BAB II KAJIAN PUSTAKA
6. Materi Sistem Pencernaan
a. Pengertian Sistem Pencernaan Pada Manusia
Sistem pencernaan manusia adalah sebuah sistem yang membantu manusia dalam mencerna makanan dan minuman yang dikonsumsinya menjadi zat yang lebih mudah dicerna oleh tubuh dan diambil berbagai kandungan di dalamnya yang berguna untuk organ dalam dan bagian tubuh secara keseluruhan. Dalam pengertian lain,
sistem pencernaan adalah proses perubahan makanan dan penyerapan sari makanan yang berupa nutrisi- nutrisi yang dibutuhkan tubuh dengan bantuan enzim yang memcah molekul makanan kompleks menjadi sederhana sehingga mudah dicerna tubuh.Proses pencernaan pada manusia terbagi atas 5 macam yaitu:
1) Injesti
Adalah proses menaruh atau memasukkan makanan di mulut. Biasanya menggunakan tangan atau menggunakan alat bantu seperti sendok, garpu, sumpit, dan lain sebagainya.
2) Pencernaan Mekanik
Proses pencernaan mekanik yaitu proses mengubah makanan menjadi kecil dan lembut. Pencernaan mekanik dilakukan oleh gigi dan alat bantu lain seperti batu kerikil pada burung merpati. Proses ini bertujuan untuk membantu untuk mempermudah proses pencernaan kimiawi. Proses ini dilakukan secara sadar atau sesuai dengan keinginan kita.
3) Pencernaan Kimiawi
Proses pencernaan kimiawi yaitu proses mengubah molekul zat makanan yang kompleks menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna. Pencernaan kimiawi dilakukan oleh enzim, asam, „bile‟, dan air. Proses ini dilakukan secara tidak sadar karena yang mengaturnya adalah enzim.
28
4) Penyerapan
Penyerapan adalah gerakan nutrisi dari sistem pencernaan ke sistem sirkulator dan „lymphatic capallaries‟ melalui osmosis, transport aktif, dan difusi.
5) Penyingkiran
Yaitu penyingkiran/pembuangan material yang tidak dicerna dari „tract‟ pencernaan melalui defekasi.
b. Organ Dalam Sistem Pencernaan Pada Manusia
Organ yang termasuk dalam sistem pencernaan terbagi menjadi dua kelompok. Yaitu:
1). Saluran Pencernaan adalah saluran yang kontinyu berupa tabung yang dikelilingi otot. Saluran pencernaan mencerna makanan, memecahnya menjadi bagian yang lebih kecil dan menyerap bagian tersebut menuju pembuluh darah. Organ-organ yang termasuk di dalam nya adalah : mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus serta usus besar. Dari usus besar makanan akan dibuang keluar tubuh melalui anus.
2). Organ pencernaan tambahan (aksesoris) berfungsi untuk membantu saluran pencernaan dalam melakukan kerjanya. Gigi dan lidah terdapat dalam rongga mulut, kantung empedu serta kelenjar pencernaan akan dihubungkan kepada saluran pencernaan melalui sebuah saluran. Kelenjar pencernaan tambahan akan memproduksi sekret yang berkontribusi dalam
pemecahan bahan makanan. Gigi, lidah, kantung empedu, beberapa kelenjar pencernaan seperti kelenjar ludah, hati dan pankreas.
c. Saluran Utama Pencernaan Pada Manusia
Gambar. 2.1 Saluran Utama Pencernaan pada Manusia
Bagian-bagian utama saluran pencernaan pada manusia diantaranya.
