• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN A. Monografi Nagari Pandai Sikek

B. Tradisi Manyarang Hari di Nagari Pandai Sikek

Minangkabau dalam pengertian budaya, teritorialnya lebih dari propinsi Sumatara Barat, hal ini dapat dilihat dari teritorialnya dari Minangkabau adat bari balabeh Minangkabau ialah : Jauh nan buliah ditunjuakan dakek nan buliah dikatokan, satitak bapantang hilang, sabarih bapantang lupo, kok hilang tulisan di batu, tulisan limbago tingga”.53

Seperti berikut ini : Nan salirik gunuang marapi Sandaran gunuang pasaman

52Profil Nagari Pandai Sikek, Tahun 2015

53Gusril Basir, Hukum Adat Minangkabau, (Bukittinggi Press,2003), h. 3

Sajajaran sago nan singgalang

Rao jo mapa tungguah, gunuang mambulintang Pasisia banda sapuluah

Hinggo taratak aia hitam Sampai katanjuang samalinto Sapuruak jambi sambilan lurah.54

Dari hal itu dapat diketahui bahwa wilayah Minagkabau itu sangat luas, oleh sebab itu tidaklah heran bahwa Minangkabau mempunyai adat istiadat, budaya, tradisi bahasa masing-masing daerah berbeda-beda.

Dalam masyarakat Nagari Pandai Sikek adat masih memegang peranan dalam suatu kegiatan, begitu juga halnya dalam pelaksanaan manyarang hari yang diikuti dan dilaksanakan oleh masyarakat ketika akan melaksanakan acara adat.

Dalam penetapan hukum, maka adat merupakan salah satu sumber hukum dalam Islam, meski ada ulama yang tidak memakai ‘urf atau adat sebagai sumber hukum. Sedangkan yang dimaksud adat adalah dalam Islam adalah :

ﻰﻓ هﺮﺛا ﻦﻜﻤﺗ ﻰﺘﺣ ىﺮﺧا ﺪﻌﺑ ةﺮﻣ رﺮﻜﺗ ﻞﻌﻓ وا لﻮﻘﻟاو سﺎﻨﻟا رﻮﮭﻤﺟ هاﺪﺘﻋاﺎﻣ لﻮﺒﻘﻟﺎﺑ ﻢﮭﻟﻮﻘﻋ هﺎﻘﻠﺘﺗ ترﺎﺻو ﻢﮭﺳﻮﻘﻧ

“Apa-apa yang dibiasakan dan diikuti oleh orang banyak, baik dalam bentuk ucapan atau perbuatan berulang-ulang di lakukan sehingga berbekas dalam jiwa mereka dan diterima baik oleh akal mereka.”55

54Gusril Basir, Hukum Adat Minangkabau …h.3

Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa adat dapat menjadi sumber hukum bagi hukum Islam, apabila adat itu telah hidup dan berkembang di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Yang dmaksud dengan adat tersebut adalah semua hal yang biasa dilaksanakan oleh masyarakat, dalam rangka mengadakan hubungan sesama manusia bahkan menyangkut hubungan dengan Allah SWT.

Adat yang diterima sebagai sumber hukum Islam adalah adat yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syar’i yang umum.

Demikian juga halnya dengan adat istiadat yang berlaku ditengah-tengah masyarakat Islam. Apabila adat ini tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan tujuannya adalah untuk kemashalatan umat, maka dapat diterima dan dipandang sebagai sumber hukum Islam. Inilah yang diungkapkan oleh ahli ushul dalam kaedahnya:

ﺔﻤﻜﺤﻣ هدﺎﻌﻟا

“adat itu dapat menjadi dasar hukum”56

Adat minangkabau adalah suatu pandangan hidup yang berpangkal pada budi, begitu juga segala yang ada pada masyarakat di Pandai Sikek yang mendapat tempat utama dalam pergaulan hidup beradat. Adat bagi masyarakat di Minangkabau juga merupakan bagian dari jiwanya.

