• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRINSIP AJARAN ISLAM DALAM PENERAPAN EKONOM

D. MAWARIS DAN WASIAT

Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa pembagian waris telah dijelaskan AllahSWT dalam firmannya; َ وَ ِّنا دِّلٲ وۡلٱَ ك ر تَاَّمِّ مَ ٌبي ِّص نَ ِّلا ج ِّ رلِّ ل َ رُث كَ ۡو أَُهۡنِّمَ َّل قَاَّمِّمَ نوُب رۡق ۡلۡٱ وَ ِّنا دِّلٲ وۡلٱَ ك ر تَاَّمِّ مَ ٌبي ِّص نَ ِّءٓا سِّ نلِّل وَ نوُب رۡق ۡلۡٱ ََۚ ا ضو ُرۡفَّمَا بي ِّص ن َ

Arinya:”bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu- bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah

ditetapkan”. (al-Nisa’, 4:7)

َا را نَْمِّهِّنوُطُبَيِّفَ نوُلُكْأ يَا مَّنِّإَا مْلُظَى ما ت يْلاَ لا وْم أَ نوُلُكْأ يَ نيِّذَّلاََّنِّإ ا ريِّع سَ ن ْو لْص ي س و

َ

Artinya:”Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”. (al-Nisa’, 4:10)

َ أَْا ٓوُلُكۡأ تَ لَ و َِّۡلۡٱِّبَ ِّساَّنلٱَِّلٲ و ۡم أَ ۡنِّ مَا قي ِّر فَْاوُلُڪۡأ تِّلَِّماَّڪُحۡلٱَى لِّإَٓا هِّبَْاوُلۡدُت وَِّلِّطٰـ بۡلٱِّبَمُك نۡي بَمُك لٲ و ۡم

َ نوُم لۡع تَ ۡمُتن أ وَِّمۡث َ

Artinya:”dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di

antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta

benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui”.

Ada beberapa sebab-sebab seseorang mendapatkan waris: 1. Hubungan kekeluargaan (QS.An-Nisa’:7)

2. Pernikahan

3. Memerdekakan budak. Sabda nabi,”Hubungan orang memerdekakan hamba seperti hubungan keturunan dengan keturunan, tidak dijual, an tidak dihibahkan.”(HR.Ibn Khuzaimah, Ibn Hibban, dan Hakim)

4. Hubungan sesama Muslim.

“Saya menjadi waris bagi orang yang tidak mempunyai ahli waris”.

Ahli waris yaitu orang-orang yang mendapat waris dari orang yang meninggal dunia, jumlahnya ada 25 orang. 15 orang dari pihak laki-lki dan 10 orang dari pihak perempuan.

a. Dari pihak laki-laki: 1) Anak laki-laki

2) Anak laki-laki dari anak laki-laki (cucu) terus ke bawah asal dari anak laki-laki 3) Bapak

4) Kakek dari pihak bapak, terus keatas pertaliannya dari pihak bapak 5) Saudara laki-laki seibu sebapak

71 6) Saudara laki-laki sebapak saja 7) Saudara laki-laki seibu saja

8) Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu sebapak 9) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak saja

10)Saudara laki-laki bapak (paman) dari pihak bapak yang seibu sebapak 11)Saudara laki-laki bapak yang sebapak saja

12)Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman) yang seibu sebapak 13)Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman) yang sebapak saja 14)Suami

15)Laki-laki yang memerdekakannya

Jika lima belas orang di atas semua ada, maka yang mendapat harta waris hanya 3 orang saja, yaitu:

1) Bapak 2) Anak laki-laki 3) Suami

b. Dari pihak Perempuan: 1) Anak perempuan

2) Anak perempuan dari anak laki-laki dan seterusnya kebawah, asal pertalian yang meninggal terus laki-laki

3) Ibu

4) Ibu dari bapak

5) Ibu dari ibu terus ke atas pihak ibu sebelum selang laki-laki 6) Saudara perempuan seibu sebapak

7) Saudara perempuan sebapak 8) Saudara perempuan seibu 9) Istri

10)Perempuan yang memerdekakan

Jika 10 orang di atas ada semua, yang berhak dapat waris ada 5 orang yaitu: 1) Istri

2) Anak perempuan

3) Anak perempuan dari anak laki-laki 4) Saudara perempuan yang seibu sebapak

Sekiranya dari ke 25 orang asih ada semua baik dari pihak laki-laki ataupun perempuan, maka yang pasti mendapatkan hanya salah seorang dari dua yaitu, suami/istri, ibu dan bapak, anak laki-laki dan anak perempuan.

72

Anak yang dalam kandungan ibunya juga berhak mendapat waris, seperti sabda rasulullah saw: “Apabila menangis anak yang baru lahir, ia mendapat pusaka.”(HR.

Abu Dawud)

c. Bagian –bagian waris 1) Yang mendapat ½ harta

 Anak perempuan (QSAn-Nisa’:11)

 Anak perempuan dari anak laki-laki, apabila tidak ada anak perempuan.  Saudara perempuan yang seibu sebapak atau sebapak saja (QS.An-

Nisa’:176)

 Suami, apabila istri tidak meninggalkan anak dan tidak pula ada anak dari anak laki-laki, baik laki-laki ataupun perempuan.(QS.An-Nisa’:12)

2) Yang mendapatkan ¼ harta

 Suami, apabial istri yang meninggal meninggalkan anak, baik anak laki-laki ataupun perempuan.atau meninggalkan anak dari anak laki-laki baik laki- laki atau perempuan.