1) Mulut
2) Kerongkongan 3) Lambung 4) Usus Halus
30
5) Usus Besar 6) Anus
d. Proses Pencernaan Makanan Dalam Sistem Pencernaan Pada Manusia
Pertama-tama, makanan akan masuk ke mulut dan melalui proses pengunyahan agar menjadi halus (pencernaan mekanik) lalu diteruskan ke dalam lambung secara sedikit demi sedikit melalui kerongkongan. Setelah berada di lambung makan akan dilakukan proses pencernaan kimiawi yang berkaitan dengan enzim dalam lambung, makanan akan berada dalam lambung selama kurang lebih 3 atau 4 jam. Setelah itu diteruskan ke usus halus, pada usus halus inilah nantinya makanan itu akan dipilah dari kandungan yang diperlukan tubuh dan sisa makanan, sisa makanan kembali diteruskan ke dalam usus besar dan diubah menjadi feses. Sedangkan kandungan makanan yang diperlukan oleh tubuh disebarkan ke berbagai bagian tubuh yang memerlukannya. Setelah sisa makanan menjadi feses maka akan diteruskan ke rektum saat sudah penuh dan dikeluarkan melalui anus.
e. Gangguan Pada Sistem Pencernaan Manusia
Gangguan pada sistem pencernaan cukup beragam. Faktor penyebabnya-pun bermacam-macam, di antaranya makanan yang kurang baik dari segi kebersihan dan kesehatan, keseimbangan nutrisi, pola makan yang kurang tepat, adanya infeksi, dan kelainan pada
organ pencernaan. Ada beberapa gangguan atau kelainan yang dapat terjadi pada sistem pencernaan pada manusia. Diantaranya:
1) Gastritis 2) Hepatitis 3) Diare 4) Konstipasi 5) Apendisitis
6) Hemeroid/Wasir/Ambeyen 7) Maag
8) Keracunan 9) Tukak Lambung
10) . Malnutrisi (kurang gizi) B. Kerangka Pikir
Suatu pembelajaran yang dianggap berhasil sebagai suatu kriteria adalah tercapainya nilai KKM pada suatu pembelajaran. Hasil belajar merupakan nilai rata-rata kumulatif yang diperoleh peserta didik setelah diberikan suatu pembelajaran. Dan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik yaitu pemahaman konsep.
Permasalahan yang sering terjadi di SMA Muhammadiyah Limbung pada saat proses belajar mengajar kurangnya variasi model pembelajaran sehingga siswa merasa jenuh dan tidak fokus dalam menerima materi yang sedang berlangsung, sehingga mengakibatkan prestasi belajar siswa tidak mencapai standar KKM.
32
Upaya yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang menarik perhatian siswa dalam proses belajar mengajar. Adapun model pembelajaran yang dianggap mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik yaitu model pembelajaran Snowball Throwing, model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang berbasis kelompok yang mampu membangun komunikasi antar siswa dan saling membantu dalam menyelesaikan materi pembelajaran yang diberikan.
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
C. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran snowball throwing terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem pencernaan kelas XI SMA Muhammadiyah Limbung.
Rendahnya hasil belajar siswa kelas XI SMA Muhammadiyah Limbung
Model pembelajaran yang kurang bervariasi
Model pembelajaran Snowball Throwing
Hasil belajar meningkat dan memberi pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar
kognitif siswa
34
34 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian 1. Jenis penelitian
Penelitian ini digunakan penelitian eksperimen dengan jenis penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperimental). Penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperimental) merupakan pengembangan dari True Experimental Design.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Non Equivalent Control Group Design. Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Pada penelitian ini, penulis menggunakan dua kelompok kelas, yaitu kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Pada kelas eksperimen akan diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing dan pada kelas kontrol menggunakan model yang kurang bervariasi.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelas Preetest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O3 X2 O4
(Sugiyono, 2017)
35
Keterangan :
X1: Pemberian perlakuan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing
X2: Pemberian perlakuan dengan metode ceramah dan tugas O1: Pemberian nilai pretest kelompok eksperimen
O2: Pemberian nilai posttest kelompok eksperimen O3: Pemberian nilai pretest kelompok kontrol O4: Pemberian nilai postest kelompok kontrol.
3. Waktu dan tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Muhammadiyah Limbung, waktu pelaksanaan penelitian ini pada semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020.
4. Prosedur Penelitian a. Tahap Observasi
Observasi dilakukan di SMA Muhammadiyah Limbung kabupaten Gowa pada siswa kelas XI MIA.
b. Tahap Persiapan
1) Mengajukan syarat permohonan izin kepada kepala sekolah SMA Muhammadiyah Limbung.