Adat yang ada di Minangkabau juga mempunyai aturan yang mesti diindahkan oleh masyarakat, akan tetapi tidak semua adat itu mampu dilaksnakan oleh masyarakat. oleh karna itu adat tumbuh dan berkembang sesuai dengan

55 Amir syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Jilit III, Cet, Ke-4, h. 364

56Amir syarifuddin, Ushul Fiqh,…, h. 370

perkembangan zaman. Sebagaimana ungkapan adat ba buhua sintak, syara’ ba buhua mati.57

Maksud dari adat ba buhua sintak adalah ikatan atau aturan yang ada pada adat tersebut, dapat dibuka atau dapat menerima perkembangan baru, tetapi sebaliknya dapat juga mempererat yang sudah longgar. Akan tetapi aturan yang sudah disepakati tidak dapat diubah begitu saja, karena ada tata tertip melakukannya yaitu adat istiadat.

Sebagaimana ungkapan adat “kain dipakai urang, adat dipakai baru” oleh karena itu ada adat yang dapat berubah dan ada adat yang tidak dapat diubah, maka adat itu dapat dibagi atas empat macam :

1. Adat nan sabana adat 2. Adat nan diadatkan 3. Adat nan taradat 4. Adat istiadat

Maksud dari ke empat macam adat ini adalah :

Adat Sabana Adat, yaitu kenyatan yang berlaku dalam alam yang merupakan kodrat atau sesuatu yang berjalan sepanjang masa yang tidak mengalami perubahan.

Adat nan taradat, yaitu ketentuan atau aturan-aturan yang dibuat dengan kesepakatan seluruh ninik mamak dalam suatu daerah.

57Darwis Tahaib, Dt. Sidi Bandaro, Seluk Beluk Adat Minangkabau, (Bukittinggi:

Nusantara), h. 16

Adat Nan Diadatkan, yaitu suatu yang dirancang dan dibuat nenek moyang Minangkabau serta diteruskan oleh ninik mamak untuk menjaga peraturan dalam masyarakat disegala bidang.

Adat Istiadat, yaitu kebiasaan yang sudah berlaku disuatu tempat secara turun temurun.

Berdasarkan ke empat pembagian adat tersebut, maka yang termasuk kepada peraturan pelaksanaan manyarang hari adalah adat istiadat. Maka peraturan adat istiadat yang berlaku di Nagari Pandai Sikek dalam pelaksanaan tradisi manyarang hari itu masih tetap dilakukan sebagaimana yang telah diakukan oleh nenek moyang pada zaman dahulu. Sebab apabila dilakukan tradisi tersebut maka acara yang dilaksanakan akan lancar dan sukses sebagaimana mestinya.

a. Pengertian Manyarang Hari

Manyarang Hari merupakan istilah yang dipakai di Nagari Pandai Sikek, menurut Zulhendri salah seorang warga Pandai Sikek “Mengatakan bahwa secara bahasa tidaklah ditemui dalam kamus besar bahasa Indonesia namum beliau mendefinisikan manyarang dalam bahasa Indonesianya berarti menyerang jika diartikan kata tersebut menjadi rancu tetapi yang dimaksud dengan manyarang hari adalah mencegah agar hujan tidak turun.58

Istilah manyarang hari merupakan istilah yang berkembang dalam masyarakat, sebagai sebutan dari mengusir hujan atau memindahkan awan yang dilakukan oleh pawang hujan. Yang mana dengan ilmu yang ia miliki tersebut

58Zulhendri, Warga Masyarakat Pandai Sikek, wawancara pribadi, 25 Januari 2016

dapat memindahkan awan yang akan menurunkan hujan ataupun mengusir hujan di tempat diadakannya acara. Dalam konteks ini manyarang hari identik dengan dukun yang dapat diartikan dengan tabib (dokter). Bahkan lebih dari pada itu dukun tidak hanya mempunyai kemampuan untuk mengobati, akan tetapi ia juga dapat mencegah terjadinya segala bala dan bencana yang dapat mendatangkan penyakit.

