkret dan cermat.

Pendapat di atas sejalan dengan Effendi (dalam Herman J. Waluyo,

2003: 10) yang mengemukakan bahwa pengimajian adalah kata atau

susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa

(28)

commit to user

berusaha untuk menggugah timbulnya imaji pembaca sehingga pembaca

tergugah untuk melihat benda-benda, warna, kemudian mendengar

bunyi-bunyian, serta dapat menyentuh kesejukan dan keindahan benda

dan warna. Pengimajian dalam puisi dapat mengakibatkan pembaca

seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang

dialami oleh penyair.

c) Kata konkret

H. J. Waluyo (2003: 79) mengungkapkan bahwa setiap penyair

berusaha mengonkretkan hal yang ingin dikemukakan. Hal tersebut

bertujuan agar pembaca membayangkan dengan lebih hidup apa yang

dimaksudkan. Berkaitan dengan pendapat tersebut, setiap penyair

memiliki cara dalam penggunaan kata konkret yang berbeda.

Pengonkretan kata ini erat berhubungan dengan pengimajian,

pelambangan, dan pengiasan. Ketiga hal itu memanfaatkan gaya bahasa

untuk memperjelas apa yang ingin dikemukakan.

Kata konkret juga disebut dengan kata yang dapat ditangkap dengan

indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini

berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata konkret “salju”

yang melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan lain-lain.

Sedangkan kata konkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor,

tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain. Contoh kata konkret dapat

dijumpai pada puisi Chairil Anwar yang berbunyi aku ini binatang

jalang dari kumpulannya terbuang. Pengonkretan tersebut merupakan

usaha penyair dalam memperkonkret sikap kebebasannya.

d) Majas

Menurut H. J. Waluyo (2003: 83), bahasa figuratif atau majas adalah

bahasa yang digunakan penyair yang bersusun-susun atau berpigura.

Pendapat tersebut sejalan dengan Jabrohim, Suminto dan Chairul Saleh

(2001, 35-58) yang menyatakan bahwa bahasa figuratif disebut juga

(29)

commit to user

lebih mengonkretkan dan lebih mengekspresikan perasaan yang

diungkapkan.

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa majas digunakan

penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara pengiasan, yakni secara

tidak langsung mengungkapkan makna. Majas digunakan untuk

menyampaikan perasaan, harapan, suasana hati, dan semangat hidupnya

agar penyair terhindar dari keterbatasan kata-kata denotatif yang

bermakna lugas.

Majas mengiaskan atau mempersamakan sesuatu dengan suatu hal

yang lain agar sesuatu itu dapat digambarkan dengan lebih jelas.

Misalnya, untuk menggambarkan suasana hati yang gembira, senang,

mempunyai harapan besar untuk berjumpa dengan seseorang, dan

lain-lain. Adapun macam-macam majas, antara lain metafora, personifikasi,

litotes, ironi, eufemisme, repetisi, dan lain-lain.

e) Versifikasi

Versifikasi terdiri atas rima, ritma, dan metrum. Marjorie Boulton

dalam H. J. Waluyo menyebutkan rima sebagai phonetic form (2003:

90). Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan

akhir baris puisi. Herman J. Waluyo (2003: 12) mengemukakan bahwa

persamaan bunyi yang berulang dapat menciptakan konsentrasi dan

kekuatan bahasa atau sering disebut daya gaib kata.

Ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan

dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Ritma dalam puisi

timbul karena perulangan bunyi berturut-turut dan bervariasi, misalnya

sajak akhir, asonansi, dan aliterasi. Ritma disebabkan juga oleh

tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemah, disebabkan oleh sifat-sifat

konsonan dan vokalnya atau panjang pendek kata. Herman J. Waluyo

(2003: 12) menyatakan bahwa ritma berupa pengulangan bunyi, kata,

frase, dan kalimat yang teratur suatu baris puisi menimbulkan

(30)

commit to user

Herman J. Waluyo (2003: 94) menyatakan bahwa metrum dalam

puisi berupa pengulangan tekanan kata yang tetap. Pendapat tersebut

sejalan dengan Djoko Pradopo yang mengungkapkan bahwa metrum

ialah irama yang tetap. Artinya, pergantiannya sudah tetap menurut pola

tertentu (1990: 40). Hal tersebut disebabkan oleh jumlah suku kata yang

sudah tetap dan tekanannya yang tetap hingga alun suara yang menaik

dan menurun itu tetap saja. Djoko Pradopo juga mengungkapkan bahwa

yang terasa seperti mempunyai metrum, yaitu pantun. Hal tersebut

disebabkan oleh jumlah suku kata yang agak tetap dalam tiap baris

baitnya dan oleh pola persajakan (tengah atau akhir) yang tetap. Herman

J. Waluyo (2003: 96) menyatakan bahwa metrum dalam puisi sulit untuk

ditentukan.