2) Melakukan pertemuan dengan guru bidang studi biologi kelas XI MIA.
3) Menetukan materi ajar yang akan diberikan kepada siswa
4) Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan silabus
5) Membuat soal tes berupa essai dan pilihan ganda yang akan digunakan untuk uji pretes dan posttest sesuai dengan materi yang diajarkan.
c. Tahap Pelaksanaan, termasuk dalam kegiatan ini adalah melaksanakan sesuai dengan apa yang telah dirancang sebelumnya, seperti melakukan pretest untuk menentukan kelas eksperimen dan melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing. Adapun sintaks atau fase-fase model pembelajaran Snowball Throwing
Tabel 3.2 Sintaks Model Pembelajaran
Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Fase 1
Menyampaikan
tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan seluruh tujuan dalam pembelajaran dan
informasi tentang materi pembelajaran siswa. informasi kepada siswa tentang prosedur pelaksaan pembelajaran snowball throwing
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari 6-7 orang
37 selembar kertas kepada setiap kelompok dan
pertanyaan yang telah ditulis pada kertas kepada kelompok lain.
Guru meminta setiap kelompok menuliskan jawaban atas pertanyaan yang didapatkan dari kelompok lain pada
Fase 5 Evaluasi
Guru meminta setiap
kelompok untuk
membacakan jawaban atas pertanyaan yang diterima dari kelompok lain.
penilaian terhadap hasil kerja kelompok. pengujian hasil belajar siswa melalui pemberian soal Pre-test dan Post-tes apakah mengalami peningkatan atau tidak mengalami perubahan.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Muhammadiyah Limbung pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020.
Sedangkan pada populasi terukur pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIA SMA Muhammadiyah Limbung pada semeseter ganjil tahun ajaran 2019/2020, yang terbagi kedalam 3 rombongan kelas.
39
Table 3.3 Distribusi Populasi
Kelas Jumlah siswa
XI MIA 1 31
XI MIA 2 31
XI MIA 3 32
Jumlah 94
Sumber: (Tata Usaha SMA Muhammadiyah Limbung, 2019) 2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Random Sampling dan kelas yang terpilih adalah kelas XI MIA 1 dan MIA 2 yang merupakan sampel penelitian sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 3.4 Distribusi Sampel
Kelas Jumlah siswa Keterangan
XI MIA 1 31 Kelas kontrol
XI MIA 2 31 Kelas eksperimen
Jumlah 62
(Sumber: Siswa SMA Muhammadiyah Limbung, 2019) C. Definisi Operasional Variabel
Pada penelitian ini, terdapat dua variabel yaitu :
1. Variabel bebas (independent variable) yaitu model pembelajaran snowball throwing merupakan model pembelajaran kelompok dengan cara kertas digulung persis seperti bola lalu di lemparkan ke setiap
masimg-masing kelompok yang berisi pertanyaan dengan tujuan untuk memancing kreativitas dalam membuat soal sekaligus menguji daya serap materi yang disampaikan oleh ketua kelompok.
1. Variabel terikat (dependent variable) yaitu hasil belajar merupakan keberhasilan setelah siswa melewati serangkaian tes, keberhasilan tersebut dapat diketahui melalui daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan yang didapat dari pre-test dan post-test yang berupa pilihan ganda sebanyak 30 nomor.
D. Instrumen Penelitian 1. Tes hasil belajar
Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes berupa tes kognitif dalam bentuk pre-test dan post-test. Tes kognitif yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda sebanyak 30 soal. Tes diberikan pada kelas eksperimen dan kontrol yang dilakukan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.
2. Obsevasi
a. Lembar observasi
Instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi guru dan siswa yang didasarkan pada sintaks model pembelajaran yang ada pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b. Pedoman dokumentasi
41
Pedoman dokumentasi ini berisi uraian yang menjadi pedoman dalam kegiatan dokumentasi penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Tes hasil belajar
Peneliti menggunakan tes berupa pre-test dan post-test. Pre-test diberikan sebelum melaksanakan pembelajaran, sedangkan post-test diberikan setelah pembelajaran dilaksanakan. Tujuannya untuk memperoleh data yang kuantitatif guna mengetahui bagaimana kemampuan peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model Snowball Throwing. Jumlah soal dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 butir soal.
