• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

C. Sociocultural practice

2.4. Media Online

Penggunaan internet juga turut menyentuh perkembangan komunikasi massa. Media massa yang memiliki ciri khas utama mampu menjangkau khalayak yang luas sekaligus tidak lepas untuk harus segera beradaptasi dengan perkembangan teknologi ini. Komputerisasi dalam pembuatan media massa cetak membantunya dalam perbaikan tata letak yang lebih dinamis dan menarik dilengkapi dengan gambar dan warna yang sesuai, sehingga koran mampu bertahan diterpa gempuran radio dan televisi.

Di era digitalisasi seperti sekarang ini, banyak media massa yang juga mulai membuat media versi online. Media sekarang ini tidak lagi cukup hanya memiliki satu jenis bentuk media. Koran cetak misalnya, sebagian besarnya juga telah memiliki website untuk memuat berita. Pemuatan berita dalam media online kini dikenal dengan istilah jurnalistik online. Praktisi media harus memahami bahwa konsumen berita era baru yang berorientasi ke depan ini mensyaratkan jurnalisme gaya baru agar media tersebut dapat bertahan.

Dalam istilah lebih luas, jurnalisme harus berubah dari sekadar sebuah produk – berita atau agenda perusahaan media – menjadi pelayanan yang lebih bisa menjawab pertanyaan konsumen, menawarkan sumber daya, menyediakan alat. Pada tingkat ini, jurnalisme harus berubah dari sekadar menggurui – memberitahukan publik apa yang mereka perlu tahu – menjadi dialog publik, dengan wartawan menginformasikan dan membantu memfasilitasi diskusi. Ide pentingnya adalah ke depan pers akan memperoleh integritas berdasarkan jenis konten yang disampaikan dan kualitas pekerjaan. Bukan dari fungsi eksklusifnya sebagai penyedia informasi tunggal atau perantara antara sumber berita dan publik (Kovach, 2012: 183).

Jurnalistik online disebut juga cyber journalism, jurnalistik internet atau jurnalistik website, merupakan generasi baru setelah jurnalistik konvensional dan jurnalistik penyiaran. Jurnalitik jenis ini berkembang pesat setelah berkembangnya jaringan internet di dunia. Pengertian jurnalistik online terkait banyak istilah, yakni jurnalistik, online, internet dan website. (Sumber)

Di tengah zaman banjir informasi seperti sekarang ini justru media massa mendapat tantangan lain lagi. Meluasnya jaringan internet dan penggunaan jejaring sosial, didukung lagi dengan teknologi media komunikasi, menjadikan siapapun bisa melaporkan peristiwa apa yang sedang terjadi saat itu. Istilah jurnalisme warga, di mana warga melaporkan peristiwa yang diketahuinya, dilihatnya atau bahkan dialaminya sendiri, semakin marak ditemui di masyarakat.

Banyak isu yang telah berkembang di masyarakat bahkan sebelum media massa memuatnya. Jejaring sosial biasanya menjadi motor utama penyebaran

informasi di masyarakat. Berita akan tersebar di masyarakat bahkan saat peristiwa itu terjadi. Kicauan lewat twitter misalnya, dengan cepat akan disebarkan oleh pengguna twitter lainnya. Lantas apa lagi guna media massa maupun wartawan di masa sekarang? Bukankah fungsi utama mereka sebagai penyampai informasi telah banyak diambil alih oleh warga dengan memanfaatkan internet dan jejaring sosial yang mereka miliki?

Bill Kovach dan Tom Rosenstiel merumuskan apa yang dibutuhkan masyarakat dari wartawan (Kovach, 2012: 184).

1. Otentikator (Pensahih): masyarakat akan membutuhkan wartawan untuk membantu mensahihkan fakta yang benar dan dapat dipercaya. Namun begitu, kita tetap tidak bisa melihat wartawan sebagai penyedia informasi tunggal. Kita tetap perlu beberapa cara untuk membedakan informasi apa yang bisa dipercaya dan beberapa bukti mendasar mengapa demikian dengan cara melihat seberapa transparan pemberitaan yang dibuat oleh wartawan tersebut terkait dengan sumber dan metode memperolehnya.

Kita tidak lagi bisa menganggap sesuatu bisa dipercaya hanya karena ada di koran atau dari media. Peran penyahih akan jadi yang utama dalam ruh pembangunan otoritas perusahaan media dan elemen kunci yang relevan ketika mereka tak lagi memonopoli arus informasi atau perhatian publik.

