• Tidak ada hasil yang ditemukan

ٱ َنوُنِمۡؤُمۡل

A. Kitab Tajwid pada Kurikulum Pendidikan Awal di Nusantara Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab sebelumnya

5. Matn Al-Jazariyah

kemungkinan Sulaiman Al-Jamzuri sebagai penyusun kitab juga mendapatkan pelajaran madzhab Qira’at yang sama dari sang guru. Namun bisa dimaklumi apanila kitab tajwid ini tidak diafiliasikan pada madzhab ira’at tertentu, karena sengaja untuk konsumsi anak-anak.

108

bersifat universal. Namun yang jelas, kitab nadzam ini lebih komplek dibandingkan dengan dua kitab nadzam yang sebelumnya. Sebab materi-materi yang dikemukakan, seperti makharij al-huruf , sifat-sifat huruf, maupun kaidah rasm al-mushhaf, bukanlah materi yang dibutuhkan oleh para pelajar pemula. Materi-materi tersebut diperuntukkan bagi mereka yang memang berniat serius mendalami ilmu Tajwid.

B. Kitab Tajwid Karya Ulama Nusantara 1. Hidayatul Mubtadi’in (Tajwid Sunda)

a. Biografi Penulis Kitab

Sayyid ‘Ali Al-Idrus adalah nama penyusun kitab Hidayatul Mubtadi’in . Beliau berasal dari Jakarta, hal tersebut diketahui dari kalimat yang terdapat di halaman cover yakni Sayyid ‘Ali Al-Idrus Jakarta Indonesia. Setelah dianalisa oleh penulis, bahwasannya tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai penyusun buku ini, yaitu Sayyid ‘Ali Al-Idrus.

b. Deskripsi Kandungan Kitab

Dalam kitab Tajwid Hidayatul Mubtadi’in ini, penyusun kitab tidak menjelaskan pembagian kitab tersebut, dan tidak ada pula halaman daftar isi dan lain sebagainya untuk memudahkan penulis mengetahui pembagian tersebut. Akan tetapi setelah penulis menganalisa seluruh bagian kitab, terdapat 3 fasal

pembahasan dalam kitab ini. Dan sebelumnya terdapat bagian pendahuluan, secara rinci bagian tersebut adalah;

1) Mukadimah/Pendahuluan 2) Pembahasan

a) Fasal Nun Sakinah dan Tanwin b) Fasal Nun dan Mim Musyaddah c) Fasal Mad

3) Skema Makharij Al-Huruf c. Analisis Kandungan Kitab

Hidayatul Mubtadi’in adalah nama kitab Tajwid karya Sayyid ‘Ali Al-Idrus Jakarta. Kitab ini menggunakan bahasa sunda, yang terdiri dari 16 halaman. Halaman pertama merupakan pendahuluan/ mukadimah dari sang pemilik karya, halaman 1-15 adalah halaman 3 fasal pembahasan. Dan pada halaman terakhir yaitu terdapat skema Makharij Al-Huruf.

Motivasi penyusun dalam menulis karya ini adalah untuk menyemangati anak-anak yang baru belajar mengaji.

Hal ini disampaikan beliau dalam cover kitab ini dengan redaksi bahasa sunda yang menggunakan arab pegon

“Pituduh pikeun barudak anu kakara diajar ngaji” yang artinya “Nasihat/Pelajaran untuk anak-anak yang baru belajar mengaji”. Kemudian dalam halaman pertama, terdapat pendahuluan yang disampaikan penyusun kitab.

Dalam pendahuluan ersebut beliau menyampaikan rasa syukur beliau kepada Allah SWT, pujian terhadap Nabi SAW, nasihat-nasihat beliau, serta rujukan yang beliau

110

gunakan, yaitu Matn Jazariyah. Adapun halaman 2 hingga 15 adalah pembahasan yang terbagi ke dalam 3 fasal, sedangkan di halaman terakhir ada skema Makharij Al-Huruf.

2. Pelajaran Tajwid (Buku Tajwid Hijau) a. Biografi Penulis Kitab

Kitab Pelajaran Tajwid ini disusun oleh A. Mas’ud Sjafi’i dalam bentuk buku ringkas yang berjumlah 17 bagian. Naskah buku ini dicetak oleh penerbit MG.