 Istri, satu atau berbilang. Jika suami tidak meninggalkan anak (anak laki- laki atau perempuan) dan tidak pula anak dari anak laki-laki (baik laki-laki atau perempuan). Maka jika mereka berbilang maka ¼ dibagi rata.(QS.An-

Nisa’:12)

3) Mendapat 1/8 harta

Istri baik satu atau berbilang, jika suami meninggalkan anak (baik laki-laki atau perepuan) atau anak dari anak laki-laki (baik laki-laki atau perempuan). (QS.An-Nisa”:12)

4) Mendapat 2/3

 Dua anak perempuan atau lebih, dengan syarat tidak ada anak laki- laki. (QS.An-nisa’:11)

 Dua orang anak perempuan atau lebih dari anak laki-laki. Apabila anak perempuan tidak ada

 Saudara perempuan yang seibu sebapak apabila berbilang. (QS.An-

nisa’176)

 Saudara perempuan yang sebapak, dua atau lebih. (QS.An-Nisa’:176) 5) Mendapatkan 1/3 harta

 Ibu, apabila yang meninggal tidak meninggalkan anak atau cucu (anak dari anak laki-laki), dan tidak pula meninggalkan dua orang saudara baik laki-laki maupun perempuan, baik seibu sebapak atau seibu saja /sebapak saja.

 Dua orang saudara atau lebih dari saudara yang seibu baik laki-laki atau perempuan. (QS. An-Nisa’:12)

73 6) Mendapat 1/6 harta

 Ibu, apabila ia beserta anak, beserta anak dari anak laki-laki atau beserta dua saudara atau lebih, baik saudara laki-laki ataupun perempuan seibu sebapak, atau sebapak saja atau seibu saja. (Qs.An-

nisa’:11)

 Bapak si mayat, apabila yang meninggal mempunyai anak atau anak dari anak laki-laki.

 Nenek (ibu dari ibu atau ibu dari bapak) kalau ibu tidak ada.

 Cucu perempuan dari anak laki-laki baik sendiri atau berbilang, apabila bersama anak perempuan. Tetapi bila anak perempuan berbilang cucu perempuan dari anak laki-laki tidak mendapat.

 Kakek (bapak dari bapak), apabila beserta anak atau anak dari anak laki-laki, sedang bapak tidak ada.

 Seorang saudara seibu, baik laki-laki atau perempuan. (QSAn-nisa’:12)

 Saudara perempuan yang sebapak saja, baik sendiri maupun berbilang, apabila beserta saudara perempuan yang seibu sebapak. Apabila saudara seibu sebapak berbilang, maka saudara sebapak tidak mendapatkan waris

(putusan Ijma’)

Wasiat ialah pesan tentang suatu kebaikan yang akan dijalankan sesudah seseorang meninggal dunia. Hukum wasiat adalah sunnah (sulaiman: 2009) dalam firmannNya berbunyi:

ٍَنۡي دَ ۡو أَٓا ہِّبَى ِّصوُيٍَةَّي ِّص وَِّدۡع بَ ۢنِّم َۗ

َ

“Sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat.” (Qs.An-Nisa’, 4:11)

Sabda Rasulullah saw: “Tidak ada hak seorang muslim yang mempunyai sesuatu, yang pantas diwasiatkan sampai dua malam, melainkan hendaklah wasiatnya tertulis disisi

kepalanya.”(HR. Buhari, Muslimdan lain-lain)

Sebanyak-banyaknya harta yang diwasiatkan adalah sepertiga dari harta, tidak boleh lebih, kecuali apabila diizinkan oleh semua ahli waris sesudah orang yang berwasiat itu

meninggal. Seperti sabda Rasulullah SAW,”Dari Ibnu Abbas, Ia berkata, “Alangkah baiknya jika manusia mengurangi wasiat mereka dari sepertiga ke seperempat. Karena sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda,”wasiat itu sepertiga, sedangkan sepertiga itu

sudah banyak.” (HR.Bukhari-Muslim)

Wasiat ditujukan pada yang bukan ahli waris, apabila diberikan kepada ahli waris tidak sah hukumnya, tetapi boleh ketika diridhai oleh seluruh ahli waris yang lain.sabda Rasulullah

saw,”

Dari Abu Amamah, Ia berkata,”Saya telah mendengar Nabi SAW bersabda,”Sesungguhnya

Allah telah menentukan hak tiap-tiap ahli waris. Maka dengan ketentuan itu tidak ada hak wasiat lagi bagi seorang ahli waris.” (HR.Lima ahli Hadis selain Nasai)

Agar tidak terjadi kecurangan dilain hari, maka wasiat harus dicatat dan ada saksi dua orang yang amanah. Wasiat tersebut berkaitan dengan harta.

Adapun wasiat yang berkaitan dengan tanggungjawab yang akan dijalankan sesudah ia meninggal dunia, misalnya: seseorang berwasiat kepada orang lain supaya kelak menolong

74

anaknya dan mendidiknya, membayar hutang, mengembalikan barang yang dipinjam. Maka orang yang diserahi harus memiliki kreteria sbb: Beragama Islam, Sudah Baligh, Berakal sehat, Orang yang merdeka, Amanah, dan cakap untuk menjalankan sebagaimana yang dikehendaki oleh yang berwasiat.

E. JUAL BELI