f) Tipografi

Atar Semi mengemukakan bahwa tipografi disebut juga ukiran

bentuk (1993: 135). Tipografi diartikan sebagai tataran larik, bait,

kalimat, frase, kata, dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik

yang mampu mendukung isi, rasa, dan suasana puisi. Larik-larik puisi

dibuat untuk membangun bait. Penyair berusaha menciptakan puisi

seperti gambar yang disebut dengan puisi konkret karena tata wajahnya

membentuk gambar yang mewakili maksud tertentu. Herman J. Waluyo

mengemukakan bahwa puisi yang tidak mengikuti aturan atau pola

disebut dengan puisi dengan tata wajah konvensional (2003: 14).

Mengacu pendapat tersebut, tata wajah puisi dibuat apa adanya, tanpa

membentuk gambar atau bentuk tertentu lainnya. Artinya, penyair

memiliki kebebasan dalam memilih bentuk yang ia sukai, atau

menciptakan bentuk yang ia sukai.

2) Struktur Batin Puisi

a) Tema

H. J. Waluyo (2003: 106) menyatakan bahwa tema adalah gagasan

pokok (subject-matter) yang dikemukakan penyair melalui puisinya.

(31)

commit to user

pokok yang dikedepankan penyair dalam puisi-puisinya. Gagasan pokok

persoalan atau pikiran tersebut begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair

sehingga menjadi landasan utama pengucapannya.

Tema merupakan gagasan pokok tersirat dalam keseluruhan isi

puisi. Perasaan-perasaan yang diungkapkan merupakan penggambaran

suasana batin. Tema dapat terbagi menjadi bermacam-macam, misalnya

Ketuhanan (religius), cinta, kesetiakawanan, patriotisme, perjuangan,

kegagalan hidup, alam, keadilan, kritik sosial, demokrasi, dan lain-lain.

Untuk mengetahui suatu tema dalam puisi, pembaca sedikit banyak harus

mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema

puisi tersebut.

b) Nada

Dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap

pembaca. Sikap penyair kepada pembaca disebut nada puisi. Herman J.

Waluyo menyatakan bahwa nada merupakan sikap penyair terhadap

pembaca (2003: 125). Mengacu pendapat tersebut nada dalam puisi

dibuat oleh penyair untuk menimbulkan suasana tertentu. Suasana puisi

dirasakan oleh pembaca sebagai akibat dari nada yang diambil sang

penyair. H. J. Waluyo (2003: 37) mengungkapkan bahwa terdapat puisi

yang bernada sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, serius,

patriotik, belas kasih, takut, mencekam, santai, masa bodoh, pesimis,

humor, mencemooh, kharismatik, filosofis, khusyuk, dan sebagainya.

Mengacu pendapat tersebut, dari nada belas kasih yang diciptakan

penyair dalam puisinya dapat menimbulkan suasana iba hati pembaca

ketika ia membaca karya penyair, dan lain-lain. Selain itu, melalui nada,

pembaca dapat mengetahui penyampaian penyair baik terkesan

menggurui, menasihati, mengejek, santai, dan lain-lain ataupun bersikap

lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca.

c) Perasaan

Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi

(32)

commit to user

memiliki perasaan yang berbeda-beda. Perasaan penyair (feeling) adalah

nuansa batin penyair yang diekspresikan dengan penuh penghayatan dan

takaran yang tepat sehingga diharapkan puisi yang diciptakan penyair

terasa hidup, menyentuh rasa haru, dan menggetarkan. Perasaan tersebut

ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca.

Nada dan perasaan penyair akan lebih dapat ditangkap jika puisi

tersebut dibaca keras dalam deklamasi. Herman J. Waluyo (2003: 40)

menyatakan bahwa perasaan yang menjiwai puisi dapat berupa perasaan

gembira, sedih, terharu, terasing, tersinggung, patah hati, sombong,

tercekam, cemburu, kesepian, takut, dan menyesal.

d) Amanat

Amanat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah

membaca puisi. Amanat, pesan, atau nasihat yang akan disampaikan oleh

penyair dapat ditelaah setelah tema, rasa, dan nada puisi dipahami

(Herman J. Waluyo, 2003: 130). Mengacu pendapat tersebut, amanat

dalam puisi tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan

penyair. Selain itu, amanat merupakan kesan yang ditangkap pembaca

setelah membaca puisi. Setelah membaca puisi, pembaca akan dapat

menyimpulkan amanat puisi. Amanat puisi juga berkaitan dengan cara

pandang pembaca terhadap suatu hal.