2. Non Tes a. Observasi
Dalam penelitian ini observasi keterlaksanaan model pembelajaran Snowball Throwing yang dilakukan guru dan siswa.
Observasi keterlaksanaan model pembelajaran bertujuan untuk melihat keterlaksanaan model pembelajaran, dalam bentuk checklist.
Jadi dalam pengisiannya, dengan memberikan checklist pada tahapan-tahapan model pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa untuk melihat dan menilai kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah alat pengumpulan data tertulis atau tercetak tentang fakta-fakta yang akan dijadikan sebagai bukti fisik penelitian dan hasil penelitian dokumentasi ini akan menjadi sangat kuat kedudukannya.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif dan analisis inferensial, yaitu:
1. Analisis Deskriptif
Teknik ini mendeskripsikan data yang disajikan melalui tabel, grafik, diagram lingkaran atau disajikan dalam bentuk lainnya beserta uraian-uraian singkat. Data yang dianalisis adalah hasil belajar siswa yang dibandingkan dengan kriteria dan skala penilaian ketetapan KKM.
Tabel 3.5 Kriteria dan Skala Penilaian Penetapan KKM
Nilai Kriteria
≥80 Tuntas
<80 Tidak Tuntas
Sumber: (SMA Muhammadiyah Limbung)
Table 3.6 Keriteria Hasil Belajar Peserta Didik Interval Nilai Predikat Keterangan
93-100 A Sangat baik
84-92 B Baik
75-83 C Cukup
<75 D Kurang
(Sumber: Kemendikbud, 2017).
43
2. Analisis Inferensial
Analisis inferensial adalah teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.
Teknik ini juga merupakan cara menganalisis data dan pengambilan kesimpulan. Penelitian ini juga menggunakan bantuan software SPSS 25.
Uji yang digunakan dalam analisis ini sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari responden berdistribusi normal atau tidak. Data dapat dikatakan berdistribusi normal, jika angka signifikan (Sig) > 0,05.
Uji normalitas yang digunakan adalah dengan uji Kolmogorov-smirnov menggunakan softwere SPSS 25.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui varian sampel data apakah diantara dua kelompok memiliki varian yang sama atau berbeda. Uji homogenitas bias dilakukan setelah data normalitas terpenuhi artinya distribusi data harus normal. Uji homogenitas vatians dua buah variabel independen dapat dilakukan dengan uji Ancova. Untuk uji homogenitas dengan uji homogeneity of variance test. Kriterianya adalah signifikan untuk uji dua sisi jika hasil perhitungan lebih besat dari > 0,05 berarti variansi pada setiap kelompok sama.
c. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui dugaan sementara yang dirumuskan kedalam hipotesis penelitian menggunakan uji dua pihak dengan derajat kesalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 5% atau α = 0,05. Pengambilan keputusan uji hipotesis menggunakan N-Gain Persent yang dilanjutkan dengan Uji Independent Sampel T-Test.
45 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA Muhammadiyah Limbung pada semester ganjil Tahun Ajaran 2018/2019 dengan Pengaruh Model Pembelajaran Snowball Throwing terhadap Hasil Belajar Kognitif siswa, maka diperoleh data-data yang telah didapatkan melalui instrument tes sebanyak 30 nomor untuk mengetahui hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol selama proses pembelajaran berlangsung.