Semarang. Setelah diteliti, tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai penyusun buku ini, yaitu Mas’ud Sjafi’i.

b. Deskripsi Kandungan Kitab

Masjud Sjafi’i membagi bukunya menjadi 17 bagian pembahasan dalam 63 halaman, namun sebelumnya terdapat pendahuluan dan daftar isi. Adapun 17 bagian pembahasan tersebut adalah sebagai berikut;3

1) Cara membaca Ta’awudz, Basmallah dan Surat 2) Basmalah Huruf Hijaiyyah

3) Hukum Alif-Lam

4) Mim-Nun ysng bertasydid 5) Nun mati dan Tajwid 6) Macam-macam Idgham 7) Hukum Ra

8) Hukum Mim Mati 9) Lafadz Allah

3 Mas’ud Sjafi’i, Pelajaran Tajwid, (Bandung: MG. Semarang, 1967), cet. 1, h.5-6.

10) Hukum Mad 11) Qalqalah

12) Cara Membaca Qalqalah dan Makhraj Al-Huruf 13) Tanda-tanda Waqaf

14) Waqaf dan Washal

15) Cara Mewaqafkan dan Waqaf Isyarah 16) Saktah

17) Macam-macam Waqaf c. Analisis Kandungan Kitab

“Pelajaran tajwid” adalah nama dari buku yang penulis analisa ini. Buku ini terkenal dengan sebutan “Buku Tajwid Hijau”, karena cover buku ini berwarna hijau. Buku ini sangat familiar di kalangan masyarakat Indonesia, dikarenakan buku ini termasuk buku tajwid yang ringkas dan berbahasa Indonesia. Buku ini disusun oleh Ma’ud Sjafi’i dan diterbitkan oleh penerbit MG. Semarang.

Setelah cover,terdapat lembaran pendahuluan pada halaman ke 3. Dalam halaman ini, terdapat kalimat Bismillahirrahmanirrahim, Warattilil Qur’ana Tartiila, maksud dari kata tartil, hukum belajar ilmu Tajwid, tanggal penyusunan buku dan tanggal cetakan pertama.4 Dari tanggal penyusunan buku ini, dapat diambil kesimpulan bahwa buku ini selesai disusun pada tanggal 17 April 1957/17 Ramadhan 1376 di Ternate. Adapun cetakan pertama buku ini adalah pada tanggal 25 November

4 Mas’ud Sjafi’i, Pelajaran Tajwid, cet. 1, h.3.

112

1967/22 Sya’ban 1376 di Bandung, sedangkan buku yang penulis analisa ini diterbitkan oleh penerbit MG. Semarang.

3. Tajwid Al-Qur’anul Karim a. Biografi Penulis Kitab

Buku Tajwid Al-Quranul Karim ini disusun oleh Ustadz Ismail Tekan. Naskah buku ini dicetak oleh penerbit PT. Pustaka Al-Husna Baru, Setelah diteliti, tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai pengarang/penyusun buku ini, yaitu Ustadz Ismail Tekan.

b. Deskripsi Kandungan Kitab

Menurut penerbit bahwa buku Tajwid Al-Qur’an ini, disusun secara sistematis, populer dan praktis, bahkan up to date dibidangnya. Sangat mudah dipelajari, karena uraiannya telah dipraktekkan oleh pengarangnya sebagai bahan pelajaran Tajwid di Lembaga Pendidikan yang dipimpinnya selama bertahun-tahun.

Perlu diketahui pula bahwa buku ini adalah hasil rekaman dan pengalaman pengarang buku dalam mengajarkan Ilmu Tajwid Al-Qur’an selama 20 tahun di berbagai tempat di bumi Nusantara, Semenanjung Malaysia da Singapura. Susunan buku ini adalah sebagai berikut:

1) Pendahuluan, terdiri dari; kata pembukaan dari pengarang, kata sambutan dari Direktur Jendaral Bimbingan Masyaraka Islam Departemen Agama Republik Indonesia, kata pengantar dari penerbit.