2. Hakikat Pendekatan Struktural

Abrams dalam Nurgiyantoro menjelaskan bahwa struktur karya sastra

dapat diartikan sebagai susunan, penegasan dan gambaran semua bahan dan

bagian yang menjadi komponennya serta secara bersama membentuk kebulatan

yang indah (1995: 36). Mengacu pendapat tersebut, setiap karya sastra

mempunyai unsur pembangun yang secara bersama-sama membentuk kesatuan

dan susunan yang indah sehingga dapat dinikmati oleh pembaca.

Teguh (2009) menjelaskan bahwa analisis struktural merupakan salah satu

kajian kesusastraan yang menitikberatkan pada hubungan antarunsur pembangun

karya sastra. Struktur yang membentuk karya sastra, khususnya puisi ialah

(33)

commit to user

merupakan sebuah totalitas. Puisi yang dibangun dari sejumlah unsur akan saling

berhubungan sehingga menyebabkan puisi tersebut menjadi sebuah karya yang

indah.

Atar Semi mengemukakan bahwa analisis struktural adalah analisis yang

terbatas pada karya sastra itu sendiri. Dalam pengertian yang diungkapkan Atar

Semi ini, analisis dalam karya sastra terlepas dari faktor yang berasal dari

pengarang atau pembacanya (1993: 54). Karya sastra merupakan struktur makna

atau struktur yang bermakna. Karya sastra merupakan sistem tanda yang

mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Untuk menganalisis

struktur sistem tanda inilah perlu adanya kritik struktural untuk memahami makna

tanda-tanda yang terjalin dalam sistem (struktur) tersebut.

Pendekatan struktural digunakan untuk memahami karya sastra (puisi)

dengan baik.

Praba (2003) dalam http://groups.yahoo.com menjelaskan prinsip-prinsip analisis struktural karya sastra, khususnya puisi, yaitu:

a. makna unsur-unsur puisi membentuk makna keseluruhan puisi. Makna unsur-unsur puisi dicari dengan terlebih dahulu mengandaikan makna keseluruhan

puisi.

b. keberadaan suatu unsur puisi ditentukan oleh adanya unsur lainnya. Oleh karena itu, seluruh unsur-unsur puisi tidak membentuk makna sendiri-sendiri secara lepas, tetapi secara bersama membentuk makna keseluruhan puisi. Maka puisi dikatakan sebagai karya sastra yang "koheren" di mana setiap unsurnya saling terkait dan saling menentukan dalam membentuk makna keseluruhan puisi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa analisis

struktural adalah analisis yang didasarkan pada unsur-unsur dalam karya sastra itu

sendiri. Unsur-unsur tersebut saling membangun atau terkait satu dengan yang

lain. Keterkaitan unsur-unsur ini yaitu dalam membentuk makna keseluruhan

puisi.

3. Materi Pembelajaran Jenjang SMP

a. Pengertian Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan salah satu unsur dalam kegiatan belajar

(34)

commit to user

segala bentuk materi yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar (Inoe, 2008). Mengacu pendapat tersebut, materi ajar

disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan

dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Materi pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa dalam mempelajari

sesuatu, menyediakan berbagai jenis pilihan materi pembelajaran, memudahkan

guru dalam melaksanakan pembelajaran, serta agar kegiatan pembelajaran

menjadi lebih menarik. Selain itu, materi pembelajaran memungkinkan siswa

dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan

sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi

secara utuh dan terpadu.

Jenis-jenis materi pembelajaran (instructional materials) terdiri dari

pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai

(Admin, 2007). Mengacu pendapat tersebut, materi fakta adalah nama-nama

obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dan lain-lain.

Materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian

suatu obyek. Materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau

hubungan antar konsep yang menggambarkan sesuatu. Materi jenis prosedur

adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau

berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Adapun contoh dari materi jenis

prosedur, antara lain langkah-langkah mengoperasikan peralatan mikroskop, cara

menyetel televisi, dan sebagainya. Materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang

berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang,

tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat bekerja, dan lain-lain.

