• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEDIA BELAJAR DI ALAM

Dalam dokumen Green Architecture (Halaman 74-79)

YANG MENGIMPLEMENTASIKAN GREEN ARCHITECTURE

T. MEDIA BELAJAR DI ALAM

Kurikulum spesifik yang dikembangkan oleh SATD menuntut media belajar di alam yang dapat memenuhi kebutuhan kegiatan belajar-mengajar. SATD dkembangkan menjadi sekolah yang berwawasan lingkungan. Sekolah menjadi laboratorium alam bagi guru dan siswa.

Sedekat dan semudah mungkin, guru dan siswa dapat belajar di alam sehingga akrab dengan alam. Media belajar dikategorikan sebagai berikut :

1. Lingkungan Alami (Natural Environment)

Segala sesuatu yang belum diubah dari lokasi tapak menjadi bagian alami dari lingkungan SATD. Pada umumnya berupa tanah, kontur, bebatuan, jalan setapak, sungai, parit, udara, air, matahari, angin, pepohonan besar dan rindang, tanaman sedang, semak-semak, rerumputan, binatang liar, sawah, alang-alang dan berbagai ekosistem alami yang sudah ada pada tapak dipotensialkan menjadi media belajar di alam.

Pemanfaatannya antara lain pohon tinggi, besar, kuat dan rindang menjadi tiang struktur instalasi outbound, tanah yang subur dapat ditanami menjadi taman, kebun bibit, dan lain-lain agar anak dapat belajar menanam, banyaknya pepohonan dan lahan hijau memberi produksi oksigen yang besar untuk menciptakan kualitas udara yang baik pada iklim mikro bagi kesehatan pengguna dan kesegaran lingkungan, dan sebagainya.

Lahan terbuka hijau sangat penting untuk mewadahi kegiatan belajar di alam bebas. Ruang belajar di alam bebas dibiarkan secara alami dengan perawatan sederhana agar dapat digunakan untuk alternatif ruang belajar, berkemah, outbound, dynamic group, latihan ketangkasan, keberanian, keseimbangan, flying fox, petualangan mini, tadabur alam, bermain bebas (freeplay), dan mengenal keanekaragaman hayati.

2. Lingkungan Buatan (Artifisial Environment/Built Environment)

Metoda belajar di alam pada SATD mengutamakan belajar secara virtual, berbasis pengalaman, mendalam, terintegrasi, aplikatif, aktif dan menjadikan alam sebagai sumber belajar sekaligus guru kehidupan. Mengembangkan SATD menjadi sekolah yang berwawasan lingkungan sekaligus laboratorium alam menuntut konsekuensi tuntutan model ekosistem artifisial dalam rangka menghadirkan alam sebagai media belajar. Model lingkungan buatan disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan belajar-mengajar di SATD.

a. Model ekofarming

Bidang pertanian sangat menonjol di Indonesia. Corak agraris sangat kuat di Solo Raya. Every culture comes from agriculture atau segala kebudayaan dimulai dari pertanian. Dengan belajar menanam, siswa akan belajar mencintai tanaman dan peduli dengan lingkungan alam. Semakin peduli berarti semakin akrab dengan alam. Model alam yang akan dikembangkan adalah model ekofarming yang diskemakan sebagai berikut:

Elemen ekofarming yang dikembangkan:  Kebun-kebun budidaya  Kolam irigasi  Peternakan  Tempat pengolahan kompos  Lumbung

Pertanian sangat beragam. Tak hanya berhubungan dengan padi di sawah saja, melainkan juga banyak tanaman budidaya lainnya. Teknologi pertanian masa kini cenderung kembali pada pertanian organik. Jenis teknologi budidaya pertanian lain yang bisa dikembangkan untuk media belajar di alam pada SATD, antara lain :

1). Pertanian Rumah Kaca (PRK)

Sistem PRK mempunyai beberapa keuntungan diantaranya mudah dalam mengendalikan hama dan penyakit, meningkatkan produksi dan mutu produk yang dihasilkan. Jenis tanaman yang cocok untuk PRK biasanya adalah :

Tanaman yang mempunyai siklus hidup pendek, seperti : melon, semangka dan sayuran.