Terdapat dua macam hasil analisis yang disajikan yaitu hasil analisis statistic deskriptif dan hasil analisis inferensial. Uraian dari masing-masing deskripsi hasil analisis sebagai berikut:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif ini membahas tentang cara pengumpulan, peringkasan, penyajian data sehingga diperoleh informasi yang lebih mudah dipahami. Teknik analisis deskriptif yang digunakan adalah penyajian data berupa modus, median, mean (rata-rata) dan standar deviasi.
a. Hasil Belajar Kelas Eksperimen
Hasil analisis data deskriptif pada materi sistem pencernaan pada kelas eksperimen disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.1. Hasil Statistik Deskriptif Hasil Belajar Biologi Kelas eksperimen menggunakan 31 sampel. Pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran Snowball Throwing memperoleh nilai rata-rata pada Pre-test sebesar 38,78 dan Post-test sebesar 86,17.
Apabila skor hasil belajar dikelompokkan ke dalam empat kelas interval skor, maka diperoleh distribusi frekuensi belajar hasil belajar seperti pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Skor Hasil Belajar Biologi Kelas Eksperimen
Interval Kategori
Pre-test Post-test
Frekuensi Persentase
(%) Frekuensi Persentase (%) eksperimen sangatlah rendah, yaitu tidak terdapat siswa yang
47
memperoleh nilai pada kategori sangat baik, begitu pula pada kategori baik dan kategori cukup. Seluruh siswa yang berjumlah 31 orang hanya memperoleh nilai dalam kategori kurang.
Untuk nilai Post-test kelas eksperimen pada kategori sangat baik yaitu terdapat 8 orang siswa, selanjutnya pada kategori baik terdapat 10 orang siswa, pada kategori cukup terdapat 11 orang siswa, dan pada kategori kurang terdapat 2 orang siswa. Selanjutnya, untuk menentukan kriteria keberhasilan dikatakan tuntas jika memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 80 pada mata pelajaran Biologi dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas
(%) Frekuensi Presentase (%)
< 80 Tidak
Tuntas 31 100 4 12,9
≥80 Tuntas 0 0 27 87,1
Total 31 100% 31 100%
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat pada data distribusi frekuensi dan persentase menunjukkan bahwa nilai Pre-test seluruh siswa yang berjumlah 31 pada kelas eksperimen masuk dalam kategori tidak tuntas atau mendapatkan nilai di bawah KKM.
Sedangkan nilai Post-test seluruh siswa yang berjumlah 31 pada kelas eksperimen masuk dalam kategori tuntas atau mendapatkan nilai di atas KKM. Untuk memperjelas sebaran data nilai hasil belajar kelas eksperimen, dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 4.1. Pengkategorian Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen
b. Hasil belajar kelas kontrol
Hasil analisis data deskriptif pada materi sistem pencernaan pada kelas kontrol disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.4. Statistik Skor Hasil Belajar Biologi Siswa pada Kelas Kontrol
Statistik Kelas
Pre-test Post-test
Jumlah sampel 31 31
Skor Maksimum 56,6 93,3
Skor Minimum 30 60
Skor Rata-Rata 40,60 79,63
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pada kelas kontrol menggunakan 31 sampel. Pada kelas kontrol yang hanya
0 5 10 15 20 25 30
Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Frekuensi
Kategori Nilai Hasil Belajar
Pre-test Post-test
49
menggunakan model pembelajaran konvensional memperoleh skor rata-rata pada Pre-test yaitu 40,60 dan pada Post-test yaitu 79,63.
Apabila skor hasil belajar dikelompokkan kedalam empat kelas interval skor, maka diperoleh distribusi dan frekuensi hasil belajar setelah diberi perlakuan seperti ditunjukkan pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Skor Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas Kontrol
Interval Kategori
Pre-test Post-test
Frekuensi Presentase
(%) Frekuensi Presentase (%) memperoleh nilai pada kategori sangat baik, begitu pula pada kategori baik dan kategori cukup. Seluruh siswa yang berjumlah 31 orang hanya memperoleh nilai dalam kategori kurang. Untuk nilai Post-test kelas kontrol terdapat 1 siswa pada kategori sangat baik, pada kategori baik terdapat 5 orang siswa, pada kategori cukup terdapat 17 orang siswa, sedangkan pada kategori kurang juga terdapat 8 orang siswa.
