• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESEHATAN DAN ISU-ISU KONTEMPORER

B. PENYAJIAN MATERI 1 Malpraktik

8. Transpalantasi Organ

Transpalantasi menurut istilah kedokteran bisa diartikan sebagai usaha memindahkan sebagian tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain. Adapun organ ialah kumpulan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda-beda sehingga merupakan satu kesatuan yang mempunyai fungsi tertentu.

Pada tahun 1597 seorang ahli bedah Italia bernama Gaspare Tagliacoszi telah mencoba memindahkan hidung orang ke hidung orang lain yang cacat, tetapi tidak berhasil. Kegagalan ini memacu para ahli kesehatan untuk melakukan penelitian tentang penolakan terhadap pemindahan organ tersebut. Akhirnya pada tahun 1954 para dokter dari fakultas kedokteran Harvard berhasil melakukan transpalantasi ginjal pada manusia untuk yang pertama kalinya. Kini berbagai organ pasien yang telah rusak diganti dengan organ yang masih baik dari orang hidup lainnya atau dari jenazah.

Transpalantasi Organ Dalam Pandangan Islam

Ajaran Islam pada hakikatnya menyetujui transpalantasi organ dari donor jenazah. Pendapat ini didasarkan kepada ayat al-Qur’an:

136

ِناَوْدُعْلاَو ِْثُِْلَا ىَلَعاْوُ نَواَعَ تَلََو اَوْقَّ تلاَو ِ ِبْلا ىَلَعاْوُ نَواَعَ تَو

“Dan tolong menolonglah kamu dalam kebijakan dan taqwa, dan

jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (Q.S. Al-Maidah: 2).

Dalam Syarah Muhadzab ada kaidah yang berbunyi:

- Kehormatan orang hidup lebih diutamakan dari pada kehormatan orang yang telah meninggal.

- Apabila ada seorang wanita meninggal dan di dalam perutnya terdapat bayi yang hidup, maka perut wanita tadi harus dibelah, karena hal itu berarti upaya menyelamatkan orang yang hidup dengan merusak bagian/organ yang telah meninggal; maka kebolehannya sama dengan maslah memakan daging mayat dalam keadaan darurat.

Kaidah inilah yang dijadikan rujukan Majelis Ulama Indonesia untuk menyatakan bahwa transpalantasi organ manusia dengan donor jenazah diperbolehkan. Meskipun demikian dalam melaksanakan transpalantasi para dokter harus memegang nilai-nilai moral yang luhur dan tetap memperlakukan jenazah secara terhormat.

9. Euthanasia

Dalam pengertian medis, Euthanasia berarti membantu seseorang untuk meninggal dunia lebih cepat demi membebaskannya dari penderitaan akibat penyakitnya. Kebijakan euthanasia muncul ketika ilmu pengetahuan kedokteran belum mampu menyembuhkan penyakit yang mematikan, dan penyakit itu telah menimbulkan penderitaan yang berat pada pasiennya. Penderitaan bukan hanya pada pasien, tetapi juga pada keluarganya. Perawatan yang berkepanjangan, biaya rumah sakit yang membebani ekonomi keluarga, pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran.

Klasifikasi Euthanasia

Berdasarkan caranya, euthanasia diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: a. Euthanasia Pasif, baik atas permintaan ataupun tidak atas

permintaan pasien. Yaitu, dokter secara sengaja tidak memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien.

b. Euthanasia Aktif, baik atas permintaan ataupun tidak atas permintaan pasien. Yaitu, dokter secara sengaja melakukan tindakan untuk memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.

Euthanasia dalam pandangan Islam

Mengenai pro dan kontra, hampir semua agama menolak adanya hak menusia untuk mati, dalam pengertian bahwa manusia itu sendiri menetapkan kapan boleh mati. Dalam ajaran Islam juga melarang manusia untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

137

اًمْيِحَر ْمُكِب َناَك َالله َّنِا ْمُكَسُفْ نَاآْوُلُ تْقَ تَلََو

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah sangat penyayang terhadap kamu” (Q.S. An-Nisa’: 29)

Seseorang sama sekali tidak berwenang melenyapkan jiwa tanpa kehendak dan aturan Allah. Tindakan menghilangkan jiwa hanya diberikan kepada lembaga peradilan (pemerintahan Islam) sesuai dengan aturan Pidana Islam, dengan tujuan memelihara dan melindungi jiwa manusia secara keseluruhan.