2) Pembahasan, terdiri dari;

a) Bagian I, dalam bagian ini terdapat; keterangan pendahuluan, seperti cara-cara membaca, tempat-tempat keluar huruf, sifat-sifat huruf, hukum tertentu bagi setiap huruf, ukuran panjang-pendek suatu bacaan dan hukum penentuan berhenti atau tidak suatu bacaan. Pelajaran I; hukum bacaan isti’âdzah dan basmalah. Pelajaran II; hukum bacaan Basmalah di antara dua surat. Pelajaran III;

Huruf-huruf yang terpakai dalam Al-Qur’an (huruf Hijaiyah) dan pembagiannya.

b) Bagian II, dalam bagian ini terdapat 5 pelajaran yang menjelaskan tentang Makhârij al-Hurûf.

c) Bagian III, dalam bagian ini terdapat 5 pelajaran yang menjelaskan tentang sifat-sifat Makharij Al-Huruf.

d) Bagian IV, dalam bagian ini terdapat 5 pelajaran yang menjelaskan tentang Idgham dan pembagiannya, Hukum Nun-Mim Sukun dan Bertasydid serta Tanwin.

e) Bagian V, dalam bagian ini terdapat 2 pelajaran yang menjelaskan tentang Mad dan pembagiannya.

f) Bagian VI, dalam bagian ini terdapat 2 pelajaran yang menjelaskan tentang Tafkhîm, Tarqîq dan Qalqalah.

g) Bagian VII, dalam bagian ini terdapat 1 pelajaran yang menjelaskan tentang Waqâf dan Ibtida’.

114

h) Bagian VIII, dalam bagian ini terdapat 2 pelajaran yang menjelaskan tentang Saktah dan menyembunyikan/menyuarakan bacaan.

i) Bagian IX, dalam bagian ini terdapat 1 pelajaran yang menjelaskan tentang Adab membaca Al-Qur’an.

3) Penutup, terdiri dari; catatan Al-Qur’an, ringkasan sejarah Al-Qur’an, catatan beberapa hadist yang berhubungan dengan hadist.

c. Analisis Kandungan Kitab

Buku yang berjudul “Tajwid Al-Quranul Karim”

yang penulis analisa ini adalah cetakan ke 12. Cetakan ke 12 ini diterbitkan pada tahun 2003, sedangkan buku ini diselesaikan pada tahun 1967 oleh penyusunnya, yaitu Ustadz Ismail Tekan. Buku ini diterbitkan oleh penerbit Pustaka Al-Husna Baru Jakarta.

Menurut penerbit, buku ini adalah hasil rekaman dan pengalaman penyusun buku dalam mengajarkan Ilmu Tajwid Al-Qur’an selama 20 tahun diberbagai tempat di bumi Nusantara sampai Semenanjung Malaysia dan Singapura. Buku Tajwid Al-Qur’an ini, sejak cetakan ke 3 telah diteliti oleh pejabat Departemen Agama dan tidak ada perubahan, baik sistem maupun metode pembahasan yang sistematis, praktis dan populer.5

5 Ismail Tekan, Tajwid Al-Qur’anul Karim, (Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna Baru, 2006), h.7.

Adapun warna cover buku cetakan ke 12 ini adalah kuning, dengan tulisan judul yang berukuran besar serta gambar mushaf Al-Qur’an yang menghiasi permukaan depannya. Sedangkan pada permukaan belakang terdapat paragraf sinopsis buku ini, yakni tentang pengertian Ilmu Tajwid dan penjelasan singkat terkait buku. Dapat diketahui bahwasannya buku ini terdiri dari 183 halaman, 9 bagian pembahasan, dan beberapa pelajaran dari setiap bagian.

Pada halaman 2, terdapat lembar profil buku, sedangkan pada halaman selanjutnya terdapat mukadimah/pendahuluan dari penyusun buku, Ismail Tekan. Kemudian pada halaman 5 terdapat kata sambutan dari Direktur Jendaral Bimbingan Masyaraka Islam Departemen Agama Republik Indonesia, yakni H. Rusan.