Berkaitan dengan materi ajar, Winkel (2007: 330), menyatakan bahwa

materi pembelajaran dapat berupa macam-macam bahan, seperti suatu naskah,

persoalan, gambar, isi audiocassette, isi videocassette, preparat, topik

perundingan dengan para siswa, jawaban dari para siswa, dan lain-lain. Mengacu

pendapat tersebut, dalam mengajarkan puisi, guru hendaknya terampil dan teliti

(35)

commit to user

Winkel (2007: 331-332) menyatakan bahwa pemilihan bahan atau materi pembelajaran harus sesuai dengan beberapa kriteria sebagai berikut:

1) relevan terhadap tujuan instruksional yang harus dicapai, yaitu dari segi isi maupun jenis perilaku yang dituntut siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2) sesuai dalam taraf kesulitannya dengan kemampuan siswa untuk menerima

dan mengolah bahan itu.

3) dapat menunjang motivasi siswa, antara lain karena relevan dengan pengalaman hidup sehari-hari siswa.

4) membantu untuk melibatkan diri secara aktif, baik dengan berpikir sendiri maupun dengan melakukan berbagai kegiatan.

5) sesuai dengan prosedur didaktis yang diikuti. Misalnya, materi

pembelajaran akan lain bila guru menggunakan bentuk ceramah, dibandingkan dengan pelajaran bentuk diskusi kelompok.

6) sesuai dengan media pembelajaran yang tersedia.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran

adalah kumpulan materi yang digunakan oleh guru untuk merangsang siswa agar

tertarik dalam mempelajari sesuatu sehingga dapat membantu siswa dalam

mempelajari kompetensi yang diajarkan serta memudahkan guru dalam

melaksanakan pembelajaran.

b. Ciri-ciri Materi Pembelajaran yang Baik

Dalam melaksanakan pembelajaran, guru bertanggungjawab sepenuhnya

mengenai materi atau bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa. Materi

ajar merupakan bagian yang penting dalam proses belajar mengajar. Oleh karena

itu, pemilihan materi pembelajaran perlu mendapatkan persiapan dan

pertimbangan yang cermat. Slameto menyatakan bahwa guru sebagai perancang

pengajaran hendaknya memiliki pengetahuan yang cukup dalam merancang

kegiatan belajar mengajar, seperti merumuskan tujuan, memilih bahan, memilih

metode, menetapkan evaluasi, dan sebagainya (1995: 98). Mengacu pendapat

tersebut, pengetahuan yang cukup dalam merancang kegiatan belajar mengajar

bertujuan untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas.

(36)

commit to user

pembelajaran berkualitas yang mampu memberikan hasil pembelajaran berkualitas.

Salah satu komponen utama kualitas pembelajaran sebagaimana telah

diungkapkan oleh Winarno Surakhmad tersebut ialah program pembelajaran

berkualitas. Program pembelajaran berkualitas mencakup dua aspek utama, yaitu

materi dan proses. Adapun kriteria materi pembelajaran yang baik menurut

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 171-172) sebagai berikut:

1) relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi mata pelajaran serta kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik.

2) bahan ajar merupakan isi pembelajaran dan penjabaran dari standar kompetensi serta kompetensi dasar tersebut.

3) memberikan motivasi peserta didik untuk belajar lebih jauh. 4) praktis.

5) bermanfaat bagi peserta didik. 6) menarik minat peserta didik.

7) mempertimbangkan aspek-aspek linguistik yang sesuai dengan

kemampuan peserta didik, dan lain-lain.

Berdasarkan pendapat di atas, kriteria pemilihan materi pembelajaran

sangatlah beragam. Oleh karena itu, guru hendaknya berhati-hati dan teliti dalam

memilih materi pembelajaran bagi siswanya dengan memperhatikan

kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Kriteria materi pembelajaran tak hanya sebatas

yang diungkapkan di atas, tetapi ada kriteria lain dalam pemilihan materi

pembelajaran, khususnya pembelajaran karya sastra.

Riris K. Toha Sarumpaet (2002: 138-139) menyatakan bahwa kriteria pemilihan materi pembelajaran sastra meliputi:

1) valid untuk mencapai tujuan pengajaran sastra.

2) bermakna dan bermanfaat jika ditinjau dari kebutuhan peserta didik (kebutuhan pengembangan insting etis dan estetis, imajinasi, dan daya kritis).

3) menarik supaya dapat merangsang minat peserta didik.

4) berada dalam batas keterbacaan dan intelektualitas peserta didik. Artinya, bahan tersebut dapat dipahami, ditanggapi, dan diproses peserta didik sehingga mereka merasa pengajaran sastra merupakan pengajaran yang menarik, bukan pengajaran yang berat.