2. Sense Maker (Penuntun Akal) : wartawan meletakkan informasi pada konteks dan mencari kaitannya hingga konsumen bisa memutuskan apa makna berita itu sesungguhnya. Berjibunnya suplai informasi membuat upaya membangun pengetahuan menjadi kian sulit. Upaya

membangun makna mensyaratkan pencarian keterkaitan antarfakta untuk membantu menjawab pertanyaan kita. Perlu penjelasan tentng implikasi berita dan mengenali pertanyaan yang tak terjawab dan membantu kita menemukan pertanyaan apa yang lebih penting selanjutnya. Peran penuntun akal bukan sekadar peran komentator melainkan bersifat mendalam dengan pencarian fakta dan informasi yang menjadikan semua saling terkait.

3. Investigator: wartawan harus melanjutkan fungsi sebagai investigator publik yang banyak diistilahkan sebagai peran anjing penjaga. Jurnalisme yang mengekspose apa yang disembunyikan atau dirahasiakan menjadi begitu penting dan esensial di pemerintahan demokratik. Sehingga nilai pentingnya begitu fundamental bagi jurnalisme baru dan lama. Fungsi ini kurang sering muncul di budaya media kita sekarang ini karen berita terkesan tergesa-gesa.

4. Witness Bearer (Penyaksi): fungsi ini tidak jauh berbeda dengan fungsi

“anjing penjaga” yang sudah lebih akrab di telinga kita. Hanya saja berada di tingkat lebih ramah namun lebih mendalam dibanding sebelumnya.

Ada hal tertentu di komunitas yang harus diawasi, diawasi dan diteliti.

Jika tidak, pemerintah dan pihak yang ingin mengeksploitasi akan mengedepankan kepentingan pribadi daripada kepentingan publik. Di era baru sekarang pers yang lemah tidak boleh merajalela. Langkah penting di sini minimal adalah mengenli tempat yang mesti diawasi dalam komunitas demi keutuhan dasar masyarakat sipil dan dengan

kehadirannya itu mengisyaratkan pesan kepada penguasa bahwa mereka sedang diawasi. Jika sumber dayanya tidak ada, maka pers juga harus menemukan cara untuk menciptakan dan mengorganisasi jaringan teknologi dan penjaga publik baru untuk memastikn pengawasan berjalan.

Di titik ini ada potensi dibentuknya kemitraan baru dengan warga. Jika pers tidak membantu menciptakannya, besar kemungkinan orang-orang yang berkepentingan akan menguasai ruang ini dan mengontrol arus informasi penting. Artinya media harus mampu menggali sedalam dan sedetail mungkin informasi sebelum menuangkannya dalam berita.

5. Pemberdaya: pers juga harus memberi alat yang memungkinkan kita sebagai warga menemukan cara baru untuk mengetahui. Salah satunya adalah menempatkan publik sebagai bagian dari proses berita dan bukan cuma audien. Warga diberdayakan untuk membagi pengalaman dan pengetahuan yang informatif pada pihak lain, termasuk wartawan. Para wartawan diberdayakan dengan mengejar pengalaman dan keahlian di luar sumber formal mereka. Dialog dikembangkan membuat kita memahami proses, bukan produk. Ini semua diawali dengan kesadaran bahwa konsumen atau warga adalah mitra penting yang didengar dan dibantu, bukan dicermahi. Proses kemitraan ini juga membantu jurnlisme jadi lebih baik dengan memaksa mereka berpikir lebih keras meletakkan informasi dalam konteks berguna, lengkap dengan cara menyikapinya dan memberitahu bagaimana mereka bisa melakukan itu. Tidak hanya itu, juga dilengkapi dengan ke mana mereka bisa dapat informasi lebih bahkan

ketika peristiwa masih berlangsung.

6. Aggregator Cerdas: masyarakat butuh agregator pintar yang menyisir web dan bekerja melampaui kemampuan algoritma komputer dan agregator umum. Organisasi berita masa depan harus menyisir lanskap informasi mewakili audien, melakukan pengawasan atas informasilain yang mungkin membantu. Agar perusahaan media bisa benar- benar membantu melayani konsumen berita yang berorientasi ke depan, maka harus juga mengarahkan audien ke sumber website lain yang dinilai penting. Kita akan menghrgai sumber berita yang membantu kita memanfaatkan website, tidak hanya menambahkan balok piranti Google di situsnya. Aggregator cerdas seharusnya membagi sumber yang dirujuk.