Menyusul halaman selanjutnya, yaitu halamn 7 terdapat kata pengantar dari penerbit dan di halaman 9 adalah daftar isi buku. Barulah pada halaman 13 sampai 180, di isi dengan pembahasan inti buku. Adapaun pada halaman sebelum terakhir terdapat penutup dari buku ini yang disampaikan oleh penyusun buku, sedangkan di halaman terakhir adalah lembar sumber rujukan yang digunakan penyusun dalam menyusun buku ini.

Beberapa sumber kitab Tajwid yang digunakan oleh penyusun buku, Ismail Tekan, diantaranya adalah; Hidayat Al-Musafid fi Ahkam At-Tajwid karya As-Syeikh Muhammad Abu Rimah, Manar Mudaa fi Bayan Al-Waqfi wa Al-Ibida’ karya Ahmad bin Muhammad bin Abdil

116

Karim Al-Asymuny, Irsyad Al-Muridi ila ‘Ilmi At-Tajwid karya Zainuddin Al-Yunusi, Kitabu ‘Ilmi At-Tajwid karya Shabirin, dan Kitabu Tajwid Al-Quran karya Abu Ja’far bin Jarir.6

4. Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an Metode Maisura a. Biografi Penulis Kitab

Kitab/Buku Metode Maisura ini merupakan sebuah karya dari pemilik nama lengkap Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc., MA. Ia dilahirkan di sebuah desa kecil wilayah kabupaten Nganjuk Jawa Timur. Ketika duduk di kelas 4 SD ayahnya pulang ke rahmatullah, sehingga sejak saat itu ia dibesarkan oleh seorang janda petani miskin yang harus menghidupi ketiga anaknya. Namun dalam mendidik anak, baik ilmu agama maupun ilmu umum tidak kalah dengan orang lain yang berkecukupan, walaupun harus menjadi buruh tani sekalipun. Maka tidak mengherankan ketika ia tamat SD, ia juga tamat sekolah ibtidaiyyah, disamping itu pada sore hari hingga malam harinya ia mengaji AL-Qur’an dan ilmu agama disebuah surau kepada guru ngaji di kampungnya. Tidak lupa pula, setiap Minggu ia disuruh oleh ibunya untuk khusus mengaji Al-Qur’an kepada seorang Kyai yang hafal Al-Qur’an di desa tetangga yang dikenal sangat memperhatikan kefasihan pelafadzan huruf dan ketepatan bertajwid dalam membaca Al-Qur’an. Kyai tersebut merupakan salah satu alumni tamatan pondok pesantren Al-Qur’an Krapyak Yogyakarta yang masyhur

6 Ismail Tekan, Tajwid Al-Qur’anul Karim, h.183.

kala itu hingga kini. Setelah tamat SD, ia melanjutkan ke SMP Negri dengan tidak lupa mengaji Al-Qur’an dan menimba ilmu agama pada Kyai tersebut. Dan setelah tamat SMP, ia melanjutkan ke SMA Negri di Kertosono Nganjuk dan sekaligus menjadi santri pesantren salaf Miftahul Ula Nglawak dekat SMA tersebut. Ketika masih duduk di kelas 2 SMA, ia ikut ujian extranei di Madrasah Tsanawiyah Negri, selanjutnya ketika duduk di kelas 3 SMA ia ikut menempuh lagi ujian Extranei Madrasah Aliyah Negri di pesantren Tambak Beras Jombang. Dengan demikian, ketika lulus SMA tahun 1969 M, ia juga lulus MAAIN.

Kemudian setelah itu, ia tidak melanjutkan ke Perguruan Tinggi, akan tetapi berangkat ke pesantren Krapyak Yogyakarta untuk menghafal AL-Qur’an kepada KH.

Ahmad Munawwir yang mempunyai sanad ke 30 dari Rasulullah SA. Beliau menghafal Al-Qur’an dan bertalaqqiy kepada kakak kandungnya yaiu Kyai Abdul Qadir. Mereka berdua adalah putra KH. Muhammad Munawwir (w.1942) yang menghafal Al-Qur’an dan belajar Qira’at Sab’ah di Mekkah Mukarromah.7

Pada tahun 1973, ia mampu menyelesaikan hafalan Al-Qur’annya dan ketika itu ada kabar bahwa Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta membuka pemberian beasiswa untuk satu orang dari masing-masing utusan Provinsi di Indonesia. Maka ia beruntung mendapatkan kesempatan tersebut sebagai utusan dari