(37)

commit to user

Pemilihan materi ajar tidak hanya sebatas yang diungkapkan di atas, tetapi

pemilihan materi ajar ditentukan oleh berbagai macam faktor. Faktor tersebut

antara lain, kurikulum yang berlaku serta faktor lain yang dipikirkan oleh guru

yang mengajar pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang di dalamnya terdapat

kompetensi sastra di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Berdasarkan hal

tersebut, Moody dalam Maria Utami (2010: 6-8) menyebutkan tiga aspek dalam

pemilihan bahan ajar, antara lain: aspek bahasa, kejiwaan, dan budaya.

1) Aspek bahasa

Bahasa merupakan alat berpikir dan berkomunikasi. Oleh karena itu,

mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia selalu diajarkan dari pendidikan

dasar hingga pendidikan tingkat tinggi. Pada hakikatnya, penguasaan bahasa

setiap individu berbeda-beda, tumbuh, dan berkembang melalui tahap-tahap

yang jelas. Kaitannya dengan pembelajaran apresiasi puisi, Sawali (2009)

menyatakan bahwa bahasa puisi bersifat sugestif (penyaranan), asosiatif

(pertalian), dan imajis (pembayangan). Dengan sifat bahasa puisi tersebut

siswa dapat menemukan nilai keindahan yang terkandung di dalamnya.

Melalui puisi, siswa dapat memahami nilai yang terkandung di dalamnya

yang akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempertajam daya

apresiasi sekaligus menghidupkan naluri keindahannya. Oleh karena itu, agar

kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik, guru perlu mengetahui

sekaligus mengembangkan penguasaan bahasa siswanya. Guru hendaknya

selalu berusaha memahami tingkat kebahasaan siswa sehingga guru dapat

memilih materi yang cocok untuk disajikan.

2) Aspek kejiwaan

Kematangan jiwa seseorang akan sangat berpengaruh pada proses belajar

mengajar. Tingkat pemahaman seseorang ditentukan oleh tingkat

perkembangan kejiwaan mereka sebagai manusia. Hal tersebut dikarenakan

secara psikologis, selama kehidupannya manusia mengalami dan melalui

tingkat-tingkat perkembangan tertentu. Oleh karena itu, pemahaman terhadap

tingkat perkembangan kejiwaan siswa menjadi faktor yang sangat penting

(38)

commit to user

besar pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas,

kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan

masalah yang dihadapi.

Sawali (2009) menyatakan bahwa ada beberapa tahap perkembangan

jiwa siswa yang perlu dijadikan sebagai rujukan guru dalam menentukan

bahan ajar puisi, di antaranya tahap pengkhayal (8-9 tahun), tahap romantik

(10-12 tahun), tahap realistik (13-16 tahun), dan tahap generalisasi (16 tahun

ke atas). Pada tahap pengkhayal (8-9 tahun), imajinasi anak belum banyak

diisi hal-hal nyata, tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi

kekanakan. Tahap romantik (10-12 tahun), anak mulai meninggalkan

fantasi-fantasi dan mulai mengarah pada realitas, meskipun pandangannya tentang

dunia masih sangat sederhana. Selain itu anak juga telah menyenangi

cerita-cerita kepahlawanan, petualangan, atau kejahatan. Pada tahap realistik (13-16

tahun), anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi dan sangat

berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka mulai terus

berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk

memahami masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Sedangkan tahap

generalisasi (16 tahun ke atas), anak sudah berminat untuk menemukan

konsep-konsep abstrak dengan menganalisis sebuah fenomena. Dengan

menganalisis fenomena, mereka berusaha menemukan dan merumuskan

penyebab utama fenomena itu yang kadang-kadang mengarah ke pemikiran

falsafati untuk menemukan keputusan-keputusan moral.

Dengan demikian, pemilihan bahan ajar yang dipilih oleh guru

hendaknya disesuaikan dengan tahap psikologis siswa yang berada dalam

satu kelas. Namun tidak semua siswa dalam satu kelas memiliki tahapan

psikologis yang sama, tetapi setidaknya guru bisa memilih materi ajar yang

secara psikologis memiliki daya tarik terhadap minat siswa untuk

mengapresiasi puisi sehingga proses penyampaian dan penerimaan materi

(39)

commit to user

3) Aspek budaya

Aspek budaya meliputi semua faktor kehidupan manusia dan

lingkungannya. Dalam sejarah perkembangan sastra, teks puisi sangat

beragam nada dan suasana kulturalnya. Hal ini sangat ditentukan oleh latar

belakang kehidupan dan kreativitas penyair dalam melahirkan teks-teks

puisinya. Oleh karena itu, guru perlu mempertimbangkan latar belakang

budaya siswa dalam memilih teks puisi. Hal ini dimaksudkan untuk

menghindari terjadinya pengaburan tafsir teks puisi dan penggambaran

suasana teks di luar batas jangkauan imajinasi siswa.