Dengan cara sama yang dipakai pers menjalankan fungsi penyahih dan penuntun akal, agregasi di sini harus bisa mengefisienkan waktu pembaca dan mengarahkan mereka ke sumber terpercaya.

7. Penyedia forum: wartawan harus membantu terbentuknya ruang diskusi dan wacana yang melibatkan warga secara aktif. Koran cetak membantu menciptakan model ini ketika menemukan konsep surat pembaca pada abad ke-19. Menurutnya, akan berbahaya bagi masyarakat sipil dan mungkin akan merugikan secara finansial bagi perusahaan media jika lembaga berita tradisional membuang peran ini atau menyerahkannya pada pihak lain.lembaga berita milik komunitas bisa menjadi ruang terbuka bagi warga untuk memonitor suara dari berbagai sisi, bukan hanya dari mereka yang berideologi sama dengan kita. Sebagai warga, kita

semua punya hak mempunyai ruang publik yang terbuka bagi siapapun.

Jika praktisi media membayangkan bahwa tujuan mereka adalah menginspirasi dan menginformasikan wacana publik, maka membantu mengorganisir wacana tersebut adalah fungsi logis dan layak.

8. Panutan: pers model baru tidak bisa mengelak dari fungsi panutan bagi warga yang ingin membawa kesaksiannya sendiri dan sekligus bertindak sebagai wartawan warga. Tak pelak lagi mereka akan berkaca pada wartawan untuk melihat bagaimana pekerjaan ini dilakukan. Di era digital yang kian terbuka, pers yang tak menjaga klaim konstutisionalnya hanya akan makin mengecewakan. Karena publik mengukur kerja mereka berdasarkan harapan yang terbaik, bukan yang terburuk, pada jurnalisme.

Maka dari itu, perusahaan pers terutama ruang redaksi, perlu menemukan gaya pengorganisasian baru bagi kerja jurnalistiknya. Pers harus lebih cerdas dalam pekerjaannya mengingat mereka diharapkan dapat berperan sebagai pensahih di tengah era banjir informasi seperti saat ini. Pers tidak hanya bertindak sebagai pemberi kesimpulan dari setiap informasi yang diperolehnya melalui pencarian di internet, tetapi juga memastikan kebenaran terjadinya peristiwa tersebut.

Satu-satunya cara organisasi pemberitaan bisa menyongsong masa depan adalah dengan memahami fungsi yang mereka mainkan dalam kehidupan. Masa depan jurnalisme terletak pada fungsi yang dimainkan oleh berita dalam keseharian publik, bukan pada teknik dan praktik ruang redaksi abad ke-20 yang sudah lewat.

Bagaimana pun perubahan bentuk media akan terus terjadi di era digital,

jurnalisme pada dasarnya tetaplah sama. Jurnalisme akan senantiasa berisi fakta dan berpengaruh bagi kehidupaan publik yang luas (Kovach, 2012: 201).

Meski begitu menurut Baran (2004: 122), Faktanya, banyak perusahaan koran yang mengakui bahwa memang harus menerima kondisi kehilangan keuntungan ekonomi ketika membangun kepercayaan pembaca online, penerimaan dan jauh di atas semua itu, pembaca yang sering dan teratur melihat website kita.

Jurnalistik dipahami sebagai proses peliputan, penulisan dan penyebarluasan informasi atau berita melalui media massa. Online dipahami sebagai keadaan konektivitas mengacu kepada internet atau world wide web (www). Online merupakan bahasa internet yang berarti “informasi dapat diakses di mana saja dan kapan saja” selama ada jaringan internet atau konektivitas (Romli, 2012: 12)

Jurnalistik online akan selalu berkaitan dengan keberadaan jaringan internet.

Bagaimanapun juga, internet yang menghubungkan antarkomputer di seluruh dunia. Seperti yang telah kita ketahui, internet merupakan bentuk konvergensi dari beberapa teknologi penting terdahulu seperti komputer, televisi, radio dan telepon.

Internet begitu memukau dan berkembang begitu cepat dengan variasi programnya yang menjadikan bumi ini dalam cengkeraman teknologi.