7 Ahmad Fathoni, Metode Maisura, h.395

118

Provinsi Jatim. Namun, ketika baru tingkat III (1976) ada kesempatan memperoleh beasiswa untuk kuliah pada Fakultas Al-Qur’an wa Ad-dirasat Al-Islamiyyah di Madinah Saudi Arabia. Pada fakultas tersebut, ia belajar Syarh Syatibiyyah fi Qiraatis Sab’. Tahun 1981, ia pulang ke tanah air dan langsung mengajar Qiraat Sab’ah, Iilmu Rasm Utsmani, Ilmu Tajwid dan Tahfidz Al-Qur’an di PTIQ dan IIQ Jakarta, menggantikan Syekh Abdul ‘Adzim yang telah pulang ke Mesir.

Program S2 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1997-1999), dan pada tahun 2000 melanjutkan kuliah program S3di Universitas yang sama dan meraih gelar doktornya pada tahun 2008. Pada saat ini, ia menjadi dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, disamping menjai dosen tidak tetap di Institut PTIQ Jakarta, Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur’an Al-Hikam Depo, tenaga pengajar di Lembaga Bahasa dan Ilmu Al-Qur’an (LBIQ) DKI Jakarta, dan juga sebagai anggota Lembaga PentashihAl-Qur’an Kementrian Agama. Adapun buku dan karya ilmiah yang sudah diterbitkan, selain buku Modul Petunjuk Tahsin Tartil Al-Qur’an Metode Maisura, yaitu; Kaidah Qiraat Tujuh jilid I dan II, Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an Metode CETAK, Studi Bacaan Al-Qur’an Riwayat Hafs dan Qalun-Warsy-Khalaf dan Qira’at Sab’ah, Tuntunan Praktis 99 Qiraat Mujawwad riwayat Al-Bazziy dan

Qunbul, dan Tuntunan Praktis 101 Maqra Qiraat Mujawwad Abu Amr riwayat Ad-Duriy dan As-Susiy.8 b. Deskripsi Kandungan Kitab

Metode Maisura karya Dr. KH. Ahmad Fathoni, MA ini memiliki judul lengkap yaitu Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an Metode Maisura Menuju Muara Ilmu Tajwid Terpadu dan Komprehensif. Dari judulnya saja, sudah bisa dipastikan bahwa kitab atau buku ini ditujukkan bukan untuk anak-anak atau pemula dalam belajar Al-Qur’an. Akan tetapi ditujukkan untuk mereka yang sudah mampu membaca Al-Qur’an, namun masih memerlukan perbaikan untuk mencapai tartil dalam mebaca Al-Qur’an.

Kitab atau buku Tajwid yang penulis analisa ini adalah edisi atau cetakan yang ke 10 tahun 1438 H/2017 M. Kitab ini merupakan sebuah kitab Tajwid termuda yang penulis analisa. Sistematika penulisan kitab ini pun ditulis oleh penyusun kitab sesuai dengan sistematika penulian karya ilmiyah modern ini. Dilihat dari isi keseluruhan bahwasannya kitab atau buku ini sangalah komplit dan lengkap apabila dibandingkan dengan kitab-kitab Tajwid terdahulu maupun sekarang. Adapun daftar isi kitab tersebut adalah sebagai berikut;

1) Sambutan-sambutan para pakar dan praktisi Al- Qur’an di Indonesia, prakata, pedoman translierasi, daftar isi, pendahuluan

8 Ahmad Fathoni, Metode Maisura, h.396

120

2) Bagian pertama, yang terdiri dari 15 bab dan 2 sub, yaitu;

Bab I: Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an Metode Maisura. Bab II: Sifat Huruf Lazimah yang Kuat dan Lemah. Bab III: Makhraj dan Sifat (Karakteristik) Huruf Hijaiyah. Bab IV: Pengaruh Dialek Kedaerahan di dalam Pengucapan Huruf Hijaiyyah. Bab V: Idbilabikh Fasyamighun (idgham bighunnah, iqlab, ikhfa haqiqiy, ikhfa syafawiy, idgham mimiy, gunnah). Bab VI:

Macam-macam Mad (penjelasan tentang rasm, mad tabi’iy, mad far’iy). Bab VII: Idgham Shaghir. Bab VIII:

Saktah. Bab IX: Tafkhim dan Tarqiq (tanbih; Hukum ra bertasydid). Bab X: Waqaf dan Ibtida’ (waqaf ikhtibariy, intizary, idtirary (tam, kafi, hasan, qabih) aqbahul waqfi, rumus-rumus waqaf), serta waqaf pada akhir ayat. Bab XI: Musykilat Al-Kalimat. Bab XII: Arti Lahn (kesalahan membaca), Jaliy dan Khafiy. Bab XIII:

Contoh Perbedaan Penulisan Al-Qur’an terbitan Indonesia dan Mushaf Terbitan Indonesia dan Mushaf terbitan Timur Tengah. Bab X1V: Matarantai Sanad riwayat Hafs milik Penyusun Kitab. Bab XV: Penutup.

Sub A: Daftar Gambar Makharijul Huruf . Sub B: Daftar Terjemah Catatan Kaki.

3) Bagian Kedua, terdiri dari 3 Sub, yaitu: Sub I: Catatan Akhir (Hukum bacaan nun mati dan tanwin, Hukum bacaan mim mati, hukum bacaan nun dan mim bertasydid, hukum bacaan lam sukun). Sub II: Tanda Baca Mushaf Terbitan Timur Tengah dan Mushaf

Standar Indonesia Menurut Riwayat Hafs dari Imam

‘Ashim. Sub III: Sekilas tentang Ilmu Qira’at, Ilmu Rasm, Ilmu Syakl/Dabt, Ilmu Waqaf dan Ibtida’.

4) Daftar Pustaka

5) Biodata Penyusun Kitab c. Analisis Kandungan Kitab

Menurut penulis bahwasannya buku atau kitab Tajwid ini sangatlah berkwalitas, terlengkap dan terpercaya. Hal tersebut dapat diketahui dari mukaddimah atau pendahuluan kitab ini, di dalamnya dijelaskan bahwa buku ini adalah sebagai petunjuk praktis dan jalan bebas hambatan untuk mencapai tujuan “optimalisasi bacaan tartil Al-Qur’an” dibandingkan buku-buku lain yang memiliki visi dan misi yang sama. Sebab apa yang dipaparkan dalam buku ini, betul-betul langsung menunik pada bahasan hukum-hukum yang pada umumnya kurang diperhatikan oleh para pembaca Al-Qur’an, baik didalam teori maupun praktik, termasuk rujukan dan referensinya.9

Disampaikan pula dalam buku ini, bahwasannya kehadiran buku “Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an Metode Maisura Menuju Muara Ilmu Tajwid Terpadu dan Komprehensif” ini, menawarkan metode yang boleh dikata

”terobosan baru” di era modern ini, untuk lebih mudah dan cepat mencapai bacaan Al-Qur’an yang berkualitas tartil optimal sekaligus menyuguhkan kajian Ilmu Tajwid dengan

“paradigma baru” dan “tampilan beda”. Dapat diketahui

9 Ahmad Fathoni, Metode Maisura, h.xv

122

bahwasannya bagi peminat agar dapat memahami dan menguasai isi kandungannya dengan maksimal, dianjurkan dan diharapkan untuk bisa memiliki buku dan mengikuti daurah atau pelatihan Tahsin Tartil Al-Qur’an Metode Maisura. Basis pelatihan Metode Maisura ini mempunyai 3 pilar utama, yaitu;

1) Teori, yang berpijak pada rujukan/ referensi terpercaya yang sebagian besar disertakan teks dan terjemahnya.

2) Praktik, yang terintegrasi pada Tallaqiy dan Musyafahah 3) Informatif, terhadap mushaf terbitan Indonesia dan

Timur Tengah.

