BAB II KAJIAN PUSTAKA
D. Media Pembelajaran dalam Menulis Karangan Eksposisi
1. Pengertian Media
Kata “media” adalah bentuk jamak dari “medium”, yang
berasal dari bahasa Latin ‘medius’ yang berarti “tengah”. Dalam
bahasa Indonesia, kata “medium” dapat diartikan sebagai “antara” atau
“sedang’. Pengertian media mengarah pada sesuatu yang
mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi
pesan) dan penerima pesan (John 1988 : 11). Media adalah segala
bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian
informasi. Dalam John (1998:12) ada beberapa pendapat tentang arti
media secara umum:
a. Menurut Hamidjojo, media adalah semua bentuk perantara yang
digunakan oleh manusia untuk menyampaikan/menyebar ide, sehingga
ide, atau pendapat, atau gagasan yang dikemukakan/disampaikan itu
bisa sampai pada penerima.
b. Pendapat Mc Luhan yang dikutip oleh Amir Akhsin (1986:9), bahwa
media juga disebut saluran (channel), karena menyampaikan pesan
c. Blake dan Horalsen mengatakan bahwa media adalah saluran
komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan antara
sumber (pemberi pesan) dengan penerima pesan.
d. Menurut Oemar Hamalik (1986 : 21) hubungan komunikasi interaksi
itu akan berjalan dengan lancar dan tercapai hasil yang maksimal,
apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi.
2. Media Pembelajaran yang Mendukung Keterampilan Menulis
Karangan Eksposisi
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan media
gambar dan media audio visual untuk mendukung keterampilan
menulis karangan eksposisis siswa.
1) Media Gambar
Menurut Hamalik (1980:81) gambar ilustrasi fotografi
adalah gambar yang tidak diproyeksikan, terdapat dimana-mana,
baik di lingkungan anak-anak maupun lingkungan orang dewasa,
mudah diperoleh dan ditunjukkan pada anak-anak. Gambar yang
berwarna pada umumnya menarik perhatian siswa.
Beberapa alasan sebagai dasar penggunaan gambar
(Hamalik 1980:81) adalah
a) Gambar bersifat konkrit artinya melalui gambar para siswa
dapat melihat dengan jelas sesuatu yang sedang dibicarakan
b) Gambar mengatasi batas waktu dan ruang. Gambar merupakan
penjelasan dari benda-benda yang sebenarnya yang kerap kali
tak mungkin dilihat berhubung letaknya jauh atau terjadi pada
masa lampau.
c) Gambar mengatasi kekurangan daya mampu panca indera
manusia
d) Benda-benda yang kecil yang tidak dapat dilihat oleh mata,
dibuat fotografiknya sehingga dapat dilihat dengan jelas.
e) Dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu masalah, karena
itu bernilai terhadap semua pelajaran di sekolah
f) Gambar-gambar mudah didapat dan murah. Gambar bernilai
ekonomis, menguntungkan dan meringankan beban sekolah.
g) Mudah digunakan baik untuk perorangan maupun untuk
kelompok siswa. Satu gambar dapat dilihat oleh seluruh kelas,
bahkan seluruh sekolah.
Penggunaan gambar secara efektif di dalam kelas harus
disesuaikan dengan tingkatan anak, baik dalam hal warna, besar
kecil gambar. Gambar dapat dijadikan media yang kreatif untuk
memperkaya fakta dan memperbaiki kekurangjelasan. Hamalik
(1980:85) mengemukakan kriteria-kriteria dalam memilih gambar
yang baik di antaranya keaslian gambar, kesederhanaan, bentuk
item, perbuatan, fotografi, artistik. Kriteria tersebut dapat
a) Keaslian gambar. Gambar menunjukkan situasi yang
sebenarnya, seperti melihat keadaan atau benda yang
sesungguhnya.
b) Kesederhanaan. Gambar itu sederhana dalam warna,
menimbulkan kesan tertentu, mempunyai nilai aesthetis secara
murni dan mengandung nilai praktis.
