• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN A. Monografi Nagari Pandai Sikek

F. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Manyarang Hari

Sebagaimana yang telah uraikan di atas bahwasanya mayarang hari yang terjadi di Nagari Pandai Sikek, yaitu mengusir atau memindahkan hujan ketempat

78Bapak Mangguang, Warga Nagari Pandai sikek, wawancara pribadi, 10 Februari 2016

79Dariman, Warga Nagari Pandai sikek, wawancara pribadi, 12 Februari 2016

lain yang mengunakan jasa dukun (pawang hujan). Semua kita tentu ketika ingin mengadakan suatu acara/kegiatan besar (punya hajatan) menginginkan suasana yang kondisif dan bebas gangguan, baik itu yang bersifat alamiah, tekhnis, maupun hal lainnya.

Hujan sebenarnya adalah rahmat dari Allah SWT, namun dalam kondisi tertentu juga bisa menjadi bencana, petaka, dan di anggap sebagai masalah. Ketika ingin mengadakan acara besar seperti mengadakan acara keramaian yang melibatkan masyarakat banyak, acara walimahan/resepsi pernikahan, maupun acara lainnya, hujan bisa di anggap sebagai masalah.

Kalau dilihat kondisi saat ini, perbuatan manyarang hari tersebut hampir seluruh masyarakat masih pandai sikek masih percaya dan mengandalkan dukun (pawang hujan) supaya bisa menahan atau memindahkan hujan ketempat lain agar acara yang diadakannya sukses dan tidak mengalami gangguan hujan. Baik dari kalangan masyarakat awam, maupun dari kalanagan masyarakat terdidik.

Sangat penting bagi kita yang muslim dan memiliki aqidah yang benar, dalam segala hal menimbang dengan ajaran islam. Karena bagi kita orang beriman, pasti kita tidak akan bermain-main dengan yang namanya aqidah. Ayat yang sering kita baca sebagimana firman Allah dalam QS Al-Fatihah ayat 5 yang berbunyi :











Artinya : Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.”

Ayat ini merupakan salah satu pondasi aqidah bagi umat islam, dimana ayat ini menekankan bahwa hanya Allah lah tempat untuk minta pertolongan. Jika menimbang ayat diatas dengan permintaan kepada dukun (pawang hujan) untuk menghentikan atau memindahkan hujan, maka jelas menyalahi ayat ini. Jika ayat ini berisi tentang tuntunan aqidah yang lurus, maka berarti permintaan kepada dukun (pawang hujan) menyalahi aqidah yang lurus.

Ada mungkin yang beralasan bahwa sebenarnya memohon kepada Allah, pawang hujan hanya menjadi sarana atau perantara dalam berdoa. Maka komentar ini dijawab, kenapa kita harus meminta orang lain untuk berdoa ? Kenapa tidak kita saja yang langsung berdoa kepada Allah. Bukankah doa sang pawang sama.

Bukankah tempat minta sama, yaitu Allah.

Sebagaimana yang telah diketahui bahwa dukun merupakan orang pintar dan menguasai ilmu-ilmu kebhatinan serta dapat dimintai pertolongannya untuk menyembuhkan penyakit yang diderita oleh seseorang. Hal ini sejalan dengan perintah agama yang menganjurkan umatnya untuk senantiasa memelihara diri dan mengobati penyakit serta tidak boleh berputus asa dalam berobat.

Allah memberikan kebebasan pada umat manusia, untuk mencari jalan terbaik di atas dunia ini, sepanjang sesuai dengan ajaran islam dan tidak menyalahi ketentuan agama, di bolehkan, termasuk dalam usaha pengobatan.

Jadi dari penjelasaan di atas dapat dipahami bahwasanya praktek perdukunan dibolehkan sepanjang dimaksudkan untuk pengobatan terhadap suatu penyakit yang di derita.