Bagi yang memiliki buku ini, terlebih bagi yang belum belum berkualitas bacaan tartil Al-Qur’annya, maka belum dianggap cukup sebelum ikut pelatihan dan daurah

“Tahsin Tartil Al-Qur’an Metode Maisura” yang kurang lebih memerlukan waktu selama dua hari (± 14 jam) dengan catatan penyusun buku ini tetap menempatkan metode Tallaqiy dan Musyafahah di dalam membaca Al-Qur’an adalah tetap sebagai acuan utama dan di atas segalanya.10

Adapun alasan-alasan dibalik penamaan kitab/buku ini adalah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut;

1) Bagian pertama, buku ini dari halaman 1-300 merupakan kajian untuk memperbaiki bacaan Al-Qur’an, yakni semacam bengkel tempat memperbaiki bacaan Al-Qur’an dari segi teori yang merujuk pada referensi

10 Ahmad Fathoni, Metode Maisura, h.vii-viii

terpercaya dab disertai terjemahannya, mulai dari halaman praktik yang mengintegrasikan tallaqiy dan musyafahah, serta informatif terhadap mushaf Indonesia dan Timur Tengah sehingga menjadi semacam metode yang mempunyai nuansa baru dan pertama di Nusantara, dimana oleh masyarakat Al-Qur’an Indonesia yang sudah pernah ikut dalam “daurah /pelatihan Metode Maisura”.

2) Bagian kedua, buku ini dari halaman 301-370 yang termasuk bagian bahasan catatan akhir merupakan kajian penyempurna dari Metode Maisura ini. Sub I yakni pembahasan hukum idzhar halqiy, idgham bila gunnah, idzhar syafawiy, idzhar qamariy, idgham syamsiy. Sub II yaitu catatan terakhir yang menjelaskan tentang tanda baca mushaf terbitan Timur Tengah dan mushaf standar Indonesia. Sub III yaitu menjelaskan sekilas tentang ilmu Qira’at, Rasm Utsmani, Syakl, Dhabth dan Ilmu Waqaf wal Ibtida’.

3) Di dalam judul buku ada ungkapan “Menuju Muara”

mempunyai maksud bahwa arah dan tujuan kajian dibagian “Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an Metode Maisura” adalah bermuara pada arah yang jelas yaitu Ilmu Tajwid Terpadu dan Komprehensif.

4) Di dalam buku juga terdapat ungkapan “Ilmu Tajwid Terpadu dan Komprehensif” mempunyai maksud bahwa hakikat buku ini adalah kajian Ilmu Tajwid yang terpadu antara referensi teori. Intregatif tallaqiy dan musyafahah

124

dalam praktik, dan informatif terhadap mushaf terbitan Indonesia maupun Timue Tenga, baik menurut riwayat Hafs dan lainnya. Disamping itu juga terpadu secara komprehensif di dalam kajian yang dibahas, dalam artian semua bab yang terbahas akan menyempurnakan atau bahkan mengoreksi buku-buku Ilmu Tajwid yang beredar atau yang sudah mentradisi dikalangan Ahli Al-Qur’an di Nusantara.11

d. Testimoni Pakar/Tokoh Al-Qur’an

1) Prof. Dr. Huzaemah Tahido Yanggo, MA

Metodologi penulisan buku “Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an Metode Maisura Menuju Muara Ilmu Tajwid Terpadu dan Komprehensif” situangkan dengan praktis, yang mengacu pada tiga pilar utama, yaitu: teori yang berpijak pada referensi mu’tabar berikut teks dan terjemahnya, praktik yang integratif terhadap mushaf terbitan Indonesia dan Timur Tengah sehingga dapat dikatakan bahwa buku ini sebagai terobosan baru, pertama dan satu-satunya di Indonesia.

2) Prof. Dr. Nassarudin Umar, MA

Sanagat bagus untuk buku panduan guru Al-Qur’an, pengajar Ilmu Tajwid, Qari/Qari’ah, Hafidz/

Hafidzah, Mufassir/Mufassirah, Dewan Hakim MTQ/STQ Bidang Tajwid atau Bidang Fashahah dan para pecinta Al-Qur’an yang ingin

11 Ahmad Fathoni, Metode Maisura, h.viii

meningkatkan kualitas di dalam membaca Al-Qur’an hingga bertajwid dan mencapai kualitas tartil optimal, mengingat bab dan materi pembahasan di dalamnya sangat lengkap dan bernuansa baru.

5. Fathu al-Mannân (Kitab Tajwid Bahasa Jawa)