• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian

D. Matriks Penelitian

Tabel 3.1 Matriks Penelitian

Aspek yang diteliti Sumber Data Unit

Analisis Tekhnik Pengumpulan Tekhnik Analisis Data Responsivitas 1. Kemampuan menanggapi BKO 2. Kemampuan mengenal dan memahami kebutuhan 3. Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan 4. Kecepatan dalam memenuhi kebutuhan

Sumber data utama berasal dari perajin / pengusaha jamu yang mengikuti pembinaan. Traingulasi dilakukan dengan pegawai Dinas Kesehatan bagian Farmani dan Koperasi Aneka Sari Perajin jamu tradisional Tekhnik pengumpulan data yang utama dilakukan dengan wawancara purposive sampling kepada perajin terutama yang mengikuti pembinaan formal kemudian observasi dan dokumentasi Analisis dilakukan secara interaktif Hambatan dalam pelaksanaan responsivitas 1. Uang 2. Komunikasi

Sumber data utama berasal dari perajin jamu kemudian dilakukan triangulasi data dengan pegawai farmami Dinas Kesehatan dan Koperasi Perajin jamu tradisional Tekhnik pengumpulan data yang utama dilakukan dengan wawancara purposive sampling kepada perajin terutama yang mengikuti pembinaan formal kemudian dengan obeservasi dan dokumentasi. Analisis dilakukan secara interaktif

commit to user

BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Kabupaten Cilacap

1. Letak Geografis Kabupaten Cilacap a. Keadaan Umum Kabupaten Cilacap

Letak geografis Kabupaten Cilacap pada 108º 4’ 30 “ – 109º 22’ 30 “ Garis Bujur Timur dan 7º 30’ 20 “ – 7º 45’ Garis Lintang Selatan, dengan luas wilayah 225.361 Km2 dengan batas wilayah meliputi :

sebelah utara :Kabupaten Banyumas sebelah selatan :Samodera Hindia sebelah timur :Kabupaten Kebumen sebelah barat :Kabupaten Ciamis

Secara geografis berada di bagian wilayah selatan Provinsi Jawa Tengah berhadapan langsung dengan perairan Samudera Hindia, dengan panjang garis pantai ± 105 km, yang dimulai dari bagian timur pantai Desa Jetis Kecamatan Nusawungu ke arah barat hingga Ujung Kulon Pulau Nusakambangan berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat.

Topografi wilayah Kabupaten Cilacap terdiri dari permukaan landai dan perbukitan dengan ketinggian antara 6-198 m dari permukaan laut. Wilayah topografi terendah pada umumnya dibagian selatan yang merupakan daerah pesisir dengan ketinggian antara 6-12 m dpl, yang meliputi wilayah Cilacap Timur yaitu Kecamatan Nusawungu, Binangun, Adipala, sebagian Kesugihan, Cilacap Utara, Cilacap Tengah,

commit to user

Cilacap Selatan, Kampung Laut, dan sebagian Kawunganten. Topografi yang termasuk dataran rendah dan sedikit berbukit antara lain Kecamatan Jeruklegi, Maos, Sampang, Kroya, Kedungreja, dan Patimuan dengan ketinggian antara 8-75 m dpl. Sedangkan topografi yang termasuk dataran tinggi atau perbukitan meliputi wilayah Cilacap bagian barat yaitu Kecamatan Daeyeuhluhur, Wanareja, Majenang, Cimanggu, Karangpucung, dengan ketinggian antara 75-198 m dpl, dan Kecamatan Cipari, Sidareja, sebagian Gandrungmangu, dan sebagian Kawunganten dengan ketinggian antara 23-75 m dpl.

Kabupaten Cilacap dalam tatanan administrasi pemerintahan terdiri dari 24 Kecamatan dan 284 desa/kelurahan, dengan spesifikasi 11 Kecamatan (72 desa/kelurahan) yang memiliki wilayah pesisir di wilayah selatan Jawa Tengah. Jumlah penduduk keseluruhannya berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2009 mencapai 1,744,128 jiwa (laki-laki: 873,251 jiwa; perempuan: 870,877 jiwa), pertumbuhan penduduk sekitar 0.32%. Berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin terbanyak pada kelompok umur 15-19 dengan jumlah 180,653 yaitu laki- laki 92,686 dan perempuan 87,967.

b. Visi

Visi pemerintah Kabupaten Cilacap sesuai RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Kabupaten Cilacap Tahun 2008-2012 adalah “Terciptanya Pemerintahan Yang Tangguh,

commit to user

Terpercaya Dan Mandiri Guna Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat”.

c. Misi

Untuk mewujudkan Visi Kabupaten Cilacap ditetapkan Misi sebagai berikut:

Menyelenggarakan pemerintahan daerah secara efisien dan efektif dengan mensinergikan upaya-upaya bersama antara pemerintah, swasta dan masyarakat (Good Governance).

1) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia baik sumberdaya aparatur maupun sumberdaya masyarakat secara luas sebagai modal dasar bagi pelaksanaan otonomi daerah.

2) Memberikan pelayanan prima dalam rangka menumbuhkan iklim investasi yang sehat.

3) Penguatan struktur perekonomian daerah melalui penguatan potensi ekonomi lokal.

4) Meningkatkan pembangunan atau penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur ekonomi, perdagangan, pendidikan dan kesehatan untuk mencapai derajat manusia yang bermartabat.

5) Meningkatkan kemampuan keuangan daerah dengan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan daerah melalui kebijakan yang berpihak pada masyarakat.

Mengacu kepada Misi yang dijalankan oleh Kabupaten Cilacap bahwa Pemerintah Daerah tersebut mengupayakan adanya kerjasama

commit to user

yang sinergi antar lembaga yang saling terkait secara bersama-sama memberdayakan potensi ekonomi lokal melalui pemberian bantuan yang mampu menunjang jalannya pemberdayaan tersebut.

Apabila Misi tersebut berhasil dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah secara keseluruhan maka secara tidak langsung Visi dari Pemerintah Daerah Cilacap akan terwujud. Yaitu masyarakat yang mandiri dan sejahtera secara ekonomi dan sosial karena pembangunan ekonomi yang baik adalah pembangunan ekonomi yang mampu menciptakan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya adalah dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat bawah agar mampu berkembang dengan baik serta mampu menciptakan kemandirian ekonomi sehingga akan tercipta pembangunan nasional yang seutuhnya.

commit to user

2. Penyebaran Penduduk Kabupaten Cilacap a. Gambaran Umum Demografis

Tabel 4.1

Daftar P4B menurut jenis kelamin periode tahun 2008

NO KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 DAYEUHLUHUR 24,116 24,519 48,635 2 WANREJA 47,316 47,449 94,765 3 MAJENANG 61,723 61,724 123,447 4 CIMANGGU 49,199 48,926 98,125 5 KARANG PUCUNG 35,951 36,786 72,737 6 CIPARI 30,532 30,619 61,151 7 SIDAREJA 28,205 28,866 57,071 8 KEDUNGREJA 40,252 39,922 80,174 9 PATIMUAN 22,263 22,553 44,816 10 GANDRUNGMANGU 50,489 51.237 101,726 11 BANTARSARI 34,408 34,086 68,494 12 KAWUNGANTEN 38,764 40,064 78,828 13 KAMPUNG LAUT 8,634 8,116 16,750 14 JERUK LEGI 31,423 30,268 61,691 15 KESUGIHAN 48,219 47,954 96,173 16 ADIPALA 40,124 39,994 80,118 17 MAOS 23,493 23,485 46,978 18 SAMPANG 18,611 18,346 36,957 19 KROYA 51,027 51,337 102,364 20 BINANGUN 33,185 32,448 65,633 21 NUSAWUNGU 38,576 38,278 76,854 22 CILACAP SELATAN 39,658 38,639 78,297 23 CILACAP TENGAH 42,217 41,835 84,052 24 CILACAP UTARA 34,866 33,426 68,292 TOTAL 873,251 870,877 1,744,128

Sumber Data : BPS Kabupaten Cilacap 2009/2010

Penduduk Kabupaten Cilacap tersebar ke dalam 24 Kecamatan. Berdasarkan tabel 2.1 tersebut dapat terlihat bahwa Majenang merupakan Kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar dibandingkan dengan kecamatan–kecamatan lainnya di Kabupaten Cilacap. Kroya berada pada urutan kedua Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak. Sedangkan Kecamatan dengan jumlah penduduk

commit to user

terkecil berada pada Kecamatan kampung laut yang merupakan wilayah yang terisolasi karena pemukimannya berada diatas pantai.