Penanaman bibit pohon tanaman keras yang siklus hidupnya panjang seperti kayu jati, sengon dan pohon untuk hutan tanaman industri.

Di Indonesia, rumah kaca berfungsi untuk mengendalikan musim terutama dari curah hujan tinggi. Agar tanaman lebih beragam, rumah kaca dapat ditanami berbagai tanaman baik dataran tinggi, sedang maupun rendah.

2). Vertikultur

Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa Inggris yaitu vertical dan culture. Artinya sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertical atau bertingkat. Sistem vertikultur ini sangat cocok diterapkan bagi petani atau perorangan sebagai

Gambar IV.7 Model integrasi usaha-usaha

dalam sistem ekofarming. Sumber : Ekologi, Juergen H.

Hohnholz, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1988

Pemberian makan di kandang

Produksi ternak Produk silvikultur (kayu

bakar, kayu, buah-buahan)

Irigasi pohon

Perlindungan tanah

Pupuk hijau Jerambah pengendalian erosi (dengan rumput makanan ternak) Perbaikan kesuburan tanah Integrasi peternakan Pemupukan organik (kompos & kotoran ternak) Pemupukan mineral Tumpang sari, tanaman pelindung Tanaman budidaya

alternatif pertanian di lahan sempit, namun ingin menanam tanaman sebanyak-banyaknya.

Tanaman yang bisa dibudidayakan dengan sistem ini yaitu tanaman sayuran, tanaman hias, tanaman buah-buahan, tanaman obat dan tanaman pangan. Sawah atau kebun mini dapat juga diciptakan dengan sistem ini.

Model dan bahan untuk membuat wadah vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Vertikultur dengan bahan bambu sangat dominan. Selain bambu, dapat juga digunakan pralon, kaleng bekas, dan lembaran karung beras. Wadah tanam vertikultur dapat juga memanfaatkan sisa-sisa bahan bangunan. Salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di lingkungan sekitar.

3). Padi alternatif

Sawah mini dapat dibuat dengan teknologi sederhana yang mudah dibuat oleh anak-anak yaitu mengaplikasikan padi ember.

Jenis teknologi penunjang budidaya pertanian yang bisa dikembangkan untuk media belajar di alam pada SATD, antara lain :

1). Pengolahan pupuk organik

Pupuk organik berasal dari sampah organik. Selain untuk menunjang budidaya pertanian, juga bertujuan agar kuantitas sampah tidak terlalu membebani lingkungan. 2). Tadah hujan

Air hujan yang melimpah di iklim tropis lembab dapat dipanen pada musim hujan untuk menyiram tanaman ketika musim kemarau. Air hujan berlebih yang masuk sumur resapan dapat mencegah hilangnya lapisan humus tanah dan mencegah erosi.

b. Model ekosistem peternakan

Peternakan yang memungkinkan untuk dikembangkan, antara lain : 1). Kelinci

2). Sapi dan kambing dipelihara oleh peternak 3). Ayam dan burung dipelihara oleh peternak 4). Ikan, dapat berupa kolam ikan atau akuarium. c. Model aplikasi berwawasan lingkungan

Aplikasi-aplikasi berwawasan lingkungan merupakan penunjang media belajar di alam. Anak-anak dapat mengembangkan inovasi atau menciptakan inovasi baru tentang aplikasi

berwawasan lingkungan sebagai karya nyata belajar di alam. Beberapa aplikasi berwawasan lingkungan yang dapat dikembangkan, antara lain :

1). Kolam taman air limbah53

Merupakan model aplikasi ramah lingkungan untuk mengelola grey water menjadi kolam ikan dan taman eceng gondok. Selengkapnya dijelaskan pada bab berikutnya yaitu Bab V Analisis.