Paul Bradshaw dalam Romli (2012: 12) menyebutkan ada lima prinsip dasar jurnalistik online yaitu:

1. Keringkasan (Brevity), berita online dituntut ringkas untuk menyesuaikan dengan kehidupan manusia dan tingkat kesibukannnya yang semakin tinggi.

2. Kemampuan beradaptasi (Adaptability), wartawan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Jurnalis harus dapat menyajikan berita dengan cara membuat berbagai keragaman format berita, baik dalam bentuk tulisan, suara maupun video.

3. Dapat dipindai (scannability), untuk memudahkan audiens, situs-situs jurnalistik online hendaknya memiliki sifat dapat dipindai agar pembaca tidak perlu merasa terpaksa dalam membaca informasi atau berita.

4. Interaktivitas, komunikasi dari public kepada jurnalis dalam jurnalisme online sangat dimungkinkan dengan adanya akses yang semakin luas. Hal ini penting karena semakin audiens merasa dilibatkan maka mereka akan merasa dihargai.

5. Komunitas dan percakapan, media online memiliki peran yang lebih besar daripada media cetak atau media konvensional lainnya, yakni sebagai komunitas. Jurnalis online juga harus memberi jawaban atau timbal balik kepada publik sebagai sebuah balasan atas interaksi yang dilakukan publik tadi.

Pemanfaatan komputer oleh masyarakat luas mulai marak setelah penjualan komputer komersial meledak di pasaran. Banyaknya pengguna komputer personal dan terus berkembangnya perangkat komputer beserta jaringannya menjadikan masa depan media juga turut berubah. Proses perkembangan komputer dan jaringan memberi sumbangsih yang cukup besar dalam keberadaan media online (Baran, 2012: 390).

Internet, kependekan dari interconnection-networking, secara harfiyah artinya adalah jaringan antarkoneksi. Internet dipahami sebagai sistem jaringan komputer yang saling terhubung. Berkat jaringan itulah yang ada di sebuah komputer dapat diakses orang lain melalui komputer lainnya. Jaringan ini mentransmisi informasi dari banyak orang ke banyak orang. Internet menghasilkan sebuah media, dikenal dengan media online (Romli, 2012: 12).

Telah diramalkan bahwa di masa depan jaringan menjadi bentuk terpenting dari transmisi media. Pengembangan jaringan telah dimulai sejak tahun 1960-an.

Perkembangan yang berkesinambungan dari fungsi-fungsi komputer dan peralatan lain yang terkait jaringan mulai makmur setelah tahun 1990. Hampir seluruh penduduk dunia mulai bisa mengakses jaringan internet. Kantor-kantor maupun komputer milik pribadi dihubungkan dengan jaringan untuk memudahkan perolehan dan pertukaran informasi di seluruh dunia.

Internet merupakan sarana pertukaran informasi seluruh dunia melalui serangkaian komputer yang saling berhubungan. Komponen yang paling populer dari internet adalah world wide web (www). Sebenarnya ada banyak fitur yang bisa dimanfaatkan di internet. Namun, web telah dikembangkan menjadi fitur yang komersil. Maka website adalah komponen internet yang aling sering digunakan untuk kepentingan apapun di dunia. Termasuk untuk pemasaran bisnis, hingga pemuatan berita bagi media massa (Blech dan Blech, 2001: 495). Internet sangat tepat dikatakan sebagai “jaringan dalam jaringan” yang berkembang dalam kecepatan yang sangat menakjubkan.

Salah satu cara untuk mengakses informasi pada internet adalah melalui world wide web, biasanya sering diesbut website atau web. Website atau site (situs) adalah halaman mengandung konten (media), termasuk teks, video, audio dan gambar. Website bisa diakses melalui internet dan memiliki alamat internet yang dikenal dengan URL (Uniform Resource Lacator) yang berawalan www atau http:// (Hypertext Transfer Protocol). Dari pengertian tersebut, jurnalistik online dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian informasi melalui media internet, utamanya website.

Membangun dan memelihara sebuah website yang sukses membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak. Butuh kreativitas yang tinggi untuk menarik pengunjung melihat sebuah website dan meminta mereka untuk kembali melihatnya di lain waktu. Sementara, keberlangsungan media online bergantung pada pembaca yang dengan rutin membuka website tersebut. Jika media tersebut tidak mampu menarik pembaca untuk setia membuka website tersebut maka media tersebut tidak akan mampu bertahan lama.