c) Bentuk item. Hendaknya si pengamat dapat memperoleh
tanggapan yang tepat tentang obyek-obyek dalam gambar,
misalnya gambar dalam surat kabar, majalah dan sebagainya.
d) Perbuatan. Gambar hendaknya menunjukkan hal sedang
melakukan suatu perbuatan sehingga anak-anak akan lebih
tertarik dan lebih memahami gambar.
e) Fotografi. Anak-anak lebih tertarik pada hal-hal yang nilai
fotografinya rendah, yang dikerjakan secara tidak profesional,
misalnya terlalu terang atau terlalu gelap.
f) Artistik. Penggunaan gambar tentunya disesuaikan dengan
tujuan yang hendak dicapai
2) Media audio visual
Media audio visual adalah alat-alat yang dapat didengar dan
alat-alat yang dapat dilihat.Alat ini gunanya untuk membuat cara
audio visual yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
gambar/slide.
Media audio visual digunakan karena mempermudah orang
menyampaikan dan menerima pelajaran atau informasi serta dapat
menghindarkan salah pengertian, mendorong keinginan untuk
mengetahui lebih banyak dan mengekalkan pengertian yang
didapat (Suleiman 1981:17-18).
Media film tentang bencana banjir dan tanah longsor dapat
membantu siswa untuk berpikir kritis. Siswa mampu menuangkan
ide-ide berdasarkan film yang diamati siswa, sehingga
memudahkan siswa menulis karangan eksposisi.
Dalam penelitian ini media yang digunakan adalah media
gambar/slide dan film. Alasan pemilihan media ini adalah media
gambar/slide dan film merupakan media yang konkrit yang mampu
memberikan daya tarik bagi siswa, media ini membantu
memberikan pengalaman belajar bagi siswa dan mampu membantu
siswa untuk berpikir kritis dalam menghadapi masalah yang
berkaitan dengan kehiupan sehari-hari siswa diantaranya bencana
banjir dan tanah longsor. Sehingga dengan media gambar/slide dan
film ini siswa mampu menuangkan ide-idenya ke dalam bentuk
E. Kerangka Berpikir
Pembelajaran bahasa Indonesia aspek menulis khususnya pada
kompetensi dasar siswa mampu menyusun karangan tentang berbagai topik
sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan yang benar (huruf, tanda
baca, tanda koma dll), perlu disampaikan dengan menggunakan pendekatan
yang tepat. Penggunaan pendekatan yang tepatberdampak padab pencapaian
hasil belajar siswa. Pendekatan berbasis masalah merupakan salah satu model
pmbelajaran yang inovatif yang dapat diterapkan dalam pmbelajaran bahasa
Indonesia aspek menulis.
Pada pembelajaran Bahasa Indonesia aspek menulis melalui pendekatan
berbasis masalah yang dijadikan topik pembelajaran di kelas adalah masalah
yang riil/nyata. Siswa dihadapkan pada masalah dan diminta untuk
mendefinisikan masalah, mengumpulkan fakta, menyusun hipotesis,
melakukan penyelidikan, menyempurnakan masalah, menyimpulkan alternatif
pemecahan masalah, dan melakukan pengujian hasil pemecahan masalah.
Pengalaman belajar melalui pendekatan berbasis masalah melatih
kemampuan berpikir kritis siswa. Siswa mendapat pengetahuan baru pada saat
melakukan penyelidikan dan mengumpulkan informasi mengenai masalah
yang dihadapi. Siswa mampu menjalin kerja sama dan berbagi pengetahuan
dalam diskusi kelompok. Dari diskusi siswa mampu berpikir kritis dan mampu
memunculkan ide-ide kreatifnya untuk dapat memecahkan masalah yang
eksposisi melalui pendekatan berbasis masalah dapat memudahkan siswa
untuk menuangkan ide dan gagasannya ke dalam bentuk tulisan.
F. Hipotesis
Pembelajaran melalui pendekatan berbasis masalah dapat meningkatkan
kemampuan menulis karangan eksposisi siswa kelas IV SDN Nyamplung