• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mayarang Hari dalam Acara Adat di Nagari Pandai Sikek 1. Hal-hal yang membutuhkan manyarang hari

HASIL PENELITIAN A. Monografi Nagari Pandai Sikek

D. Mayarang Hari dalam Acara Adat di Nagari Pandai Sikek 1. Hal-hal yang membutuhkan manyarang hari

69St. Bareno, Dukun Nagari Pandai Sikek, wawancara pribadi, 13 Maret 2016

70St. Bareno, Dukun Nagari Pandai Sikek, wawancara pribadi, 13 Maret 2016

Masyarakat Nagari Pandai Sikek pada prinsipnya sering melakukan Manyarang hari dalam sebuah acara adat , baik pesta pernikahan maupun pesta khitanan dan lain sebagainya.

Akan tetapi yang menjadi sebuah tradisi bagi masyarakat Pandai Sikek adalah manyarang hari dengan meminta bantuan kepada dukun dalam suatu acara adat atau pesta. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga dan menolak segala kemungkinan yang buruk yang timbul pada saat pelaksanaan acara tau pesta tersebut.71

2. Tata cara yang dilakukan dukun dalam manyarang hari ketika acara di Nagari Pandai Sikek

a. Syarat-syarat yang diminta

Adapun beberapa persyaratan yang diajukan oleh dukun dalam melaksanakan tugasnya membantu orang yang membutuhkannya. terutama dalam acara adat ataupun pesta perkawinan. Lazimnya segala syarat yang dibutuhkan dalam mayarang hari yang berupa sesajen dicari oleh yang meminta bantuan kepada dukun yang sebelumnya sudah ditanya kepada dukun tersebut. Diantara syarat-syarat yang dibutuhkan dalam manyarang hari adalah uang sebesar Rp 50.000- Rp 100.000, garam satu bungkus, cabe 1kg. tampian yang sudah usang.72

b. Doa atau jampi-jampi yang dibacakan

Pada dasarnya masyarakat tidak mengetahui do’a atau jampi-jampi yang dibacakan oleh dukun dalam melaksnakan tuagasnya, mereka hanya mengetahui

71Sudir, Masyarakat Nagari Pandai Sikek, Wawancara Pribadi, 10 Maret 2016

72St. Bareno Dukun Nagari Pandai Sikek, wawancara pribadi. 13 Maret 2016

pekerjaan zhahir yang dilakukan dukun tersebut, seperti peletakan syarat-syaratnya tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan seorang dukun yang biasa dimintai bantuannaya oleh masyarakat dalam suatu acara diketahui bahwa jampi-jampi yang dibaca dukun dalam melaksanakan pekerjaannya berbentuk do’a-do’a tolak bala. Sebagaimana penuturan Bapak St. Bareno, salah seorang tukang sarang hari (dukun) di Nagari Pandai Sikek.

Dalam melakukan tugas saya yang mana membantu orang lain atau masyarakat dalam suatu acara adat atau pesta ada beberapa doa yang saya baca.

Sebenarnya apa yang saya baca tersebut adalah do’a-do’a yang berisikan permohonan keselamatan serta permohonan agar di jauhkan dari segala bala atau bencana. Do’a atau jampi-jampi tersebut berbunyi :

‘audzubilahi minas syaithonirrajim

Aie babaliak ka aie, angin babaliak ka angin Api babaliak ka api, tanah babaliak ka tanah

Kalau engkau ndak babalik dari tampek ado engkau Engkau disumpah dek tigo puluah jiruih

Sabanyak barih di ateh sabanyak titiak di bawah Engkaulah disumpahi Allah

Kabullailahaillallah hu Allah73

73St. Bareno Dukun Nagari Pandai Sikek, wawancara pribadi. 13 Maret 2016

Penjelasan dari doa diatas adalah Sirakun namonyo ikue,Siranai namonyo nan bakapalo merupakan nama yang diberikan kepada yang mendatangkan segala sesuatu. Paenyo ndk baikue, Pulangnyo ndak bakapalo merupakan rupa atau bentuk dari sirakun dan siranai tersebut. Turun sirajo alih, yaitu datang suatu kebaikan atau datangnya suatu rahmat, Mainda sirajo upa, yaitu menghindarnya sesuatu yang buruk atau menjauh suatu kemudharatan.