Para tokoh Islam di Indonesia sangat menentang dilakukannya euthanasia. Pembunuhan untuk menghilangkan penderitaan pasien, sama dengan larangan Allah membunuh anak dengan tujuan kemiskinan. Tindakan dokter dengan memberikan obat atau suntikan dengan sengaja untuk mengakhiri hidup pasien adalah termasuk pembunuhan yang disengaja. Jadi, apabila tindakan itu berupa euthanasia aktif, Islam mengharamkannya.

Sedangkan terhadap euthanasia pasif, para ahli, baik dari kalangan kedokteran, ahli hukum pidana, maupun para ulama sepakat untuk membolehkannya. Tindakan ini sebenarnya sudah sering kita jumpai di masyarakat kita, dengan cara membawa pulang pasien ke rumah karena memang sudah tidak memiliki fungsi organ yang member kepastian hidup.

C. RANGKUMAN

1. Ajaran Islam menganjurkan agar semua tuduhan malpraktik harus dibuktikan terlebih dahulu dan kemudian dipertanggungjawabkan sehingga tidak ada pihak yang terdzalimi.

2. Islam membolehkan abortus sebelum pemberian nyawa karena kepentingan medis, terapi serta pengobatan. Dan mengharamkan abortus pada kehamilan yang terjadi diluar nikah baik sebelum pemberian nyawa maupun setelah pemberian nyawa.

3. Islam mengharamkan cloning terhadap manusia dengan alasan tidak melalui cara yang alami dan menghilangkan garis keturunan (nasab). 4. Bayi tabung yang diperbolehkan (mubah) jika sperma dan ovum dari

pasangan yang sah.

5. MUI telah mengeluarkan fatwa bahwa ber-KB tidak dilarang dalam agama Islam, dan penggunaan berbagai alat kontrasepsi dapat dibenarkan dengan sedikit eksepsi yaitu pemasangan AKDR/IUD harus dipasang oleh tenaga medis/paramedic wanita. Jika harus dipasang oleh paramedis pria, maka syaratnya harus didampingi oleh suaminya atau wanita lain untuk menghilangkan fitnah.

6. Dalam keadaan dharurat Islam memberikan rukshah atau keringanan dalam pengobatan menggunakan psikotropika. Syarat diperbolehkan

138

7. Operasi plastik hukumnya mubah jika dikarenakan sebab-sebab yang darurat dengan tujuan untuk mengembalikan ke bentuk atau fungsi yang telah Allah berikan.

8. Transpalantasi organ manusia dengan donor jenazah diperbolehkan, akan tetapi dalam melaksanakan transpalantasi para dokter harus memegang nilai-nilai moral yang luhur dan tetap memperlakukan jenazah secara terhormat.

9. Para tokoh Islam di Indonesia sangat menentang dilakukannya euthanasia. Tindakan dokter dengan memberikan obat atau suntikan dengan sengaja untuk mengakhiri hidup pasien adalah termasuk pembunuhan yang disengaja.

D. LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi diatas, kerjakanlah latihan berikut!

1. Apa sajakah bukti-bukti yang diambil oleh hakim dan diakui oleh syariat dalam masalah malpraktik?

2. Bagaimanakah pandangan hukum Islam terhadap abortus dilihat dari aspek moral?

3. Tulislah ayat al-Qur’an atau hadist yang menjelaskan larangan Islam tentang psikotropika!

4. Bagaimanakah pendapat anda tentang transpalantasi dari bayi anensefali? Jelaskan!

DAFTAR PUSTAKA

Al Fanjari, Ahmad Syauqi. 1996. Nilai Kesehatan Dalam Syariat Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

BKKBN, DEPAG, MUI, NU, DMI. 2009. Membangun Keluarga Sehat dan Sakinah: Panduan KIE bagi Penyuluh Agama. Jakarta: BKKBN. Helm, Ann. 2005. Malpraktik Keperawatan : menghindari masalah

hukum. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Muhammad, Kartono. 1992. Teknologi Kedokteran dan Tantangannya Terhadap Bioetika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Yanggo, Chuzaimah T. , Anshary, Hafiz. 2002. Problematika Hukum Islam Kontemporer 3 dan 4. Jakarta: Pustaka Firdaus.

139

BAGIAN IV