Apabila dihubungkan dengan tradisi manyarang hari menurut Hukum Islam di Nagari Pandai Sikek, sebagaimana yang telah di uraikan di atas, bahwa tradisi manyarang hari yang memakai jasa dukun bukanlah tujuan untuk pengobatan dari suatu penyakit melainkan diidentikkan dengang tukang tenung atau tukang ramal disamping bertugas menjaga kemungkinan buruk yaitu turunnya hujan terjadi pada saat acara berlangsung.

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa tampa dilakukannya manyarang hari dalam suatu acara penting untuk menjaga agar tidak turun hujan demi kelancaran acara, bahkan sudah menjadi tradisi oleh masyarakat Nagari Pandai Sikek bahwa setiap kali akan diadakan acara-acara penting mereka terlebih dahulu meminta bantuan kepada dukun (pawang hujan). Bahkan jika tidak meminta bantuan terhadap dukun, masyarakat Nagari Pandai Sikek serasa acara yang diadakan belum terasa lengkap, dikarnakan mereka telah mempercayai dan mengalami sendiri kehebatan-kehebatan yang dimiliki oleh dukun tersebut.

Allah SWT juga melarang umat muslim agar tidak melakukan perbuatan yang menjurus kepada kesyirikan atau menyekutukan Allah SWT sebagaimana firman Allah dalam QS. An-nisa’ ayat 48 :

 mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar.” (QS. 2 : 48)

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa manusia bebas dalam menentukan hal yang terbaik bagi dirinya, boleh saja meminta bantuan kepada orang lain seperti dukun untuk mengobati penyakit yang di deritannya termasuk dalam penjagaan dirnya namun jangan sampai menjurus kapada perbuatan syirik seperti anggapan bahwa dukun tersebut lebih hebat dari Allah SWT.

Sebagaimana kebiasaan manyarang hari yang berkembang di masyarakat yang selalu meminta pertolongan kepada dukun (pawang hujan) serta mempercayai kehebatan-kehebatan yang dimiliki sang dukun seperti yang telah diuraikan di atas dapat membawa dampak negatif kepada masyarakat, karena tradisi semacam itu akan merusak kepada akidah masyarakat.

Di mana tradisi tersebut akan mendorong msyarakat lebih mempercayai dukun (pawang hujan) dari pada percaya kepada kekuasaan Allah, walaupun memang ada segi positif yang di timbulkan dari tradisi manyarang hari tersebut, yaitu tidak adanya perasaan khawatir akan turunnya pada saat acara berlangsung.

Namun dampak negatifnya atau kemudharatan yang di timbulkannya lebih besar dari pada mamfaat yang didapatkan, di mana tradisi tersebut akan merusak akidah umat, karena seseorang yang mengaku beriman kepada Allah dan mempercayai serta meminta pertolongan kepada selain Allah adalah perbuatan syirik.

Kebiasaan masyarakat Pandai Sikek termasuk ke dalam ‘urf fasid yaitu kebiasaan yang tidak baik dan tidak dapat diterima, karena bertentangan dengan syara’. Dari penjelasaan tersebut dapat dipahami bahwa manyarang hari merupakan suatu ritual yang mana memakai jasa seorang dukun hal ini juga

dilarang oleh Islam yang mana hukumnya adalah haram, dan akan berakibat buruk.

Berdasarkan uraian di atas penulis melihat bahwa tradisi manyarang hari tersebut sangat bertentangan dan menyalahi aqidah dan tentu saja hal ini menyalahi subtansi hukum Islam itu sendiri, yang mendorong umat Islam untuk beriman kepada Allah SWT semata. Disampinng itu kemudaharatan yang ditimbulkan lebih besar dari mamfaat yang mereka dapatkan. Oleh karena itu tradisi yang ada di Nagari Pandai Sikek ini tidak dapat dibenarkan, karena menolak kemudaharatan harus di dahulukan dari pada mengambil mamfaat, sebagaimana yang disebutkan dalam kaidah fiqh :

ﺢﻟﺎﺼﻤﻟا ﺐﻠﺟ ﻰﻠﻋ مﺪﻘﻣ ﺪﺳﺎﻔﻤﻟا ﻊﻓد

“menolak kemudharatan lebih didahulukan daripada mengambil mamfaat”80.