Kabupaten Cilacap bisa dikatakan sebagai Kabupaten dengan berbagai sektor industri yang cukup menonjol. Terbukti dengan banyaknya industri besar yang berada di Kabupaten ini seperti induk Pertamina terbesar di Jawa Tengah berada di Kabupaten Cilacap yang menyediakan kebutuhan minyak, gas dan bahan bakar lainnya. Cilacap juga merupakan salah satu penghasil ikan hiu terbaik karena hiu-hiu tanggkapan dari daerah Cilacap memiliki kualitas kesegaran yang tidak diragukan lagi. Cilacap merupakan pengekspor kapulaga dan temulawak terbesar ke Cina khususnya dari daerah Dayeuhluhur. Selain itu juga terdapat industri pengolahan kayu lapis, PLTU, Holcim, dlsb.

Tingginya angka industri di Cilacap menunjukan iklim bisnis yang potensial di kawasan ini. Dengan demikian para investor telah banyak yang mempercayakan modalnya untuk menjalankan usahanya di Kabupaten Cilacap. Secara tidak langsung hal ini akan memberikan keuntungan yang berlipat karena selain perolehan dari PAD hal ini juga akan sejalan dengan lapangan pekerjaan yang akan tersedia. Apabila kesempatan kerja tersebut mampu diimbangi dengan kualitas SDM yang sesuai dengan kebutuhan maka akan dapat mengurangi angka pengangguran.

commit to user

Mengacu kepada keuntungan yang akan di dapat maka akan menjadi lebih baik apabila Pemerintah Kabupaten Cilacap terus mengupayakan dan membantu perkembangan sektor industri dalam segala jenis usahanya agar terus maju dan berkembang karena sejalan dengan perkembangan tersebut akan memberikan keuntungan kepada Pemerintah Daerah dan masyarakat pada umumnya. Berikut merupakan tabel mengenai jumlah perusahaan industri di Kabupaten Cilacap beserta tenaga kerja yang ada di dalamnya.

Tabel 4.2

Jumlah Perusahan Industri Dan Tenaga Kerja Menurut Kode Industri Kabupaten Cilacap Tahun 2009

Kode Industri Besar Sedang Jml Perus

Tenaga Kerja Produksi Tng Kerja Lainnya

Laki2 PR Jml Laki2 PR Jml 15 Besar Sedang 6 33 594 582 841 380 1,435 962 280 149 64 32 344 181 17 Besar Sedang 1 -480 -480 0 190 -20 -210 0 20 Besar Sedang 3 1 1,863 21 373 -2,236 21 57 10 29 -86 10 23 Besar Sedang -1 -30 -30 60 0 7 -7 0 24 Besar Sedang -3 -96 -42 0 138 -96 -12 0 108 25 Besar Sedang 5 1 1,837 50 725 20 2,562 70 1,111 5 221 2 1,332 7 26 Besar Sedang 1 -598 -5 -603 0 132 -29 -161 0 36 Besar Sedang -1 -15 -45 0 60 -3 -0 3

Sumber : BPS Kabupaten Cilacap 2009/2010 Keterangan :

15 Perusahaan Industri Makanan dan Minuman

17 Perusahaan Industri Tekstil

20 Perusahaan Industri Pengolahan Kayu, barang dari kayu (tidak

termasuk furniture) dan barang anyaman

23 Industri Batu Bara, Pengilangan Minyak Bumi dan Pengolahan Gas

Bumi, Barang-barang Dari Hasil Pengilangan Minyak Bumi, Dan Bahan Bakar Nuklir

24 Perusahaan Industri Kimi dan Barang-barang dari Kimia

25 Perusahaan Industri Pengolahan Karet dan barang-barang dari karet

26 Perusahaan Industri Pengolahan barang galian bukan logam

commit to user

Dari tabel tersebut terlihat bahwa sektor industri yang paling banyak adalah berada pada perusahaan makanan dan minuman kategori industri sedang yang mencapai jumlah 33 industri yang mampu menyerap tenaga kerja ± 1143 tenang kerja.

Menurut BPS Kabupaten Cilacap bahwa industri besar adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja minimal 100 orang, industri sedang adalah perusahaan industri dengan tenaga kerja 20-99 orang serta industri kecil adalah industri dengan tenaga kerja 5-19 orang sedangkan industri rumah tangga adalah industri dengan tenaga kerja 1-4 orang. Sesuai dengan tabel 4.2 diatas sektor perusahaan makanan dan minuman memiliki jumlah tenaga kerja laki–laki lebih banyak dibanding dengan perempuan. Selain itu sektor industri makanan dan minuman merupakan salah satu jenis mata pencaharian sektor industri yang menonjol dibandingkan dengan lainnya. Dengan demikian banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor perusahaan menengah tersebut.

3. Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Cilacap

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat esensial karena kondisi kesehatan seseorang akan sangat mempengaruhi kelancaran aktivitasnya. Kepedulian Pemerintah terhadap masalah kesehatan diwujudkan antara lain melalui penyediaan beberapa sarana kesehatan seperti Pukesmas, Puskesmas Pembantu dan Polindes yang keberadaannya telah menyebar di tiap Kecamatan. Adanya

commit to user

Puskesmas tersebut merupakan wujud fasilitas kesehatan dari Pemerintah yang mudah, dekat dan terjangkau bagi masyarakat. Puskesmas tersebut berfungsi untuk melayani kebutuhan kesehatan bagi masyarakat setempat, membina dan mengawasi kesehatan masyarakat sekitarnya.

Di Kabupaten Cilacap setiap Kecamatan telah memiliki minimal satu Puskesmas. Bahkan beberapa Kecamatan yang penduduknya relatif banyak telah berdiri dua Puskesmas, sehingga ratio Puskesmas terhadap penduduk pada tahun 2009 adalah satu Puskesmas rata-rata melayani 48,488 penduduk (BPS Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2010).

Di samping itu, untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, di Kabupaten Cilacap telah ada 81 Puskesmas pembantu dan 2,062 Posyandu. Salah satu peran serta masyarakat dalam upaya pembangunan kesehatan adalah dengan mengikuti program KB dan proram imunisasi. Pada tahun 2009 pencapaian akseptor KB baru tercatat sebanyak 62,711 dari target sebanyak 99,942.

4. Struktur Mata Pencaharian Masyarakat Kecamatan Kroya

Jenis mata pencaharian di Kecamatan Kroya dibagi menjadi beberapa jenis mata pencaharian yaitu 8 sektor. Diantaranya adalah pertanian, pertambangan, industri, bangunan, perdagangan, angkutan komunikasi, jasa dan lain-lainnya yang tidak termasuk dalam kelompok-kelompok tersebut. Di Kecamatan Kroya mayoritas penduduknya bekerja pada sektor pertanian dengan jumlah 21,619 penduduk kemudian disusul dengan perdagangan mencapai jumlah 8,945 penduduk, jumlah tersebut

commit to user

dari jumlah keseluruhan tenaga kerja 48,820 penduduk. Sektor industri hanya mencapai 2,775 penduduk dan menempati urutan ke-enam. Kelompok masyarakat yang bekerja pada sektor industri jamu merupakan kelompok masyarakat yang masuk dalam kelompok perdagangan dan perindustrian. Salah satu sisi mereka sebagai produksen di sisi lainnya ada juga yang sebagai distributor atau pedagang. Atau bahkan ada juga yang berperan dua-duanya. Data lebih lanjut dapat terlihat pada tabel 4.3.

Banyaknya jumlah penduduk yang bekerja pada suatu sektor akan mempengaruhi jumlah buruh yang ada di dalamnya. Seringkali semakin banyak penduduk yang bekerja pada suatu sektor maka akan menciptakan hubungan yang positif dengan jumlah buruh yang ada di dalamnya. Hal ini karena semakin tinggi produksi suatu barang maka akan semakin tinggi pula tuntutan terhadap SDM. Salah satunya adalah sebagai tenaga produksi atau buruh. Semakin berkembangnya suatu sektor maka kesempatan pekerjaan bagi buruh akan semakin meningkat. Apalagi dalam sektor industri pada khususnya seringkali berhubungan dengan produksi dalam jumlah yang besar yang membutuhkan tenaga manusia lebih banyak walaupun mesin-mesin produksi modern telah berkembang di masyarakat. Banyaknya jumlah buruh di Kecamatan Kroya dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.3

Mata Pencaharian Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Lapangan Usaha Akhir Tahun 2009

Desa / Kel Pertanian Pertambangan Industri Bangunan Perdagangan Angkutan / Komunikasi