Hai sahabatku nan barampek, Aie api angin tanah maksudnya adalah menyeru kepada empat elemen yaitu air, api angin dan tanah. Dalam kajiannya empat elemen tersebut merupakan makhluk yang mana bisa diperintah dengan membaca Aie babaliak ka aie, angin babaliak ka angin, Api babaliak ka api, tanah babaliak ka tanah, setelah diperintahkan untuk kembali ke tempatnya masing-masing kalau semua yang diperintakan tersebut tidak kembali ke tempat masing-masing maka di sumpah dengan nama Allah yang mana bacaannya adalah

Kalau engkau ndak babalik dari tampek ado engkau, Engkau disumpah dek tigo puluah jiruih, Sabanyak barih di ateh sabanyak titiak di bawah, Engkaulah d sumpahi Allah , sumpah yang dibacakan ini merupakan suatu hal yang penting agar semua yang di perintahkan tersebut berjalan sesuai apa yang di inginkan.

Setelah itu berharap dikabulkannya doa dengan membaca Kabullailahaillallah hu Allah.74

3. Dampak Positif dan Negatif yang Ditimbulkan a. Dampak positif

74St. Bareno, wawancara pribadi. Hari Rabu, Tanggal 03 agustus 2016

Adapun dampak positif yang timbul dalam manyarang hari dalam sebuah acara atau pesta yaitu masyarakat akan merasa aman dan damai dengan dihadikannya tukanfg sarang hari (dukun) dalam pelaksanaan acara atau pesta karena keselamatan mereka dari membebankan kepada seorang dukun.

Dalam hal ini kehadiran tukang sarang hari (dukun) sangat berperan besar dalam kesuksesan suatu acara tersebut, baik ntuk tuan rumah itu sendiri ataupun para undangan yang menghadiri acara atau pesta tersebut.

b. Dampak Negatif

Tradisi Manyarang Hari dalam sebuah acara atau pesta juga akan memberikan dampak negatif kepada keyakinan masyarkat. Dimana masyarakat akan lebih meyakini tukang sarang hari (dukun) dari pada Allah SWT. Dan Allah memberikan ganjaran sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa jika seseorang pergi kepada seorang peramal atau ahli nujum maka dianggap kufur kepada apa yang diturunkan Allah SWT.

Hal ini terbukti adanya kecendrungan meminta pertolongan kepada seorang dukun, dari pada meminta pertolongan kepada Allah SWT karena mereka menganggap bahwa sukses tidaknya acara yang mereka adakan tergantung kepada dukun, karena mereka berangapan bahwa tukang sarang hari itu dapat mengusir hujan dan tidak akan turun hujan tersebut di tempat acara berlangsung.

4. Manfaat manyarang hari dalam acara adat

Dalam kepercayaan masyarakat manyarang hari mempunyai mamfaat besar yaitu, mencegah hal yang tidak diinginkan yaitu turunnya hujan pada saat acara berlangsung.75

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat mempunyai keinginan sendiri tampa adanya paksaan dari luar untuk meminta bantuan kepada dukun untuk manyarang hari dalam sebuah acara, dan peran aktif seorang dukun tersebut sangat diharapkan masyarakat serta mereka beranggapan bahwa tukang sarang hari adalah dalang suatu kejadian, baik sebelun maupun sesudah acara berlangsung. Masyarakat juga sepakat dengan hal itu, karna diantara masyarakat yang tidak setuju, tidak ada upaya untuk menghentikan perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama islam itu.

E. Pandangan Alim Ulama dan Masyarakat Terhadap Tradisi Manyarang