Kita biasanya menganggap orang yang mengakses sebuah media sebagai anggota khalayak, namun internet memiliki pengguna, bukan anggota khalayak.

Setiap saat, atau bahkan pada saat yang sama, seseorang mungkin dapat membaca konten internet dan menciptakan konten untuk disebarkan melalui internet.

Misalnya saat mengakses email ataupun chating, merupakan salah satu contoh bagaimana sorang pengguna internet bisa menjadi pembaca sekaligus pencipta pesan. Dengan mudah kita dapat mengakses web, dari satu halaman ke halaman yang lain (Baran, 2012: 399).

Media dan website bekerja bersama-sama dengan baik karena keduanya adalah berhubungan dengan komunikasi yang bersifat massa. Website membawa komunikator bersama-sama membangun komunitas dan menampilkan produk media, teks ataupun karya seni kepada khalayak global. Kita bisa memasukkan segala bentuk pesan ke dalam web, baik berupa teks, gambar, gambar bergerak suara hingga paduan kesemuanya.

Internet dan website membentuk kembali cara kerja media-media secara signifikan. Ketika media yang berinteraksi dengan kita berubah, peran yang dimainkannya di dalam kehidupan kita dan dampak yang dimilikinya dalam kebudayaan kita juga akan turut berubah (Baran, 2012: 388). Oleh karena itu, perkembangan internet dan teknologi harus disikapi dengan bijak oleh masyarakat modern.

4.5. Triangulasi

Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu: (1) triangulasi metode, (2) triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan kelompok), (3) triangulasi sumber data, dan (4) triangulasi teori. Berikut penjelasannya.

1. Triangulasi metode

Dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian

kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei.

Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau, peneliti menggunakan wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya.

Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Dengan demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya berupa teks atau naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya, triangulasi tidak perlu dilakukan. Namun demikian, triangulasi aspek lainnya tetap dilakukan.

2. Triangulasi antar-peneliti

Dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian. Tetapi perlu diperhatikan bahwa orang yang diajak menggali data itu harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi.

3. Triangulasi sumber data

Menggali kebenaran informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.

4. Terakhir adalah triangulasi teori.

Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang televan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh. Diakui tahap ini paling sulit sebab peneliti dituntut memiliki expert judgement ketika membandingkan temuannya dengan perspektif tertentu, lebih-lebih jika perbandingannya menunjukkan hasil yang jauh berbeda.

Triangulasi adalah suatu pendekatananalisa data yang mensintesa data dari berbagai sumber. Menurut Institute of Golbal Tech yang tersedia secara online pada http://www.igh.org/triangulation/, menjelaskan bahwa Triangulasi mencari dengan cepat pengujian data yang sudah ada dalam memperkuat tafsir dan meningkatkan kebijakan serta program yang berbasis pada bukti yang telah tersedia.

Dengan cara menguji informasi dengan mengumpulkan data melalui metoda berbeda, oleh kelompok berbeda dan dalam populasi berbeda, penemuan mungkin memperlihatkan bukti penetapan lintas data, mengurangi dampaknya dari penyimpangan potensial yang bisa terjadi dalam satu penelitian tunggal. Triangulasi menyatukan informasi dari penelitian kuantitatif dan kualitatif, menyertakan pencegahan dan kepedulianm memprogram data, dan membuat penggunaan pertimbangan pakar.

Triangulasi bias menjawab pertanyaan terhadap kelompok resiko, efektivitas, kebijakan dan perencanaan anggaran, dan status epidemik dalam suatu lingkungan berubah. Metodologi Triangulasimenyediakan satu perangkat kuat ketika satu respon cepat diperlukan, atau ketika data adauntuk menjawab satu pertanyaan spesifik. Triangulasi mungkin digunakan ketika koleksi data baru tidak mungkin untuk hemat biaya.

Triangulasi menurut Susan Stainbackdalam Sugiyono (2007:330) merupakan “theaim is not to determinate the truth about same social phenomenon, rather than the purpose oftriangulation is to increase one’sunderstanding of what ever is beinginvestigated.” Dengan demikian

triangulasibukan bertujuan mencari kebenaran, tapi meningkatkan pemahaman peneliti terhadap data dan fakta yang dimilikinya.

Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330).

Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.

Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber.

Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton, 1987: 331).

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik

pengumpulan data dan triangulasi waktu.

Penjelasan Triangulasi diatas sebagai berikut:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Dokumen terkait