Jasa Lainnya Jumlah

Sikampuh 2,402 - 140 140 360 39 318 126 3,525 Karangturi 1,627 - 88 185 253 28 154 100 2,435 Ayamalas `1,206 - 129 130 301 47 616 232 2,661 Karangmangu 1,242 - 72 159 522 73 952 228 3,248 Pucung Kidul 1,124 - 440 155 519 70 421 135 2,864 Mergawati 842 - 296 184 157 32 270 `179 1,960 Pucung Lor 1,100 - 392 140 466 53 317 128 2,596 Bajing 476 - 61 207 842 89 1,010 301 2,986 Kroya 616 - 135 182 1,029 187 307 381 2,837 Pesanggrahan 754 - 90 195 401 88 360 132 2,020 Pekuncen 1,468 - 55 245 343 92 943 242 3,388 Bajing Kulon 872 - 72 190 651 59 943 196 2,983 Kedawung 1,733 - 145 265 812 80 419 200 3,654 Mujur 1,282 - 194 136 531 99 381 278 2,901 Gentasari 2,441 - 301 240 1,149 68 702 329 5,230 Mujur Lor 792 - 90 139 352 43 161 206 1,783 Buntu 821 - 75 138 257 46 210 202 1,749 Jumlah 21,619 - 2,775 3,030 8,945 1,193 8,484 3,595 48,820

Tabel 4.4

Banyaknya Buruh Tani, Nelayan, Buruh Industri, Buruh Bangunan, PNS, TNI / POLRI Dan Pensiunan Menurut Desa Tahun 2009

Desa / Kelurahan Buruh Tani Nelayan Buruh Industri Buruh Bangunan

PNS / POLRI Pensiunan Pengusaha

Sikampuh 1,200 3 175 132 76 47 90 Karangturi 930 3 60 169 13 3 89 Ayamalas 560 - 92 116 47 25 86 Karangmangu 740 - 68 145 109 42 126 Pucung Kidul 580 4 300 140 86 30 154 Mergawati 521 3 176 167 32 9 73 Pucung Lor 649 - 342 136 40 6 160 Bajing 290 2 46 188 175 89 187 Kroya 290 1 120 170 382 100 222 Pesanggrahan 468 14 86 181 13 10 132 Pekuncen 1,052 3 47 230 71 23 90 Bajing Kulon 330 2 99 172 70 84 110 Kedawung 860 6 190 251 82 30 168 Mujur 650 4 257 120 92 40 128 Gentasari 1,852 4 334 229 186 65 291 Mujur Lor 418 4 108 121 17 20 88 Buntu 500 1 96 119 46 8 82 Jumlah 11,890 54 2,596 2,787 1,537 631 2,276

commit to user

Berdasarkan tabel 4.4 tersebut terlihat bahwa jumlah buruh terbesar berada pada sektor pertanian mencapai 11,890 kemudian disusul dengan jumlah buruh bangunan dengan jumlah 2,787. Terdapat angka yang menarik yaitu pada jumlah buruh industri pada tabel 4.4 tersebut yaitu mencapai angka 2,596. Hal ini karena sesuai tabel 4.3 jumlah penduduk dengan mata pencaharian industri tidak begitu menonjol dibandingkan dengan sektor lainnya, namun jumlah buruh yang bekerja pada sektor industri mampu memberikan angka yang signifikan dibandingkan dengan jumlah buruh pada sektor mata pencaharian lainnya.

Dengan demikian dapat terlihat bahwa sektor industri lebih berperan dalam penyerapan tenaga kerja di dalamnya. Sektor industri mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak dibandingkan dengan sektor usaha lainnya. Dengan demikian sektor industri seharusnya harus terus mendapatkan perhatian dari Pemerintah agar dapat terus berkembang.

commit to user

5. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap

Setiap organisasi memiliki Visi sebagai identitas keberadaan organisasi tersebut ada. Melalui Visi maka dapat terlihat untuk apa organisasi itu hadir dan ada di tengah kehidupan masyarakat. Selain itu Visi merupakan arah tujuan utama organisasi berjalan. Begitupula dengan Dinas Kesehatan yang merupakan lembaga pemerintah di tingkat daerah yang berwenang dan berfungsi untuk memelihara, membina dan meningktkan tingkat kesehatan masyarakat di tingkat wilayahnya. Dalam mewujudkan fungsi tersebut Dinas Kesehatan juga memilikin Visi dan Misi yang menjadi arah tujuannya. Berikut merupakan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap :

a. Visi

Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap yaitu terwujudnya masyarakat Cilacap yang sejahtera, maju, mandiri, bersaing, memiliki solidaritas yang tinggi dalam suatu pemerintahan yang adil, demokratis, bersih, bertanggungjawab serta Cilacap sebagai pusat pembangunan Jawa Tengah bagian selatan melalui pemanfaatan secara optimal segenap sumber daya yang ada dengan mempertimbangkan keserasian dan kelestarian.

b. Misi

Dalam upaya mewujudkan Visi tersebut beberapa Misi yang akan dilakukan yaitu:

commit to user

1) Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pengembangan ekonomi kerakyatan dengan memperhatikan aspek pemerataan dan keadilan.

2) Meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan formal maupun pendidikan ketrampilan untuk mewujudkan masyarakat yang maju dan memiliki daya saing tinggi.

3) Meningkatkan kemandirian melalui pengembangan program-program pemberdayaan serta merangsang tumbuhnya kewaspadaan masyarakat.

4) Meningkatkan derajat ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam rangka meningkatkan kualitas moral dan kerukunan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

commit to user

6. Gambaran Umum Jamu Cilacap

Kabupaten Cilacap pada umumnya, dan wilayah Cilacap Timur khususnya terkenal sebagai daerah perajin jamu jawa. Usaha ini merupakan usaha turun-temurun dari nenek moyangnya. Seperti kita ketahui bersama bangsa kita terkenal beraneka ragam tanaman obat yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Bahkan tanaman yang berkhasiat obat banyak tumbuh secara liar disekeliling kita. Pemanfaatan tanaman obat yang bisa dimanfaatkan menjadi jamu awalnya digunakan sebagai pertolongan pertama untuk obat keluarga khususnya di wilayah Cilacap timur yaitu di Desa Gentasari, namun karena ternyata mendatangkan nilai ekonomis, dibuatlah usaha peracik jamu tradisional.

Usaha perajin jamu jawa yang ada di desa Gentasari pada awalnya adalah usaha pengisi waktu luang sehabis para petani mengerjakan usaha tani tanaman pangan (sawah). Sebagai usaha sampingan pengisi waktu luang tentunya dalam pemasarannya tidak terlalu luas atau besar.

Sejalan dengan perkembangan ekonomi di negara kita, ternyata hal ini berdampak baik terhadap perkembangan pemasaran jamu jawa dari Desa Gentasari pada khusunya dan Kecamatan Kroya pada umumnya, selain itu jamu jawa semakin mendapat tempat di hati para konsumen, sehingga kedudukan usaha jamu semakin berkembang, dan menjadi usaha pokok atau setidaknya mempunyai kedudukan yang sama dengan usaha pertanian.

Atas pertimbangan tersebut pada tahun 1978 dibentuk Himpunan Perajin Jamu Jawa yang ada di Gentasari dan sekitarnya dan sekaligus

commit to user

merupakan embrio dari Koperasi. Perkembangan Perajin Jamu Jawa semakin meningkat maka para pembina terutama dari Departemen Koperasi, Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan memandang perlu untuk menjadikan HPJA sebagai Koperasi dan pada tanggal 10 Juli 1985. Himpunan Perajin Jamu Jawa Asli dilikuidasi menjadi Himpunan Perajin Indonesia (HIPMI) sektor jamu jawa sebagai wadah kelembagaannya dan Koperasi Perajin Jamu Asli Gentasari sebagai bidang usahanya dan Badan Hukum disyahkan pada tanggal 10 Februari 1986 oleh Bupati Cilacap Pujono Pranyoto dengan nomor Badan Hukum : 10485BHVI.

Untuk memperluas jangkauan pembinaan anggota Koperasi maka pada tanggal 16 Agustus 1994 diadakan rapat anggota khusus untuk membahas perubahan ADART, dan dari hasil musyawarah tersebut disetujui untuk merubah nama Koperrasi Perajin Jamu Asli Gentasari menjadi Koperasi Aneka Sari.

Berdasarkan PerMenKes Nomor: 246/MenKes/Per/V/1990 Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (1) bahwa Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan atau galenik atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun menurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Dengan demikian bahwa pelaku atau pengusaha obat tradisional merupakan orang atau pihak yang membuat atau mengusahakan bahan atau ramuan tersebut diatas dengan berdasarkan pengalaman.

commit to user

Kualifikasi industri obat tradisional menurut PerMenKes tersebut diatas adalah sebagai berikut yang tertuang dalam Bab 1 ketentuan Umum Pasal 1 ayat (2) dan (3) yaitu : (2) Industri Obat Tradisional adalah industri yang memproduksi obat tradisional dengan total aset diatas Rp 600.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan, (3) Industri Kecil Obat Tradisional adalah industri obat tradisional dengan total aset tidak lebih dari Rp 600.000.000, tidak termasuk harga tanah dan bangunan.

Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi di lapangan bahwa rata-rata modal pengusaha jamu (PJ) adalah jauh dibawah Rp 600.000.000. Dengan demikian berdasarkan kualifikasi tersebut maka rata-rata pengusaha jamu di kecamatan Kroya adalah merupakan pengusaha industri kecil obat tradisional. Dalam usaha mendirikan industri obat tradisional diperlukan izin dari Mentri hal ini sesuai dengan PerMenKes Bab I Pasal 2 ayat (1).

Selain itu industri kecil obat tradisional wajib memenuhi persyaratan untuk memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) sesuai dalam PerMenKes 246 Bab III Pasal 6 ayat (2). Selain memiliki NPWP industri kecil obat tradisional harus memperkerjakan sekurang-kurangnya seorang Apoteker warga negara Indonesia sebagai penanggung jawab tekhnis hal ini tertuang pada PerMenKes 246 Bab III Pasal 8 ayat (2). Industri kecil obat tradisional kemudian juga diwajibkan untuk mengikuti pedoman CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik) tertuang pada PerMenKes 246 Bab III Pasal 9 ayat (1). Berdasarkan lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor: HK.00.05.4.1380 CPOTB

commit to user

merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk menerapkan sistem jaringan mutu yang diakui dunia internasional. Untuk itu sistem mutu hendaklah dibangun, dimantapkan dan diterapkan sehingga kebijakan yang ditetapkan dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai.

Dalam PerMenKes 246 Bab IV Pasal 13 ayat (2) dan (3) terdapat suatu kelonggaran berkaitan dengan pembangunan proyek perajin obat tradisional dapat mengajukan perpanjangan persetujuan prinsip industri kecil obat tadisional selama-lamanya satu tahun (lihat lampiran PerMenKes 246).

Dalam industri kecil obat tradisional bahan baku ditentukan oleh pejabat Dinas Kesehatan setempat. Dalam PerMenKes 246 Bab V Pasal 23 ayat (2) bahwa salah satunya dilarang menggunakan bahan kimia sintetik atau hasil isolasi yang berkhasiat sebagai obat (lihat lampiran PerMenKes 246).

Klasifikasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan ataupun Koperasi mengenai tingkatan industri obat tradisional atau jamu tidak ada standar bakunya. Berdasarkan kondisi di lapangan atau masyarakat jamu saat ini dari jumlah 257 perajin 222 diantaranya adalah skala home industry atau industri kecil obat tradisional dengan modal di bawah Rp 600.000.000. Dengan demikian ± 35 perajin lainnya merupakan skala menengah diatas Rp 600.000.000. Namun berdasarkan observasi dilapangan diantara 35 perajin yang digolongkan sebagai industri obat tradisional (modal diatas Rp 600.000.000) belum ada yang telah memiliki gedung atau bangunan standar CPOTB.

commit to user

Diungkapkan oleh Bidang Pelayanan Kesehatan bagian Farmami bahwa pernyataan Jamu Tradisional sebenarnya kurang tepat karena ungkapan yang benar menurut pihak Dinas Kesehatan adalah Obat Tradisional. Namun mengacu pada lampiran Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor: HK.00.05.4.1380 istilah obat tradisional merupakan jamu. Keberadaan obat tradisional atau jamu tradisional di Kecamatan Kroya dan sekitarnya memiliki potensi yang positif. Namun, karena seiring dengan perkembangan para pengusaha jamu tersebut sehingga menciptakan kecenderungan kuat dengan mencampuri hasil produksi mereka dengan bahan kimia obat (BKO). Hal ini merupakan satu hal yang dilarang pada pembuatan obat tradisional. Walaupun menggunakan pengawasan Apoteker produksi obat tradisional dilarang menggunakan Bahan Kimia Obat.

Perbedaan konsep peristilahan antara perajin jamu tradisional dan Dinas Kesehatan yaitu “Jamu Tradisional” dan konsep “Obat Tradisional”

Dokumen terkait