Lazimnya manyarang hari dalam prakteknya menggunakan mantra-mantra atau jampi-jampi. Dalam hal ini praktek manyarang hari ini identik dengan sihir namum keduanya mempunyai tujuan yang berbeda, karena jika dilihat dari definisi sihir itu sendiri adalah jampi-jampi untuk merusak orang.59

Dalam definisi lain disebutkan bahwa sihir adalah suatu perbuatan yang dilakukan seseorang dengan menyediakan syarat-syarat tertentu, di bawah kondisi-kondisi dan persiapan-persiapan yang tidak wajar dan dengan cara misterius. Hal itu dilakukan guna mempengaruhi seseorang atau sejumlah orang untuk mencapai maksud-maksud tertentu yang diinginkan oleh orang yang memintanya.60

Sementara itu yang dilakukan oleh dukun sekalipum menggunakan mantra-mantra atau jampi-jampi akan tetapi tujuannya bukan untuk merusak melainkan untuk menolong orang sakit itu supaya sembuh. Hal ini dibolekan oleh Islam karena nabi SAW sendiri juga merupakan seorang tabib (dukun), di mana apabila istri atau anak-anaknya sakit, maka beliau sendiri yang mengobatinya. Begitu juga

59Halimuddin, Kembali Kepada Akidah Islam, (Jakarta PT Rineka Cipta, 2005) cet-2, h.22

60Muhammad Isa DAud, Dialog dengan Jin Muslim (Bandung Pustaka Hidayah, 1997) Cet Ke-12, h.143

dalam hadist diterangkan bahwa ada beberapa orang sahabat yang mengobati orang yang sedang sakit perut dengan membacakan mantra-mantra.61

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa dilihat dari maksud dan tujuannya dari manyarang hari berbeda dengan tukang sihir, di mana dukun merupakan suatu sebutan bagi orang-orang yang diangap pintar dan mempunyai kemampuan untuk mengobati orang lain ataupun mencegah datangnya bala dan penyakit kepada diri seseorang dengan menggunakan mantra-mantra tertentu. Sedangkan tukang sihir merupakan suatu perbutan dengan menggunakan mantra-mantra yang bertujuan untuk merusak atau mempengaruhi orang yang disihir. Masuk ke dalam kategori sihir adalah ahli nujum dan tukang-tukang ramal.

Pada prinsipnya ahli-ahli nujum dan tukang ramal dulunya menjadikan jin sebagai sumber berita. Jin-jin ini naik ke atas, sampai ke pintu langit, kemudian secara sembunyi-sembunyi mereka ikut mendengarkan apa-apa yang terjadi di atas sana, antara Allah dan malaikat-malaikat-Nya. Lalu mereka turun dan mengabarkan apa yang mereka dengar kepada para ahli nujum. Dan ahli nujum pun menceritakan kepada manusia yang datang kepada mereka, tentang apa yang akan terjadi di kemudian hari, seakan-akan mereka memang mengetahui akan hal itu. Orang-orang yang datang pun mengangguk-angguk seolah mengiyakan cerita-cerita si ahli nujum, dan akhirnya meyakini kalau mereka memang mempunyai kekeramatan dan mengetahui akan hal-hal yang ghaib.62

Larangan bagi orang-orang mendatangi tukang-tukang nujum, peramal atau untuk meminta petunjuk mereka, karena Rasulullah SAW pernah bersabda:

61Halimuddin, Kembali Kepada Akidah Islam,…, h.22

62Abdul Aziz bin Shaleh Al-Ubaid, syetan vs manusia(Pustaka Azzam,2002). h.103

ﺔﯿﻔﺻ ﻦﻋ

Artinya : “siapa yang mendatangi “al-Araf” kemudian mereka menanyakan sesuatu kepadanya, maka tidaklah diterima shalatnya selama empat puluh hari. (HR Muslim).”

Dari hadist Nabi SAW di atas dapat dipahami bahwa sedemikian beratnya sanksi terhadap orang yang percaya dan meyakini apa yang disampaikan oleh ahli nujum, maka bagaimana halnya dengan si tukang nujum itu sendiri.