Selanjutnya, untuk menentukan kriteria keberhasilan dikatakan tuntas jika memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 80 pada mata pelajaran Biologi dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas Kontrol
Nilai Hasil Belajar
Kategori
Pre-test Post-test
Frekuensi Presentase
(%) Frekuensi Presentase (%)
< 80 Tidak
Tuntas 31 100 12 38,7
≥80 Tuntas 0 0 19 61,3
Total 31 100% 31 100%
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat pada data distribusi frekuensi dan persentase menunjukkan bahwa nilai Pre-test seluruh siswa yang berjumlah 31 pada kelas kontrol masuk dalam kategori tidak tuntas atau mendapatkan nilai di bawah KKM. Sedangkan nilai Post-test seluruh siswa yang berjumlah 31 pada kelas kontrol masuk dalam kategori tuntas atau mendapatkan nilai di atas KKM. Untuk memperjelas sebaran data nilai hasil belajar kelas eksperimen, dapat dilihat pada grafik berikut.
51
Gambar 4.2. Pengkategorian Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol 2. Analisis Statistik Inferensial
Statistik Inferensial membahas mengenai cara menganalisis data serta mengambil kesimpulan (berkaitan dengan estimasi parameter dan pengujian hipotesis). Metode ini sering disebut statistika induktif karena kesimpulan yang ditarik berdasarkan pada informasi dari sebagian data saja.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan untuk mengetahui distribusi normal atau tidak. Caranya yaitu dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov pada program statistik SPSS versi 25.0. Adapun analisis program SPSS memiliki taraf sig α = 0,05 yaitu > α maka data tersebut dikatakan normal sedangkan jika nilai analisis data < α maka data tersebut dikatakan tidak
0 5 10 15 20 25 30
Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Frekuensi
Kategori Nilai Hasil Belajar
Pre-test Post-test
normal. Untuk lebih jelasnya mengenai uji normalitas pada penelitian ini, perhatikan tabel 4. 7.
Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Statistik Eksperimen Kontrol
Prettest Posttest Prettest Posttest
Sig 0,144 0, 200 0,200 0,106
Tingkat Sig (α) 0,05
Pada tabel hasil uji normalitas di atas menunjukkan bahwa pada pretest dan posstest baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Berdasarkan data hasil uji normalitas yang dilakukan, disimpulkan bahwa data dari sampel berdistribusi normal. Setelah melakukan uji normalitas tersebut, selanjutnya dilakukan uji homogenitas yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kesamaan varians antara dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data dikatakan homogen apabila nilai signifikan (Sig) > 0,05. Uji homogenitas dua buah variabel dapat diperoleh melalui uji Homogenity of Variance Test dengan bantuan SPSS 25. Adapun hasil analisis uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8. Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Statistik Pretest Posttest
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Sig 0,513 0,924
53
Tingkat Sig
(α) 0,05
Kesimpulan Homogen Homogen
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat hasil dari uji homogenitas data Pretest dan Posttest diambil berdasarkan ketentuan kriteria pengujian, yaitu jika nilai signifikan SPSS ˃ tinkat varians signifikan (α) maka dapat dikatakan data tersebut homogen. Sedangkan juka nilai signifikan SPSS<
tingkat signifikan (α) maka data tidak homogen.
Pada tabel 4.6 Pretest dan Posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki nilai signifikan yang lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa varian data kelas eksperimen dan kelas kontrol data hasil belajar siswa bersifat homogen.
c. Uji Normalitas Gain (N-Gain)
Uji normalitas berguna untuk mengetahui nilai perbedaan pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kontrol. Adapun hasil perhitungan uji normalitas adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9. Hasil Uji Rata-Rata Nilai Normalitas Gain (N-Gain)
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pretes t
Posttest N-Gain
Kategori Pretest Posttest N-gain
Kategori
Jumlah
siswa 31 siswa 31 siswa
Nilai
rata-rata 38,78 86,17 0,77 Tinggi 40,60 79,63 0,65 Sedang
Berdasarkan data di atas dapat dianalisis bahwa untuk kelas
Berdasarkan data di atas dapat dianalisis bahwa untuk kelas