Pemilihan teks puisi yang akrab dengan siswa hendaknya diperhatikan

oleh guru, misalnya sebuah puisi yang menggambarkan kehidupan sehari-hari

di lingkungan siswa dan fenomena yang terjadi di tanah air. Dengan

demikian siswa mudah menerima dan memahami puisi-puisi yang diajarkan

serta akan menarik minat siswa dalam mempelajari karya sastra. Selain itu

siswa tidak akan terjebak dalam kemonotonan yang membosankan yang

dapat menyebabkan pembelajaran apresiasi puisi tidak terlaksana dengan

baik.

4. Pembelajaran Apresiasi Puisi di SMP

Pembelajaran sastra terdiri atas pengajaran puisi, prosa fiksi, dan drama

(Herman J. Waluyo, 2009: 3). Namun pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

selama ini kurang mendapat perhatian. Rahmanto (1988: 44) berpendapat bahwa

pengajaran puisi masih menemui banyak kesulitan, tidak jarang para guru sastra

sendiri cenderung menghindarinya karena mereka kesulitan untuk

mengajarkannya. Sejalan dengan pendapat tersebut, pemerhati sastra dan pakar

sastra secara umum menyatakan kekurangpuasan dengan pelaksanaan pengajaran

sastra yang masih ditujukan untuk lebih banyak melatih keterampilan berbahasa.

Andayani mengungkapkan bahwa apresiasi sastra dalam banyak fenomena

pembelajaran saat ini lebih banyak disajikan dengan mengutamakan aspek ingatan

serta berorientasi pada hafalan murid sebagai hasil belajar (2008: 6). Pembelajaran

(40)

commit to user

tujuan pembelajaran sastra yang sebenarnya. Akibatnya siswa hanya mengenal

para pengarang terdahulu saja dan mengalami kejenuhan.

Hasanuddin W.S dalam Herman J. Waluyo yang mengungkapkan bahwa

pembelajaran sastra hendaknya diberi keleluasaan untuk memperkenalkan karya

sastra secara utuh dan holistik (2009: 3). Pendapat tersebut sejalan dengan H.L.B.

Moody (dalam Andayani, 2008:14) yang menjelaskan bahwa apresiasi sastra yang

diajarkan di sekolah hakikatnya memiliki manfaat untuk membantu keterampilan

berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan daya cipta dan

rasa, serta menunjang pembentukan watak. Mengacu pendapat tersebut,

pembelajaran sastra, khususnya apresiasi puisi seharusnya dapat membantu

pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, antara lain:

membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya,

mengembangkan cipta dan rasa, serta menunjang pembentukan watak (Rahmanto,

2000: 16-25).

Menurut Yant Mujiyanto, hakikat pengajaran sastra adalah apresiasi sastra

(2008: 11). Apresiasi sastra adalah suatu aktivitas dengan karya sastra secara

sungguh-sungguh sampai tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran

kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra (Andayani, 2008:1).

Mengacu pendapat tersebut, pembelajaran apresiasi sastra tidak hanya terbatas

pada pendalaman teori-teori sastra dan sejarah sastra, tetapi lebih pada

penghayatan nilai-nilai estetis, penghayatan dunia rasa dan imajinasi sehingga

dapat merangsang anak untuk kreatif mampu menciptakan bentuk-bentuk sastra.

Herman J. Waluyo dalam Andayani (2008:3) mengungkapkan bahwa

kegiatan apresiasi karya sastra, khususnya puisi memiliki empat tingkatan

apresiasi, yaitu tingkat menggemari, tingkat menikmati, tingkat mereaksi, dan

tingkat produktif. Mengacu pendapat tersebut, pada tingkat menggemari,

seseorang akan merasa senang jika membaca atau mendengarkan karya sastra,

khususnya puisi. Pembaca akan merasa sedih ataupun bahagia dalam membaca

puisi yang telah memasuki pada tingkat menikmati. Kemudian pada tingkat

(41)

commit to user

mampu menilai baik-buruknya puisi. Sedangkan pada tingkat memproduksi,

seseorang mampu untuk membuat puisi.