2). Mengenal teknologi biopori

Merupakan model aplikasi ramah lingkungan untuk mengelola air hujan yang banyak keuntungannya yaitu mencegah banjir pada lingkungan SATD, menyuburkan tanah dan meningkatkan resapan air. Selengkapnya dijelaskan pada bab berikutnya yaitu Bab V Analisis.

3). Ecotech garden

Merupakan model aplikasi ramah lingkungan untuk mengelola grey water dengan cara memanfaatkan tanaman hias air sehingga menghilangkan efek bau grey water. 4). Keranjang Takakura dan Pos Kompos

Merupakan model aplikasi ramah lingkungan untuk mengelola sampah organik menjadi pupuk yang berguna bagi tanaman koleksi SATD.

Dengan melihat dan terlibat langsung cara kerja dari teknologi ini, anak-anak SATD dapat menerapkannya di lingkungan masing-masing. Model aplikasi ini menjadi bagian operasional bangunan SATD sehingga anak-anak SATD benar-benar dapat memahami kinerja dan manfaatnya secara langsung.

3. Media Belajar Lainnya a. Audio

Mendengarkan cerita, syair, puisi, musik/nyanyian, bertema alam atau lingkungan hidup.

53 Oleh Sobirin, Kolam Taman Air Limbah Cucian Piring, edisi Selasa, 4 November 2008, yang diambil dari Gambar IV.8 Model-model aplikasi ramah lingkungan

Ki-ka: kolam taman air limbah, lubang biopori, pos kompos, keranjang kompos takakura, ecotech

b. Visual

Media lukis, origami, kriya seni, kerajinan tangan, maket, karya ilmiah, replika, yang berkaitan dengan alam atau lingkungan hidup.

c. Audiovisual

Melihat video, film dokumenter, internet, teater, tarian, yang berkaitan dengan alam atau lingkungan hidup.

U. TUNTUTAN WADAH KEGIATAN SATD

1. Ruang Belajar Dinamis, Fleksibel Dan Luas

Proses pendidikan alam diberikan melalui metoda pembelajaran yang mengutamakan belajar secara virtual, berbasis pengalaman, mendalam, terintegrasi, aplikatif, aktif dan menjadikan alam sebagai sumber belajar sekaligus guru kehidupan. SATD membutuhkan ruang-ruang belajar yang dinamis, fleksibel dan luas. Belajar terintegrasi menuntut kegiatan di dalam kelas dan di alam bebas secara terintegrasi pula.

2. Kemudahan Berinteraksi

Alam dimodifikasi dan ditata sedemikian rupa sehingga dapat memberi kebebasan kepada anak-anak untuk dapat berinteraksi dengan alam sesering mungkin, sedekat mungkin dan semudah mungkin, mulai pada saat datang ke sekolah hingga pulang. Kemudahan interaksi didukung oleh kelancaran sirkulasi yang memudahkan akses pencapaian laboratorium alam.

3. Built Environment

SATD menghadirkan alam ke dalam lingkungan sekolah yang dapat dikelola oleh para peserta didik dan fasilitator. Alam menjadi ruang belajar sekaligus media belajar. Kegiatan belajar SATD mengacu pada kurikulum alam yang sarat dengan kegiatan spesifik di alam maupun ekosistem buatan. Ekosistem alami dikembangkan sesuai potensi. Ekosistem buatan diwujudkan dalam model ekosistem artifisial.

4. Pendidikan melalui desain

Pendidikan melalui desain di SATD diharapkan sangat membantu proses belajar di alam secara nyata dan aplikatif. Bangunan beserta lansekapnya dikondisikan untuk ramah lingkungan (berwawasan lingkungan), beriklim mikro yang baik untuk kesehatan, hemat energi, berkelanjutan, peduli pada perlindungan ekosistem dan bermakna luas sebagai alat edukasi bagi anak-anak SATD.

Dalam dokumen Green Architecture (Halaman 74-79)

Dokumen terkait