Sesungguhnya syaitan tidak akan melayani tukang tenung dan ahli nujum tersebut, kecuali jika mereka mengerjakan bentuk-bentuk kekafiran, seperti halnya menyembelih hewan sebagai persembahan kepadanya. Bersumpah dengan namanya atau atas keagungannya atau yang lebih terlewat batas adalah dengan menghina Al-Qur’an dengan cara menginjak-injak, membalik-balikkan kalimatnya bacaannya dan sebagainya.63

Sebagaimana fiman Allah dalam Al-Baqarah ayat 186 :



Artinya : “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (QS. 2:186)

Ayat di atas jelaslah dinyatakan bahwa agar dikabulkannya doa seseorang, maka cukuplah seseorang berupaya menjadi hamba Allah yang shaleh dengan

63Abdul Aziz bin Shaleh Al-Ubaid, h. 109

melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Tidak diwajibkan menyediakan sejenis sesajian dan sebagainya, karena upacara dan penyelenggaraan semacam itu jelaslah melanggar aturan Allah SWT, yang karenanya akan membuat seseorang semakin jauh doanya untuk diterima dan di kabulkan Allah SWT.

Dapat kita pahami bahwa manusia hanya mempunyai tempat perlindungan dan permohonan serta meminta hanya kepada Allah SWT, sebab Allah SWT adalah Zat yang Maha dan Segalanya, serta tidak bisa diukur kemampuannnya oleh manusia. Allah SWT berfiran dalam QS. Al-fatihah ayat 5 yang berbunyi :











Artinya : “Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan”. (QS. 1:5)

b. Sekilas munculnya tradisi manyarang hari ditengah-tengah masyarakat

Berdasarkan imformasi yang penulis dapatkan dari beberapa sumber, diketahui bahwa pada awalnya Manyarang Hari itu sudah ada sejak zaman nenek moyang, data ini penulis dapat dari orang tua penulis sendiri.

Menurutnya kemunculan manyarang hari ini berawal dari kepercayaan masyarakat yang kian bertambah terhadap ilmu-ilmu yang dimiliki oleh dukun.

Kehebatan-kehebatan dukun itu dibuktikan ketika seseorang akan melaksanakan ritual adat, pesta perkawinan dan acara penting lainnya, maka pihak yang bersangkutan akan mendatangi rumah kediaman tukang sarang hari (dukun) tersebut, untuk meminta pertolongan agar dalam pelaksanaan acara nantinya

berjalan dengan lancar serta sukses dan mendapatkan keuntungan yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

Berawal dari sini kian hari orang-orang yang meyakini tukang sarang hari (dukun) semakin bertambah, bahkan setiap akan diadakan acara besar-besaran mereka akan meminta bantuan kepada tukang sarang hari (dukun) agar acara berjalan lancar. Kebiasaan seperti inilah yang pada akhirnya menjadi tradisi yang dipertahankan oleh masayarakat di nagari pandai sikek.64 Disebabkan jika tidak dilakukan manyarang hari dikhawatirkan akan datang hujan sebagaima yang di ugnkapkan salah seorang warga Nagari Pandai Sikek yang bernama Bahruddin, Ia mengatakan bahwa

“apabila dalam suatu pesta atau acara adat hendaklah dilakukan manyarang hari, sebab jika tidak dilakukannya manyarang hari maka akan membawa akibat buruk pada tuan rumah, yaitu akan datangnya hujan secara tiba-tiba hal ini pernah terjadi pada saat acara pesta pernikahan kemenakan saya.

Karna dengan adanya akibat-akibat tersebut masyarakat akhirnya meyakini bahwa tukang sarang hari (dukun) berperan penting dalam pelaksanaan pesta”65

Hal senada juga diungkapkan oleh Nurhayati, ia menuturkan :

“Bahwa dalam melaksanakan suatu pesta/acara hendaknya memakai jasa tukang sarang hari (dukun), sebab dikhawatirkan akan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada waktu pelaksanaan pesta atau acara adat.

Kami yakin sepenuhnya bahwa jika dilakukannya manyarang hari tersebut maka pesta akan berjalan lancar, aman dan sukses.”66

64Ramawi, Warga Masyarakat Nagari Pandai Sikek, Wawancara Pribadi, 27 Januari2016

65Bahruddin Warga Nagari Pandai sikek, wawancara pribadi, 27 Januari 2016

66Nurhayati Warga Nagari Pandai sikek, wawancara pribadi, 29 Januari 2016