80Muchlis Usman,Kaedah-Kaedah Ushuliyah Dan Fiqhiyah (Jakarta PT Raja Grafindo Persada,1999) Cet. Ke-3 h. 150

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Didalam Islam terdapat 5 hukum yang telah di tetapkan oleh Allah SWT yaitu wajib, sunat, mubah, makruh dan haram. Setelah penulis melakukan penelitian dan pembahasan tentang bagaimana sebenarnya pandangan Hukum Islam terhadap tradisi manyarang hari di Nagari Pandai Sikek, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatra Barat, maka penulis berkesimpulan bahwa hukum manyarang hari itu merupakan adat isitiadat yang termasuk ke dalam ‘urf fasid yaitu kebiasaan yang tidak baik dan tidak dapat diterima, karena bertentangan dengan syara’ dan hukumnya adalah haram.

Manyarang Hari di Nagari Pandai Sikek, Kecamatan X Koto tidak dapat dibenarkan secara hukum, karena menghadirkan dukun dalam pelaksanaan suatu acara adat ataupun pesta. Hal tersebut membawa beberapa dampak negatif (kemudharatan) bagi masyarakat, terutama berdampak kepada akidah masyarakat kepada Allah SAW, walaupun ada beberapa dampak positif yang ditimbulkan.

Akan tetapi kemudharatan yang ditimbulkannya lebih besar dari pada mamfaat , karena dapat mendorong manusia kepada perbuatan syirik dengan lebih mempercayai dan meminta bantuan serta mengakui kehebatan seorang dukun-dukun dari pada Allah SWT.

79

B. Saran-saran

1. Disarankan kepada masyarakat hendaknya dalam pelaksanaan acara ataupun pesta harus sesuai dengan hukum Islam dan tidak mengurangi kepercayaan kepada Allah SWT.

2. Disarankan kepada Wali Nagari Pandai Sikek, selaku pimpinan dalam masyarakat, hendaknya selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada masyarakat terutama mengenai nilai-nilai aqidah dalam dirinya.

3. Disarankan kepada Bapak St. Bareno selaku dukun hendaklah mengerjakan suatu pekerjaan itu dengan niat dan tulus ikhlas tampa adanya syarat-syarat atau jenis lainnya yang dapat mengurangi keyakinan masyarakat dan semata-mata tidak menjadiakan diri sebagai dalang, akan tetapi karena Allah SWT.

Al-Qardhawi, Yusuf, Tawakal, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 1996

A.W Munawwir, Kamus Bahasa Arab, Yogyakarta Pustaka Progresif, 1984 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka ,1990

Basir, Gusril, Hukum Adat Minangkabau, Bukittinggi Press, 2003 Fidaus, Ushul Fiqh, Jakarta: Zikrullah Hakim, 2004

Halimuddin, Kembali Kepada Akidah Islam, Jakarta PT Rineka Cipta, 2005 Harun, Nasrun, Ushul Fiqh, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1997

Haroen, Nasrun, ushul fiqh I, Jakarta:PT Logos Wacana Ilmu, 1997 Herdiansyah, Haris, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Sosial,

Hhtps://id.m.wikipedia.org/wiki/Pandai_Sikek,_Sepuluh_Koto,_Tanah_Datar H.A.Djuzuli dan Narolaen, Ushul Fiqh Metode Hukum Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2000Ma’lif, Abu Luwis, Al-Munjid Fi Al-Lughah Wa Al-A’lam, Beirut:

Dar Al-Masyik, 1986

Khalaf, Abdul Wahab, ilmu ushul fiqh, penerjemah J Moh Zuhri, DIPL TFL, judul asli “ Ilmu ushul Al-fiqh”, Kuawait: Dar al-Qalam, 1997

Usman, Muchlis,Kaedah-Kaedah Ushuliyah Dan Fiqhiyah, Jakarta: PT Raja Grafindo.Persada,1999

Daud, Muhammad Isa, Dialog dengan Jin Muslim, Bandung Pustaka Hidayah, 1997

1 Nata, Abudin, Al-quran dan Hadist (Dirasah Islamiyah I) Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 1993

Nata, Abuddin. Metode Studi Islam, Jakarta: Raja Wali Pers. 2012

Nasir, Sahilun, Pokok-pokok Pendidikan Agama Islam, Surabaya: al-Ikhlas, 1984 Profil Nagari Pandai Sikek, 2015

Qodratillah, Taqdir Meity.dkk, Kamus Bahasa Indonesia untuk Belajar, Jakarta:

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahas, 2011

Rahman, Facthur, Ilmu Mawaris, Bandung: PT al-Ma’arif , 1994

Ritonga, A. Ahmad, ushul fiqh perbandingan antar mazhab, Bukittinggi: STAIN Sjech Djamil Djambek Bukittnggi, 1999

Shadiqy, Muhammad Hasbi Ash, Pengatar Hukum Islam, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1997,

Shaleh Al-Ubaid, Abdul Aziz, syetan vs manusia, Pustaka Azzam, 2002 Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh, Jakarta: Logos Wawancara Ilmu, 1999 Thaib, Darwis, Seluk Beluk Minangkabau,Bukittinggi: Nusantara (t. th)

Yatimin. M Abdullah, Studi Islam Kontemporer, Cet.1, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2006.

JABATAN : Dukun Nagari Pandai Sikek HARI/TANGGAL : 13 Maret 2016

Tanya : Apakah sering bapak diminta oleh masyarakat dalam manyarang hari ?

Jawab : Sering

Tanya : Dalam membantu mereka apa-apa saja syarat yang harus mereka penuhi ?

Jawab : Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh yang meminta bantuan kepada saya membawa ramuan yang sudah ditentukan yaitu uang Rp 50.000-Rp 100.000, garam 1 bungkus, cabe 1kg, tampian yang sudah tidak terpakai (usang) dengan menambahkan syarat dibuatnya api unggun selama acara berlangsung.

Pewawancara Nara Sumber

Nizar Rahman St. Bareno

JABATAN : Masyarakat

HARI/TANGGAL : 29 Januari 2016

Tanya : Setahu Ibuk apakah setiap di adakannya acara atau pesta selalu dilakukannya manyarang hari ?

Jawab : Ya, Sepengetahuan saya manyarang hari merupakan hal yang biasa dilakukan mayarakat Pandai Sikek ketika diadakannya suatu acara atau pesta apalagi pada musim hujan karena dikhawatir akan terjadi hal yang tidak diinginkan yaitu turunnya hujan, sebab apabila turunnya hujan pada saat acara berlangsung maka acara yang diadakan tidak akan berjalan lancar.

Tanya : Menurut Ibuk bagaimana sebenarnya manyarang hari dalam suatu acara atau pesta ?

Jawab : Menurut saya dalam melaksanakan suatu pesta/acara hendaknya memakai jasa tukang sarang hari (dukun), sebab dikhawatirkan akan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada waktu pelaksanaan pesta atau acara adat. Kami yakin sepenuhnya bahwa jika dilakukannya manyarang hari tersebut maka pesta akan berjalan lancar, aman dan sukses.

Pewawancara Nara Sumber

Nizar Rahman Nurhayati

JABATAN : Masyarakat

HARI/TANGGAL : 27 Januari 2016

Tanya : Apa saja yang dipersiapkan masyarakat dalam melakukan manyarang hari dalam suatu acara ?