Kegiatan apresiasi puisi juga dapat berbentuk tanggapan atau pemahaman

yang mendalam terhadap puisi. Tanggapan ini berkenaan dengan nilai-nilai yang

terkandung di dalam puisi. Mengapresiasi puisi berarti menanggapi puisi dengan

penuh perasaan. Melalui pembelajaran apresiasi puisi itulah kita dapat

mengantarkan pada tujuan akhir dan esensi pembelajaran sastra yang

mengharapkan terbinanya sikap apresiatif para siswa, dimilikinya sikap batin yang

positif terhadap karya sastra, dimilikinya kemampuan memahami makna, dan

merasakan keindahan cipta sastra yang mereka baca.

Kelly (2005) menyatakan ‘‘You have to know about poetry to be a good

member of society’’. Belajar mengenai puisi dapat membuat seseorang mampu

menjadi anggota masyarakat yang baik. Mengacu pendapat tersebut, dalam

pembelajaran apresiasi puisi siswa diharapkan dapat memahami maksud yang

terkandung dalam puisi yang diajarkan serta merenungi hal-hal yang bermanfaat

bagi kehidupannya. Dengan demikian, melalui puisilah berbagai hal positif dapat

dipetik dan diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi anggota masyarakat

yang baik.

Ibnu Wahyudi (1990: 134) menyatakan bahwa dalam pembelajaran apresiasi puisi hendaknya materi yang digunakan berhubungan erat dengan sekurang-kurangnya empat hubungan kemanusiaan dasar: manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan alam, dan manusia dengan sisi dalam diri manusia sendiri.

Selain hal di atas, materi yang digunakan dalam pembelajaran hendaknya

menyajikan puisi-puisi pilihan yang benar-benar memiliki nilai keindahan yang

tinggi. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk menyajikan materi apresiasi puisi yang

berisi kebaikan moral serta memerlukan strategi pentahapan para siswa dan

penghayatan yang menghendaki analisis, perenungan, dan kepekaan rasa agar

dapat sampai pada pesan. Selain itu, anak didik akan mempunyai minat untuk

berkarya dalam menciptakan karya sastra, khususnya puisi.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa untuk mencapai tujuan

(42)

commit to user

mengetahui hal-hal yang harus diberikan kepada siswanya. Kunandar

mengungkapkan bahwa seorang guru hendaknya dapat dengan tahu batas-batas

materi yang harus disajikan dalam kegiatan belajar mengajar, baik keluasan

materi, konsep, maupun tingkat kesulitannya sesuai dengan yang digariskan

dalam kurikulum (2009: 60).

Berikut ini beberapa standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada di

SMP sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan, serta yang menyangkut

berbagai kemampuan, baik mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang

berkaitan dengan sastra, khususnya puisi.

1) Standar kompetensi dan kompetensi dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP)

untuk kelas VII semester 2 (berdasarkan Badan Standar Nasional

Pendidikan).

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah

Pertama (SMP) untuk kelas VII semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Mendengarkan

13. Memahami pembacaan

puisi

13.1 Menanggapi cara pembacaan puisi

13.2 Merefleksi isi puisi yang dibacakan

Membaca

15. Memahami wacana sastra

melalui kegiatan membaca

puisi dan buku cerita anak

15.1 Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi

Menulis

16. Mengungkapkan keindahan

alam dan pengalaman

melalui kegiatan menulis

kreatif puisi

16.1 Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam

16.2 Menulis kreatif puisi berkenaan

(43)

commit to user

2) Standar kompetensi dan kompetensi dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP)

untuk kelas VIII semester 2 (berdasarkan Badan Standar Nasional

Pendidikan).

Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah

Pertama (SMP) untuk kelas VIII semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Menulis

15. Mengungkapkan pikiran,

dan perasaan dalam puisi bebas

16.1 Menulis puisi bebas dengan

menggunakan pilihan kata yang sesuai

16.2 Menulis puisi bebas dengan memperhatikan unsur persajakan

3) Standar kompetensi dan kompetensi dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP)

untuk kelas IX semester 1 (berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan).

Tabel 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah

Pertama (SMP) untuk kelas IX semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Berbicara

6. Mengungkapkan kembali

cerpen dan puisi dalam

bentuk yang lain

6.2 Menyanyikan puisi yang sudah

dimusikalisasi dengan berpedoman pada kesesuaian isi puisi dan suasana/irama yang dibangun

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Desy Ratna

Intani (2008: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret)

yang berjudul Puisi-puisi Nikah Ilalang Karya Dorothea Rosa Herliany (Sebuah

Tinjauan Struktural dan Nilai Didik). Penelitian ini mendeskripsikan keterjalinan

antarunsur struktur puisi yang membangun puisi Nikah Ilalang karya Dorothea

Rosa Herliany dan nilai didiknya yang terdapat di dalamnya. Struktur puisi itu

(44)

commit to user

suasana. Nilai didiknya juga dibagi menjadi empat kategori, yaitu nilai pendidikan

etika, nilai pendidikan estetika, nilai pendidikan religi, dan nilai pendidikan sosial.

Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah analisis struktur

dalam puisi. Namun ada sedikit perbedaan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh

Desy Ratna Intani menyajikan nilai didik pada puisi yang dikaji serta hanya

membatasi struktur puisi yang dikaji pada struktur batinnya. Sedangkan dalam

penelitian ini difokuskan pada analisis struktur fisik dan struktur batin dalam

puisi.

Penelitian relevan yang kedua, yaitu penelitian oleh Khoirudin Mardyan

Pamungkas (2010: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret) yang berjudul Kumpulan Puisi Siti Atmamiah dalam Buku Angin pun

Berbisik (Tinjauan Struktural dan Relevansinya sebagai Alternatif Materi Ajar

Bahasa Indonesia di SMA).Penelitian itu mendeskripsikan keterjalinan antarunsur

struktur puisi yang membangun puisi Siti Atmamiah saling terkait satu dengan

yang lain. Unsur-unsur ini saling membangun. Struktur puisi itu dibagi menjadi

enam kategori besar, yaitu diksi, imaji, bahasa figuratif, ritme, dan rima.

Kumpulan puisi Siti Atmamiah dalam buku Angin pun Berbisik dapat digunakan

sebagai alternatif materi ajar SMA sesuai standar kompetensi yang ada.

Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah analisis struktur

dalam puisi dan kesesuaiannya sebagai materi pembelajaran. Namun ada sedikit

perbedaan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Khoirudin Mardyan Pamungkas

mengetahui puisi yang dikaji sebagai alternatif materi ajar Bahasa Indonesia di

SMA. Sedangkan dalam penelitian ini mengetahui puisi yang dikaji sebagai

alternatif materi pembelajaran di SMP dan hanya difokuskan pada pembelajaran

apresiasi puisi.

Penelitian relevan yang ketiga, yaitu penelitian oleh Poetri Mardiana Sasti

(2010), yang berjudul Analisis Struktur Puisi Anak. Penelitian itu

mendeskripsikan struktur puisi anak terdiri atas dua unsur pokok, yaitu struktur

fisik dan batin. Puisi-puisi yang dianalisis adalah puisi-puisi anak yang masuk

nominasi lima besar pada sayembara Penulisan Puisi Siswa Sekolah Dasar Se-

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah
Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah
+7

Referensi

Dokumen terkait

MAJAS DAN CITRAAN PADA KUMPULAN PUISI MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA KARYA TAUFIK ISMAIL: KAJIAN STILISTIKA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI.. BAHAN AJAR

menyimpulkan hasil analisis data untuk menentukan penggunaan sosok aku-lirik yang religus yang terdapat dalam kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalang karya Chairil Anwar

Yusuf Efendi, NIM A 310 060 212 , “ Kohesi Gramatikal Elipsis pada Kumpulan Puisi Seribu Masjid Satu Jumlahnya: Tahajud Cinta Seorang Hamba (SMSJ:TCSH) Karya Emha Ainun

Data penelitian ini berupa larik atau baris puisi yang terdapat kohesi gramatikal dan leksikal Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan puisi “Lagu Cinta.

Objek penelitian ini adalah aspek gramatikal dan aspek leksikal yang terdapat pada wacana kumpulan puisi “Lagu Cinta Para Pendosa” karya Zaim RafiqiC. Peneliti

Hasil yang diperoleh dari penggunaan gaya bahasa personifikasi dan kata khusus pada kumpulan puisi Ketika Cinta Bicara karya Kahlil Gibran ditemukan 172 bentuk penggunaan

Perbedaannya adalah jika peneliti spesifik mencari kritik sosial dari beberapa sajak dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru Karya Wiji Thukul dan menggunakan

Penutup Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, pemaparan data, dan temuan penelitian mengenai makna konotatif yang digunakan pada kumpulan puisi Ketika Cinta Bicara karya Kahlil