Jawab : Hal-hal yang harus dipersiapkan oeleh masyarakat dalam manyarang hari adalah memenuhi syarat yang diminta oleh dukun yaitu kemenyan satu bungkus, garam satu bungkus, cabe 1 kg yang gunanya adalah untuk dibakar kedalam api unggun, tampian yang sadah usang gunanya adalah untuk mengipas-ngipas api unggun dan diarahkan kepada awan yang dirasa mengadung hujan supaya menghindari dari tempat acara berlangsung.

Pewawancara Nara Sumber

Nizar Rahman Bahruddin

JABATAN : Masyarakat

HARI/TANGGAL : 02 Februari 2016

Tanya : Apa saja yang dilakukan dukun dalam melaksanakan tugasnya pada saat manyarang hari?

Jawab : Sebelum tukang sarang hari melakukan pekerjaannya terlebih dahulu dia meminta ramuan pada tuan rumah sewaktu berada di kediaman tukang sarang hari tersebut.

Setelah itu baru tukang sarang hari membacakan doa terhadap ramuan yang di bawa oleh yang meminta bantuan dan memerintahkan kepada tuan rumah agar membuat api unggun selama acara berlangsung.

Pewawancara Nara Sumber

Nizar Rahman Suhandi

JABATAN : Masyarakat

HARI/TANGGAL : 16 Februari 2016

Tanya : Setahu bapak bagaimana tata cara pelaksanaan acara adat di Nagari Pandai Sikek ?

Jawab : Sepengetahuan saya dalam pelaksanaan acara adat atau pesta yaitu mengenai persiapan dana untuk pelaksannan pesta, serta mengundang karib kerabat.setelah itu meminta bantuan kepada seorang dukun untuk melindungi dan mengantisipasi segala kemungkinan buruk terjadi pada saat pelaksanaan pesta nantinya.

Pewawancara Nara Sumber

Nizar Rahman Afrison

JABATAN : Masyarakat

HARI/TANGGAL : 05 Februari 2016

Tanya : Setahu bapak bagaimana tata cara manyarang hari di Nagari Pandai Sikek ?

Jawab : sepengetahuan saya tata cara manyarang hari bermacam-macam tergantung kepada dukun yang mana kita meminta bantuan.

Tanya : Apa saja yang dilakukan dukun dalam melaksanakan tugasnya pada saat manyarang hari?

Jawab : Pekerjaan tukang sarang hari dalam suatu acara-acara penting adalah mengendalikan awan atau memindahkan awan agar hujan tidak turun di tempat berjalannya acara tersebut.

Pewawancara Nara Sumber

Nizar Rahman Budi

JABATAN : Alim Ulama

HARI/TANGGAL : 20 Maret 2016

Tanya : Setahu bapak apa saja yang dibutuhkan dalam suatu acara ?

Jawab : Di dalam suatu acara hal yang dibutuhkan pertama kali adalah mengenai pendanaan, selanjutnya adalah musyawarah mengenai acara dan mengumpulkan masyarakat dalam pembentukan panitia.

Tanya : Apakah masyarakat pandai sikek selalu melakukan manyarang hari dalam suatu acara atau pesta ?

Jawab : Ya.

Tanya : Bagaimana menurut bapak tentang manyarang hari ? dan apa dalilnya ?

Jawab : Kebiasaan masyarakat untuk melakukan manyarang hari menurut saya tidaklah diharuskan, karena hal itu merupakan sekedar penhormatan saja kepada dukun tersebut, karena dia adalah salah satu orang yang dituakan dalam masyarakat. Maka hendaknya ia tahu bagaimana situasi dan kondisi yang akan timbul dalam acara nantinya. Hal ini sebenarnya adalah sebuah keyakinan diri masing-masing masyarakat Nagari Pandai Sikek.

Pewawancara Nara Sumber

Nizar Rahman Bpk. Mangguang